DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................... .................................................................. ....................................... ................ 2 2. Tujuan Penulisan ............................................ .................................................................. ................................... ............. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Acute Renal Failure
1. Definisi ............................................ ................................................................... ............................................. ........................... ..... 3 2. Anatomi Fisiologi ........................................... ................................................................. .................................... .............. 3 3. Etiologi ............................................ ................................................................... ............................................. ........................... ..... 4 4. Manifestasi Klinis ........................................ .............................................................. ...................................... ................ 7 5. Patofisiologi ............................................ .................................................................. .......................................... .................... 8 6. Pemeriksaan Penunjang 6.1 Pemeriksaan Diagnosis ........................................... ............................................................... .................... 9 6.2 Pemeriksaan Laboratorium ............................................ ......................................................... ............. 9 7. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan ............................................. .................................................. ..... 9 8. Penatalaksanaan Nekrosis Tubular Akut ......................................... ............................................ ... 11 9. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat ........................................... ................................................ ..... 15
BAB III PENUTUP
1. Penutup ............................................ ................................................................... ............................................. ........................... ..... 23 2. Kritik dan Saran .......................................... ................................................................ ...................................... ................ 23
................................................................... ........................................ ................. 24 DAFTAR PUSTAKA ............................................
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
1
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Apabila hanya 10% dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal end stage renal disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal juga dapat kronik, yaitu terjadi perlahan dan berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun. Di Amerika Serikat, sekitar 5% dari pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami ARF dan 30% dari pasien yang dirawat di unit perawatan intensif menderita ARF. Pada pasien ARF, 50% mengalami oliguria dan 80% pasien ini meninggal. Dari kasus ARF intrinsik, 90% adalah nekrosis tubular akut.
2. Tujuan Penulisan Tujuan Umum :
Setelah mempelajari kasus kegawatan pada sistem perkemihan yakni ARF (Acute Renal Failure), Failure), diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep kegawatan pada pasien ARF.
Tujuan Khusus :
Setelah mempelajari kasus dalam makalah ini, diharapkan : 1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi dan pemeriksaan penunjang (Diagnostik dan Laboratorium) pada kasus ARF. 2) Mahasiswa
mampu
menjelaskan
asuhan
keperawatan
kegawatdaruratan pada kasus ARF.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Acute Renal Failure 1. Definisi
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF) adalah penurunan
fungsi
ginjal
tiba-tiba
yang ditentukan
dengan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin plasma. Haluaran urine dapat kurang dari 40 ml atau jam (oliguria), tetapi mungkin juga jumlahnya normal atau kadang-kadang dapat meningkat. Meskipun tidak ada batas pasti untuk BUN dari 15-30 mg atau dl dan peningkatan kreatinin dari 1-2 mg atau dl mengisyaratkan ARF pada pasien yang sebelumnya mempunyai fungsi ginjal normal. 2.
Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh atau ekstraselular. Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masingmasing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm.. Berat ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
3
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai
basis
sepanjang
ginjal,
sedangkan
apeksnya
menghadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan duktus koli gensterminal. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid dinamakan kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Kedua ginjal bersama - sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap nefron bias membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
3. Etiologi A. Prerenal
a. Hipovolemia a) Perdarahan b) Dehidrasi c) Muntah, diare dan diaforesis d) Pengisapan lambung e) Diabetes melitus dan diabetes insipidus f) Luka bakar dan drainase luka g) Sirosis
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
4
h) Pemakaian diuretik yang tidak sesuai i) Peritonitis b. Penurunan Curah Jantung a) Gagal jantung kongestif b) Infark miokard c) Tamponade jantung d) Disritmia c. Vasodilatasi Sistemik a) Sepsis b) Asidosis c) Anafilaksis d. Hipotensi dan Hipoperfusi a) Gagal jantung b) Syok B. Intrarenal
a. Kerusakan Nefron a) Nekrosis tubular akut b) glomerulonefritis b. Perubahan Vaskular a) Koagulopati b) Hipertensi malignant c) Stenosis c. Nefrotoksin a) Antibiotik
(gentamisin,
tobramisin,
neomisin,
kanamisin dan vankomisin) b) Kimiawi (karbon tetraklorida dan timbal) c) Logam berat (arsenik dan merkuri) d) Nefritis interstitial akibat obat (tetrasiklin, furosemid, tiasid dan sulfanomid)
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
5
C. Postrenal
a. Obstruksi Ureter dan Leher Kandung Kemih a) Kalkuli b) Neoplasma c) Hiperplasia prostat
Tabel. 1 Etiologi dari Ketiga Tipe ARF
Perubahan Patologi
Etiologi
Prerenal
Kondisi yang disebabkan oleh
Penurunan aliran darah ke
penurunan cardiac output :
ginjal hingga menimbulkan
Shock
iskemia pada nefron, bila
CHF
hipoperfusi berkepanjangan
Emboli pulmonali
maka dapat emnimbulkan
Anafilaksis
nekrosis pada tubular dan
Jantung tamponade
terjadinya ARF
Sepsis
I ntrarenal (I ntri nsik)
Nefritis internal akut
Kerusakan jaringan ginjal
Terpapar nefrotoksin
yang
disebabkan
oleh
Glomerulonefritis akut
inflamasi
dan
Vasculitis
dari
Syndrome hepatorenal
yang
Akut tubular nekrosis
Stenosis atau trombosis
proses imunologi
atau
hipoperfusi berkepanjangan
arteri atau vena ginjal
Postrenal
Obstruksi pada sistem ginjal dari batu kalkuli uretra atau
pada
pada
uretra
atau bladder
dimanapun letaknya Obstruksi
Kanker
Batu
atau
kalkuli
ginjal bladder
Atony bladder
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
6
secara
bilateral
menyebabkan
yang
kegagalan
Kanker
atau
hiperplasia prostat
pada postrenal, tidak hanya
Kanker cervix
pada satu fungsi ginjal.
Striktura uretra
From Ignatavicius, D. D., Workman, M. L, & Mishler, M. A. (1995). Medical surgical nusring (2nd ed, p. 2148). Philadelphia : W. B Saunders. Used with permission.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada ARF seperti : pucat (anemia), oliguria, edema, hipertensi, muntah, letargi, gejala kelebihan cairan berupa gagal jangtung kongestif atau edema paru, aritmia jantung akibat hiperkalemia, hematemesis dengan atau tanpa melena akibat gastritis atau tukak lambung, kejang, kesadaran menurun sampai koma. Fase gagal ginjal akut : a. Fase oliguria atau anuria : jumlah urine berkurang sampai 1030 ml atau hari, dapat berlangsung 4-5 hari, kadang-kadang sampai 1 bulan. Terdapat gejala uremia nyata seperti pusing, muntah, apatis sampai somnolen, haus, nafas kussmaul, kejang dan
lainnya.
Ditemukan
hiperkalemia,
hiperfosfatemia,
hipokalsemia, hiponatremia dan asidosis metabolik. b. Fase diuretik : poliuria, dapat timbul dehidrasi. Berlangsung sekitar 2 minggu. c. Fase penyembuhan atau pascadiuretik : poliuria dan gejala uremia berkurang. Faal glomerulus dan tubulus membaik dalam beberapa minggu, tetapi masih ada kelainan kecil. Yang paling lama terganggu adalah daya mengkonsentrasi urine. Kadang-kadang faal ginjal tidak menjadi normal lagi dan albuminuria tetap ditemukan.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
7
E. Patofisiologi
Hipovolemi
Postrenal
Intrarenal
Prerenal
Vasodilata si sistemik
↓ curah jantung
Kerusaka n nerfon atau
Hipotensi & hipoperfusi
Hyperplasia prostat
kalkuli Nefrotoksi Perubahan vaskuler
Neoplasma
Obstruksi pada saluran Aliran darah ginjal
Urin tdk dpat melewati obstruksi
↓ TD
Kongesti yg menyebabkan tekanan retrogard melalui system kolegentes dan nefron
