Desain Studi Epidemiologi
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi nilai tugas Blok 25 Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2015
Syeba Dinda Hasianna
04121001109
PDU Reguler 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
1. Randomized Controlled Clinical Trials (RCT)
Randomized Controlled Clinical Trials adalah suatu jenis penelitian epidemiologi dimana subyek dari suatu populasi dikelompokkan secara acak ke dalam grup yang biasa disebut dengan kelompok studi dan kelompok kontrol, untuk menerima dan tidak menerima suatu tindakan preventif, terapeutik, manuver dan intervensi. Jenis penelitian ini biasanya digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu obat.
RCT sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:
Open trial: peneliti dan subyek penelitian mengetahui obat apa yang diberikan
Single mask (single blind): salah satu pihak tidak mengetahui obat apa yang diberikan, bisa saja peneliti atau subyek penelitian.
Double mask (double blind): kedua pihak ( peneliti dan subyek penelitian) tidak mengetahui pengobatan yang diberikan, demi menghindari terjadinya berbagai bias
Triple mask (triple blind): peneliti, subyek penelitian, dan penilai tidak mengetahui obat apa yang diberikan.
Karakteristi dari RCT adalah:
Adanya randomisasi
Memberikan tingkat perlakuan yang berbeda pada subyek penelitian
Adanya blinding (teknik untuk membuat subyek dan atau pengamat dan atau peneliti tidak mengetahui tentang status intervensi dari subyek penelitian. Hal ini untuk mencegah bias informasi)
Adanya restriksi (menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi dalam memilih subjek untuk penelitian, sehingga semua subjek penelitian memiliki level atau kategori faktor perancu atau confounding factor yang sama)
Intention to threat analysis (semua subjek yang menerima maupun tidak menerima intervensi, menyelesaikan maupun tidak menyelesaikan intervensi dianalisis, sesuai dengan hasil randomisasi)
Cara perhitungan sampel pada RCT:
n1 dan n2 : Jumlah subjek kelompok perlakuan dan placebo
Zα : Deviat baku normal untuk kesalahan tipe 1
Zβ : Deviat baku normal untuk kesalahan tipe 2
P1 : Proporsi efek standar (dari pustaka)
P2 : Proporsi efek yang diteliti (ditetapkan peniliti)
P : Setengah x (P1 + P2)
Teknik analisis dari RCT dapat dilakukan dengan:
Chi square
ANOVA
T-test
Survival analysis
Kelebihan dari desain studi RCT adalah:
Faktor bias dapat dikontrol secara efektif karena faktor perancu telah dibagi secara seimbang.
Telah dilakukan kriteria inklusi.
Dari segi statistika lebih efektif karena jumlah kelompok perlakuan dan kontrol sebanding.
Pemilihan peserta secara random sangat menguntungkan uji klinis secara teori.
Kelemahan dari desain studi RCT adalah:
Desain dan pelaksanaan yang kompleks dan mahal.
Masalah etika memberikan perlakuan yang dihipotesiskan merugikan, atau tidak memberikan perlakuan yang bermanfaat.
Uji klinis terkadang harus dilakukan seleksi tertentu sehingga tidak merepresentasikan populasi.
Jika ukuran sampel terlalu kecil, randomisasi gagal mengontrol faktor perancu.
Jika waktu perlakuan terlalu pendek, RCT tidak mampu menunjukan efek perlakuan yang sesungguhnya.
Berikut contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi RCT:
2. Community Trials
Community trials adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu. Contohnya adalah "Riset Tentang Efektivitas Fluorodasi Air Minum Untuk Mencegah Karis Pada Masyarakat"
Jenis desain studi ini sendiri adalah uji eksperimental dan karakteristik dari community trials adalah:
Subjek studi adalah orang-orang bebas penyakit di suatu komunitas tertentu
Menekankan pencegahan dan pengobatan
Digunakan untuk mengevaluasi intervensi yang bertujuan untuk mengurangi dampak pada komunitas
Pengumpulan data diambil dari komunitas
Desain studi yang tepat untuk penyakit yang berhubungan dengan sosial.
