DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA LUBUK LINGGAU
LAPORAN ANTARA PENYUSUNAN DED STADION SILAMPARI
TAHUN ANGGARAN 2014 KONSULTAN PERENCANA :
i
KATA PENGANTAR Laporan Antara ini merupakan tahap pertengahan dalam proses penyusunan dan perencanaan Stadion Silampari Kota Lubuklinggau. Laporan ini terwujud berkat kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Lubuklinggau dengan konsultan yang dipercaya menysusun perencanaan tersebut. Secara garis besar Laporan Antara ini mencakup beberapa hal pokok antara lain, eksisting lokasi, eksisting fungsional, analisa fungsional, konsep desain, dan hasil desain Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberi masukan sehingga dapat tersusunnya buku laporan ini. Cukup disadari bahwa dalam penyusunan Laporan Antara ini masih terdapat beberapa kekurangan, namun harapan kami semua semoga Laporan Antara ini dapat bermanfaat bagi pembangunan di Kota Lubuklinggau pada umumnya dan Pengembangan Stadion Silampari pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb Lubuklinggau, November 2014
Tim Penyusun
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1
GAMBARAN UMUM............................................................................. 1
1.2. KEBUTUHAN FUNGSIONAL RUANG ................................................... 2 1.3 TINJAUAN LOKASI.................................................................................... 2 BAB II. DESAIN KAWASAN............................................................................... 5 2.1 DASAR PERTIMBANGAN RENCANA .................................................... 5 2.1.1 Dasar Pertimbangan Rencana ................................................................. 5 2.2. KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN .............................................. 6 BAB III ................................................................................................................... 7 PENGEMBANGAN DESAIN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL................... 7 3.1
RANCANGAN MEKANIKAL ............................................................... 7
3.1.1 Sistem Transportasi................................................................................ 7 3.1.2 Pekerjaan Plumbing ................................................................................ 8 3.2
KONSEPSI PERENCANAAN MEKANIKAL..................................... 13
3.2.1
Sistem Listrik Arus Kuat (LAK)..................................................... 13
3.2.2
Sistem Listrik Arus Lemah (LAL).................................................. 19
3.3. KONSEPSI PERENCANAAN ELEKTRIKAL ....................................... 24 3.3.1. Sistem Penangkal Petir ........................................................................ 24 3.3.2. Sistem Tata Suara ................................................................................ 25 3.3.3. Sistem Keamanan Kawasan................................................................. 25
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
iii
DAFTAR TABEL TABEL: 3.1............................................................................................................. 8 LEBAR MINIMUM PEDESTRIAN MENURUT ................................................. 8 PENGGUNAAN LAHAN SEKITARNYA ........................................................... 8 Tabel 3.1. Sistem Penangkal Petir........................................................................ 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 11. Analisa Site Eksisting Stadion Silampari............................................ 3 Gambar 1.2 Analisa Wilayah di Sekitar Eksisting.................................................. 4 Gambar 2.1 Konsep Pengembangan Kawasan ....................................................... 6
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
1
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
GAMBARAN UMUM Stadion Silampari merupakan stadion yang telah lama ada di Kota
Lubuklinggau. Namun, kondisi stadion tersebut dapat dikatakan kurang terpelihara. Untuk itu pemerintah Kota Lubuklinggau berencana ingin membangun kembali Stadion Silampari untuk keperluan yang lebih luas. Pada perencanaan Stadion Silampari Kota Lubuklinggau, perencana melakukan perombakan terhadap kondisi tribun yang sudah tidak layak, selanjutnya luas lahan yang ada akan dikembangkan sebagai taman (ruang terbuka hijau) dan menambah fasilitas olahraga lainnya. Dengan mempertimbangkan fungsinya, kawasan Gedung Subkos Garuda Kota Lubuklinggau akan perencanaan berupa; Masterplan Kawasan Stadion Silampari antara lain review perencanaan 1.
Jogging Track dengan panjang keseluruhan ± 850 m.
2.
Taman Kota
3.
Panggung Pertunjukan
4.
Lapangan basket
5.
Lapangan Volley
6.
Lapangan Volley pantai
7.
Food Corner.
8.
