ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.S DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur Kami Panjatkan kehadirat Tuhan YME, karna atas berkat dan Rahmat-Nya, Kami bisa menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini membahas tentang HIPERBILIRUBIN Dalam menyusun Makalah ini,kami mengalami beberapa kendala, Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang yang terlibat dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membacanya. Dan di harapkan kritik dan saran sar an yang membangun,dalam melengkapi makalah ini.Terima Kasih.
Penyusun
Manado, Februari 2013
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB II ISI A. Definisi B. Eiolog C. Manifestasi Klinis D. Patofisiologi E. Patoflow F. Penatalaksanaan G. Komplikasi BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian B. Analisa Data C. Diagnosa D. Perencanaan E. Implementasi F. Catatan Perkembangan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, inf eksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikter us patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebai k-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan Hiperbilirubin. 2. Tujuan Khusus. Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu : v Mengerti dan memahami konsep dasar hiperbilirubin. v Melakukan pengkajian pada pasien dengan hiperbilirubin. v Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas hiperbilirubin. v Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin
BAB II ISI A. Definisi Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998) Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988). Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002) Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis.(Markum, 1991:314) B. Etiologi
Pembentukan bilirubin yang berlebihan. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati. Gangguan konjugasi bilirubin. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasit as pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma.Siphilis.
C. Manifestasi Klinis
Kulit berwarna kuning sampe jingga Pasien tampak lemah Nafsu makan berkurang Reflek hisap kurang Urine pekat Perut buncit Pembesaran lien dan hati Gangguan neurologic Feses seperti dempul Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa. o Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
D. Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.(Markum, 1991)
F. Komplikasi
Retardasi mental - Kerusakan neurologis Gangguan pendengaran dan penglihatan Kematian. Kernikterus
G. Penatalaksanaan a) Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau ba yi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.
Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat. b) Tindakan khusus
Fototerapi Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.
Pemberian fenobarbital Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.
Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfuse tukar.
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiper bilirubin jinak hingga moderat.
Terapi transfuse digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
Terapi obat-obatan misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
Menyusui bayi dengan ASI Terapi sinar matahari c) Tindak lanjut
Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.S DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN I PENGKAJIAN A.
Identitas Data Identitas Bayi : Nama Klien
: An “E”
Nama Ayah
: Tn.E (42 th)
Umur
: 4 hari
Nama Ibu
: Ny.S (37 th)
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan Ayah : PNS/ IRT Agama/Suku
: kristen
BB
: 2600 kg Identitas Orang Tua : Nama Ayah
Nama Ibu
: Tn.E (42 th)
: Ny.S (37 th)
Pekerjaan Ayah : PNS/ IRT Pekerjaan Ibu : IRT Agama
: Kristen
Pendidikan
: Sarjana/SMA
Alamat B.
: Wanea
Keluhan Utama Badan bayi berwarna kuning
C.
Keluhan saat dikaji Bayi dalam keadaan lemah, klien muntah, mendapat foto therapy dan tampak kuning diseluruh permukaan tubuh.
D.
Riwayat Perjalanan Penyakit Bayi lahir dengan Sectio cecaria di Rumah Bersalin Ibunda, saat lahir bayi langsung menangis, lahir jam 12.40 dengan BBL 2600 gr, PB : 49 cm, LK : 34 cm, ibu bayi dengan APB
placenta
previa, datang ke RS lewat IGD pada
tanggal 12-5-05 dan dibawa keruang nicu pada t anggal 12-05-05 jam 17.40 wita dengan keluhan nafas cepat, s yanosis, nampak kuning diseluruh permukaan tubuh. E.
Riwayat Penyakit Sebelumnya Karena umur bayi baru 4 hari, maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang pernah di alami sebelumnya.
F.
Riwayat Kehamilan Usia kehamilan : 47-48 minggu Anak ke
: 6 (enam)
Penyakit ibu
:-
Gerakan janin
: dirasakan
Hamil ke
: 6 (enam)
Rencana KB
: setelah bayi lahir ibu disarankan steril ibu setuju
ANC
: posyandu 4x teratur, bidan 2x teratur.
TT G.
H.
: 2x lengkap
Riwayat Kehamilan yang lalu Anak Ke 1
: meninggal sejak lahir
Anak Ke 2
: laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 13 thn.
Anak Ke 3
: laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 10 thn.
Anak Ke 4
: meninggal sejak lahir.
Anak Ke 5
: laki-laki, lahir dengan secsio cesaria, usia 3 thn.
Anak Ke 6
: yang ini.
Riwayat Persalinan
I.