Kelebihan dari community trials adalah dengan studi ini kita dapat mengevaluasi intervensi kesehatan pada masyarakat karena pengujian dilakukan pada keadaan komunitas yang sebenarnya. Sedangkan kelemahannya adalah dapat terjadi bias seleksi yaitu adanya perbedaan sistematis antar kelompok perbandingan yang berasal dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk memilih subyek dan faktor–faktor yang mempengaruhi keikutsertaan responden dalam penelitian, dan dapat pula memungkinkan subyek komunitas yang diteliti mendapatkan intervensi lain diluar dari penelitian karena penelitian pada komunitas sangat berbeda dengan penelitian di laboratorium.
Berikut contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi community trials:
3. Ecological Study
Studi ekologi sering juga disebut dengan studi korelasi populasi yaitu suatu studi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati peneliti. Faktor-faktor tersebut dapat berupa umur, obat-obatan, dll. Unit observasi dan unit analis pada studi ini adalah kelompok (agregat) individu, komunitas atau populasi yang lebih besar. Agregat tersebut biasanya dibatasi oleh secara geografik, misalnya penduduk provinsi, penduduk kota, penduduk negara, dan sebagainya. Contohnya adalah "Hubungan Iklim Dengan Kasus DBD di Kota
Pekanbaru Tahun 1999-2008".
Jenis studi ekologi diantaranya adalah:
Studi eksplorasi
Jenis studi dengan metode observasi terhadap perbedaan geografis dalam hubungannya dengan desease rate diantara berbagai region atau grup.
Multiple Group Comparison
Studi yang menggambarkan hubungan antara rata-rata derajat keterpaparan atau exposure dan desease rate diantara berbagai grup (kelompok populasi).
Time Trend Study or Time Series
Studi yang mengamati hubungan antara perubahan rata-rata exposure dengan perubahan desease rate pada populasi tunggal (single population).
Mixed Study
Studi yang mengamati perubahan rata-rata derajat exposure dengan perubahan desease rate pada berbagai populasi.
Karakteristik dari studi ekologi adalah:
Penelitian korelasi tepat, jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
Unit yang dianalisis ada populasi atau kumpulan orang bukan individu.
Membuat hipotesis untuk studi analitik.
Mempelajari trend dalam masalah kesehatan.
Kelebihan dari studi ini adalah:
Dapat menggunakan data insidensi, prevalensi, maupun mortalitas
Dapat digunakan pada penyelidikan awal hubungan penyakit, karena mudah dan murah dengan memanfaatkan informasi yang ada
Memerlukan waktu yang pendek
Dapat dipergunakan untuk menilai efektivitas suatu tindakan preventif dan promotif kesehatan yang dilakukan pada masyarakat
Kelemahan dari studi ini adalah:
Tidak dapat dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena:
Ketidakmampuan menjembatani kesenjangan status paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu
tidak mampu mengontrol faktor perancu potensial
Bersifat sugestif saja terhadap hubungan yang ada
4. Cross Sectional
Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari korelasi antara faktor faktor resiko dan dampaknya, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
Studi Cross sectional dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
Deskriptif
Penelitian ini digunakan untuk menentukan besaran pengaruh dari masalah kesehatan atau faktor resiko dan penelitian perkembangan masalah secara alamiah dalam pokok bahasan epidemiologi deskriptif.
Analitik
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan antara hubungan variabel atau faktor dalam ruang lingkup arah dan besarnya hubungan yang terjadi.
Karakteristik dari studi ini adalah:
Pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian.
Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak.
Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subyek studi.
Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.
Perhitungan sampel dilakukan dengan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions).
Jika besar populasi N diketahui, maka rumusnya adalah:
Jika besar populasi N tidak diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan sampel secara acak.