Tugu Linggau Bisa
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
2
1.2. KEBUTUHAN FUNGSIONAL RUANG Kebutuhan Ruang didapat dari fungsi atau kebutuhan perencanaan Kawasan Stadion Silampari yang antara lain sebagai berikut. a. Sebagai sarana olahraga. b. Mempertahankan fungsi sebagai ruang public. c. Sebagai sarana rekreasi. d. Fungsi ekonomis yang mampu menjamin sustainability kawasan. e. Ikon identitas Kota Lubuklinggau f. Memberikan kontribusi bagi lingkungan kota Berdasarkan fungsi di atas maka kebutuhan ruang pada kawasan Stadion Silampari Kota Lubuklinggau adalah sebagai berikut: a. Jogging Track dengan panjang keseluruhan ± 850 m. b. Taman Kota c. Panggung Pertunjukan d. Lapangan basket e. Lapangan Volley f. Lapangan Volley Pantai g. Food Corner h. Tugu Linggau bisa i. WC Umum
1.3 TINJAUAN LOKASI A. Analisa Site Eksisting Kawasan Stadion Silampari Kota Lubuklinggau terletak di Kawasan Stadion Silampari terletak di Jalan lapter Silampari Kelurahan Airkati Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dengan luas lahan ±4,8 Ha.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
3
Gambar 11. Analisa Site Eksisting Stadion Silampari
Analisa : Lahan di site eksisting masih mampu dikembangkan untuk rencana site berdasarkan fungsinya. Konsep : Mengoptimalkan kondisi dan posisi site sebagai ruang terbuka hijau yang aman dan nyaman
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
4
B. Analisa Wilayah di Sekitar Eksisting
.
Gambar 1.2 Analisa Wilayah di Sekitar Eksisting
Analisa: Di sekitar wilayah perencanaan adalah kawasan pemukiman padat penduduk. Hal ini cocok digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan mendukung kebutuhan ruang public untuk wilayah perkotaan Konsep : Pengembangan stadion Silampari akan mendukung terwujudnya Kota Lubuklinggau sebagai Green City dan kota yang ramah anak.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
5
BAB II. DESAIN KAWASAN 2.1 DASAR PERTIMBANGAN RENCANA 2.1.1 Dasar Pertimbangan Rencana Yang menjadi dasar utama pertimbangan dalam penyusunan DED Stadion Silampari Kota Lubuklinggau adalah : 1.
Lokasi Stadion Silampari Kota Lubuklinggau yang akan dikembangkan sudah sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau 2012-2013 Perda Nomor 1 Tahun 2012). Kesesuaian dengan RTRW Kota Lubuklinggau ini penting sekali karena mengingat fungsi RTRW Kota Lubuklinggau sebagai acuan atau pedoman dalam menentukan kegiatan utama dari suatu kawasan dalam kerangka pengembangan wilayah (regional development).
2.
Kesesuaian lokasi kawasan industri dengan RTRW Kota Lubuklinggau yang telah di-perda-kan berarti tidak ada hambatan dalam aspek legalitas, berarti juga memberi jaminan kelayakan lokasi bagi para investor. Hanya saja perlu sedikit penyesuaian dengan rencana kebutuhan ruang kawasan industri.
3.
Kota lubuklinggau sebagai kota pusat orientasi kawasan sekitarnya, dalam hal ini termasuk kawasan perencanaan, maka perlu diarahkan pola dan perkembanganya. Pengembangan Kota Lubuklinggau lebih ditekankan pada pola dan arah sebaran permukiman yang akan berkembang serta pusat-pusat kegiatan sosial ekonominya.
4.