Laju GFR↓
Jumlah cairan tubulus lebih
reabsorsi natrium dan
Pembuangan dari interstisium medulla renalis
Memperbesar reabsorsi dari cairan tubular distal
tonusitas medular
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
Menekan dan merusak nefron
GGA
8
F. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Diagnosis
a) Rontgen Thorax b) Ultrasonografi ginjal c) Test Doppler d) CT Scan e) ECG (Electrocardiogram) f) CVP (Central Venous Pressure) g) Renal Arteriogram b. Pemeriksaan Laboratorium
a) Lab darah lengkap : WBC, RBC, HCT, Platelet b) Analisa Elektrolit : Sodium, potassium, calsium, kalium, natrium c) AGD : PCO2, PO2, HCO3, Saturasi O2, PH d) BUN, Creatinin, klirens kreatinin e) Enzim hepar : SGOT, SGPT f) Urinalisis : berat jenis urine, osmolalitas dan natrium urine
G. Penatalaksanaan Kegawatan
Penatalaksanaan utama kerusakan fungsi ginjal diarahkan pada
penatalaksanaan
khusus
dan
adekuat
dari
keadaan
hipoperfusi. Ketiga penyebab yang paling pada penurunan fungsi ginjal adalah penurunan curah jantung, perubahan tahanan vaskuler perifer, dan hipovolemia. Faktor-faktor seperti disritmia jantung, infark miokard akut, dan temponande prikardial akut,semuanya ini menurunkan
curah
jantung,
mungkin
berhubungan
dengan
penurunan aliran darah ginjal. Oleh karenanya reversibilitas (kemampuan untuk kembali ke keadaan normal) dari gagal ginjal tergantung pada kemampuan untuk meningkatkan fungsi jantung.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
9
Pada kondisi ini, curah jantung biasanya terganggu secara akut dan sangat payah. Bila curah jantung terganggu sampai batas yang lebih kecil selama periode waktu yang lama, bagaimana pun, terjadi gambaran gagal jantung kongestif. Sekali lagi, disini terjadi penurunan perfusi ginjal meskipun sampai batas yang terkecil. Gambaran utama dari keadaan ini, dari aspek ginjal, makin menyerap natrium, yang mengakibatkan peningkatan volume cairan ekstraselular, kenaikan tekanan vena sentral, dan edema. Beberapa
mekanisme
bertanggung
jawab
terhadap
peningkatan reabsorpsi tubular terhadap natrium. Pertama, terjadi penurunan lebih besar dalam aliran darah ginjal daripada dalam filtrasi
glomerulus,
membawa
ke
mekanisme
yang
telah
dibicarakan sebelumnya. Kedua, telah diduga bahwa aliran darah ke kortek superficial menurun, sementtara aliran darah kearea kortikal dalam meningkat. Selain itu, diperkirakan bahwa nefron pada region kortikal dalam menyerap natrium terfiltrasi dalam presentase yang lebih besar daripada nefron di korteks luar ginjal. Factor-faktor lain termasuk peningkatan reabsorpsi natrium tubulus distal dan proksimal. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap peningkatan reabsorpsi natrium tubulus proksimal sebagian besar tergantung pada peningkatan tekanan onkotik posglomerular; namun aldosteron paling bertanggung terhadap peningkatan reabsorpsi natrium tubulus distal. Dapat dilihat bahwa berbagai
mekanisme
yang
bertanggung
jawab
terhadap
peningkatan reabsorpsi natrium tubular pada gagal jantung kongesti. Terapi diarahkan terutama pada meningkatkan ekskresi natrium urine. Kadang-kadang, keadaan ini dapat diselesaikan dengan
memperbaiki
meningkatkan
perfusi
curah
jantung
,
yang
ginjal.
Namun
hal
ini
selanjutnya tidak
selalu
memungkinkan. Diuretic sering digunakan untuk meningkatkan ekskresi natrium. Agen ini secara langsung menghambat reabsorpsi
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
10
natrium dalam tubulus ginjal. Potensi diuretic ditentukan terutama oleh tempatdi tubulus ginjal dimana reabsorpsi natrium di hambat. Kedua diuretic yang paling poten yang sekarang ada adalah furosemmid (Lasix; Hoechst-Roussel Pharmaceuticals, Somerville, NJ) dan asam etakrinik (Edcrin; Merck Sharp & Dohme, West Point, PA). Agen ini menghambat reabsorpsi natrium pada parsasenden ansa Henle dan pada tubulus distal. Masih belum jelas apakah agen ini juga mempunyai efek pada tubulus proksimal. Diuretic tiazid mempunyai kerja utama pada tubulus distal dan oleh karenanya agen ini agak kurang poten daripada agen diatas. Diuretic lain yang umum lain adalah spironokolakton (Aldactone; Searle Laboratories, Chicago, IL), yang meningkatkan natrium urine dengan menghambat efek aldosteron di tubulus ginjal. Spironolakton harus di gunakan dengan hari-hari pada pasien dengan penurunan curah jantung dan perfusi ginjal yang lemah karena diuretic ini menurunkan ekskresi kalium dan dapat menyebabkan hiperkalemia yang mengancam hidup pada pasien seperti ini. Keadaan yang sama juga terjadi untuk triamteren, diuretic hemat kalium.