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1) = 1, maka besar sampel dihitung dengan rumus :
Ket:
n : jumlah sampel minimal
p: proporsi sampel yang inigin diteliti
q : 1-p (proporsi sampel yang tidak sesuai penelitian)
d : limit dari error atau presisi absolut
N : jumlah populasi
Kelebihan dari studi ini adalah:
Merupakan penelitian observasi yang paling simpel
Mudah untuk dilaksanakan
Hasil segera diperoleh
Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti dengan faktor yang terkait terutama karakteristik yang menetap
Memberikan informasi prevalensi
Merupakan studi awal dari suatu rancangan studi kasus-control maupun cohort
Memiliki bias recall yang lebih sedikit dari subjek
Kelemahan dari studi ini adalah:
Tidak bisa menyimpulkan hubungan sebab akibat karena urutan waktunya tidak dapat ditentukan
Tidak cocok untuk kasus yang jarang terjadi
Tidak dapat digunakan untuk menghitung insidensi atau resiko relatif yang sebenarnya
Penelitian dalam satu waktu, hanya berkaitan dengan survivor dan survive yang ditemukan
Tidak berguna untuk mendeskripsikan sejumlah kasus atau kejadian ketika kasus tersebut reccurent.
Berikut contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi cross sectional:
5. Cohort
Penelitian cohort adalah rancangan epidemiologi analitik non eksperimental dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat dengan membandingkan insiden penyakit pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko sebagai kontrol dalam satu jangka waktu tertentu.
Studi cohort pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok utama yaitu:
1. Kohort prospektif
Bentuk studi kohort yang murni sesuai dengan sifatnya
Titik awal waktu pengamatan adalah saat ini, dimana pada saat populasi kohort belum mengalami akibat yang diteliti, dan populasi penelitian diikuti sampai masa depan.
Ada dua bentuk yaitu: kohort prospektif dengan pembanding internal dan kohort prospektif dengan pembanding eksternal:
1. Kohort prospektif dengan pembanding internal:
Populasi kohort terpapar dan tidak terpaparKelompok yang tidak sakit (terpapar dan tidak terpapar)Kelompok yang sakit (terpapar dan tidak terpapar)
Populasi kohort terpapar dan tidak terpapar
Kelompok yang tidak sakit (terpapar dan tidak terpapar)
Kelompok yang sakit (terpapar dan tidak terpapar)
TerpaparTidak sakitSakit2. Kohort prospektif dengan pembanding eksternal
Terpapar
Tidak sakit
Sakit
Tidak terpaparTidak sakitSakit
Tidak terpapar
Tidak sakit
Sakit
2. Kohort Retrospektif
Pengamatan dimulai pada saat akibat/efek sudah terjadi.
Subyek yg ditelitiFaktor resiko (-)Faktor resiko (+)SakitTidak sakitSakitTidak sakit
Subyek yg diteliti
Faktor resiko (-)
Faktor resiko (+)
Sakit
Tidak sakit
Sakit
Tidak sakit
3. Nested Case Control Study
Subyek yg ditelitiFaktor resiko (-)Faktor resiko (+)SakitTidak sakitSakitTidak sakitCaseResiko (-)Resiko (+)ControlResiko (-)Resiko (+)
Subyek yg diteliti
Faktor resiko (-)
Faktor resiko (+)
Sakit
Tidak sakit
Sakit
Tidak sakit
Case
Resiko (-)
Resiko (+)
Control
Resiko (-)
Resiko (+)
Ada dua bentuk perhitungan besar sampel studi kohort:
Studi kohort yang hanya mengestimasi resiko relatif
Rumus n1=n2
Ket:
P2= Perkiraan proporsi penyakit pada kelompok kontrol (tanpa faktor resiko yang didapatkan dari kepustakaan atau penelitian sebelumnya)
RR= (ditentukan peneliti) sesuai dengan kerangka hipotesa dan lebih besar dari 1
P1= P2xRR
Z1/2 a= ditentukan peneliti biasanya dipakai a 5% yang bila dilihat pada tabel nilai Z1/2 a =1,96
Ln= logaritma utama yang dapat dihitung dengan program excel
Q1= 1-P1
Q2= 1-P2
2. Studi kohort untuk menguji hipotesis resiko relatif
Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek). Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat resiko relatif (RR)
Tabel analisis tingkat resiko
Sakit
Tidak sakit
Jumlah
Terpapar
a
B
A+b
Tidak terpapar
c
d
C+d
Jumlah
A+b
c+d
N= a+b+c+d
Kemudian dilakukan interpretasi dari hasil yang diperoleh. Untuk menilai apakah benar faktor resiko tersebut merupakan penyebab timbulnya analisis tertentu.