Untuk mengantisipasi kemungkinan pengaruh polusi udara dan suara di kawasan Stadion Silampari terhadap lingkungan sekitarnya maka perlu dibuat suatu kawasan penyangga (buffer zone). Fungsi zona penyangga yang berbentuk jalur hijau tersebut adalah sarana mencegah dampak lingkungan.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
6
2.2. KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN Jika sebelumnya kawasan stadion Silampari hanya berupa stadion untuk sepak bola, perencanaan kali ini berupaya untuk mengangkat prasarana olah raga lainnya dan menambahkan taman sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat. Hasil desain kawasan Stadion Silampari Kota Lubuklinggau dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar 2.1 Konsep Pengembangan Kawasan
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
7
BAB III PENGEMBANGAN DESAIN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
3.1
RANCANGAN MEKANIKAL
3.1.1 Sistem Transportasi Umum Sistem transportasi pada bangunan menitik beratkan pada sistem transportasi vertikal dan horizontal. Transportasi horizontal menghubungkan ruang-ruang pada satu lantai. Transportasi vertikal menghubungkan antar lantai pada bangunan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Kemudahan
Kelancaran
Kenyamanan
Keamanan
Efisiensi
Pedestrian Suatu ruas jalan perlu dilengkapi dengan pedestrian way apabila disepanjang ruas jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Pedestrian hendaknya ditempatkan disisi luar bahu jalan atau di sisi luar jalur lintasan. Pedestrian juga sedapat mungkin diletakkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau diatas saluran drainase tertutup dengan plat beton yang memenuhi syarat. Adapun dimensi pedestrian yang diatur adalah sebagai berikut : -
Ruang Bebas Pedestrian Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari 1 m dari permukaan pedestrian. Kebebasan disamping pedestrian tidak kurang dari 0,3 meter.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
8
-
Lebar Pedestrian Lebar pedestrian harus mampu menampung volume pejalan kaki yang ada. Oleh karena itu lebarnya harus disesuaikan dengan potensi pergerakan pejalan kaki masing-masing guna lahan. Ketentuan lebar pedestrian untuk masing-masing penggunaan lahan dilihat dari table berikut.
TABEL: 3.1 LEBAR MINIMUM PEDESTRIAN MENURUT PENGGUNAAN LAHAN SEKITARNYA
Penggunaan Lahaan Sekitarnya Perkantoran Industri Sekolah Pertokoan /Perbelanjaan Halte/Shelter Jembatan
Lebar Minimum (M) 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,0
Sumber : Dirjen Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota
3.1.2 Pekerjaan Plumbing Meliputi instalasi air bersih, instalasi air limbah (air kotor, air bekas), STP, Drainase.
3.1.2.1. Sistem Penyediaan Air Bersih a. Umum Kebutuhan air bersih merupakan salah satu sarana penunjang sehingga suatu bangunan dapat berfungsi dengan baik. Yang termasuk dalam sistem penyediaan air bersih ini meliputi :
Pengadaan sumber asal air
Sistem pendistribusian
Sistem jaringan distribusi
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
9
Disamping 3 (tiga) uraian tersebut perlu diperhatikan pula kondisi dari airnya. Sarana air selain dipergunakan untuk fasilitas toilet juga dipergunakan untuk keperluan minum. Sehingga jenis ini yang dipakai harus memenuhi standar air minum. b. Referensi Sebagai dasar perencanaan digunakan referensi sebagai berikut : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No : 441/Kpts/1998 tanggal 10
November 1998 tentang persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Pedoman Plambing Indonesia 1979 Standar Nasional Indonesia (SNI) Plumbing 2000 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing Normalisasi Indonesia (NI) Peraturan Daerah (PERDA) NFPA Standard
c.
Standar Pemakaian Air Prakiraan perhitungan pemakaian air didasarkan kepada ketentuan :100 Liter/hari/orang
d. Prakiraan Pemakaian Air 1. Pemakaian Air Berdasarkan standar pemakaian air yang telah disebutkan di atas maka
kebutuhan
air
bersih
diperkirakan
sebesar:
100
liter/hari/orang. 2. Keperluan Penyediaan Pemadam Kebakaran Menggunakan hydrant box. Untuk keperluan hydrant 1000 gpm (7.2. Section 5.7 dan 5.91 NFPA 14), dengan masa penanggulangan Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
10
kebakaran selama 45 menit, maka kebutuhan air untuk kebakaran (45 x 1000 x 3,785) = ± 170 m
e. Sumber Air Dari sumber air PDAM dan Deep Well. Kapasitas Reservoir
Ground Reservoir
: 223 m³
Top Reservoir
: 12 m³
f. Sistem Distribusi Menggunakan sistem pemompaan dan gravitasi. Air dari Main Ground Reservoir dipompakan ke Top Reservoir. Dari Top Reservoir didistribusikan ke setiap outlet dengan sistem gravitasi.
3.1.2.2. Sistem Pembuangan Air Kotor a. Umum Dengan adanya aktivitas manusia dibutuhkan air bersih, maka diperlukan perencanaan untuk buangan dari pemakaian air tersebut. Yang termasuk dalam sistem pembuangan air kotor adalah:
Sistem pengumpulan (waste water collector) berupa pipa pembawa utama dan cabang.