H. Penatalaksanaan Nekrosis Tubular akut
Karena NTA Terus menerus berhubungan dengan tingginya mortalitas sasaran yang penting adalah pencegahan komplikasi ini. Nekrosis Tubular Akut dapat dicegah pada pasien yang mengalami cedera traumatik mayor dengan penggantian kehilangan darah dan perbaikan gangguan cairan dan elektrolit. Sama halnya, pasien yang menerima agen yang kemungkinan nefrotoksik harus menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi ginjal selama pemberian agen tersebut. Hal ini ditangani lebih mudah dengan mengukur kadar kreatinin dengan jadwal dua hari sekali. Bila kreatinin serum mulai meningkat, obat harus
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
11
dihentikan.pada kebanyakan pasien, pada penyimpanan fungsi dapat distabilkan dan pasien sembuh tanpa mengalami kerusakan fungsi ginjal berat. Masih ada perdebatan yang tajam berkenaan tentang efektifitas manitol dan furosemid dalam mencegah GGA. Pada kenyataannya, berapa bukti telah dikumpulkan yang menunjukkan bahwa furosemid secara nyata
dapat meningkatkan toksisitas
agen-agen nefrotoksik tertentu. Namun kebanyakan peneliti setuju bahwa percobaan furosemid harus diberikan intravena sampai 500 mg. Seringkali hal ini dapat memperbaiki oliguria menjadi GGA nonoliguria, yang secara klinis lebih mudah ditangani. a) Penggantian volume Setelah
terjadi
NTA,
pertimbangan
utama
adalah
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit. Selama masa oliguria, volume urine biasanya kurang dari 300 ml perhari. Kehilangan yang tidak terlihat rata-rata 800-1000 ml perhari dan sebenarnya bebas elektrolit. Secara umum, pengantian cairan harus mendekati 500 ml perhari. Selain air akan dari air yang terdapat dalam makanan di tambah air oksidari dari metabolisme. Karena pengguanaan protein dan lemak tubuh, pasien idealnya harus kehilangan 2,2 lb (1kg) perhari untuk mempertahankan keseimbangan air. Bahaya kelebihan air dengan akibat gagal jantung kongesti dan edema paru terdapat sepanjang periode oliguria.sebaliknya, selama NTA fase diuretik, pemborosan natrium lebih jauh dapat terjadi berkaitan dengan peningkatan volume urine. Itulah sebabnya perlu untuk mempertahankan pencatatan asupan dan haluaran secara akurat dan penimbangan berat badan tiap hari pada kedua fase. Hal ini teruama penting bila ada kesempatan lain untuk kehilangan cairan dan elektrolit seperti muntah, diare, penghisapan nasogastrik, dan drainase
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
12
oleh dari fistula. Secara umum, kehilangan terjadi sebagai akibat dari masalah-masalah ini harus di ganti penuh. b) Terapi Nutrisi Selain penggantian cairan dan elektrolit ,masukan di arahkan pada pensuplaian pasien dengan kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak untuk menurunkan pemecahan protein tubuh. Karena 1 gr urea dibentuk setiap 6 gr protein yang di metabolisme, asupan protein biasanya dibatasi untuk mencegah peningkatan BUN yang terlalu cepat. Dengan
pengembangan
tim
nutrisi
,telah
terjadi
kecendrungan berkembangan untuk memberikan lebih banyak kalori dan protein dalam bentuk parenteral atau hiperalimensasi enteral dalam upaya untuk meningkatkan kondisi umum pasien dan
untuk
mempercepat
pemulihan
fungsi
ginjal.
