BAB I RANGKUMAN UMUM
Ibukota Blora berada di Kecamatan Blora kurang lebih 127km sebelah timur Semarang Jawa Tengah. Kabupaten Blora adalah salah satu Kabupaten yeng terletak di Jawa Tengah, letaknya di ujung paling timur wilayah Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Kabupaten Blora 1.820,588 km/ 182.058,797 ha ha (5,59 % luas Jawa Jawa Tengah). Sebagian besar lahan di Kabuaten Blora merupakan lahan kering/ bukan sawah yakni yakni seluas 136.046,81 136.046,81 ha / 74,4%. Dari luasan lahan lahan kering didominasi hutan seluas seluas 90.416,51 90.416,51 Ha / 49,6 % total total wilayah Blora. Blora. Lahan sawah sawah seluas 46.993,086 Ha / 25,3 % dengan karakter sawah tadah hujan. Kabupaten Blora terdiri dari 16 kecamatan. 295 desa / kelurahan dan
melalui penggunaan penggunaan pakaian adat samin sebagai sebagai pakaian dinas dinas ASN Kabupaten Blora yang digunakan setiap bulan pada tanggal tanggal 15 (lima belas) dan diatur dalam Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016 Data objek pemajuan kebudayaan yang berhasil didata oleh tim penyusun adalah 11 objek pemajuan pemajuan kebudayaan kebudayaan yang terdiri dari manuskrip, manuskrip, tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, tehnologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, olahraga tradisional dan cagar budaya. Permasal Permasalahan ahan umum yang yang telah diidentifika diidentifikasi, si, dapat dapat disimpulkan disimpulkan menjadi menjadi tiga aspek, aspek, yaitu aspek aspek nilai, aspek aspek fisik, dan dan aspek kebijakan. Dalam rangka perlindungan, pengembangan, pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan, serta pembinaan terhadap sumber daya manusia kebudayaan ka ditentukan rekomendasi umum yang yang dijadikan dijadikan Prioritas rencana rencana kerja Kabupaten Kabupaten Blora dalam dalam pemajuan pemajuan
BAB II PROFIL KABUPATEN BLORA
II.1 II.1
Gamb Gambar aran an Umum Umum Kond Kondis isii Daer Daerah ah
II.1 II.1.1 .1
Aspe Aspek k Wila Wilaya yah h dan dan Kara Karakt kter eris isti tik k Alam Alam
Secara administrasi Kabupaten Blora terletak di ujung paling Timur Provinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten Rembang dengan batas-batas administratif sebagai berikut: ▪
Sebe Sebela lah h Utar Utaraa
: Kab Kabup upat aten en Remb Remban ang g dan dan Kabu Kabupa pate ten n Pat Patii
▪
Sebela Sebelah h Timur Timur
: Kabup Kabupate aten n Bojone Bojonegor goro o dan dan Kabu Kabupat paten en Tuba Tuban, n, Provi Provins nsii
Jawa Timur
B.
LAHAN BUKAN SAWAH
136.065,599
74,737
1. Bangunan dan Pekarangan
17.004,175
9,340
2. Tegal/Kebun
26.188,515
14,385
3. Waduk
56,962
0,031
4. Hutan
90.416,51
49,663
5. Perkebunan
4.000
0,002
6. Pertambangan
21,605
0,012
7. Lain-lain
2.373,825
1,304
JUMLAH
182 058 685
100,00
Luas hutan negara Kabupaten Blora mencapai 90.614 ha dengan kawasan konservasi dan kawasan lindung mencapai 4,75 % dari total keseluruhan. Pada tahun 2017, total luas kawasan hutan di Kabupaten Blora mencapai 30.576,045 ha, yang terdiri dari kawasan hutan negara tidak produktif sebesar 22.500 ha dan luas lahan kritis di luar kawasan hutan sebesar 8.076,045 ha. Luas kawasan hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi secara vegetatif dan sipil teknis pada tahun 2017 mencapai 4,85 persen. Topografi wilayah Kabupaten Blora secara umum terbagi menjadi (tiga) kategori ketinggian lahan dimana pada ketinggian lahan antara 0-40 m dpl, berada di Kecamatan Kradenan, Kedungtuban, dan Cepu, ketinggian lahan antara 41-100 m dpl, berada di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu,
9.
Jepon
-
1.975,000
8.797,383
10.772,383
10.
Blora
-
5.092,000
2.886,605
7.978,605
11.
Banjarejo
-
5.482,000
4.870,215
10.352,215
12.
Tunjungan
-
5.117,000
5.064,522
10.181,522
13.
Japah
-
3.250,000
7.055,192
10.305,192
14.
Ngawen
-
8.498,192
1.600,000
10.098,192
15.
Kunduran
-
12.673,288
125,000
12.798,288
16.
Todanan
-
550,000
12.323,919
12.873,919
4.175,000
87.062,867
90.820,930
182.058,797
Jumlah
Tabel II.3 Luas Lahan Menurut Kemiringan Tanah di Kabupaten Blora tahun 2016
Persentase Kemiringan Tanah No
Kecamatan 0-2%
3-15%
16-40%
>40%
Jumlah
1
Jati
3.273,000
7.799,049
7.290,000
-
18.362,049
2
Randublatung
5.128,740
11.384,357
4.600,000
-
21.113,097
3
Kradenan
2.540,000
4.323,342
4.087,500
-
10.950,842
4
Kedungtuban
6 125 620
4 227 693
332 500
-
10 685 813
Maret. dengan total curah hujan sepanjang tahun 2016 sebanyak 1.848 mm dengan curah hujan rata-rata sebesar 154 mm/bln dengan rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 303 mm dan curah hujan terendah jatuh pada bulan Juli yaitu sebanyak 49 mm. Selama tahun 2016, curah hujan tertinggi di Kecamatan Kedungtuban sebanyak 2.487 mm, untuk hari hujan terbanyak terdapat di Kecamatan Kradenan sebanyak 170 hari. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel curah hujan dan jumlah hari hujan di Kabupaten Blora di bawah ini : Tabel II.4 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Kabupaten Blora Tahun 2016 No
Bulan
Curah Hujan
Jumlah Hari Hujan
II.1.2
Demografi
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blora dari Tahun 2013 sampai Tahun 2017 mengalami kenaikan rata – rata sebesar 0.725 persen. Dilihat dari wilayah, dari enam belas Kecamatan di Kabupaten Blora, Kecamatan Blora merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan jumlah penduduk 104.113 jiwa, sedangkan Kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Bogorejo. Perkembangan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel II2 berikut: Tabel II.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2013-2017
Jumlah
969.381
979.244
984.848
991.201
997.832
Sumber : Dindukcapil Kab Blora II.1.3
Latar Belakang Budaya
II.1.3.1
Corak Utama
Kabupaten Blora dikenal memiliki berbagai seni budaya, yang unik dan spesifik serta tidak dimiliki oleh daerah lain bahkan negara lain. Seni budaya yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Blora merupakan refleksi dari akar budaya, hasil kreativitas dari kelompok masyarakat, maupun kreativitas individual. Merupakan kekuatan lokal dan modal social (social kapital) yang sering dilupakan, bahkan tidak disadari adanya potensi anggota masyarakat sebagai pemiliknya, merupakan aset, dan
tetapi di Kabupaten Blora tradisi mengadakan selamatan juga dilakukan untuk seekor hewan sapi, kerbau dan sejenisnya. Ritme kehidupan di Kabupaten Blora diwarnai nilai luhur yang harus terus dijaga dan dilestarikah aktivitas seni budaya untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, identitas sangat diperlukan untuk jati diri / ciri khas masyarakat Kabupaten Blora.Corak seni Budaya yang dominan dan sebagai kebudayaan tradisional/lokal Kabupaten Blora diantaranya yaitu : a)
Barongan
Kesenian Barong di Kabupaten Blora sudah ada sejak dahulu kala. Pada awalnya Barongan bersifat ritual yaitu sebagai sarana upacara
yang dibuat sendiri dengan suara mendayu, syair lagu juga berbahasa Arab mengiringi lagu yang diperdengarkan. d) Tayub Pertunjukan tayub menghadirkan seorang penari perempuan yang menari dan menyanyi. Pertunjukan tayub bertahan karena mempunyai fungsi sosial utama, yaitu sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan tontonan. Tayub sebagai tari hiburan tidak semata-mata dinikmati dengan hanya dilihat, tapi diarahkan mengajak penonton dapat menjadi pelaku dengan berpartisipasi langsung dalam pertunjukan itu. e)
Wayang Krucil
kabupaten
Blora
menjadi
dipengaruhi
oleh
bermacam-macam
kebudayaan sekitarnya. Budaya
Jawa
dengan
pengaruh
masyarakat
pesisiran
berkarakter keras, dan pengaruh petani yang cenderung lembut dan ulet yang menjadikan budaya masyarakat Blora cenderung ekspresif dalam kehidupannya. Luasan yang hampir 50% wilayahnya terdiri dari hutan menjadikan budaya masyarakat Blora menjadi lebih khas dengan mengantungkan dan bersinergi dengan lingkungan alam. Masyarakat Blora seperti masyarakat Jawa pada umumnya, dikenal sebagai petani dan pedagang. Tidak jarang masyarakat Blora sampai saat ini masih ditemukan upacara ritual sehubungan dengan
kekayaan alam yaitu Pohon Jati. Berbagai objek kebudayaan jika diurai akan ditemukan unsur Pohon Jati dari mulai akar, batang, ranting dan daun yang dimanfaatkan untuk sarana ekspresi budaya. Pemanfaatan jati terutama di objek teknologi tradisional, pengetahuan tradisional, kesenian, permainan rakyat, bahkan ritus juga ada yang berhubungan dengan Jati. Simbol Jati juga dijadikan identitas Pemerintah Daerah Blora. Begitu besarnya kawasan Jati dan manfaatnya, maka nilai cinta terhadap alam juga menjadi bagian dari nilai yang diwariskan kedalam objek kebudayaan yang berwujud tak benda (intangible). Oleh sebab itu kebijakan pemajuan kebudayaan di Blora tidak bisa mengabaikan Jati. Menjaga Jati sama dengan menjaga budaya Blora.