Sistem pengolahan akhir dari air buangan.
b. Beban Air Kotor Dalam memperhitungkan beban air kotor dari suatu bangunan dapat diperhitungkan berdasarkan :
Jumlah population
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
11
Jumlah sanitary fixtures yang diukur berdasarkan nilai fixtures unit. Dalam memperhitungkan jumlah sanitary fixtures diperhitungkan berdasarkan tabel kebutuhan sanitary fixtures dengan ratio populasi untuk jenis bangunan, sesuai dengan Peraturan Plambing Indonesia. Sehingga pada dasarnya kedua cara tersebut diatas dapat menghasilkan beban air kotor yang mendekati.
c. Estimasi Beban Air Kotor Sebagai estimasi nilai besaran air kotor berkisar ± 80 % dari pemakaian air bersih (domestic water) per hari, yakni sebesar : Gedung Dibale = ± 80 % x 53 m3 = 42,4 m3 /hari ≈ 42 m3 /hari
d. Sistem Pengumpulan Air Kotor Diadakan pemisahan antara jaringan air kotor dari WC / closet dan air kotor dari urinal dengan jaringan air buangan dari lavatory dan floor drain. Setiap fixtures unit yang terpasang dilengkapi dengan U-trap dan pada awal saluran dipasang Clean Out (CO) untuk maintenance. Dari jaringan pipa air kotor tersebut disalurkan ke saluran drainase kota.
e. Standar Toilet Berdasarkan standar toilet umum Indonesia maka terdapat standar perhitungan sebagai berikut: (SNI) a. Toilet umum pria
Satu WC untuk 20 sampai 100 pengunjung ; tambahan 1 WC untuk setiap tambahan 50 pengunjung
Satu urinoir untuk setiap 25 pengunjung
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
12
Satu wastafel untuk setiap tambahan 25 pengunjung berikutnya.
b. Toilet umum wanita Sama dengan standar toilet untuk pria dikalikan 1,5
3.1.2.3. Sistem Pengolahan Akhir (Final Disposal) Digunakan sistem sentral Sewage Treatment Plant (STP) untuk pengolahan akhir dengan tipe Kombinasi extended aeration activating sludge system yang berkapasitas ± 42 m³/hari. Material penampung terbuat dari konstruksi beton yang terbagi dari beberapa bagian yang merupakan tahapan proses untuk mendapatkan kualitas air buangan yang dipersyaratkan.
Proses Sewage Treatment Plant (STP) Proses Sewage Treatment Plant (STP) melalui tahapan proses sebagai berikut:
Equalization Tank Proses penstabilan kualitas air kotor dengan dipasangan alat communitor dan air blower yang berfungsi untuk menghancurkan dan mengaduk raw material.
Aeration Compartment Proses untuk menurunkan Bio Logical Oxygen Demand (BOD) dengan cara menyerap, oxidasi dan decomposing.
Sedimentation Compartment Proses pemisahan antara liquid dengan endapan lumpur, dimana air yang mengalir dari bak pengendapan sudah baik kualitasnya.
Disenfection Compartment
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
13
Proses pembubukan chloor untuk desinfection effluent yang masih mengandung bakteri. Dengan melalui beberapa proses tersebut diatas kualitas air limbah yang akan dibuang sudah memenuhi persyaratan air buangan, yakni dengan nilai BOD ± 20 mg/liter dan Suspended Solid (SS) ± 30 mg/liter. Selanjutnya untuk memanfaatkan kembali air tersebut diatas dilengkapi beberapa sistem tahapan penyaringan.
3.2
KONSEPSI PERENCANAAN MEKANIKAL
3.2.1
Sistem Listrik Arus Kuat (LAK)
Bangunan Gedung agar berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya, perlu dilengkapi sarana utilitas yang sesuai dengan kemajuan teknologi pada saat ini, dengan beberapa aspek sistem sesuai kebutuhan pada Gedung.
3.2.1.1
Dasar Perancangan Dasar perancangan ini mengacu kepada standar dan referensi dari :
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000, SNI.040225-2000 yang berlaku.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No : 29/PRT/2006 tentang persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Petunjuk dan pengarahan yang merupakan kebutuhan dan kerangka acuan dari pihak pemilik/ Pemberi tugas.
Standar dan peraturan-peraturan/ ketentuan-ketentuan yang berlaku pada PLN distribusi Sumatera Selatan.
Standar Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung, SNI : 03 – 2396 -2001.
Standar Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
14
Bangunan Gedung, SNI : 03 – 6575 -2001.
Standar-standar Negara lain seperti : BS, VDE, AVE, JIS, ASTM, ISO dan sebagainya yang setara sejauh tidak bertentangan dengan aturanaturan yang berlaku.
3.2.1.2. Beban Listrik Beban-beban listrik yang ada dalam bangunan ini, terdiri atas :
Lampu penerangan di dalam dan di luar bangunan
Stop Kontak.
Air Conditioning & Ventilasi Mekanik.
Pompa Distribusi Air Bersih.
Pompa Air Buangan dan Air Kotor.
Pompa Pemadam Kebakaran.
Komputer.
Peralatan Audio
Peralatan Kontrol.
dan lain-lain.
Prakiraan seluruh beban listrik dihitung berdasarkan luas efektif lantai bangunan dan asumsi peralatan yang akan dipasang nantinya. Kriteria beban listrik yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah :
Penerangan
: ± 20 VA/m²
Stop kontak
: ± 20 VA/m²
Lobby
: ± 20 VA/m²
Parkir
: ± 10 VA/m²
AC dan Ventilasi Mekanik
: dihitung
Peralatan audio
: dihitung
Peralatan control
: dihitung
Pompa dan lain-lain
: dihitung
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
15
Dari kriteria diatas diperoleh prakiraan besarnya beban listrik dengan memperhitungkan faktor penggunaan/ demand faktor dan faktor kebersamaan/ Coincident Factor, maka maksimum demand load diprakirakan sebesar : ± 1.323 kVA.
3.2.1.3
Penyediaan Daya Listrik Penyediaan sumber daya listrik untuk bangunan ini dilayani dari pusat daya listrik di Power House a. Sumber Daya Listrik Utama
Penyambungan dan suplai daya listrik dari sumber daya listrik PLN melalui tegangan menengah 20 kV.
b. Kebutuhan Daya Listrik
Estimasi beban listrik untuk kebutuhan bangunan perkantoran dihitung masih berdasarkan layout awal bangunan dan juga ruangan yang dibutuhkan untuk peralatan utama sistem elektrikal. Perhitungan perlu direview kembali setelah perencanaan final dari arsitek diterima dan juga perencanaan dari sistem penerangan dan peralatan lainnya telah selesai.
Total estimasi beban listrik yang dibutuhkan untuk bangunan perkantoran adalah 1.385 kVA (standard daya tersambung PLN), direncanakan menggunakan transformator 1 x 1.600 kVA, 20 kV/380 V.
c. Sumber Daya Cadangan
Untuk menjamin suplai daya listrik apabila terjadi gangguan pada suplai PLN, maka disediakan diesel genset kapasitas 2 x 750 kVA untuk memberikan 100% daya cadangan. Kedua genset akan bekerja secara parallel yang dilengkapi dengan system AMF (automatic main failure)
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
16
dan auto synchronizing.
Bangunan power house untuk penempatan diesel genset direncanakan di lantai semi basement
Sistem akustik dan vibrasi pada ruang genset dan juga exhaust genset harus direncanakan untuk mencegah terjadinya noise dan vibrasi yang tinggi dari ruang genset yang berdampak pada area publik.
Tangki utama bahan bakar harus disediakan untuk kapasitas operasi genset selama 2 x 24 jam.
3.2.1.4 Sistem Distribusi
Sistem distribusi listrik 20 kV adalah dengan sistem radial. Dari panel utama pembagi tegangan menengah 20 kV didistribusikan ke transformator (20 kV 380/220 V). Melalui transformator tersebut tegangan diturunkan menjadi tegangan kerja 380/220 V, 3, 50Hz. Selanjutnya daya listrik didistribusikan melalui panel pembagi tegangan rendah ke panel-panel beban. Distribusi listrik ke beban setiap lantai pada masing-masing lantai, menggunakan kabel distribusi. Beban di setiap lantai dilayani/ diatur/ diproteksi melalui panel tersendiri. Jatuh tegangan dari panel pembagi tegangan rendah ke panel-panel beban diperhitungkan ± 2 %, dan sampai ke titik beban terjauh diperhitungkan maksimum 5 %. Kabel distribusi : Kabel 20 kV dari gardu PLN ke panel utama 20 kV, kemudian ke transformator menggunakan kabel XLPE 24 kV jenis (N2XSEbY atau N2XSY). Kabel distribusi tegangan rendah menggunakan kabel-kabel PVC (NYFGbY atau NYY). Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
17
3.2.1.5 Sistem Proteksi
Sistem proteksi dilakukan bertingkat untuk proteksi hubungan singkat dan beban lebih. Disamping itu sistem pentanahan netral trafo dan sistem pentanahan pengamanan terhadap tegangan sentuh. 3.2.1.6 Sistem Penerangan Kuat penerangan rata-rata : Parkir Lapangan
: ±
20 – 30 Lux
olahraga : ±
20 – 30 Lux
dan Jalan Jenis lampu yang direncanakan adalah T.L. Fluorescent dan Down Ligh PLC dengan tipe disesuaikan dengan fungsi ruangan atau Incandescent (Pijar). Pengaturan hidup atau mati lampu dilengkapi dengan Control Lighting System.
