DISLOKASI HIP JOINT
Dislokasi hip joint lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku. Mobilnya mempun mempunyai yai kepala kepala penaha penahan n – saat saat terjad terjadii tabrak tabrakan, an, sehing sehingga ga lutut lututnya nya menubr menubruk uk dashboard dan menggeser kaput femur keluar dari asetabulum. Pertama-tama kaputnya terlet terletak ak di belaka belakang ng asetab asetabulu ulum, m, kemudi kemudian an segera segera berpin berpindah dah ke dorsu dorsum m illium illium.. Biasan Biasanya ya juga juga mengala mengalami mi cedera cedera serius serius lainn lainnya, ya, teruta terutama ma fraktu frakturr korpus korpus femur, femur, sehingga disokasi hip joint tidak terabaikan.Penderita mungkin mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri. Tungkainya terletak dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan dirotasik dirotasikan an ke interna. interna. Tungkai Tungkai pada sisi yang cidera cidera lebih pendek daripada sisi yang normal. Lututnya Lututnya bersandar pada paha yang berlawanan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara abnormal. Dislokasi hip joint ada 3 macam, macam, yaitu dislokasi posterior, dislokasi anterior, dan dislokasi central. A. Disl Dislok okas asii post poster erio iorr Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis longitudinal pada femur saat femur dala keadaan keadaan fleksi fleksi 90o dan sedikit sedikit adduksi.Pem adduksi.Pemerik eriksaan saan pada penderita penderita dislokasi dislokasi posterior posterior hip joint joint akan menunjukkan tanda yang abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada bagian posterior asetabulum. Salah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik extremitas bawah dari bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak lazim pada kasus dislokasi hip joint. Terapi untuk mengembalikan keadaan ini ada dua cara. 1. Tempatkan Tempatkan penderita di lantai lantai (telentang) (telentang).. Amati (dislokasi) (dislokasi) secara cermat cermat dan suruh seorang seorang asisten asisten mendorongnya ke bawah pada SIAS. Fleksikan lutut penderita dan panggulnya, dan rotasikan tungkainya pada posisi posisi netral. netral. Tarik tungkainya tungkainya ke atas secara terus-mener terus-menerus us dengan dengan lembut. lembut. Saat masih dilakukan dilakukan traksi (penarikan) sesuai arah femur, rendahkan tungkainya ke lantai. Reduksi biasanya jelas dirasakan tetapi perlu diduk didukun ung g dengan dengan sinarsinar-X.J X.Jika ika metode metode terseb tersebut ut gagal gagal meruk meruksik sikan an dislok dislokasi asi,, suruh suruh asiste asisten n meneru menerusk skan an penekanan secara kuat pada SIAS. Dengan lutut sebagian difleksikan, tarik tungkai sesuai dengan deformitas. Fleksi Fleksikan kan panggu panggull perlah perlahan an hingga hingga 90o dan rotas rotasik ikan an secara secara lembut lembut ke intern internal al dan ekster eksterna nall untuk untuk melepaskan kaput dari struktur-struktur yang menahannya. Kembalikan kaput pada tempatnya dengan rotasi interna dan eksterna lebih lanjut, atau rotasi eksterna dan ekstensi. Bila masih terpengaruhanestesi, periksa lutut, apakah terdapat ruptur ligamentum cruciatum posterior. 2. Segera setelah penderita dianestesi, tempatkan ia dengan wajah menghadap ke meja, sehingga paha yang cedera terkatung ke bawah dengan lututnya pada 90o dan kakinya bersandar pada lutut anda. Suruh seorang asisten memegang paha yang normal secara horizontal, agar pelvis tidak menjadi miring. Tekan terus menerus ke arah bawah pada lutut yang difleksikan hingga otot-ototnya berelaksas dan kaput femoris dapat masuk ke asetabulum. Jika perlu goyangkan lututnya. Jika metode ini gagal, rujuk rujuk untuk dilakukan dilakukan reduksi reduksi terbuka.Uji stabilitas, stabilitas, saat penderita penderita masih diberi diberi anestesi, fleksikan panggulnya sampai 90o dan lakukan pemeriksaan apakah kaput femoris mudah keluar dari asetabulum dari arah posterior ataukah tetap pada tempatnya. Jika dapat tergelincir dengan mudah, diduga ada fraktur pada te pi posterior asetabulum. Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut, dengan: 1. Jika reduksi stabil, pelaksanaan bergantung pada pergerakannya, apakah menimbulkan sakit atau tidak. Jika tidak menimbulkan rasa sakit, maka tidak diperlukan traksi, karena itu lakukan pergerakan aktif di tempat tdur dan setelah 10 hari penderita diberi tongkat ketiak dengan menahan beban berat parsial. Jika pergerakan menimbulk menimbulkan an nyeri, nyeri, lakukan lakukan traksi traksi ekstensi ekstensi hingga nyeri nyeri hilang, hilang, lalu berdirikan berdirikan dengan dengan tongkat tongkat ketiak, ketiak, dilanjutkan dengan menahan beban berat parsial sampai penuh. 