Panembahan Senapati
(Raja Mataram Islam) melalui putrinya Sekar
Pembayun yang menyamar menjadi penari tayub, sehingga tayub menjadi alat politik kenegaraan. Tayub berkembang dikalangan rakyat dan priyayi, serta keraton. Kondisi geografis wilayah Blora yang sebagian besar terdiri dari hutan, turut mempengaruhi seni budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Blora yaitu mempunyai ketergantungan dengan alam khusunya hutan jati. Pemanfaatan jati pada rantingnya untuk bahan bakar dalam memasak, kayu jati yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan rumah, digunakan untuk teknologi tradisional pertanian, transportasi, pengetahuan tradisional, berhubungan dengan Jati.
permainan rakyat, bahkan ritus juga ada yang
besaran. Salah satu perlawan yang sangat melegenda adalah perlawanan Samin surosentiko terhadap hak adat mereka dalam pemanfaatan hutan.
II.1.4.2.
Sejarah Singkat Wilayah Administratif
Blora dibawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah Kekuasaan Aryo Penangsang meliputi : Pati, Lasem, Blora dan Jipang sendiri. Setelah jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi tahta Demak, maka pusat pemerintahan di pindahkan ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang. Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh
dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan surakarta. Akan tetapi, Bupati Blora Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau memilih mundur dari jabatannya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA. II.1.5.
Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan
Kabupaten Blora sampai dengan saat ini belum memiliki peraturan daerah yang
terkait dengan kebudayaan, namun demikian
II.2 II.2.1
Ringkasan Proses Penyusunan PPKD Tim Penyusun
Dalam rangka pemajuan kebudayaan dan penyusunan kebijakan strategis bidang kebudayaan di Kabupaten Blora maka perlu disusun Pokok Pikiran Kebudayaan daerah Kabupaten Blora tahun 2018. Sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 5 tentang Pemajuan Kebudayaan dimana Penyusunan pokok pikiran kabudayaan daerah Kabupaten Blora Tahun 2018 dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan masyarakat melalui para ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas dalam objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Blora, maka dari itu dibentuk tim Penyusun PPKD yang disahkan dalam Keputusan Bupati Nomor
pemajuan kebudayaan yang ada di Kabupaten Blora, karena buku Ensiklopedia tersebut memuat data dan dokumentasi yang lengkap. Selain itu, untuk mendapatkan informasi dan melengkapi data yang ada, pada saat survei juga mendatangi narasumber dari unsur budayawan, seniman dan komunitas.
II.2.3
Proses Penyusunan Masalah dan Rekomendasi
Dalam proses perumusan masalah dan rekomendasi, tim penyusun dan tim teknis melaksanakan rapat untuk menganalisis permasalahan tiap-tiap objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya. Selanjutnya dilaksanakan FGD yang melibatkan tim penyusun, tim pendamping dari Jakarta, seniman, tokoh, budayawan, guru, pemerhati
kemudian dituangkan dalam dokumen juga mengalami banyak kendala dikarenakan aplikasi yang ada belum siap. Faktor keterbatasan sumber daya manusia yang ada dalam penyusunan dokumen PPKD juga menjadi salah satu kendala di Kabupaten Blora.
BAB III LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN
7) Poltekkes Kemenkes Semarang Cabang Blora (Kampus IV) Sampai tahun 2017, di Kabupaten Blora belum ada Perguruan Tinggi / Universitas yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti pariwisata, tata boga, karawitan, dan jurusan di bidang kesenian, perfilman, kajian budaya, dan lain-lain yang berhubungan dengan kebudayaan.
BAB IV DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN
Lontar
Kertas Lontar Kertas
0
1
2
3
4
5
6
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas terdapat 5 manuskrip berbahan berbahan kertas dan dan 2 manuskrip manuskrip berbahan lontar. lontar.
14
Jarang
14
Sering
1
Tidak ada
0
Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, menurut frekuensi
5
Menurut agregasi agregasi data sesuai grafik diatas, diatas, jenis adat istiadat paling banyak banyak terkait dengan kematian.
Terdapat enam belas jenis ritus yang berhasil di data oleh tim survey, dengan beberapa sarpras pendukung dan permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.
16
Menurut agregasi data sesuai grafik diatas, jenis pengetahuan tradisional
Terdapat dua puluh delapan Teknologi Tradisional yang berhasil di data oleh tim survey, dengan beberapa lembaga pendukung, sarpras pendukung dan permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.
Teknologi
Teknologi
13
IV.7 Seni
Berdasarkan statistik OPK Seni diatas terdapat enam puluh empat objek
Terdapat 1 objek bahasa yang digunakan oleh masyarakat Blora yaitu bahasa Jawa dengan 2 lembaga yang mendukung objek pemajuan kebudayaan.
Diagram OPK Olahraga Tradisional menurut Frekuensi Pelaksanaan
Tidak Ada
1
Jarang
5
Sering
1
Kitab Pawukon Kitab Pawukon
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, terdapat 2 manuskrip yang paling banyak diakses yaitu Kitab Pawukon dan Kitab Pengobatan.
Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Etnis 1
JAWA 0
5
10
15
15
20
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK tradisi lisan yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa..
Grafik Jumlah Penutur Menurut OPK Tradisi Lisan 250
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
V.3 Adat Istiadat
Grafik OPK Adat Istiadat menurut Etnis
1
Jawa
0
5
10
15
20
20
25
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK adat istiadat yang
Grafik OPK Ritus Menurut Etnis
1
Jawa
0
5
10
15
16
20
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK ritus yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa..
Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Ritus
Grafik Jumlah Pelaku Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
… i t n n a a J t e t n n o r a u l o a C S i D p g o k i e t b K a B m u D
a r o l B u h a T g n o t n o L
… … … … … i a n k n n n i t a r p r u u u a u t o a o a u a a a J l l S e D D D n B e B d l K t n g n n n u a m a n a o a a a i t a S b a t t t t D y / a a a k l a o S a f a f a u A a m f f g e a n n n n c a a a a a n i t a J K e m m m m P S e t t e e e e a a P P P S S P
r a e r k l g o n B , U e h o m e c g n a d e
Series1
Teknologi Teknologi
Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK Teknologi Tradisional yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis Jawa.
pemelihara terbanyak ada di Sumur Minyak Tua, dan ahli pembuat sekaligus pemelihara terbanyak Bendo, Arit dan Bedug.
Pengguna Teknologi Tradisional Wayang Krucil Tombak Keris Saradan Perahu Lesung Perahu Dayung Sumur Gowak Bedhug Lampu Gantung Klenting
Ahli
Ahli
Ahli Pembuat +
Pembuat
Pemelihara
Pemelihara
Kendil
10
0
0
600
Sumur Minyak Tua
0
150
0
150
300
0
0
300
Genthong
8
0
0
550
Dhunak
9
0
0
500
Bendho
15
15
15
4500
Copil dong Jati
Pengguna
Keris
0
3
0
1000
Tombak
0
0
0
0
Wayang Krucil
3
3
3
3
Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Teknologi Tradisional Wayang Krucil Tombak Keris Saradan Perahu Lesung Perahu Dayung Sumur Gowak Bedhug Lampu Gantung Klenting Keranjang
V.7 Seni Grafik Jumlah Pelaku/Pendukung Seni menurut Cabang Seni Seni Media Seni Film Seni Rupa Seni Teater
Wahyu Cakraningrat… Topeng Ngigel Tari Ledhek Jonggrang Sukoreno Suka Pari Suka Anak Bungsu Shalawatan (Hadroh) Shalawatan - Al Berjanji… Serumpun Serigala Jumenengan Wilatikta… Wisanggeni Lahir (Pakeliran… Blora Bumiku Sumilaking Pedhut Jati… Seni Sastra : Adik Tentara Sri Muni Seni Kentrung - Blora Nyanyian Alam Blora Mustika (Karawitan) Seni Gejog Lesung Samin Surosentiko Sawung Tladung Sardulo Noro Rupo
Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, jumlah lembaga terbanyak dalam objek seni Shalawatan (hadroh).