Kelebihan dari studi kohort adalah:
Penelitian kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
Penelitian kohort paling baik dalam menerangkan hubungan antara faktor risiko dengan efek secara temporal (sebab akibat).
Penelitian kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif.
Penelitian kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor risiko tertentu
Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, penelitian kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat dihitung secara langsung.
Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis.
Penelitian kohort menyediakan angka dasar bagi kasus-kasus baru penyakit sehingga program pencegahan dapat dievaluasi
Kelemahan dari studi kohort adalah:
Penelitian kohort memerlukan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga sulit untuk mempertahankan subjek penelitian agar tetap mengikuti proses penelitian.
Sarana dan biaya yang diperlukan biasanya mahal.
Seringkali rumit
Kurang efisien dalam hal waktu dan biaya.
Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian penyakit dengan fase laten yang lama
Penelitian retrospektif membutuhkan ketersediaan data sekunder yang lengkap dan handal
Terancam drop out
Dapat menimbulkan masalah etika.
Berikut adalah contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi kohort:
6. Case Control
Case control adalah sebuah studi yang membandingkan pasien yang memiliki penyakit (kasus) dengan pasien yang tidak memliki penyakit (kontrol) dan melihat kembali secara retrospektif untuk membandingkan seberapa sering paparan faktor risiko dalam setiap kelompok untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan study control disease. Case Control bersifat observasi dan dirancang untuk memperkirakan peluang.
Karakteristik dari case control adalah:
Populasi yang diteliti terdiri dari kelompok yang diklasifikasikan sebagai yang berpenyakit dan tidak berpenyakit.
Melihat ke masa lalu (retrospektif) untuk mengukur pajanan dari objek yang diteliti.
Hipotesis sebaiknya menspesifikasikan secara jelas hubungan yang diduga antara masalah kesehatan dan pajanannya.
Pemilihan kasus :
Tidak ambigu dan deskripsi secara objektif dari masalah kesehatan termasuk cara mendiagnosis
Kriteria untuk memenuhi syarat
5. Pemilihan kontrol:
Mewakili kelompok tanpa penyakit
Memperkuat ada tidaknya hubungan sebab akibat
Sebaiknya mirip dengan kasus dengan memperhatikan potensi dari pajanan
Kriteria yang biasa digunakan sebaiknya dapat dibandingkan dalam semua cara dengan kriteria yang digunakan untuk memilih kasus
Yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Perhitungan sampel studi case control adalah:
Data yang didapat dianalisis menggunakan program aplikasi (software) SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows versi 15.0 dan ArcView GIS versi 3.3. Bentuk analisis data dapat dijabarkan sebagai berikut:
Analisis univariat
Analisis yang bertujuan untuk mendeskripsikan semua variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sehingga akan tergambar fenomena-fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.
Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan yang berkontribusi terhadap Kejadian DBD dan mendukung interpretasi peta hasil analisis spasial. Uji statistik yang dipergunakan adalah Chi Square dengan tingkat kesalahan () = 5 % untuk mengetahui adanya hubungan. Sedangkan untuk mengetahui besar risiko antara penyakit dan paparan dengan penghitungan Odds Ratio (OR).
Analisis spasial
Analisis spasial pengaruh karakteristik wilayah merupakan suatu analisis dan uraian tentang data penyakit secara geografi berkenaan dengan kependudukan, persebaran, lingkungan, perilaku, sosial ekonomi, kasus/kejadian penyakit dan hubungan antar variabel tersebut.8 Untuk memetakan kondisi faktor risiko lingkungan terhadap sebaran kejadian DBD di Kabupaten Sambas, data dimasukkan ke dalam software Arc View GIS versi 3.3 kemudian diplotkan dengan peta wilayah kecamatan dengan cara overlay,53 sehingga tergambar faktor risiko lingkungan yang berpengaruh terhadap sebaran kejadian DBD di Kabupaten Sambas.
Kelebihan dari studi ini adalah:
Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian cohort dan eksperimental.
Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.
