DATA DAN JENIS PENELITIAN
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab perta- nyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan pene- litian berlangsung.
A.
Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat u p to date . Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus ( foc focus gr u p di scussion ± FGD) ± FGD) dan penyebaran kuesioner. 2. Data Sek under adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lainlain. Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
B. Data Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
1.
Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2.
Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut: 1. Data di skrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: 1)
Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20.
2)
Jumlah siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67 orang.
3)
Jumlah penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak 246.867 orang.
Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan). 1. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya: 1)
Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.
2)
IQ Budi adalah 120.
3)
Suhu udara di ruang kelas 24 Celcius.
o
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu: 1. Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori obyek hanya menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika perbandingan ³>´ dan ³<´ tidak dapat digunakan untuk menganalisis data nominal. Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (), perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam analisis data nominal. Contoh data nominal antara lain: y
Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu:
(1) Laki-laki (2) Perempuan
Angka (1) untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan hanya merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-angka tersebut tidak memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas tidak berarti lebih besar dari angka (1), karena laki-laki tidak memiliki makna lebih besar dari perempuan. Terhadap kedua data (angka) tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematika (+, -, x, : ). Misalnya (1) = laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) (3), karena tidak ada kategori (3) yang merupakan hasil penjumlahan (1) dan (2). y
Status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1) Belum menikah, (2) Menikah, (3) Janda/ Duda. Data tersebut memiliki sifat-sifat yang sama dengan data tentang jenis kelamin.
1. Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian, jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu ³>´ dan ³<´. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi matematika ( +, ± , x , : ). Contoh jenis data ordinal antara lain: y
Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
(1) Taman Kanak-kanak (TK) (2) Sekolah Dasar (SD) (3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) (5) Diploma (6) Sarjana Analisis terhadap urutan data di atas menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan SMP. Namun demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan, misalnya SD (2) + SMP (3) (5) Diploma. Dalam hal ini, operasi matematika ( + , ± , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal. y
Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar tertinggi sampai terendah. Siswa pada peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa peringkat (2).
1. Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat
data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval ) atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan pengurangan ( +, ± ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu tidak adanya angka Nol mutlak pada data interval. Berikut dikemukakan tiga contoh data interval, antara lain: 1) Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam ukuran derajat. Rentang temperatur antara 00 Celcius sampai 10 Celcius memiliki jarak yang 0 0 sama dengan 1 Celcius sampai 2 Celcius. Oleh karena itu berlaku operasi matematik ( +, ± ), 0 0 0 misalnya 15 Celcius + 15 Celcius = 30 Celcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan 0 bahwa benda yang bersuhu 15 Celcius memiliki ukuran panas separuhnya dari benda yang 0 0 bersuhu 30 Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan bahwa benda dengan suhu 0 Celcius 0 tidak memiliki suhu sama sekali. Angka 0 Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya, 0 0 jika diukur dengan menggunakan Termometer Fahrenheit diperoleh 0 Celcius = 32 Fahrenheit. 2) Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai 110 memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai 120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang memiliki IQ 100. 3) Didasari oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar (misalnya IPK mahasiswa dan hasil ujian siswa) dapat dikatakan sebagai data interval. 4) Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara) dengan skala interval, misalnya: Skor (5) untuk jawaban ³Sangat Setuju´ Skor (4) untuk jawaban ³Setuju´ Skor (3) untuk jawaban ³Tidak Punya Pendapat´ Skor (2) untuk jawaban ³Tidak Setuju´ Skor (1) untuk jawaban ³Sangat Tidak Setuju´ Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-sifat yang sama dengan data interval. 1. Data ra sio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , ± , x, : ). Sifat-sifat yang membedakan antara data rasio dengan jenis data lainnya (nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan memperhatikan contoh berikut:
1) Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter adalah data rasio. Benda yang panjangnya 1 meter berbeda secara nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter sehingga dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat data nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek (sifat data ordinal). Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh dua hal yaitu: (1) Angka 0 meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya tidak ada benda yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2 kali lebih panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal, ataupun data interval. 2) Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata dengan benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang beratnya 1 kg. dengan 2 kg memiliki rentang berat yang sama dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2 kg. dengan 3 kg. Angka 0 kg. menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2 kg., 2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg.. Pemahaman peneliti terhadap jenis-jenis data penelitian tersebut di atas bermanfaat untuk menentukan teknik analisis data yang akan digunakan. Terdapat sejumlah teknik analisis data yang harus dipilih oleh peneliti berdasarkan jenis datanya. Teknik analisis data kualitatif akan berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Karena memiliki sifat yang berbeda, maka teknik analisis data nominal akan berbeda dengan teknik analisis data ordinal, data interval, dan data rasio. 2. Data Interval Data interval mempunyai tingkatan lebih rendah dari data rasio. Data rasio memiliki jarak data yang pasti namun tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh dari data interval ialah hasil dari nilai ujian matematika. Jika A mendapat nilai 10 dan B mendapat nilai 8, maka dipastikanA mempunyai 2 nilai lebih banyak dari B. Namun tidak ada nilai nol mutlak , maksudnya bila C mendapat nilai 0, tidak berarti bahwa kemampuanC dalam pelajaran matematika adalah nol atau kosong. Bhina Patria ± www.inparametric.com 2 3. Data Ordinal Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data kualitatif. Contoh dari data ordinal yaitu penskalaan sikap individu. Penskalaan sikap individu terhadap sesuatu bisa diwujudkan dalam bermacam bentuk, diantaranya yaitu: dari sikap Sangat Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Set uju (1). Pada tingkatan ordinal ini data yang ada tidak mempunyai jarak data yang pasti , misalnya: Sangat Setuju (5) dan Setuju (4) tidak diketahui pasti jarak antar nilainya karena jarak antara Sangat Setuju (5) dan Setuju (4) bukan 1 satuan (5-4).