Diit
mengandung 2000 sampai 3000 kalori atau hari dengan 40 sampai 60 gr protein atau asam amino esensial telah digunakan dengan frekuensi yang meningkat. Diet ini mengandung lebih dari 500 ml cairan yang di anjurkan sebelumnya. Oleh karenanya,hiperalimentasi memerlukan lebh dialisis ,khususnya pada periode oliguria, sering dalam kombinasi dengan hemofiltrasi. c) Kontrol asidosis Asidosis metabolik dengan keparahan sedang biasanya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal .hal ini merupakan akibat dari ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan ikatan asam (H2PO4) yang dihasilkan dari proses metabolik normal. Asidosis biasanya dapat dikontrol dengan mudah dengan memberi pasien natrium bikarbonat 30 sampai 60 mEq setiap hari tetapi tidak memerlukan pengobatan kecuali HCO 3turun dibawah 12 sampai 15 mEq atau L.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
13
d) Kontrol Hiperkalemia Hiperkalemia umumnya terjadi pada pasien dengan NTA .ini
merupakan
konsekuensi
baik
karena
penurunan
kemampuan ginjal mengekresi kalium dan pelepasan kalium intraseluler karena asidosis dan kerusakan jaringan. Asidosis mengakibatkan perpindahan ion hidrogen ke dalam sel, sehingga mengantikan kalium ke dalam cairan intraselular. Keadaan
ini
mempertahankan
netralitas
elektron
tetapimeningkatkan keadaan hiperkalemia. Selain mekanisme untuk menyebabkan hiperkalemia, sering di abaikan pada pasien sakit akut , adalah pembatasan kalori ,terutama pembatasan glukosa . perpindahan glukosa dan asam amino ke dalam sel sel disertai dengan kalium .pada sakit akut, pasien katabolik, bila asupan diit di batasi atau terapi cairan intravena
dihentikan
,
kegagalan
perpindahan
kalium
intraselular dapat menunjang hiperkalemia. Karena proses ini membutuhkan insuline, maka defisiensi insuline mempunyai konsekuensi sama, dan penderita diabetik dapat lebih rentan untuk mengalami gangguan akut kesemimbangan kalium bila terjadi gagal ginjal. Dengan menggangu translokasi catecholamine-induced kalium ke dalam sel-sel ,β-bloker juga dapat memperberat hiperkalemia
dan
harus
dihindari
pada
pasien
GGA.
Hiperkalemia secara klinis di manifestasikan oleh perubahan jantung dan neuromaskular .baik gangguan konduksi jantung maupun kaudriplegia flaksid akut merupakan komplikasi yang mengancam hidup .perubahan hiperkalemia ini cepat dapat pulih dengan pemberian kalsium glukonas intravena ,yang mempunyai efek antagonis langsung dalam aksi kalium. Kalium serum dapat diturunkan dengan pemberian natrium bikarbonat intravena untuk pengobatan asidosi. Selain itu, pemberian glukosa dan insuline dengan sering di gunakan
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
14
sebagai metode tambahan perpindahan kalium ekstraseluar ke intraselular. Natrium polistiren sulfonat resin (Kayexalate;winthrop pharmaceuticals) di berikan peroral ( 25 gr empat kali sehari dalam 10 ml sorbitol 10 %) dapat mengurangi kelebihan kalium tubuh lebih lambat dan harus dilakukan bila hiperkalemia mulai terjadi. Selain itu, bila hiperkalemia yang mengancam hidup terjadi dan pengobatan ini gagal atau tidak memperbaiki kalium serum menjadi normal , harus intervensi kedaruratan baik hemodialisis
atau
dialisis
peritoneal
,dialisis
peritoneal
umumnya dapat dilakukan lebih cepat .karena kalium plasma di seimbangkan dengan cepat oleh cairan peritoneal, kalium serum dapat diturunkan dengan cepat. Hiperkalemia selalu dapat dicegah dengan menghindari suplemen kalium, pemberian teraapi kronik untuk asidosis , dan penggunaan natrium polistiren sulfonat resin bila kalium serum agak sedikit meningkat. I. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Acut Renal Failure
a. Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Pada pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh hipertrofi prostat sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan. Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
15
didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
b. Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan
apakah
hubungannya
penurunan dnegna
jumlah
urine
predisposisi
output
penyebab,
tersebut seperti
ada pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar nluas, cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d) Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
16
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan TTV Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b) Pemeriksaan Pola Fungsi 1) B1 ( Breathing ) Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul. 2) B2 ( Blood ) Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
17
3) B3 ( Brain) Gangguan
status
mental,
penurunan
lapang
perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan elektrolit atau asam atau basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot atau kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia. 4) B4 ( Bladder ) Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml atau hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai tanda
perbaikan
filtrasi
glomerulus.
Pada
pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat atau gelap. 5) B5 ( Bowel ) Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. 6) B6 ( Bone) Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
c) Pemeriksaan Diagnostik 1) Laboratorium Urinalisis
didapatkan
warna
kotor,
sedimen
kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1.020
menunjukkan
penyakit
ginjal,
pH
urine
>7.00
menunjukkan ISK, NTA,d an GGK. Osmolalitas kurang dari 350 mOsm atau kg menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine : serum sering 1 : 1. Pemeriksaan BUN dan kadar
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
18
kreatinin. Terdapat peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan protein. Serum kratinin meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan penyakit. Pemeriksaan elektrolit. Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein mengahasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung. Pemeriksan pH. Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik progresif menyertai gagal ginjal.
d. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut. a) Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan
kecenderungan
perdarahan
dan
membantu
penyembuhan luka. b) Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema. Natrium polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi natrium di saluran intenstinal.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
19
c) Terapi cairan d) Diet rendah protein, tinggi karbohidrat e) Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialysis
e.