Adanya pengendalian faktor risiko sehngga hasil penelitian lebih tajam.
Tidak perlu intervensi waktu, sebab subjek bias dibatasi.
Kelemahan dari studi ini adalah:
Tidak diketahuinya efek variable luar karena keterbatasan teknis yaitu variable yang tidak ikut dikenakan waktu matching.
Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa mengetahui yang harus di ukur (blind measurement)
Kelemahan pengukuran variabel secara retrospektif adalah objektifitas dan reliabilitasnya, sehingga untuk faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya dari anamnesis maupun data rancangan sekunder sangat berisiko bila menggunakan rancangan mengatasinya, anamnesis sebaiknya dilengkapi data penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis misalnya pemeriksaan laboratorium klinis, roengenologi, mikrobiologi dan imunologis. Apalabila data tersebut adalah data sekunder, perlu dilengkapai dengan uraian mengenai cara memperoleh data secara lengkap.
Kadang-kadang kesulitan untuk memilih kontrol dengan matching karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subjek penelitian.
Berikut adalah contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi case control:
7. Case Cross Over
Cross over studi adalah studi dimana intervensi yang dilakukan pada kelompok orang yang sama terkena dua intervensi yang berbeda dalam dua periode terpisah dari waktu. Karakteristik dari studi ini adalah:
Exposure harus berubah dari waktu ke waktu pada orang yang sama dan selama periode waktu yang singkat.
Exposure tidak boleh berubah secara sistematis dari waktu ke waktu. Pada contoh aktivitas fisik paparan di jam segera sebelum onset dan telah mendokumentasikan paparan referensi dua hari sebelum pada waktu yang sama. Ini tidak akan sesuai jika aktivitas fisik terjadi dalam waktu yang sistematis (setiap hari kedua pada waktu yang sama).
Exposure harus memiliki efek jangka pendek. Durasi efek paparan harus lebih pendek dari rata-rata waktu antara dua eksposur rutin pada individu yang sama. Efek dari paparan pertama harus berhenti sebelum paparan berikutnya.
Waktu induksi antara paparan dan hasil harus pendek.
Penyakit harus memiliki onset mendadak . Kasus cross over tidak tepat jika tanggal yang tepat/ waktu onset tidak tersedia atau jika onset mendadak tidak ada (beberapa penyakit kronis).
Beberapa periode waktu acuan dapat digunakan untuk mendokumentasikan paparan rata-rata antara kasus. Dalam hal itu, rata-rata waktu yang terkena dihitung dan dibandingkan dengan paparan sesaat sebelum onset penyakit. Efisiensi kasus menyeberang metode meningkat dengan jumlah periode referensi disertakan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.
Kelebihan dari desain studi ini adalah:
Mengurangi variasi antar individu dan memperkecil ukuran sample sampai 50% dari desain paralel.
Cocok untuk peyakit kronik dan stabil.
Kontrol karakteristik tiap individu.
Efektif untuk mempelajari efek dari paparan jangka pendek terhadap risiko kejadian akut.
Kelemahan dari desain studi ini adalah:
Tidak cocok untuk penyakit yang cepat sembuh atau yang sembuh dalam 1 x terapi.
Ada carry over effect yaitu efek perlakuan pertama belum hilang pada saat pengobatan kedua danorder effect yaitu terjadinya perubahan derajat penyakit atau lingkungan selama penelitian berlangsung.
Kemungkinan drop out lebih besar.
Perlu waktu untuk menghilangkan efek obat awal sebelum pengobatan kedua dimulai (wash out period) yang cukup.
Tidak dapat dikerjakan pada subyek dengan kepatuhan rendah.
Tidak otomatis mengantrol pembauran dari faktor waktu terkait.
Contoh: Uji perbandingan efektivitas obat untuk asma kronik reumatoid artritis hiperkolesterolemia hipertensi Uji bioekivalensi obat "copy drugs" dengan obat inovator.
Berikut adalah contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi case crossover:
8. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan bagian dari epidemiologi yang menerangkan tentang pola kejadian penyakit pada suatu populasi(defined comunity)berdasarkan faktor faktor waktu,tempat dan orang.