Bayi lahir
: 12 Mei 2005 jam 12.40 Wita, dengan Secsio Cesaria,
BBL. PB,LK
: 2600 gr, 49 cm, 34 cm.
Riwayat \Penyakit Keluarga Keluarga mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit, dan juga tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit menular seperti TBC, atau penyakit menurun seperti DM, Asma.
J.
Riwayat Bio, psiko, sosial, spiritual. Pola respirasi Klien terlihat nafas cepat, RR 68x/mt, terpadang O 2 .
Nutrisi Klien masih dipuasakan, kebutuhan klein akan nutrisi 310 cc/ 24 jam. Karena BB klien saat dikaji 2300 kg masuk pada hari ke 4 kelahiran dan dikalikan dengan jumlah cairan yang dibutuhkan dan ditambah 30 cc dikarenakan klien mendapat foto therapy. NGT terpasang dan retensi banyak klien juga di spulling.
Eliminasi Saat dikaji klien BAB 3x dan BAK 5x, warna feces jitam kehijau-hijauan.
Aktifitas Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya dan perawat ruangan, aktivitas klien berada dalam boks bayi dibawah sinar foto therapy selama 6 jam dan diistirahatkan selama 2 jam dan dilanjutkan kembali hingga kadar bilirubinnya turun.
Istirahat tidur Klien dapat tidur dengan nyenyak,klien sering bangun dan menangis kar ena popoknya basah akibat BAK dan BAB serta karena haus.
Suhu tubuh Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,7 oC
Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi dibantu oleh perawat dan ibu, popok diganti setiap kali popok basah oleh urin dan feses. K.
Pemeriksaan Fisik.
a.
Reflek menggenggam
: lemah
b.
Refleks menghisap
: lemah
c.
Kekuatan menangis
: lemah
d.
BB : 2300 kg, LK : 34 cm, LL : 14 cm, PB : 49 cm. e.
Kepala
: Rambut hitam, bagian depan dicukur, infus terpasang 12 tts/mt KA EN IB, tidak ada lesi dikulit kepala.Lingkar
kepala 34 cm f.
Wajah
: warna wajah terlihat kuning, tidak ada lesi pada wajah,
kulit bersih. g.
Leher
: tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi
vena jugolaris) h.
Mata
: mata tertutup verban saat terapy sinar, mata klien semetris
tidak ada lesi pada kedua mata. i.
Hidung
: tidak ada lesi pada hidung, lubang hidung bersih, terpasang
O2 dan NGT. j.
Mulut
: mukosa bibir lembab, lidah klien berwarna merah keputih putihan, ada bekas muntah di sudut bibir klien.
k.
Telinga
l.
Dada
: bentuk simetris, tidak ada serumen : warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, terdengar DJJ
138/ mnt m.
Abdomen
n.
Ektermitas
: tidak kembung, tidak ada nyeri tekan : atas bawah tidak ada lesi, kuku klien pendek, gerak aktif
L.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 13-05-2005 Haemoglobin
: 16,6
Lekosit
: 19.000
Eritrosit
: 4,61
Trombosit
: 279.000
Hematokrit
: 48,2
M.
Terapi
IVFD : KA-EN 1B 12 tts/mnt Cefotaxim : 2x 125 mg IV Spuling dengan NACL
II
Analisa Data NO 1.|
SYMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM
Ds : -
Adanya
Resiko tinggi
Do :
pemberian foto
terjadinya injury
Warna kulit klien nampak
therapy
kuning 2.
-
nampak warna kuning di seluruh pemukaan tubuh S : 36,50C N : 160 x/mnt RR = 48x/mnt
III
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan
Resiko
bilirubin indirek
terjadinya kern
dalam tubuh
ikterus
klien yang dapat masuk kedalam jaringan otak
1.
Resiko terjadinya kern ikterus b/d kelebihan bilirubin indirek dalam tubuh
klien yang dapat masuk kedalam jaringan otak. 2.