V.8 Bahasa
Berdasarkan agregasi data yang ada pada grafik diatas, tidak ada lembaga yang terkait dengan Objek Permainan Rakyat.
V.10 Olahraga Tradisional
Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Olahraga Tradisional Tarik Tambang Sepak Takraw Pencak Dor Kasti Pencak Silat Perahu Naga Gobag Sodor
Series1
Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, rata-rata setiap jenis Objek Cagar Budaya memiliki satu lembaga yang berhubungan dengan cagar budaya tersebut.
BAB VI DATA SARANA DAN PRASARANA KEBUDAYAAN
VI.1 Manuskrip
Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung OPK Adat Istiadat saat ini baru dari pemerintah. VI.4 Ritus
VI.6 Teknologi Tradisional
VI.9 Permainan Rakyat
Belum ada sarana prasarana fisik yang mendukung OPK Permainan Rakyat. VI.10 Olahraga Tradisional
BAB VII PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
VII. 1 Permasalahan dan Rekomendasi
VII.1.1. Manuskrip
No
1.
Permasalahan
Aspek
Rekomendasi
Nilai: Menyeimbangkan
Disharmoni antara spiritual
pesan
nilai
Tujuan
Menanamkan
Sasaran
secara Pelajar / siswa
budaya seimbang nilai religi , terpaparkan
kemanusiaan alam yang termaktub akan
kemanusiaan
dengan
cinta
alam dalam manuskrip
dengan cinta alam
kepada masyarakat
manuskrip
Mengidentifikas
2024
Tersedianya
2029
tertuang
dalam terjemahan
nilai manuskrip Menerjemahkan nilai-nilai tertuang
yang dalam
hasil
penerjemahan
2039
Sudah
aktualisasi
membudayan
nilai-nilai
ya nilai-nilai
manuskrip
dalam berbagai manuskrip
yang
media
teridentifika
dapat
si
oleh dan
manuskrip
2034
Tersampaikann Terlaksananya
/ i nilai-nilai yang 7 dokumen ya
nilai antara nilai spiritual kemanusiaan dan cinta terinternalisasi dan dan
Indikator Capaian
Tahapan Kerja
yang sekolah-
di dalam manuskrip
diakses sekolah publik sasaran
rekomendasi
tersebut Diseminasi nilai-nilai tertuang
yang dalam
manuskrip 55
Proses aktualisasi nilainilai manuskrip 2
Aspek fisik: Kuatnya
Membuat status
dengan
status penerjemahan
Pemilik
Duplikasi
dan manuskrip
kepemilikan individu perawatan manuskrip
kepemilikan
mudah diakses
manuskrip individu
manuskrip Memudahkan
tingginya kerentanan
Terjaganya kondisi
manuskrip
dan
pemilik
manuskrip
milik
digitalisasinya
manuskrip dan manuskrip
pribadi
manuskrip
para
ahli
milik
perawatan
ahli asli
pribadi perawatan
dan
manuskrip
Meningkatkan
Terbinanya
digitalisasi
Pembinaan para
yang
sulit diakses dan
dan Teraksesnya Terduplikasi
milik manuskrip
publik
pelindungan terhadap
Tersedianya
manuskrip
sarana
manuskrip
dari
kerentanan terhadap kerusakan
dan
prasarana untuk
terhadap
penyimpanan
kerusakan
manuskrip yang layak
3
Aspek Kebijakan:
regulasi,
Minimnya
Meningkatkan
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan,
regulasi, kebijakan
Meningkatkan
dan
alokasi anggaran
untuk
pelindungan pemanfaatan
manuskrip
OPD
yang Identifikasi
Terwujudnya
kebijakan pusat asinya
regulasi
urusan
dan daerah
kebijakan
menyeluruh
bersama
kebudayaan
pusat
untuk
dalam
di Kabupaten
pemajuan
Blora
objek kebudayaan,
pembinaan dan
keuangan
Perumusan kebijakan
dan
dan
daerah dan pemajuan
yang komitmen
Meningkatny
menangani
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan
Teridentifik Tersedianya
a
pemajuan
implementa 56
untuk
terhadap
SDM serta DPRD
pelindungan
pemajuan kebudayaan
regulasi
si
Implementasi
manuskrip
kebijakan dalam
dalam kebudayaan
kebudayaan
dokumen perencanaan dan
dokumen perencanaan dan penganggaran
penganggar an mengenai
Komitmen
kebudayaan
bersama terhadap pemajuan kebudayaan
VII.1.2. Tradisi Lisan
No
1.
Permasalahan
Aspek Nilai:
pengetahuan
pengetahuan
mengenai aspek nilai nilai-nilai
pengetahuan
nilai
Tujuan
Sasaran
Menanamkan kembali Meningkatkan
Degradasi
mengenai
Rekomendasi
aspek yang
yang
dituturkan dituturkan
melalui tradisi lisan tradisi lisan
Generasi
Tahapan Kerja
muda Mengidentifikas
tentang dan anak usia i yang dini melalui
penutur
tradisi
Indikator Capaian 2024
teridentifika
ahli sikannya
2029
Kodifikasi nilai
tersusunnya
tersebar
forum-forum
dokumen
luasnya
tradisi lisan dan yang ada di
2039
terbentukan
lisan penutur ahli bagi
tentang Blora
2034
muda
penutur tentang generasi nilai
nilai- tradisi
lisan
yang baik
guna terkandung
di
berbagai
57
dituturkan melalui tentang Blora
yang
tradisi
dalam
lisan
tentang Blora
terdapat Blora
lisan
membahas dan dalam
tradisi media
tradisi
menelaah
tentang
nilai-nilai
melalui
dalam
event-event
Blora
maupun
tradisi
lisan
penyebarluasan tradisi
lisan Blora
lisan
dalam berbagai media
yang
dimodifikasi sesuai
dengan
target
sasaran
(user-friendly) 2
Aspek Fisik dan Meningkatkan jumlah Bertambahnya jumlah Pendidik, aktivitas:
penutur menguasai
Berkurangnya penutur
ahli
tradisi lisan dan
yang penutur tradisi menguasai
lisan mengenai Blora
ahli
yang seniman, tokoh dokumentradisi masyarakat/aga
lisan mengenai Blora
ma
dokumen
dalam
asinya hasil dokumen
buku tradisi
meningkatnya
tentang keahlian
tersedianya
dan ruang publik
lisan jumlah penutur
guna
dengan bahasa tradisi lisan di pelestarian
penulisan tradisi terkait
yang
sudah Blora
mengenai tradisi lisan disesuaikan
Blora
Blora
bentuk dokumen
Peningkatan
tentang
kualitas
tradisi
terinventaris tersusunnya
pencatatan atau dokumen
lisan
sedikitnya referensi
ahli
Pengumpulan
agar
melalui tradisi
pelatihan
lisan
Blora
mudah
dimengerti
SDM 58
lisan
penutur
ahli
tradisi lisan Menyediakan ruang-ruang publik
untuk
kegiatan tradisi lisan 3
Aspek Kebijakan:
regulasi,
Minimnya
dan
alokasi anggaran untuk pelindungan tradisi lisan
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan,
regulasi, kebijakan
Meningkatkan
untuk
pelindungan pemanfaatan
tradisi lisan
yang Identifikasi
menangani
kebijakan pusat asinya
regulasi
urusan
dan daerah
menyeluruh
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan terhadap
Teridentifik Tersedianya
pembinaan dan
keuangan
kebijakan pusat
Perumusan kebijakan
dan
regulasi
SDM serta DPRD
pemajuan tradisi lisan
yang komitmen
dan untuk
daerah dan pemajuan implementa si
Terwujudnya
Meningkatny a
pemajuan
bersamadalam
tradisi
lisan
pemajuan
di Kabupaten
tradisi lisan
Blora
tradisi lisan
dalam
Implementasi
dokumen kebijakan dalam perencanaan dokumen dan perencanaan dan penganggar penganggaran an Komitmen
mengenai
bersama
tradisi lisan
terhadap 59
pemajuan tradisi lisan
VII.1.3. Adat Istiadat
No
1.