Jenis dari studi epidemiologi deskriptif dapat dibedakan menjadi:
Survei
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya survei bertujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Studi kasus
Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal di sini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah.
Studi perbandingan
Penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu.
Studi korelasi
Studi korelasi ini pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek.
Studi prediksi
Studi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya.
Penelitian evaluasi
Penelitian evaluasi dilakukan untuk menilah suatu program yang sedang atau sudah dilakukan.
Karakteristik dari desain studi ini adalah:
Merupakan karakterisasi penyakit,mempertimbangkan semua variabel dari parameter
Penyakit atau masalah kesehatanapa yang terjadi di masyarakat?
Siapa saja yang terkena?
Dimana terjadinya penyakit?
Kapan terjadinya?
Memiliki aplikasi yang luas dalam menyelididki ledakan penyakit infeksi sama seperti penyakit non infeksi.Memberikan petunjuk bagi epidemiologi analitik dan memberikanpanduan ke arah penelitian kedokteran (mencari kausa penyakit)
Epidemiologi deskriptif memiliki peranan dalam wilayah pelayanan kedokteran, dimana karakteristik penyakit dalam populasi merupakan dasar bagi perencanaan dan evaluasi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
Kelebihan dari studi ini adalah:
Relatif mudah dilaksanakan.
Tidak membutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding.
Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan unyuk perencanaan program layanan kesehatan pada masyarakat, memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan, mengadakan perbandingan status kesehatan.
Dari penelitian deskriptif dapat ditentukan apakah temuan yang diperoleh membutuhkan penelitian lanjutan atau tidak.
Kelemahan dari studi ini adalah:
Pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali yang dapat diibaratkan sebagai "potret" hingga tidak dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu
Tidak dapat menentukan sebab akibat dari suatu penyakit seperti pada penderita hipertensi dengan kadar kolesterol yang tinggi
Berikut adalah contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi epidemiologi deskriptif:
9. Epidemiologi Analitik
Studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya atau mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu (Eko Budiarto, 2002:111).
Karakteristik dari desain studi ini adalah:
Menjelaskan faktor resiko dan causa penyakit
Memprediksi kejadian penyakit
Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit
Merumuskan dan menguhi hipotesis kemudian menarik kesimpulan sebab akibat
Jenis dari studi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Studi Observasional : case control, cross-sectional dan cohort
Studi Eksperimental : Randomized Controlled Trial/RCT dan Eksperimen Semu (Quasi)
Eksperimen semu (Quasi)
Eksperimen semu adalah eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak. Karakteristik dari eksperimen ini adalah tidak ada randomisasi dan tidak semua variabel terkontrol.
Berikut adalah beberapa jenis eksperimen semu:
Nonequivalent control group design
Time series design
Diberikan pretest sampai empat kali, untuk melihat kelompok telah stabil dan konsisten sebelum dapat diberi perlakuan.
Jenis lainnya:
equivalent time series samples
equivalent samples materials design
counterbalanced designs
separate sample pre-test/post-test
separate sample pre-test/post-test control group
multiple time series design
institutional cycle design
regression-discontinuity design
Kelebihan dari desain studi ini adalah tidak adanya batasan yang ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas, sedangkan kelemahannya adalah tidak adanya randomisasi dan kontrol terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan, karena eksperimen biasanya dilakukan di masyarakat.
Perhitungan sampel adalah dengan cara:
Sekelompok penderita yang menderita penyakit tertentu dilakukan pemeriksaan, diuji keadaanya
Semua diberikan intervensi (pengobatan)
Dalam kurun waktu tertentu, diperiksa ulang keadaannya. Dibandingkan dengan sebelum intervensi
Jadi, peserta penelitian menjadi kontrol terhadap dirinya sendiri. Pada eksperimen ini kita tidak mengetahui bagaimana keadaannya apabila tidak diberi intervensi. Sehingga apabila penderita tersebut sembuh setelah intervensi, kita tidak bisa menganggap kesembuhan tersebut karena pengobatannya. Maka dari itu dianggap semu.
Berikut adalah contoh jurnal terindex dan atau tereputasi dengan desain studi eksperimen quasi: