ANALISA WAKTU OPTIMUM PADA PROSES DEGUMMING KAIN SUTERA DENGAN METODE EXHAUST LAPORAN
Laporan ini ditulis untuk memenuhi nilai tugas Degumming Kain Sutera Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Oleh
ADI PRIAMBUDI ADI ADI PRIA 170200037020002 170200037020002 ALMA QUAMILA
17020008
ANNISA F RAHMAWATI
17020012
BAKHTI RINGKANG A
17020017
Dosen :
Ir. Elly K., Bk. Teks.,M.Pd. Ikhwanul Muslim, S.ST., MT. Eka O., S.ST., MT.
Gup
:
2K1
PROGAM STUDI KIMIA TEKSTIL POLITEKNIK STT TEKSTIL 2018
1. Maksud dan Tujuan 1.1. Maksud
: mehilangkan kandungan serisin dan sedikit lemak pada kain sutera dengan variasi waktu perendaman
1.2. Tujuan
: menentukan nilai optimum/maksimum waktu perendaman kain sutera berdasarkan evaluasi % pengurangan berat
2. Teori Dasar 2.1. Sutera Sutera adalah salah satu serat alami yang berasal dari hewan, yaitu ulat sutera. Ulat sutera berasal dari telur kupu-kupu jenis Bombyx mori dan Tussah. Serat sutera merupakan satu-satunya serat alam yang berbentuk filamen. Serat di buat pada saat ulat sutera akan berubah menjadi kepompong. Ulat sutera mengeluarkan filamen sutera yang berasal dari kelenjar ludah ulat sutera. Filamen disemprotkan dari lubang mulut ulat dan membentuk lapisan demi lapisan sampai ulat terperangkap didalamnya dan membentuk lapisan pelindung yang disebut kepompong. Kepompong beserta filamen yang melapisinya biasa disebut kokon. Ulat sutera di dalam kepompong berubah menjadi pupa. Pembentukan kepompong berlangsung sekitar dua hari. Seminggu kemudian pupa didalam kepompong berubah menjadi kupu-kupu dan mengeluarkan cairan yang bersifat basa, sehingga
kepompong
melunak
dan
kupu-kupu
dapat
keluar
menembus
kepompong. Kepompong yang berasal dari kupu-kupu Tussah saat membuat kepompong meninggalkan lubang yang ditutup dengan perekat, sehingga sat kupu-kupu
dewasa
dan
keluar
dari
lubang
tersebut
tanpa
merusak
filamennya.Pengambilan serat dilakukan dengan jalan menguraikan kokon dengan alat yang biasa disebut mesin Reeling.
Serat sutera saat dipintal oleh ulat keluar dari dua lubang yang berdampingan, Mentah : Fibroin (serat) 76% , serisin (perekat) 22% Lilin 1.5% garam-garam mineral 0.5% . Serisin dan fibroin kedua-duanya adalah protein
yang tidak mengandung belerang.
2.2. Degumming Sutera gey/mentah pegangannya kasar dan warnanya suram karena serat sutera mengandung gun serisin 22 – 30%. Proses pemasakan sutera bertujuan untuk menghilangkan serisin, sehingga pegangan menjadi lembut dan kilapnya tinggi, seperti wol, sutera adalah serat protein sehingga mudah dirusak oleh alkali kuat seperti soda kostik. Proses pemasakan serat sutera dikenal dengan istilah degumming dan dilakukan menggunakan alkali lemah, misalnya larutan sabun yang kadang-kadang ditambah sedikit soda abu, pada suhu 95 0C selama 1 – 2 jam. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian dengan air panas dan
pembilasan
dengan
air
dingin.
Proses
degumming
sutera
dapat
menghilangkan serisin 20 – 25%, ketidakrataan hasil proses degumming dapat menyebabkan hasil pencelupan tidak rata. Proses pemasakan sutera atau degumming sutera bertujuan untuk menghilangkan kandungan serisin dan sedikit lemak pada serat, dimana kandungan serisin dapat mencapai 25% dari berat bahan. Proses degumming biasanya dilakukan pada serat filament atau k ain sutera. Pada kain, serisin yang ada pada benang lusi dapat melindungi filament sutera dari gesekan saat ditenun.