Permasalahan
Aspek Nilai: Adanya benturan antara
nilai-nilai
adat istiadat baik
Rekomendasi
Tujuan
2024
2029
tersosialisas
berbagai
ruang
inya
sistem adat istiadat di adat istiadat di Blora
komunikasi
nilai
Blora
untuk
samin
kepervayaan
antar
mengenalkan
kepada
adat samin
dan
macam antar berbagai sistem tokoh agama
Mengembangkan
maupun
dalam masyarakat.
kehidupan
pemahaman
2034
Menciptakan
nilai-nilai adat samin
satu kepercayaan
Indikator Capaian
Tahapan Kerja
Menjaga harmonisasi Terciptanya toleransi Tokoh adat dan
antar kepercayaan dalam
Sasaran
2039
terciptanya
Terwujudnya
nilai- terhadap nilai- forum adat nilai
hubungan
komunikasi
masyarakat
agama yang toleran aliran /harmoni
keragaman adat masyarakat
kepercayaan
istiadat
dalam
dan
aliran
serta
rangka menerapkan
kepercayaan
terwujudnya
lainnya
toleransi antar adat agama
nilai-nilai samin
dan dalam
aliran
kehidupan
kepercayaan
sehari-hari
serta pengembangan adat samin 60
2
Aspek fisik dan Melengkapi pedoman Tersedianya pedoman OPD
dan Inventarisasi
aktivitas:
adat keragaman adat i
mengenai adat istiadat mengenai adat istiadat komunitas
Tidak lengkapnya
yang berlaku di Blora
yang berlaku di Blora
istiadat
inventarisas
istiadat di Blora
pedoman
Penyusunan
mengenai
adat
Pedoman
istiadat
yang
istiadat
berlaku di Blora
Adat dan
Dalam Berbagai
penyusunan
dokumen dokumen
terkait
pedoman
tersedianya
Penyebaran
dokumen
informasi dan
pedoman adat dokumen
dengan adat mengenai adat istiadat
pedoman
istiadat
tentang adat-
istiadat Blora
yang
Kabupaten Blora
berlaku
di
yang istiadat
valid
Blora
Bentuk
Blora kepada masyarakat
Penyajiannya 3
Aspek Kebijakan:
regulasi,
Minimnya
dan
alokasi anggaran untuk pelindungan adat istiadat
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan,
regulasi, kebijakan
Meningkatkan
untuk
pelindungan pemanfaatan
adat istiadat
yang Identifikasi
kebijakan pusat asinya
regulasi
urusan
dan daerah
menyeluruh
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan terhadap
Teridentifik Tersedianya
menangani
objek kebudayaan,
pembinaan dan
keuangan
kebijakan pusat
Perumusan kebijakan
dan
regulasi
SDM serta DPRD
pemajuan adat istiadat
dan untuk
Terwujudnya
yang komitmen bersamadalam
implementa
Meningkatny a
pemajuan
adat
istiadat
pemajuan adat di Kabupaten
daerah dan pemajuan adat istiadat
si Implementasi
Kabupaten
Blora
istiadat
dalam
dokumen
kebijakan dalam perencanaan dokumen dan perencanaan dan penganggar penganggaran an Komitmen
mengenai 61
bersama
adat istiadat
terhadap pemajuan
adat
istiadat
VII.1.4. Ritus No
Permasalahan
Rekomendasi
1.
Aspek Nilai:
Mengakui
Adanya benturan antara ritus
nilai-nilai baik
antar
kepercayaan maupun
dalam
Tujuan
Sasaran
ritus Terwujudnya
Tahapan Kerja
2024
2029
2034
2039
terbentuknya
tersedianya
terwujudnya
terwujudnya
ruang
forum
kajian
kesepakatan
harmonisasi
komunikasi
mengenai
antar
Tetua ritus dan Menciptakan ritual tokoh agama
sebagai bagian adat
harmonisasi
istiadat Blora
sebagai adat istiadat
komunikasi
dengan
berbagai
antara
macam
sistem
kepercayaan
ritus antara
dengan berbagai ritus, macam
sistem agama,
kepercayaan
satu kepercayaan
Indikator Capaian
tetua nilai-nilai tokoh dalam
tentang
tokoh antar
ritus kepercayaan
ritus menjadi
dan
yang sejalan bagaian dengan nilai- adat nilai
yang blora
dari terlestarikann istiadat ya ritus Blora yang
(Benturan antara
terkanndung
harus
agama
dalam agama
dilestarikan
samawi
aliran
dengan budaya) 2
Aspek fisik dan Melengkapi pedoman Tersedianya pedoman OPD dan tetua Inventarisasi aktivitas:
mengenai ritus yang mengenai ritus yang ritus
teridentifikasi tersusunya
keragaman ritus nya berbagai dokumen
terciptanya atraksi
terwujudnya
wisata pelestraian 62
Tidak lengkapnya berlaku di Blora
berlaku di Blora dan
pedoman
pelestarian
mengenai
menggalakan kembali ritus
yang berlaku di Blora kurangnya
kegiatan ritus menjadi salah
satu
ritus
di Blora
di
di blora
Penyusunan
Blora
Blora
atraksi
dan
wisata sebagai upaya
Berbagai
pelestarian budaya di
Bentuk
tempat
Dalam
yang
Penyajiannya
ritus
baik sehingga
ritus menarik dapat wisatawan dan
digunakan
masyarakat
sebagai
yang
tujuan wisata
rutin
terwujudnya
Blora
yang ritus Blora
dan dikemas secara
tersedianya
Pedoman Ritus
dukungan sarana Blora prasarana
macam ritus tentang ritus ritus
secara
dilaksanakan
kerjasama
berkurangnya
pengembangan
kegiatan ritus di
tempat ritus di
masyarakat
Blora pengembangan pelestarian ritus menjadi atraksi wisata di Blora
3
Aspek Kebijakan:
regulasi,
Minimnya
Meningkatkan
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan,
regulasi, kebijakan
Meningkatkan
dan
alokasi anggaran
untuk ritus
pelindungan pemanfaatan
OPD
yang Identifikasi
Teridentifika
Tersedianya
Terwujudnya
Meningkatny
menangani
kebijakan pusat sinya
regulasi yang komitmen
a
urusan
dan daerah
menyeluruh
bersamadalam
ritus
untuk
pemajuan ritus
Kabupaten
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan,
kebijakan
Perumusan kebijakan
dan
pusat
dan
daerah
dan pemajuan
pemajuan di
Blora 63
untuk
dan
pembinaan dan
pelindungan ritus
terhadap
SDM
keuangan regulasi
serta DPRD
implementasi
Implementasi
pemajuan ritus
kebijakan dalam
ritus
dalam dokumen perencanaan
dokumen perencanaan dan penganggaran
dan penganggara n
Komitmen
mengenai
ritus
bersama terhadap pemajuan ritus
VII.1.5. Pengetahuan Tradisional
No
1.
Permasalahan
Aspek Nilai: Lemahnya legalitas pengobatan
Rekomendasi
Mengusahakan nilai
Tujuan
Diakuinya
Sasaran
legalitas Asosiasi
Melakukan
pengakuan legalitas pengobatan tradisional Pengobatan pengobatan
dari sisi medis
Alternatif
tradisional dari sisi
OPD
medis
terkait
Tahapan Kerja
kajian
2024
tersusunnya
2029
tersedianya
medis kajian terkait legalitas
dan terhadap yang pengobatan
dengan tradisional
Indikator Capaian 2034
Tersebarnya
pengobatan
tradisional
tradisional di tentang
telah Kabupaten
terwujudnya
informasi dan pelestarian
pengobatan
yang
2039
pengetahuan
pengobatan
pengobatan tradisional yang
sudah 64
tradisional
Dipertahankannya
Nilai
kualitas Melindungi
citarasa
kuliner asli
tradisional mulai
resep kuliner
citarasa
kuliner
tradisional Blora
sudah tradisional
kesehatan Pelaku
usaha
kuliner,
PHRI
Memperoleh
diakui
rekomendasi
diperbolehka
diakui
medis
n
segi
dan OPD yang Inventarisasi
berkurang
terkait
dengan resep
karena tidak sesuai
perdagangan
dengan
dan UKM
pakem
Penyusunan
dan Blora
dari
medis
sisi
Aspek
fisik
Tempat pengobatan dan
praktisi terbatas Resep
medis kuliner
meningkatny
Tradisional
a
kualitas
tersusunnya
Blora terutama citarasa
sinya
dokumen
bagi
terkait
usaha
resep
Asli Blora
pelaku kuliner tradisional di
sejarah
dan
blora
pembuatan
resep
asli
citarasanya
kuliner
kuliner
sesuai dengan
tradisional
pekem (resep
Blora
asli)
sesuai
yang
dan
aktivitas:
tradisional
asli dan
terinventarisa
resep asli
2
oleh resep
dan dan
pedoman
resepnya lagi
yang tradisional dan dilegalitaskan
Menambah
tempat Dimanfaatkannya
pengobatan tradisional
pengobatan tradisional dan oleh masyarakat
Asosiasi
Penyediaan
tersedianya
tersusunnya
meningkatnya
terwujudnya
Pengobatan
tempat
tempat
dokumentasi
pengetahuan/
pelestarian
pembelajaran
dan panduan informasi dan pengobatan
Alternatif OPD terkait
otentiknya praktisi
dan pembelajaran yang dan
Melindungi
didokumentasikan Mendokumentasikan
melestarikan
dan Pelaku resep kuliner,
meningkatnya
dan
kuliner
konsumen/pen
tradisional
tradisional yang tradisional
tradisional
yuka
asli Blora
terintegrasi
Blora dan
pengobatan
dengan pengobatan
kesehatan
belum
tempat dan
usaha PHRI
dengan medis
tempat resep
pengobatan
yang
tempat terintegrasi oleh
tempat
asli
terintegrasiny
kuliner
tradisional dan kuliner 65
resep otentik kuliner tempat
kuliner
belum
terintegrasi
dengan
pariwisata
otentik kuliner
dan OPD yang konvensional
medis
a
terkait
konvensional
tradisional
dengan
perdagangan dan Ukm meningkatnya
di blora pengintegrasian kuliner Blora dalam paket-paket wisata di
Pelajar
perkembangan kuliner Jurusan terutama kuliner Boga
SMK otentik
Blora
dengan resep
dokumentasi panduan
asli blora ke
resep
dalam paket-
kuliner
paket wisata
Tata Blora
di Blora penyebaran
tradisional resep asli
informasi
Blora
Blora
penyusunan dan
kuliner tradisional
promosi
dan terkait
pengobatan tradisional
dan
kuliner tradisional yang ada di Blora
3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan anggaran
untuk pelindungan pengetahuan
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan, untuk
pelindungan pemanfaatan
OPD
yang Identifikasi
Teridentifika
Tersedianya
Terwujudnya
Meningkatny
menangani
kebijakan pusat sinya
regulasi yang komitmen
a
urusan
dan daerah
menyeluruh
bersamadalam
kebudayaan
untuk
pemajuan
di Kabupaten
kebudayaan
Blora
objek kebudayaan,
pengetahuan
pemajuan kebudayaan pendidikan,kese
tradisional
dan
pembinaan hatan,
kebijakan
Perumusan kebijakan
dan
pusat
dan
daerah
dan pemajuan
implementasi
pemajuan
kebudayaan 66
tradisional
terhadap
SDM diperindag
regulasi
pemajuan
UMKM,
pengetahuan
perencanaan,
tradisional
dan
dalam dokumen
Implementasi
keuangan
serta DPRD
kebijakan dalam
perencanaan dan
dokumen perencanaan dan
penganggara n
penganggaran
mengenai
kebudayaan Komitmen bersama terhadap pemajuan pengetahuan tradisional
VII.1.6. Teknologi Tradisional
No
1
Permasalahan
Tujuan
Sasaran
Tahapan Kerja
Indikator Capaian 2024
2029
2034
2039
Aspek Nilai Pergeseran
.
Rekomendasi
nilai Merevitalisasi
tehnologi tradisional
tehnologi tradisional yang
Mengembangkan tehnologi untuk
OPD,
tokoh inventarisasi
tradisional masyarakat,
teknologi
fungsi praktisi
tradisional
terinventarisa
tersedianya
ersusunnya
sinya
lembaga
kajian tentang kajian
konservasi
sejarah
dan
di terdokumenta
tersedianya yang
dan dapat 67
dianggap
tidak
pengetahuan
efektif/praktis
dan
Blora
atraksi wisata
pendirian lembaga perlindungan dan
pelestarian
sinya
dan
cara
teknologi
perlindungan
teknologi
sebagai
tradisional
pelestarian
tradisional
panduan
yang ada di
teknologi
Blora
revitalisasi
Blora
tradisional
dan
Blora
pengembanga
teknologi
kerja digunakan
n
tradisional Blora
teknologi
tradisional penyusunan
sebagai
kajian
atraksi wisata
tentang
sejarah dan cara
ilmu
kerja
pengetahuan
teknologi
tradisional
di
di Blora
blora 2
Aspek fisik Tehnologi
Memproduksi
tradisional
sudah menduplikasi
jarang
ditemukan kembali
dan digunakan
kepentingan
OPD, Perhutani, duplikasi
melestarikan tehnologi swasta,
tehnologi tradisional
tradisional
edukasi
dan Melindungi,
untuk masyarakat
untuk kepentingan wisata pengetahuan atraksi wisata
hutan, dan
dan tersedianya
terwujudnya
tersedianya
meningkatny
produksi
duplikasi
kerjasama
tempat wisata a
teknologi
teknologi
dengan
edukasi
tradisional
tradisional
stakeholder
blora
yang
dan
tersebarnya
pelestarian
dijadikan
masyarakat
informasi
teknologi
abahan
hutan
kerjasama dengan
bisa
di pelindungan dan dan
untuk tentang wisata tradisional 68
stakeholder
pembelajaran
dalam wisata n
penyediaan tempat
pengembanga edukasi
wisata
edukasi
obyek Blora
di wisata
Blora
edukasi
di Blora
edukasi secara
teknologi
harmonis dan
tradisional Blora
berkesinamb penyebaran
ungan
informasi melalui
media
tentang
wisata
edukasi teknologi tradisional
di
Blora 3
Aspek Kebijakan:
Identifikasi
Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan Meningkatkan anggaran regulasi,
Meningkatkan
kebijakan pelindungan,
untuk
dan alokasi anggaran pengembangan,
pelindungann
untuk
pelindungan pemanfaatan
OPD
Tersedianya
Terwujudnya
Meningkatny
kebijakan pusat sinya
regulasi yang komitmen
a
dan daerah
menyeluruh
bersamadalam
kebudayaan
untuk
pemajuan
di Kabupaten
kebudayaan
Blora
yang
menangani
Perumusan
urusan
kebijakan
objek kebudayaan,
Teridentifika
regulasi
kebijakan pusat
dan
daerah
dan pemajuan
dan implementasi
pemajuan
kebudayaan
dalam 69
tehnologi
pengetahuan
pemajuan kebudayaan perencanaan,
dokumen
tradisional
tradisional
dan
perencanaan
pembinaan dan
terhadap
keuangan Implementasi
SDM serta DPRD
kebijakan dalam dan
pemajuan kebudayaan
dokumen
penganggara
perencanaan dan n penganggaran
mengenai
kebudayaan
Komitmen bersama terhadap pemajuan kebudayaan
VII.1.7. Seni
No
1.
Permasalahan
Aspek Nilai
Mempertahankan Seni
Masyarakat cenderung memilih seni yang mudah di apresiasi
Rekomendasi
dan
yang
Melestarikan
musik,tayub)
dan Kabupaten Blora
yang
pelaku budaya
Indikator Capaian
Tahapan Kerja
da guru, pelajar , - pelestarian
budaya yang ada di
meningkatkan seni
Sasaran
atraktif mengembangkan seni tokoh
(barongan,
potensi
Tujuan
2024
pengenalan
dan
seni
seni
Blora terutama blora seni
budaya seni
budaya
yang kurang
2029
2034
2039
tersedianya
meningkatnya
terlestarikann
forum
pemahaman
ya seni dan
yang komunikasi antar
seni
tokoh budaya
kurang
populer
seni
dan
populer
melalui
budaya yang
dan budaya blora kabupaten
terutama yang Blora terutama seni 70
atraktif,
kurang
populer
- Peningkatan
penyelenggar
aktif
kurang populer
budaya yang
(sastra,wayang
potensi seni di an acara seni
kurang
krucil,
Kabupaten
populer
kentrung,
kidungan)
di
Blora
masyarakat.
budaya
yang secara
kurang
rutin
dan berkala
populer 2
Aspek Fisik Kurangnya praktisi dan ruang ekspresi seni
meningkatkan SDM meningkatkan kualitas OPD,
peningkatan
dan sarana prasarana
praktisi seni dan ruang praktisi,budaya
SDM
seni
ekspresi publik seni wan,
dan
budaya
Blora
budaya blora
terinventarisa
praktisi sinya data riil nya
pelajar, seni dan budaya
lembaga dan budaya
seni
terselanggara
peningkatan sarana
dan
prasarana
seni
dan budaya
pelaku
tersedianya praktisi
seni sosialisasi
dan
meningkatny seni a
kualitas
budaya SDM praktisi
budaya yang dan pelatihan dan
seni
dan
ada di blora bagi praktisi tersedianya
budaya
dan
dan
seni
budaya
sarana
dan sarana
kebutuhan riil dan
prasarana seni prasarana
sarana
terpenuhinya
dan
prasarana
kebutuhan
blora
seni
sarana
baik
dan
budaya
blora
dan
budaya ruang yang ekspresi
prasarana seni
publik
seni
budaya blora
budaya
Blora 3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi,
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
kebijakan pelindungan,
OPD menangani
yang Identifikasi
Teridentifika
kebijakan pusat sinya
Tersedianya
Terwujudnya
regulasi yang komitmen
Meningkatny a
pemajuan 71
kebijakan alokasi
dan dan alokasi anggaran pengembangan, anggaran untuk
pelindungan pemanfaatan
urusan
dan daerah
objek kebudayaan,
untuk pelindungan seni
pemajuan kebudayaan perencanaan,
seni
dan
pembinaan dan
terhadap
keuangan
kebijakan
Perumusan kebijakan
dan
regulasi
SDM serta DPRD
bersamadalam
kebudayaan
untuk
pemajuan
di Kabupaten
kebudayaan
Blora
pusat
dan
daerah
dan pemajuan
implementasi
kebudayaan
dalam Implementasi
pemajuan kebudayaan
menyeluruh
dokumen
kebijakan dalam perencanaan dokumen dan perencanaan dan penganggara penganggaran n mengenai Komitmen
kebudayaan
bersama terhadap pemajuan kebudayaan
VII.1.8. Bahasa
No
1.
P ermasalahan
Rekomendasi
Aspek Nilai Penggunaan bahasa Meningkatkan
Tujuan
penerapan penggunaan
Sasaran
guru,
pelajar,
bahasa OPD,tokoh,
Indikator Capaian
Tahapan Kerja
- pemahaman mengenai
2024
2029
2034
penyusunan
tersedianya
penerapan
dan
lembaga dan penggunaan
2039
meningkatnya penggunaan 72
jawa
untuk penggunaan
bahasa jawa terutama bahasa organisasi,
berkomunikasi
jawa dalam segala jawa
dikalangan
bentuk komunikasi
generasi kurang
muda
lokal
Blora masyarakat
makna bahasa pembenahan
komunitas
Jawa
bahasa
yang program
dalam segala bentuk
memiliki
pelajaran
komunikasi
pembagian
bahasa
tingkatan-
di
tingkatan
kurikulum
bahasa
yang yang
menunjukkan
jawa dalam
sebagai jawa sarana
dalam komunikasi baik
jawa bahasa
formal
waktu tertentu bahasa
jawa
baik
dalam lokal
blora
blora
dalam
segala
aspek
dunia
pemerintahan,
bentuk
lembaga,
komunikasi
adanya ungah-
maupun non komunitas, dan
ungguh bahasa
formal
Jawa.
mengembang
- Menanamkan sejak
dini
kan
guna lingkungan
melestarikan
Jawa
bahasa
kepada
anak-
lokal blora
anak
masyarakat
dan
bahasa
jawa
terbiasa
menggunakan bahasa
jawa
dan
tidak
menganggap bahasa
jawa
waktu- terutama
dalam pendidikan,
lebih lingkup
tepat sasaran
bahasa
Jawa
adalah bahasa
73
yang kuno. - Penerapan penggunaan bahasa
Jawa
dalam pembelajaran dalam
waktu-
waktu tertentu untuk meningkatakan ketrampilan berbahasa jawa 2
Aspek fisik Rendahnya
Meningkatkan
Ketrampilan
ketrampilan
penggunaan bahasa penggunaan
meningkatkan kualitas Guru, Pelajar, - perumusan
tersusunnya
terlaksananya
terterapkannya
meningkatnya
dan
dokumen
pelatihan
program
ketrampilan
kuantitas
penutur ahli bahasa bahasa bahasa
jawa
jawa
Berkurangnya
Meningkatkan
jawa
bahsa
ahli jawa,
dan tokoh
dokumen
tentang bahasa bahasa jawa
jawa baik
lokal terutama
bagi pelestarian dan penggunaan
penutur
terimplementasikan
masyarakat,
blora yang bisa bahasa
jawa bahasa
bahasa
OPD, lembaga
diterapkan
blora yang
jawa
segala
penutur ahli bahasa jumlah penutur ahli komunikasi jawa yang bahasa jawa menguasai
SDM penutur
dalam aspek
lokal
baik
dalam sebagai acuan
dunia
formal baku
dan informal. - peningkatan
jawa ketrampilan sudah bahasa
bahasa jawa di masyarakat
jawa dan
maupun sosialisasi
meningkatnya
calon melalui
jumlah penutur
dalam bagi
pembelajaran bahasa
ada
peningkatan
penutur
ahli pelatihan
jawa bahasa jawa, sosialisasi
dan ahli
bahasa
jawa.
jawa dengan baik 74
dan benar
SDM
ahli baik
bahasa baik
secara pengadaan
jawa formal
guru/tenaga
secara maupun
ahli
berbahasa jawa yang
benar
penutur baik
di
kuantitas
nonformal
maupun
dan
formal maupun
kualitas
penyusunan
nonformal,
- Penerapan bahasa yang
bahasa jawa
lingkungan
program jawa pencanangan
sesuai guna
dengan kaidah
pelestarian bahasa jawa
3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan anggaran
untuk pelindungan bahasa
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan, untuk bahasa
pelindungan pemanfaatan
yang Identifikasi
menangani
kebijakan
urusan
dan daerah
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan terhadap
pembinaan dan keuangan
Teridentifika pusat sinya
kebijakan
dan
SDM serta DPRD
pemajuan kebudayaan
Meningkatnya pemajuan
menyeluruh
bersama dalam kebudayaan di
untuk
pemajuan
Kabupaten
kebudayaan
Blora
pusat
dan
daerah
dan pemajuan
implementasi
regulasi
Terwujudnya
regulasi yang komitmen
kebijakan
Perumusan
Tersedianya
kebudayaan
dalam Implementasi kebijakan
dokumen dalam perencanaan
dokumen
dan
perencanaan dan penganggara 75
penganggaran Komitmen
n
mengenai
kebudayaan
bersama terhadap pemajuan kebudayaan
VII.1.9. Permainan Rakyat
No
1.
P ermasalahan
Rekomendasi
Tujuan
Aspek Nilai Adanya
Sasaran
Tahapan Kerja
Guru, Pelajar, inventarisasi
pengaruh Memodernisasikan
modernisasi
permainan
tehnologi digital
terutama digital
Melindungi,
rakyat mengembangkan berbasis permainan rakyat
Indikator Capaian 2024
terinventasisa
2029
2034
2039
tersusunnya
terwujudnya
meningkatny
permainan
a penggunaan
kreator,
permainan rakyat sinya
program
Penggiat
Blora
permainan
pengembanga rakyat
tradisonal
n permainan modern
tradisional
blora
rakyat
baik
berbasis
dunia formal
digital
maupun
permainan tradisional, komunitas permainan
peningkatan pemahaman mengenai makna yang terkandung
yang permainan
dalam
maupun 76
tradisional
dalam permainan
nondigital
rakyat di Blora
yang
dapat
diimplementa
pengembangan
si
permainan
oleh
masyarakat
tradisional berbasis
nonformal
baik
digital
formal
maupun
guna melindungi
nonformal
dan mengembangkan permainan tradisional 2
Aspek Fisik Minimnya ahli dan Meningkatkan kreator
yang jumlah
mampu
kreator
mentransformasi
rakyat
ahli
dan
permainan
meningkatnya jumlah Guru, Pelajar, inventarisasi
terinventarisa
permainan
sinya jumlah nya pelatihan jumlah
yang
rakyat kreator, OPD, ahli/penggiat telah masyarakat
,komunitas
tenaga
terselenggara
tersedianya
tersedianya ahli permainan
menjadi
dan kreator di rakyat
yang
bertransformasi lebih
permainan rakyat ahli,penggiat,
kreator
Blora
modern
di blora
permainan
berkualitas
dalam bentuk
komunitas
guna
digital
permainan
mengembangk maupun non
permainan
pelatihan menjadi
tradisional
kreator permainan
dan
rakyat blora
di
an
yang lebih modern
permainan digital
rakyat
yang
modern
77
3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan anggaran
untuk pelindungan
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan, untuk
pelindungan pemanfaatan
permainan rakyat
menangani
kebijakan
urusan
dan daerah
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan
permainan rakyat
yang Identifikasi
pembinaan dan keuangan
terhadap
Teridentifika pusat sinya
kebijakan
dan
SDM serta DPRD
Meningkatny a
pemajuan
menyeluruh
bersama dalam kebudayaan
untuk
pemajuan
di Kabupaten
kebudayaan
Blora
pusat
dan
daerah
dan pemajuan
implementasi
regulasi
Terwujudnya
regulasi yang komitmen
kebijakan
Perumusan
Tersedianya
kebudayaan
dalam Implementasi
pemajuan kebudayaan
kebijakan
dokumen dalam perencanaan
dokumen
dan perencanaan dan penganggara penganggaran n mengenai Komitmen
kebudayaan
bersama terhadap pemajuan kebudayaan
VII.1.10. Olahraga Tradisional
No
1.
P ermasalahan
Rekomendasi
Tujuan
Sasaran
Tahapan Kerja
Indikator Capaian 2024
2029
2034
2039
Aspek Nilai 78
Adanya
olahraga Mengembangkan
tradisional tidak
yang olahraga
dan OPD, Pelajar, Pelestarian
tadisional mengembangkan olah Praktisi, Guru, raga
memiliki sebagai
aspek prestasi dan
Melestarikan
olahraga raga
prestasi dan rekreatif menjadi
rekreatif
tradisional KONI, FORMI olah
raga
prestasi dan rekreatif
yang
olah Pengenalan
tradisonal olah ada
di
Kabupaten Blora Meningkatkan potensi olah raga tradisional untuk dikembangkan menjadi olah raga prestasi
dan
Tersusunya
Meningkatnya
raga program
potensi
Terlestarika
olah nnya
dan
tradisional di pengembanga raga
terwujudnya
blora
olah
yang n olah raga tradisional
tidak
tradisional
menjadi
memiliki
yang kurang raga
aspek prestasi
populer
raga
olah tradisional
prestasi sebagai
di dan rekreatif
salah
satu
dan rekreatif Blora
Cabang
melalui
Olah Raga.
penyelenggar an kompetisi
rekreatif
dan turnamen secara
rutin
dan berkala 2
Aspek Fisik Kurangnya
sarana Meningkatkan
dan prasarana, atlit, sarana
Mewujudkan
prasarana, prasarana,
pelatih dan wasit atlit,
pelatih
olahraga tradisional wasit
olah
tradisional
sarana OPD, Pelajar, Menginventarisir atlet, Guru,
dan pelatih dan wasit olah FORMI raga raga tradisional yang berkualitas
Terinventaris
KONI, dan memilih jenis ir
Terselenggar
dan anya
Meningkatnya kualitas
dan sarana
olah
raga terpilihnya
sosialisasi
tradisional
yang olahraga
dan pelatihan praktisi
dan praktisi
tradisional
bagi praktisi olahraga
yang
yang ada di
olah
berkualitas
ada di Blora Membangun dan
Blora
kuantitas
Tercapainya
raga tradisional
prasarana
dan 79
menyediakan sarana
tersedianya
tradisional
prasarana sarana
olahraga
prasarana
tradisional
olah
raga
tradisional
Meningkatkan kualitas
Atlit,
pelatih,
Wasit
olahraga tradisional 3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan anggaran
untuk pelindungan olahraga tradisional
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan, untuk
pelindungan pemanfaatan
olahraga tradisional
yang Identifikasi
menangani
kebijakan
urusan
dan daerah
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan terhadap
pembinaan dan keuangan
Teridentifika pusat sinya
kebijakan
dan
SDM serta DPRD
pemajuan kebudayaan
kebijakan
ya
bersama dalam pemajuan
untuk
pemajuan
kebudayaan
kebudayaan
di
dan
daerah
dan pemajuan
dalam Implementasi
Meningkatn
menyeluruh
pusat
implementasi
regulasi
Terwujudnya
regulasi yang komitmen
kebijakan
Perumusan
Tersedianya
kebudayaan
Kabupaten Blora
dokumen
dalam perencanaan
dokumen
dan perencanaan dan penganggara penganggaran n mengenai Komitmen 80
bersama terhadap kebudayaan pemajuan kebudayaan
VII.1.11. Cagar Budaya
No
1.
Permasalahan
Rekomendasi
Tujuan
Sasaran
Indikator Capaian
Tahapan Kerja
2024
2029
2034
2039
Aspek Nilai Semua
cagar Penetapan
legalitas Perlindungan
budaya yang ada cagar budaya yang pemanfaatan belum
ada
mendapatkan
budaya
cagar Masyarakat, Komunitas,
Menginventarisasi
kesadaran
Terinventari
dan
meregistrasi sir
cagar
budaya
ya
cagar
budaya
Mengajukan
Legitimasi
dari masyarakat
untuk
penetapan
cagar
masyarakat
dan melindungi
cagar
budaya yang ada di
legalitas
dari budaya.
Tercapainya
Terca
dan penetapan
di teregistrasin
Kabupaten Blora
Meningkatkan
legalitas/penetapan
dan OPD,
painya Terwujudnya
kesadaran
pelestarian,
benda
cagar masyarakat
pelindungan,
budaya
yang untuk
dan
di ada
Kabupaten
Kabupaten
Blora
Blora
di
melindungi
pemanfaatan
cagar budaya
benda
cagar
budaya
Kabupaten Blora 81
pemerintah lemah
Melaksanakan sosialisasi
benda
cagar budaya yang ada di Kabupaten Blora 2
Aspek Fisik Kurangnya perawatan
Melindungi, cagar merawat
budaya karenaSDM
cagar melestarikan
budaya yang ada. dan
dukungan
Sarpras
yang
kurang
memadai
Melindungi
Meningkatkan kualitas
dan
dan OPD, benda masyarakat
Menyediakan sarana
Tersedianya
prasarana sarana
cagar budaya yang ada
pelestarian
di Kabupaten Blora
perlindungan benda guna
kuantitas SDM dan
Mengadakan
sarpras
perawatan
dan
benda cagar budaya
benda budaya
fungsi
Tercapainya
cagar perlindungan
cagar budaya sebagai dan sarana
pelestarian
pelestarian
pendidikan dan Benda cagar
dan
rekreasi
bdaya
perlindunga n
pemeliharaan
dan Tercapainya
terpeliharanya
dan prasarana
cagar budaya
Terawat
benda
cagar budaya
Meningkatkan kuantitas kualitas
dan lembaga
pelestari
benda
cagar budaya Meningkatkan 82
pemanfaatan
dan
pengembangan benda cagar budaya 3
Aspek Kebijakan: Minimnya regulasi, kebijakan alokasi
dan anggaran
untuk pelindungan cagar budaya
Meningkatkan regulasi,
Meningkatkan
OPD
kebijakan pelindungan,
dan alokasi anggaran pengembangan, untuk
pelindungan pemanfaatan
cagar budaya
yang Identifikasi
menangani
kebijakan pusat dan asinya
regulasi
urusan
daerah
menyeluruh
objek kebudayaan,
pemajuan kebudayaan perencanaan, dan terhadap
Teridentifik Tersedianya
pembinaan dan keuangan
kebijakan pusat
Perumusan kebijakan
dan
SDM serta DPRD
pemajuan kebudayaan
daerah dan pemajuan
si Implementasi kebijakan
yang komitmen
dan untuk
implementa
regulasi
Terwujudnya
Meningkatny a
pemajuan
bersamadalam
kebudayaan
pemajuan
di Kabupaten
kebudayaan
Blora
kebudayaan
dalam
dokumen dalam perencanaan
dokumen perencanaan penganggaran
dan dan penganggar an
Komitmen bersama mengenai terhadap pemajuan kebudayaan kebudayaan
VII. 2. Upaya
83
Pemerintah Kabupaten Blora berupaya menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, serta aksara Jawa yang menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah dan masyarakat dengan menggunakan bahasa jawa sebagai komunikasi lisan setiap hari kamis melalui surat edaran Bupati Blora tentang penggunaan bahasa jawa untuk komunikasi lisan, akan tetapi tata naskah dinas yang diterbitkan pada Kamis tetap menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan untuk acara resmi dan kedinasan atau seremonial yang diselenggarakan pada Kamis, bisa menggunakan Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Jawa. Melalui surat edaran ini diharapkan Bahasa Jawa akan lebih membudidaya dan bisa digunakan masyarakat sebagai bahasa informasi, komunikasi, dan edukasi pada khotbah keagamaan, rapat-rapat di tingkat RT/RW, lembaga-lembaga adat, kegiatan masyarakat, serta organisasi kemasyarakatan. Upaya lain Pemerintah Kabupaten Blora dalam rangka melestarikan budaya lokal, terutama budaya samin melalui penggunaan pakaian adat samin sebagai pakaian dinas ASN Kabupaten Blora yang digunakan setiap bulan pada tanggal 15 (lima belas) dan diatur dalam Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora dan telah diubah dengan Peraturan Bupati Blora Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas Bagi Pegawai NegeriI Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora . Diisamping itu pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blora dan organisasi/yayasan telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mempromosikan dan melestarikan kebudayaan Blora antara lain : 1. Menjadikan Desa Samin menjadi desa wisata 2. Merevitalisasi tempat tempat bersejarah 3. Kabupaten Blora melalui Tim Regnas Cagar Budaya Kabupaten Blora dan organisasi pegiat cagar budaya telah mendata obyek-obyek yang patut diduga sebagai cagar budaya antara lain : 150 bangunan cagar budaya, 25 struktur cagar budaya, 50 situs cagar budaya, 40 koleksi benda cagar budaya milik Pemerintah Kabupaten Blora, ratusan milik Yayasan Mahameru, , serta beberapa dimiliki oleh masyarakat 4. Yayasan Mahameru telah melakukan pengumpulan dan pendokumentasian manuskrip 5. Melakukan kajian terhadap tradisi lisan yang ada di Kabupaten Blora dan dituangkan dalam bentuk buku. 6. Memfasilitasi secara penuh penyusunan buku Ensiklopedia Blora yang memuat lengkap tentang sejarah, geografis, alam, seni budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan, komunitas dan masyarakat, cagar budaya Blora. Disusun oleh Blora Pride Foundation pada tahun 2011. 84
7. Dalam rangka melestarikan seni dan budaya yang ada di Kabupaten Blora telah dilaksanakan pembinaan, festival/pagelaran, promosi berbagai seni budaya yang menjadi ikon Blora, diantaranya yaitu Wayang, Brongan, Tayub.
VII. 3. Permasalahan Umum dan Rekomendasi Umum
Sebagaimana gejala umum, budaya daerah Blora sebagai sub dari budaya nasional mengalami tekanan keras oleh arus modernisasi, industrialisasi dan globalisasi. Nilai-nilai budaya lokal berhadapan langsung dengan tuntutan pragmatisme, dimana dalam banyak hal laku dan praktek kebudayaan akan dilihat dari aspek praktis, efektif dan ekonomis. Hampir semua obyek kebudayaan yang ada di Kabupaten Blora antara lain; Tradisi Lisan, Adat Istiadat, Ritus, Pengetahuan Tradisional, Teknologi Tradisional, Seni, Bahasa, Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional mulai terkena imbasnya dan terpinggirkan. Ruang-ruang ekspresi untuk beberapa obyek kebudayaan tersebut mulai berkurang secara signifikan, demikian juga para praktisinya. Kesemuanya dikarenakan praktek tradisi-tradisi tersebut dianggap tidak praktis, efektif dan ekonomis. Pada gilirannya tradisi-tradisi t ersebut mulai ditinggalkan, bahkan beberapa diantaranya langka dan punah. Semangat keterbukaan, juga telah mempertemukan budaya dan tradisi lama yang berorientasi keselarasan dengan hal-hal baru dengan orientasi baru juga. Adat masyarakat Sikep yang lebih berorientasi pada keselarasan, dimana menurut mereka kebutuhan manusia tidak sebatas pada dimensi material semata, melainkan juga dimensi spiritual dan keseimbangan/kecintaan terhadap alam, berhadapan dengan arus berpikir dan bertindak yang orientasinya didominasi pemenuhan kebutuhan material. Masyarakat Sikep sebagai cermin dari cara berpikir dan bersikap masyarakat adat Blora sebenarnya menempati posisi strategis sebagai benteng pertahanan untuk tetap menjaga keselarasan dan keseimbangan antara manusia Blora dan wilayah Blora dengan segala potensi alamnya, terutama hutan jati dan lahan pertanian. Perlu ditekankan ulang bahwa hampir 50% wilayah Kabupaten Blora adalah hutan jati. Potensi ini rupanya belum dioptimalkan. Sekalipun berbagai upaya untuk menempatkan Masyarakat Sikep pada posisi yang lebih terhormat sudah dilakukan dan sudah membawa hasil, diantaranya penerimaan dan 85
pemahaman masyarakat umum terhadap Masyarakat Sikep yang sudah berubah jika dibanding era sebelumnya, namun optimalisasi tatanilai yang dianut Masyarakat Sikep untuk menjaga keselarasan antara manusia dan alam yang ditempatin ya belum terwujud. Relasi budaya lokal dengan agama juga tidak luput dari persoalan. Sekali lagi sikap pragmatis dan keengganan mendalami subtansi budaya di satu sisi dan di sisi lain pemahaman keagamaan yang formalis normatif, acapkali menjadikan pertemuan keduanya menimbulkan letupan-letupan yang bervariasi sekalanya. Beberapa obyek kebudayaan yang sering menjadi medan benturan nilai tersebut antara lain; adat istiadat, ritus dan kesenian. Fenomena yang terjadi adalah banyak praktisi budaya yang asing tentang agama dan agamawan yang menjauh dari budaya. Padahal jika ditengok sejarah pembentukannya, banyak obyek kebudayaan yang merupakan akulturasi antara budaya dan agama, kesefahaman antara praktisi budaya dan agamawan. Ditambah lagi dengan kehadiran paham keagamaan transnasional – sebagai konsekuensi dari keterbukaan- semakin memperkeras benturan antara budaya dan tradisi lokal dengan agama. Penurunan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan yang salah satunya diakibatkan oleh derasnya arus informasi, juga berkontribusi dalam penurunan apresiasi estetik kesenian. Kesenian terseleksi menjadi kesenian yang membutuhkan apresiasi estetik tinggi dan sebaliknya, kesenian yang atraktif dan yang bukan. Biasanya kesenian yang tidak membutuhkan apresiasi estetik tinggi dan kesenian yang atraktif lebih mampu bertahan, sehingga beberapa kesenian sebagai bagian dari kebudayaan menghilang dari panggung-panggung ekspresi seni. Dalam kontek Blora tercatat beberapa jenis kesenian yang penampilannya sudah sangat jarang ditemukan antara lain; kentrung, wayang krucil, jedhoran. Blora sebagai kampung halaman Pramudya Anantatour, yang semestinya terilhami etos berkarya dari sastrawan yang sangat produktif tersebut, juga dalam kondisi sepi dari munculnya karya sastra masyarakat Blora saat ini. Persoalan kebudayaan yang juga sangat urgen adalah penurunan kemampuan berbahasa Jawa, terutama kemampuan berbahasa Jawa pada generasi muda kita. Padahal dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat berkomunikasi masyarakat daerah. Bahasa Jawa juga merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur dan tata krama, sehingga tata krama berbahasa menunjukkan budi pekerti pemakainya. Para pemerhati menyimpulkan bahwa penyebab penurunan kemampuan berbahasa daerah terletak pada pribadi generasi muda itu sendiri, orang tua, lingkungan, sekolah dan pemerintah. Lebih komplek lagi tuntutan globalisasi yang mendorong generasi muda menguasai bahasa internasional berkorelasi dengan berkurangnya penggunaan bahasa daerah oleh kaum muda. Permasalahan umum dalam pemajuan kebudayaan di Kabupaten Blora, dibagi menjadi 3 aspek : 86
1. Aspek Nilai Nilai-nilai budaya dalam masyarakat Blora sudah mulai tergerus arus modernisasi. Banyak tradisi yang sudah mulai ditinggalkan dan tidak lagi dipraktikan, dan juga banyak tradisi yang mengalami benturan-benturan dengan nilai-nilai agama, kurangn ya pemahaman akan makna sesungguhnya dalam setiap seni dan budaya lokal Blora yang sarat makna terutama pada generasi muda.
2. Aspek Fisik / Aktifitas Perkembangan jaman dan teknologi pada saat ini kurang diantisipasi guna menjaga kelestarian kebudayaan lokal dan perkembangan teknologi dan modern belum bisa dioptimalkan guna mengembangkan kebudayaan lokal Blora, disamping itu masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pengembangan kebudayaan, minimnya pelaku/praktisi seni budaya yang menguasai budaya lokal blora, masih sedikitnya ruang ekspresi budaya dan program pengembangan budaya yang terutama melibatkan partisipasi masyarakat. 3. Aspek Kebijakan Perlu intervensi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan daerah yang menangani urusan pemajuan kebudayaan di kabupaten Blora. Dibutuhkan adanya pembentukan kelembagaan pemajuan kebudayaan. Alokasi anggaran. Untuk kembali menggairahkan budaya tradisi di kabupaten Blora, dirasa perlu melakukan kajian terhadap ekosistem alam yang mendasari banyak tradisi di Blora, terutama mengenai budaya yang berkaitan dengan hutan Jati dan produk-produknya. Pengarusutamaan pemajuan kebudayaan berbasis kekayaan alam berupa hutan Jati karena banyak objek pemajuan kebudayaan yang berkaitan dengan Jati.
Dalam rangka perlindungan, pengembangan, pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan, serta pembinaan terhadap sumber daya manusia kebudayaan ka ditentukan rekomendasi umum yang dijadikan Prioritas rencana kerja Kabupaten Blora dalam pemajuan kebudayaan Kabupaten Blora antara lain : 5. Melestarikan dan memasyarakatkan budaya sedulursikep / samin yang meyakini bahwa terdapat hubungan erat antar individu, masyarakat, dan alam terutama jati (separuh wilayah Kabupaten Blora adalah hutan), sebagai bagian dari keseharian hidup masyarakat Blora, dapat ditingkatkan kemanfaatannya untuk kesejahteraan masyarakat Blora. 87