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat
1. Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia sekunder terhadap GGA. 2. Kelebihan volume cairan b.d GGA, filtrasi buruk dan masukan intravena.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
20
f.
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Diagnosa
Kriteria Hasil
Keperawatan
Perubahan perfusi
jaringan
Pasien akan stabil
Intervensi Keperawatan
secara hemodinamik
desak kapiler pulmonari (TDKP), tekanan vena sentral (TVS), curah
b.d hipovolemia sekunder
Pantau TD, nadi, pernapasan, Tekanan Arteri Pulmonari (TAP), tekanan
jantung, indeks jantung setiap jam sampai stabil, kemudian setiap 2 jam.
terhadap GGA
Pantau laporan laboratorium (Na, K, Hb, Ht, pemeriksaan koagulasi SDP).
Pantau terhadap kekeringan membran mukosa.
Pertahankan catatan asupan dan haluaran.
Berat badan harian.
Berikan cairan dan darah sesuai program dokter.
Pantau kelebihan cairan dan/ reaksi transfusi.
Timbang pasien setipa hari
Instruksikan untuk meningkatkan masukan cairan 2000 ml/hari
Pantau tanda-tanda dan gejala hiponatremia
Pantau haluaran urine untuk volume yang adekuat setiap jam sampai
21 Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
haluaran > 30 ml/hari, kemudian setiap 2 jam lalu setiap 4 jam
Periksa berat jenis urine setiap pergantian dinas. Laporkan adanya abnormalitas
Lakukan tindakan untuk meningkatkan sirkulasi (perubahan posisi, pertahankan kehangatan)
Atau suhu dan warna kulit setiap jam sampai stabil, kemudian setiap 2 jam
Pantau adanya perubahan fungsi mental (letargi, stupor)
Orientasikan kembali terhadap realita sesering mungkin. Panggil dengan namanya, beritahu pasien nama anda, orientasikan terhadap lingkungan sekitar.
Kelebihan
Pasien
akan
Amati haluaran urine
mempertahankan
Catat dan kaji masukan dan haluaran
b.d GGA, filtrasi
keseimbangan
Kaji urine terhadap hematuria, berat jenis.
buruk
cairan
Berikan keamanan bila terjadi kenaikan kadar BUN dan kreatinin
volume
cairan
dan
masukan intravena
Pantau tanda-tanda dan akumulasi toksik obat
Kondisi pasien akan
Kaji bunyi paru terhadap krakles dan edema perifer
dipertahankan
22 Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
GGA (Gagal Ginjal Akut) merupakan kegawatan pada sistem perkemihan yang tentunya akan mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Penyebab GGA dijabarkan menjadi etiologi prerenal, intrarenal dan postrenal. Fase GGA terbagi atas fase oliguria, diuretik dan pemulihan. Intervensi kegawatan yang harus dilakukan tentunya berdasarkan pada primary survey dan secondary survey.
2. Kritik dan Saran
Kami ucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT dan terimakasih
kepada
dosen
pembimbing
serta
teman-teman
kelompok dimana dapat terselesaikannya makalah kegawatan sistem perkemihan yang terkait dengan GGA (Gagal Ginjal Akut). Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
23
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hopfer Deglin, Judith & Hazard Vallerand, April. 2005. Pedoman Obat untuk Perawat (Edisi 4). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kunz Howard, Patricia & A Steinmann, Rebecca. 2003 . Sheehy’s Emergency Nursing Principles and Practice (Sixth Edition). USA : Mosby Elsevier. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran (Edisi Ketiga, Jilid Kedua). Jakarta : Media Aesculapius FK UI. M. Hudak, Carolyn & M. Gallo, Barbara. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik (Edisi VI, Volume II). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat (Plus Contoh Askep dengan Pendekatan NANDA, NIC, NOC). Yogyakarta : Nuha Medika. ENA (Emergency Nurses Association). 2000. Emergency Nursing Core Curriculum (Fifth Edition). Philadelphia : W.B Saunders Company.
Makalah Kegawatdaruratan Pada Acute Renal Failure
24