Berdasarkan hasil penghilangan serisin, maka filament sutera dibagi atas tiga yaitu : 1) Ecru Silk, mengalami penghilangan serisin 2-5% karena akan dipakai sebagai benang lusi. 2) Souple Silk, mengalami penghilangan serisin sebagian, kira-kira 8-15% digunakan untuk benang pakan. 3) Boil Off Silk, mengalami penghilangan serisin sempurna beratnya berkurang 20-30%. Pada proses degumming ini pH larutan merupakan factor yang paling penting, karena sutera akan rusak pada pH tinggi maka proses degumming berlangsung pada pH 9-10. Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting bagi bahan tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan untuk menyerap zat-zat yang ada pada proses basah berikutnya. Tujuan pemasakan adalah untuk memperoleh bahan tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan kotoran alami baik berupa lemak, minyak, pektin, serisin, gum,kulit biji kapas (pada serat selulosa dan protein) dan kotoran dari luar seperti oli, debu, spinning oil (pada serat sintetik) sehingga meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan secara merata. Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa lemak, oli, serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran akibat efek detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan mekanik yang diberikan pada bahan. 3. Percobaan 3.1. Alat dan Bahan Alat
:
Bahan :
Beaker glass 500 mL
Kain sutera
Pengaduk kaca
Zat sesuai resep
Penangas air
3.2. Diagam Alir Proses Persiapan Alat dan Bahan
Pemasakan Waktu: 15', 30', 45', 60'
Pencucian
Penetralan
Pengeringan
Evaluasi: % pengurangan berat
3.3. Resep
Sabun netral (tipol)
: 10 g/L
Na2CO3
: 2 g/L
Suhu
: 100oC
Waktu
: 15’, 30’, 45’, 60’
Vlot
: 1:40
Ammonium Sulfat
: 1 g/L
3.4. Skema Proses 120
100
Tipol Na2CO3 80 Kain
) C o ( u 60 h u S
40
20
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Waktu (menit)
3.5. Fungsi Zat
Sabun
: menyabunkan serisin sehingga dapat larut
Na2CO3
: memberikan suasana pH alkalis, membantu melarutkan serisin
3.6. Langkah Kerja 1) Kain dan alat praktikum disiapkan 2) Kain dan zat sesuai resep ditimbang 3) Kain dan zat dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian diaduk merata sesuai waktu dan suhu pada resep 4) Kain dinetralkan dengan ammounium sulfat 5) Kain dicuci dengan air panas lalu dengan air dingin 6) Kain dimasukkan ke oven untuk dikeringkan 7) Dilakukan evaluasi % pengurangan berat
4. Data Praktikum
Berat Kain Waktu Perendaman
Kain 1
Kain 2
Kain 3
Kain 4
2,8257 g
2,7043 g
2,9978 g
2,642 g
15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
Berat Kain
11,1698 gram
Total Vlot
1:40
Kebutuhan
446,792 mL
Larutan 10 g
Tipol
1000 mL
446,792 = 4,468
2
Na2CO3
1000
446,792 = 0,894
Ammonium
1 g/L
Sulfat
100oC
Suhu
Kain 1
Kain 2
Kain 3
Kain 4
Berat Awal
2,8257 g
2,7043 g
2,9978 g
2,6420 g
Berat Akhir
2,312 g
2,1685 g
2,4014 g
2,3503 g
% Pengurangan Berat:
Kain 1
:
Kain 2
:
Kain 3
:
Kain 4
:
,5−,3 ,5
100 = 18,18%
,3−,5 ,3 , −, , , −,353 ,
100 = 19.81% 100 = 19,89% 100 = 11,04%
Kain 1
Kain 2
Kain 3
Kain 4
5. Hasil dan Pembahasan
Gafik Waktu Perendaman terhadap % Pengurangan Berat 25 19.89
19.81 18.18
t 20 a r e b n a 15 g n a r a u 10 g n e p % 5
11.04
0 0
10
20
30
40
50
60
70
Waktu perendaman (menit)
Berdasarkan grafik, didapatkan hasil optimum degumming sutera yaitu pada waktu perendaman 45 menit dengan %pengurangan berat sebesar 19,89%. Hal ini terjadi karena NaOH bereaksi dengan kotoran alami yang ada, dalam hal ini serisin sehingga menyebabkan beratnya berkurang dan warnanya bertambah putih. Sama halnya seperti pemasakkan pada kapas, pigmen alami yang ada akan terputus ikatan rangkapnya sehingga akan larut dan membuat warna menjadi lebih putih dengan berat yang lebih ringan. Meskipun begitu, karena sutera termasuk serat protein sama seperti wol maka tidak tahan terhadap alkali kuat seperti NaOH sehingga selain pigmen alami yang hilang struktur dari serat sutera juga akan rusak. 6. Kesimpulan
Hasil optimum proses pemasakkan kain sutera (degumming) ada pada waktu perendaman selama 45 menit.
Waktu perendaman 45 menit menyebabkan persen pengurangan berat sebesar 19,89%
7. Daftar Pustaka
Muhammad
Ichwan
dkk.
Pedoman
Praktikum
Teknologi
Persiapan
Penyempurnaan. .Politeknik STTT. Bandung.
Dr. Noerati, S. Teks. MT. dkk. Teknologi Tekstil. 2013. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil