LAPORAN PENDAHULUAN
CA MAMAE
OLEH
JULIA ISABELLA DJIA(9103012017)
NUR MALIKA (0103012037)
LUCYA ARIESTA DUPA ( 9103012029)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2010).
Keperawatan keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Johnson's (1992)
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
Akibat dari ca mamae Kehilangan mammae dapat menjadi pukulan yang hebat terhadap rasa percaya diri wanita karena wanitayang telah mengalami mastectomy merasa kurang menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka. Menangani ca mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
Apa Definisi dari ca mamae ?
Apa klasifikasi dari ca mamae ?
Apa etiologi dari ca mamae ?
Bagaimana patofisiologi ca mamae ?
Apa manifestasi klinis dari ca mamae ?
Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ?
Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae?
Bagaimana menyusun analisis data dari ca mamae?
Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
Bagaiamana cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
Tujuan
Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif dan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ca mamae
Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae .
Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae
Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae
Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae
Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae
Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae?
Mampu menyusun analisis data dari ca mamae?
Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
Mampu menyusun cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
Manfaat
Manfaatnya yaitu :
Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan Penatalaksanaan dari ca mamae.
Selain itu, kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh Kasus ca mamae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Ca mamae adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).
Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae.Dua hormone ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner dan Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen probabilitas.
Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :
Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae (RR=4,0)
Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya ca mamae.
Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko ca mamae.
Patofisiologi
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi (Sukarja,2000)
Manifestasi Klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil.
Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d'orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan invasive :
Non Invasive
Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
Invasiv
Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.
Pencegahan
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.
a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit
Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).
Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).
Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri (gambar 6)
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat- akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :
Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
Komplikasi
Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
WOC
Riwayat keluarga dan faktor genetikRadiasi : merangsang pertumbuhan sel abnormal/ tumorMakanan dan berat badan : berat badan >>, hormon estrogen >>, gangguan poliferasi sel (Hiperplasia)Penyakit Fibrokistik : papiloma, hiperplasia atipikPenggunaan hormon esterogen : penggunaan obat antikoseptiva oral jangka panjangFaktor Reproduksi : menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, kehamilan pertama pada umur tua
Riwayat keluarga dan faktor genetik
Radiasi : merangsang pertumbuhan sel abnormal/ tumor
Makanan dan berat badan : berat badan >>, hormon estrogen >>, gangguan poliferasi sel (Hiperplasia)
Penyakit Fibrokistik : papiloma, hiperplasia atipik
Penggunaan hormon esterogen : penggunaan obat antikoseptiva oral jangka panjang
Faktor Reproduksi : menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, kehamilan pertama pada umur tua
Gangguan poliferasi sel
Gangguan poliferasi sel
Terpapar lebih lama dengan hormon estrogen
Terpapar lebih lama dengan hormon estrogen
Hiperplasia pada sel mamae
Hiperplasia pada sel mamae
Mendesak Pembuluh darahMendesak sel sarafPembedahan MRM (modified radical mastectomyMendesak jaringan sekitarSuplai nutrisi ke jaringan ca
Mendesak Pembuluh darah
Mendesak sel saraf
Pembedahan MRM (modified radical mastectomy
Mendesak jaringan sekitar
Suplai nutrisi ke jaringan ca
Aliran darah ke jaringan terhambatPenekanan pada sel sarafMK : ANSIETASUkuran mamae mengecilKonsistensi mamae Suplai nutrisi ke jaringan lain
Aliran darah ke jaringan terhambat
Penekanan pada sel saraf
MK : ANSIETAS
Ukuran mamae mengecil
Konsistensi mamae
Suplai nutrisi ke jaringan lain
Hipoksia jaringanMK: NyeriMK: Gangguan Body Image
Hipoksia jaringan
MK: Nyeri
MK: Gangguan Body Image
MK: Kerusakan Integritas kulitMK: Resiko InfeksiBakteri patogenNekrotik jaringanulkusPerfusi jaringanMassa tumor mendesak jaringan luarOdem pada mamaeMK: Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan TubuhBB menurun
MK: Kerusakan Integritas kulit
MK: Resiko Infeksi
Bakteri patogen
Nekrotik jaringan
ulkus
Perfusi jaringan
Massa tumor mendesak jaringan luar
Odem pada mamae
MK: Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
BB menurun
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
Identitas pasien
Nama : Ny. L
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku : Indonesia
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan, Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar, Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil, Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit, biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah, ansietas.Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
Riwayat kesehatan keluarga :
Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
Pemeriksaan Fisik
umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada atau Thorak.
Dada atau Thorak
Inspeksi
Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
Analisis Data
Data
KEMUNGKINAN PENYEBAB
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Data subyektif :
Keluarga mengatakan belum mengerti tentang perawatan penyakit Ca mamae
keluarga mengatakan belum mampu menjelaskan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien .
Ibu Y tidak memeriksakan ke dokter saat merasakan nyeri.
Ibu Y tidak minum obat anti nyeri
Ibu y mengatakan nyeri hebat terjadi pada saat melakukan aktivitas.
Data Obyektif :
Wajah Ibu Y tampak meringis kesakitan
TD : 130/90 mmHg
Nadi : >100x/mnt
RR : > 20x/mnt
Skala nyeri : 6
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Ca mamae
Nyeri pada Ibu Y di keluarga bapak X.
Data subjektif : keluarga klien mengatakan luka pada payudara klien semakin membesar dan terasa gatal.
Data objektif :
Luka pasien berbau
Luka tampak kemerahan
Terdapat push pada luka
Luka teraba hangat
Luka melebar dan membengkak.
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Ca mamae
Kerusakan integritas kulit pada keluarga bapak x Ny. Y
Rumusan Diagnosa Keperawatan :
Nyeri pada Ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Ca Mama
Kerusakan integritas kulit pada ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Skoring prioritas masalah
Nyeri pada Ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Ca Mamae.
Kriteria
Skala
Bobot
Skoring
Pembenaran
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
Potensial masalah untuk dicegah : tinggi
Menonjolnya masalah: Tidak perlu segera ditangani
3
1
3
1
1
2
1
1
3/3x1=1
1/2x2= 1
3/3x1=1
1/2x1=1/2
Ibu Y mengalamiCa Mamae ditandaidenganwajah ibu Y tampak meringis kesakitan, skala nyeri pada ibu Y. : 6
Bp. IbdanIbu Y memilikikeinginanuntuksembuhdanadaperawat yang memberikaninformasitentangperawatanuntukCa mamae
Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan keluarga untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga
Keluarga merasakan adanya masalah, tapi tidak ditangani. keluarga saat ini tidak minum obat dan tidak memeriksakan kondisinya ke dokter
Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan keluarga untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga
Keluarga merasakan adanya masalah, tapi tidak ditangani. keluarga saat ini tidak minum obat anti diabetik, tidak diet dan tidak olah raga
Total skor
31/2
Kriteria
Skala
Bobot
Skoring
Pembenaran
Sifat masalah : aktual
Kemungkinan masalah dapat diubah : tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah : rendah
Menonjolnya masalah: segera ditangani
3
1
3
1
1
3
1
3
3/3x1=1
1/2x3= 3/2
3/3x1=1
1/2x1=1/2
Ibu Y mengalami Ca Mamae ditandai dengan keluarga klien mengatakan luka pada payudara klien semakin membesar dan terasa gatal.
Luka pasien berbau, Luka tampak kemerahan, Terdapat push pada luka,Luka teraba hangat, Luka melebar dan membengkak.
Bapak x dan ibu Y memiliki keinginan untuk sembuh dan ada perawat yang memberikan informasi tentang perawatan untuk Ca mamae, namun keadaan luka semakin memburuk.
Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan keluarga untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga
TOTAL SKOR
½
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
D
X
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Umum
Khusus
Kriteria
Standar
1
Setelah dilakukan tindakan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri
Tujuan Khusus :
Setelah melakukan kunjungan 5 x 60 menit keluarga dapat mencapai:
Tuk 1 :
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan Ca mamae
Menjelaskan penyebab terjadinya perubahan nyeri
Keluarga mampu menggunakan obat untuk mengatasi nyeri
Keluarga mampu menjelaskan cara-cara mengurangi nyeri.
Keluarga mampu mengontrol kondisinya ke dokter
Verbal
Verbal
Keluarga dapat menyebutkan penyebabnyeri yaitu adanya tanda dan gejala CA mamae
Keluarga dapat mengunakan obat secara teratur yaitu 2x sehari untuk mengurangi nyeri
Keluarga dapat menyebutkan cara-cara mengurangi nyeri yaitu eknik distraksi seperti : membaca buku, dan teknik relaksas seperti : nafas dalam.
Keluarga dapat mengontrol kondisinya ke dokter
Diskusikan dengan keluarga :
Penyebab terjadinya nyeri
Penggunaan obat secara teratur
Cara-cara mengurangi nyeri
Mengontrol kondisi ke dokter
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE
Kasus :
Ny.D keluaga Bapak X,berumur 35 tahun mempunyai 2 anak laki-laki. Anak A (27 thn) dan anak B(25 thn) pekerjaan anak A sebagai SPG dan An.B sebagai Penjual nasi. Suatu ketika Ny.D tidak dapat menahan rasa nyeri sehingga Ny.D datang ke rumah sakit WM, ibu datang dengan keluhan nyeri pada payudara sebelah kiri. Nyeri menjalar sampai ke punggung belakang,keadaan umum pasien tampak lemah, wajah pasien tampak merintih kesakitan dan sulit melakukan aktifitas. Awalnya Ny. D mengatakan timbul benjolan kecil di payudara sebelah kiri tapi oleh Ny.D tidak pernah mengontrol kesehatannya dan mengira benjolan biasa akhirnya lama kelamaan benjolan semakin besar dan nyeri. Setelah di lakukan pemeriksaan Ny. D terdiagnosa Ca Mammae Stadium 4, TTV klien RR :20x /menit, N:100x/menit,TD:140/80 mmHg, S:37,5 C, keluarga klien mengatakan luka pada payudara klien semakin membesar dan terasa gatal. Luka pasien berbau,luka tampak kemerahan,Terdapat push pada luka, luka teraba hangat, luka melebar dan membengkak.