3.2.1.7 Sistem Pentanahan Sistem Pentanahan Netral Trafo, rangka panel adalah berdasarkan standar yang berlaku.
3.2.1.8 Sistem Penangkal Petir Berikut ini merupakan jenis-jenis penangkal listrik yg dapat digunakan :
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
18
Tabel 3.1. Sistem Penangkal Petir.
Sistem Penangkal
Kelebihan
Franklin/
Biaya murah
konvensional
Lebih praktis dibandingkan sistem
Kerugian
Daya jangkau terbatas
sangkar Faraday
Untuk bangunan yang memanjang, antena yang dibutuhkan semakin tinggi
Sangkar Faraday
Cocok untuk bangunan
Kurang efisien
tinggi
Biaya lebih mahal
Jarak jangkau lebih
Mengganggu
luas
estetika
Baik untuk bangunan
bangunan
memanjang Thomas/
Jarak jangkau luas
Biaya mahal
Radioaktif
Tidak terlalu tinggi
Bersifat menolak
Lebih praktis karena
petir sehingga
bangunan hanya
membahayakan
membutuhkan satu
lingkuangan
Tidak mengganggu
sekitar
estetika bangunan
Sistem penangkal petir disini termasuk batang penerima, penghantar down conductor, electrode pertanahan dan peralatan lainnya seperti : a. Penerima; buatan Ef Lighting Control Terminal yang memiliki radius perlindungan 78 meter sebanyak 1 buah, b. Batang Peninggi; EF Lighting Terminal, Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
19
c. Saluran
Penghantar;
kabel
Coaxial
ukuran
minimal
berpenampungan 50 mm2, d. Penambat/KLEM ; kabel COAXIAL, e. Pertanahan ; Tahanan tanah harus lebih kecil dar 2 Ohm. f. Bak kontrol; Pada setiap ground road harus dibuat bak pemeriksaan. Penempatan Air Terminal/ Finial pada bagian atap bangunan kemudian disalurkan ke tanah melalui penghantar/ Down Conductors tembaga ke bak kontrol serta dilengkapi elektroda pentanahan (Grounding Electrodes).
3.2.2
Sistem Listrik Arus Lemah (LAL)
3.2.2.1 Dasar Perancangan Dasar Perancangan ini mengacu kepada standar dan referensi dari : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No : 29/PRT/2006 tentang
persyaratan Teknis Bangunan Gedung Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan, Keputusan Menteri Negara PU No.: 10/KPTS/2000/1 Maret 2000 Standar Nasional Indonesia (SNI). Kebutuhan dan pengarahan teknis dari pihak pemilik. Rekomendasi dari standar-standar Negara lain seperti NFPA dan lain-
lain. Standar PT. TELKOM dan CCITT. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000. Peraturan Daerah (PERDA)
a. Sistem Tata Suara Sistem Tata Suara yang direncanakan berfungsi untuk : Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
20
Informasi pada saat terjadi kebakaran/ voice evacuation dan public address Paging mic dilengkapi chime/ gong/ alarm, cassette deck, tuner, mixer pre amplifier dan power amplifier. Dari power amplifier disalurkan ke Master Distribution Frame (MDF) dari MDF ke IDF dan dari IDF ke Terminal Box (TB) pada setiap lantai dan untuk selanjutnya dari TB didistribusikan ke ceiling speaker. Sound Pressure Level (SPL) direncanakan berdasarkan standar bangunan
di
Indonesia
berkisar
antara
70-80
dB,
dengan
memperhitungkan faktor-faktor kerugian, fungsional, jarak, maka direncanakan type ceiling speaker terpakai berkapasitas 1,5 - 3 watt dengan SPL 90 dB. Agar suara dapat diterima sama pada setiap posisi/ bidang maupun ruang, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : - Sistem akustik ruang -
Luas ruangan dan tinggi/ rendahnya ceiling
- Design arsitektural - Design struktur
Professional sound system digunakan pada ruang serba guna
Conference System digunakan pada ruang rapat/ sidang, workshop, Car Call digunakan untuk memanggil supir yang berada didaerah dekat parkir.
c.