2. Jika reduksi tidak stabil, sehingga kaput femur keluar dari asetabulum, maka lakukan pemeriksaan sinar-X. Jika hasilnya hasilnya menunjuk menunjukkan kan satu potongan potongan tulang tulang besar patah dari pinggir asetabulum, asetabulum, maka rujuk untuk perbaikan. Sebaliknya, lakukan traksi ekstensi dengan pen tibia. Jika reduksi dapat dikontrol, lanjutkan untuk menggunakan sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya 6 minggu. B. Dislokasi anterior Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan asetabulum. Pemeriksaan dislokasi anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi posisi menyilang. menyilang. Penderita tidak dapat bergerak bergerak fleksi secara secara aktif ketika dalam keadaan keadaan dislokasi. Kaput femur jelas berada di depan triangle femur. Terapi dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai, dan lakukan anestasi seperti pada penanganan dislokasi posterior. Dengan melakukan pengamatan secara cermat, suruh seorang asisten menarik pelvisnya dengan kuat sepanjang manuver pada SIAS. Pegang tungkai penderita da bengkokkan panggul dan lutut sampai 90o. Rotasikan tungkainya ke posisi netral. Hal ini akan mengubah dislokasi anterior menjadi posterior. Tarik tungkai penderita terus menerus ke atas agar dapat mengangkat kaput femur ke dalam asetabulum. Jika panggul tidak dapat direduksi, turukan tungkainya ke lantai ketika sedang mempertahankan reduksi. Jika panggul masih tidak dapat direduksi, maka gunakan traksi sesuai dengan arah deformitas (fleksi dan adduksi). Saat mempertahankan traksi, angkat tungkainya pada posisi vertikal agar dapat membawa kaput femur pada tepi anterior asetabulum. Sekarang, dengan masih mempertahankan traksi, rotasikan tungkai ke internal dan turunkan pahanya menjadi posisi yang diekstensikan.
Jika panggul masih tidak dapat direduksikan, suruh seorang asisten terus memegang pelvis dengan kuat. Suruh asisten kedua berdiri di depannya dan menarik dengan kuat sesuai dengan arah femur. Abduksikan panggul yang normal dan letakkan tumit anda tanpa sepatu pada tempat kaput femur yang anda pikirkan. Kemudian tekan ke arah posterolateral hingga kaput masuk ke dalam socket dengan bunyi debam. Jika gagal, rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka. Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut, pertahankan penderita di tempat tidur hingga ia dapat mengontrol panggulnya kembali. Kemudian biarka ia berdiri dan menahan beban berat. Amati kaput femur terhadap nekrosis aseptik, sama seperti dislokasi posterior. Jika ia beruntung untuk menghindari keadaan ini, maka ia akan pulih kembali dengan hasil yang baik. C. Dislokasi central / obturator Dislokasi obturator ini sangat tidak umum dijumpai. Dislokasi obturator disebabkan karena gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur keluar dari asetabulum. Pemeriksaan, panggul akan sangat terlihat dalam posisi abduksi dan tidak dapat dibawa ke posisi normal tanpa penyesuaian dari pelvis. Kelainan saraf sangat jarang terlihat pada kasus seperti ini. Terapi pada dislokasi obturator, yang terjadi akibat sobeknya capsul inferior, adalah sangat memungkinkan untuk mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi anterior maupun posterior, dan kemudian dapat direduksi dengan cara yang tepat. Bagaimanapun juga traksi abduksi pada tungkai dengan traksi yang berlawanan dengan pelvis sangat diperlukan. Berikan tekanan kuat, lalu letakkan pada sisi medial kaput femur dengan melakukan sedikit gerakan internal dan eksternal rotasi. Adduksikan ke posisi normal lalu selesaikan reduksi ini. Ini membuktikan sebuah cara yang efektif untuk dislokasi ini. Selama kaput femur yang mengalami dislokasi tidak bergerak ke arah yang dapat mengganggu suplay darah, penderita dapat mulai berjalan dengan tongkat ketiak tanpa beban pada tungkainya setelah beristirahat di tempat tidur selama beberapa hari. Penderita harus berjalan dengan tongkat ketiak selama 6 minggu dan melakukan pemeriksaan dengan sinar-X dengan interval 2 sampai 3 bulan untuk tahun pertama dan 6 bulan untuk tahun kedua. Kemungkinan terjadi avascular nekrosis sangat kecil karena arah dislokasi ini.