Resiko terjadinya injury b/d adanya pemberian foto therapy
IV
PERENCANAAN
TUJUAN
Setelah
RENCANA
DX
Ø Kolaborasi dengan
Ø Merupakan
dilakukan
dokter untuk foto
indikator untuk
tindakan selama
therapy,O2, injeksi
menilai jumlah
24 jam
Cepotaxim 2x 125 mg
bilirubin klien serta
diharapkan
IV
waktu yang
resiko tinggi terjadinya kern ikterus dapat dihindari dicegah dengan kriteria : → Kadar
Bilirubin berkurang
I
TINDAKAN
RASIONAL
Ø Kolaborasi dengan Lab untuk memeriksa
diperlukan dalam terapy klien
bilirubin setiap 8 jam
Ø Untuk menilai
minimal setiap 24 jam
apakah kadar
Ø Beri minum yang banyak
bilirubin klien melebihi normal atau kurang dari normal Ø Agar dehidrasi tidak terjadi dan Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien karena klien berada dibawah terapi sinar
Setelah dilakukan tindakan selama 24 jam diharapkan resiko tinggi
II
Ø Observasi Vital sign Ø Observsi pemberian cahaya sesuai dengan
Ø Melihat sejauhmana perkembangan klien
kebutuhan dan kondisi
Ø Dengan
klien
mengobservasi pemberian cahaya
injury dapat
Ø Observasi keadaan
dicegah dengan
umum klien setelah
kriteria :
therapy
Ø Pencahayaan
Ø Cek intake dan
menilai penurunan
cukup sesuai
output selama
kadar bilirubin serta
dengan
penyinaran
sejauhmana klien
sesuai dengan kebutuhan dapat mengetahui dan
kebutuhan
mengalami injury.
Ø Kadar
Ø Untuk mengetahui
bilirubin
tingkat
berkurang
perkembangan klien
Ø Tubuh klien tidak berwarna kuning lagi
dan sejauhmana terjadinya dehidrasi Ø Menilai apakah jimlah cairan yang masuk sesuai dengan instruksi dokter
V
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DX I
IMPLEMENTASI Ø Memonitor warna kulit bayi Ø Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter untuk foto therapy Ø Memberikan injeksi cefotaxim 125 mg IV Ø Mengobservasi vital sign Ø Mengoservasi kondisi kulit dan mata klien Ø Menimbang BB Ø Mengobservasi keadaan umum bayi Ø Mengobservasi intake dan output Ø Mengobservasi penutup mata dan popok klien
RESPON HASIL Ø Kulit bayi masih tampak kuning Ø Foto therapy terpasang jam 11.00 dan berakhir jam 17.00, bayi tampak menangis Ø Klien mendapat injeksi cefotaxim Ø Suhu 36,4 C, RR : 68 x/mnt, DJJ : 136x/ mnt. Ø Kulit baik mata tertutup dengan baik pula Ø BB 2300 gr Ø Keadaan umum masi lemah Ø Bayi masi puasa NGT terpasang infuse KA EN IB 12 tts/mnt retensi banyak Ø Mata tertutup rapat dengan kain kasa dan
dilapisi dengan karbon begitu pula dengan popoknya tertutup dengan baik
II
Ø Memonitor warna kulit bayi Ø Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter untuk foto therapy Ø Memberikan injeksi cefotaxim 125 mg IV Ø Mengobservasi vital sign Ø Mengoservasi kondisi kulit dan mata klien
Ø Kulit bayi masih tampak kuning Ø Foto therapy terpasang jam 11.00 dan berakhir jam 17.00, bayi tampak menangis Ø Klien mendapat injeksi cefotaxim Ø Suhu 36,5 C, RR : 40
Ø Menimbang BB
x/mnt, DJJ : 144x/ mnt.
Ø Mengobservasi keadaan umum
Ø Kulit baik masih
bayi
tampak kuning, mata
Ø Memberi minum bayi
tertutup dengan baik saat foto therapy
Ø Memberi minum bayi Ø BB 2260 kg Ø Mengobservasi penutup mata dan popok bayi
Ø Keadaan umum lesu, tangis kuat
Ø Memberi minum bayi Ø Bayi minum pasi 10 cc Ø Bayi minum pasi 10
cc Ø Mata tertutup kain kasa dilapisi dengan karbon begitu juga dengan popoknya tertutup dengan baik Ø Bayi minum pasi 10 cc
VI
CATATAN PERKEMBANGAN DX
CATATAN PERKEMBANGAN
S:O: Ø Kadar bilirubin 11,4 Ø Klien masih nampak kuning
I
A :
Resiko tinggi kern ikterus
dapat dicegah P : Intervensi dilanjutkan
S:O: Ø kulit klien masih nampak kuning Ø pencahayaan cukup sesuai dengan kebutuhan dan kondisi, klien II
yaitu selama 6 jam dan disitirahatkan selama 2 jam A :
Resiko tinggi injury dapat
dicegah P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatusHiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus. B. Saran Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama melakukan asuhan keperawatan kami mengemukakan beberapa saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin dapat berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keperawatan di masa mendatang, saran yang dapat kami kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan kebutuhan seharihari. 2. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan keperawatan pada pasien Hiperbilirubin 3.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan dapat diterapkan dalam dunia keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
ml.scribd.com/doc/.../Hi-Per-Bilirubin-Emi-A - Translate this page
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasienhemaptoe.html