Sistem Fire Alarm
Kriteria Perancangan Sistem Fire Alarm/ Detector adalah merupakan sistem pendeteksian adanya bahaya kebakaran sedini mungkin dengan cara deteksi automatis maupun cara manual. Pendekatan kriteria perencanaan dengan mempertimbangkan :
Sistem pendeteksian kebakaran berupa temperatur detector, smoke
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
21
detector, manual detector yang disesuaikan dengan kemungkinan dari macam kebakaran.
Fungsi gedung sebagai obyeknya.
Mempertimbangkan keadaan bangunan dengan peninjauan sistem ventilasi mekanik, ketinggian dan luas ruangan pelayanan.
Kaitan teknis dengan sistem fire fighting/ pemadam kebakaran dan terhadap sarana instalasi lainnya seperti sistem distribusi daya listrik, pintu-pintu kebakaran dan pemberian informasi awal dengan tandatanda penunjuk (indikator). Pendeteksian dini dapat dilakukan secara otomatis maupun dengan
cara manual terhadap setiap kejadian atau sumber kebakaran. Monitoring maupun deteksi awal dilakukan dengan menggunakan : temperature detector dan smoke detector. Sistem kontrol dirancang per bagian lantai ruang atau zone untuk memudahkan pendeteksian awal api. Khusus pendeteksian kebakaran menggunakan rate of rise detector, smoke detector dimana setiap pendeteksian diruangan akan pula meng 'initiate' lampu dan alarm di ruang kontrol, alarm di dalam ruangan serta indikator di depan ruangan yang bersangkutan dan di panel kontrol. Penyampaian / penyelusuran sinyal pada detector secara langsung ataupun dengan cara perlambatan waktu (time delay) sampai kepada langkah lanjut sistem kontrol, memberi aksi-aksi antara lain :
Urut-urutan bunyi sirene/ warning dan pengelompokannya dalam hal ini menurut per bagian lantai ruangan.
Memicu (trigger)/ mengaktifkan bekerjanya sistem Pressurizition fan, Grounded Lift.
Sistem monitor dan supervisi jaringan kabel.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
22
Sistem fire alarm menggunakan Master Control Fire Alarm (MCFA) type Semi Addressible dimana kapasitasnya 1 Loops dan diharuskan diletakkan di ruang operator yang berfungsi 24 jam sedangkan panel annunciator di ruangan keamanan/ security. Sistem dilengkapi dengan penggunaan Rate of Rise Detector, Fixed Temperatur Detector, Smoke Detector, Manual Push Button Break Glass Station dan Alarm Bell.
d. Sistem Keamanan (Security system) / CCTV
Sistem keamanan dan CCTV digunakan untuk mengamankan wilayah ataupun bagian dari aktivasi wilayah, dari tindakan kriminal ataupun tindakan melanggar hukum.
Sistem CCTV yang akan digunakan pada kawasan ini terdiri dari perangkat perekaman (Network Video Recorder), perangkat pengatur (Video Management), perangkat penampakkan gambar (Work Station, Video Monitor) dan camera
Pemilihan jenis camera untuk CCTV sistem seperti fixed camera atau Pan-Tilt-Zoom disesuaikan dengan denah yang terdeteksi CCTV, demikian juga halnya dengan ukuran lensa camera.
e. Building Automation System (BAS) Sistem BAS adalah alat untuk memantau dan mengendalikan, merecord semua fungsi Instalasi listrik dan Mekanik yang ada dalam gedung agar bisa beroperasi dengan efektif dan hemat energi sehingga menghemat biaya operasi. Sistem ini berbentuk modul agar dimungkinkan untuk menyambung tanpa harus membuang peralatan yang sudah ada. Secara umum kemampuan sistem yang diminta mencakup :
Memonitor, mengontrol, dan merecord peralatan instalasi listrik penerangan, daya dan komunikasi.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
23
Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan VAC, plumbing dan sanitasi.
Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan traffic dan transportasi dalam gedung dan dalam komplek gedung.
Program pengaturan pemakaian energi untuk menghemat rekening listrik.
Program pencatatan jangka waktu operasi beberapa peralatan utama untuk agenda maintenance atau penggantian part.
e.1
Peralatan Pompa Air dan Hydrant (Distribusi Air, Hydrant dan lain-lain)
Mengamati status hidup/ matinya pompa
Memberikan tanda alarm trip off
Memberikan jadwal waktu pemeliharaan pompa secara otomatis
e.2
Peralatan Tanki (Tanki Air atau Bahan Bakar dan lain-lain) Mengamati tinggi/ rendahnya permukaan air pada tanki air dan permukaan bahan bakar pada tanki bahan bakar.
e.3
Peralatan Daya Listrik
Mengamati status hidup/ matinya dari incoming masing-masing panel
Mengatur hidup/matinya dari generator set
Mengukur besarnya arus, tegangan faktor daya, serta frekwensi dari generator set
Operasi switching pengaman, panel dan memberikan tanda alarm trip off.
e.4
Peralatan Fire Alarm
Mengamati tanda-tanda alarm
Mengamati sistem pemadam kebakaran
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
24
Alarm, evakuasi dan lain-lain
e.5
Peralatan Sewage Treatment Plant (STP)
Status Pompa
Tanki
Blower
3.3. KONSEPSI PERENCANAAN ELEKTRIKAL 3.3.1. Sistem Penangkal Petir Standard dan Peraturan
SNI no.04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
SNI no.03-7013 tahun 2004 Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.
Peraturan departemen tenaga kerja no.8, Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
Pedoman Perencanaan Penangkal Petir, Departemen Pekerjaan Umum 1987.
The Protection of Structure Against Lightning, British Standart Institution.
DIN 57185 dan VDE 0185 : Ligthning Protection System
Perencanaan Sistem Sistem peredam petir direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat mengamankan bahaya terhadap bangunan, yang diakibatkan sambaran petir. Sistem peredam petir yang direncanakan terdiri dari : Air terminal (Head), Kabel penyalur petir (Down Conductor) serta terminal pentanahan (Grounding). Berdasarkan spesifiksi teknis bangunan gedung negara mengenai penangkal petir disebutkan bahwa jenis penangkal petir yang digunakan merupakan jenis penangkal petir lokal. Dengan demikian jenis penangkal petir yang digunakan adalah jenis penangkal petir konvensional atau franklin, selain itu penangkal petir ini biayanya Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
25
lebih murah dan lebih praktis. Peredam petir yang direncanakan adalah type Early Streamer Emission dengan system perlindungan dengan metode Benjamin Franklin dengan asumsi tingkat sambaran rata-rata 25 KA, dengan sudut perlindungan 30 derajat. Terminal Pentanahan (Earth Terminal) dengan tahanan pentanahan 2-5 Ohm.
Sistem Pentanahan Metode pentanahan yang digunakan adlaah kombinasi TNC-TNS. Guna menghindari perbedaan Tegangan antar peralatan listrik, terutama pada saat adanya Transient Tegangan atau Voltage Drop, maka seluruh peralatan listrik yang bersifat konduktif akan ditanahkan secara elektrik.
3.3.2. Sistem Tata Suara Sistem ini direncanakan berfungsi untuk : - Public address/paging sistem, back ground music - Sebagai alat evakuasi apabila terjadi kebakaran/keadaan darurat - Car call untuk memanggil supir - Conference system digunakan pada ruang rapat/ sidang, workshop,
3.3.3. Sistem Keamanan Kawasan Sebagai ruang terbuka publik, kawasan Stadion Silampari tentunya harus memperhatikan faktor keamanan pengguna, kendaraan, dan kantin yang ada di kawasan. Untuk itu perlu adanya pengawasan terhadap orang-orang yang tidak bertanggung jawab khususnya dari lingkungan luar. System pengawasan dan pengindraan selalu dipantau 24 jam nonstop dengan peralatan yang digunakan dapat berupa:
1) CCTV Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari
26
- Digunakan untuk mengawasi kawasan gedung dari tindakan kriminal atau
pelanggaran hukum, penggunakan sistem CCTV sesuai dengan fungsi bangunan yang akan diamankan serta pemilihan camera disesuaikan daerah yang akan dideteksi. - Dapat mengontrol dan memonitor bahkan merekam selama kegiatan
berlangsung.
Laporan Antara DED Pengembangan Stadion Silampari