4. Data Nominal Data nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut tingkat pengukurannya. Data nominal ini pada satu individu tidak mempunyai variasi sama sekali, jadi 1 individu hanya punya 1 bentuk data. Contoh data nominal diantaranya yaitu: jenis kelamin, tempat tinggal, tahun lahir dll. Setiap individu hanya akan mempunyai 1 data jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Data jenis kelamin ini nantinya akan diberi label dalam pengolahannya,misalnya perempuan =1, laki-laki=2. Ada lagi jenis data yang sering disebutkan dalam statistik yaitu data parametric dan non-parametric . Jika ³NOIR´ adalah pembagian data menurut tingkatan pengukuran, pembagian parametric dan non-parametric dipengaruhi oleh karakteristik empirik dari data tersebut. Pengetahuan tentang batasan data parametric dan nonparametric ini sangat penting karena pada proses analisis memang dibedakan untuk masing-masing jenis data tersebut.
Suatu data disebut sebagai data parametric bila memenuhi kriteria sbb (Field, 2000): 1. Normally distributed data . Data yang mempunyai distribusi normal adalah data yang dapat mewakili populasi yang diteliti. Secara kasat mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak. Tentu saja cara ini sangat subyektif. Cara lainnya yaitu dengan melakukan uji normalitas pada data yang dimaksud ±caranya akan dijelaskan lebih lanjut. 2. Homogenity of variance . Variansi dari data yang dimaksud harus stabil tidak berubah atau homogen. Ada banyak tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui homogenity of variance, bahkan untuk untuk jenis -jenis analisis tertentu SPSS secara otomatis menyertakan hasil tes ini. 3. Interval data. Data yangdimaksud minimal merupakan data interval. 4. Independence . Data yang diperoleh merupakan data dari tiap individu yang independen, maksudnya respon dari 1 individu tidak mempengaruhi atau dipengaruhi respon individu lainnya. Karena keterbatasan, saya tidak bisa menjelaskan lebih mendalam, kalau dirasa kurang jelas silakan cari buku statistik yangmembahas hal ini lebih lanjut
VARIABEL PENELITIAN
F.N Kerlinger menyebut variable sebagai sebuah konsep misalnya perempuan dalam konsep jenis kelamin, pemalas dalam konsep sifat. Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel 1) sebagai gejala yang bervariasi. Senada dengan pernyataan yang pernah di jelaskan oleh dosen pembimbing skripsi saya, variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Misalnya umur, umur mempunyai variasi nilai, yaitu 1 bulan, 1 tahun 4 tahun dst. Variabel juga dapat diartikan
atribut dari subjek/objek yang akan diteliti yang bervariasi antara satu subjek/objek yang satu dengan yang lain. Adabeberapa macam variabel penelitian,namun dalam hal ini akan saya paparkan 2 variabel saja, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1.Variabel Bebas ( independent variabel) variabel bebas atau independent sering disebut juga variabel predictor, stimulus, input, antencendent atau variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Sehingga variabel independent dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. 2. Variabel Terikat ( dependent variabel) variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel criteria, respond an o utput (hasil). Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena 1) adanya variabel independent (bebas). Variabel bebas Stress Jenis Obat
Variabel terikat Dysmenorrhea Primer Tingkat Kesembuhan
Jadi, jika boleh saya menyimpulkan bahwa, judul yang ada di penelitian kita adalah hasil/pembuktian dari pengujian 2 variabel yaitu var iabel bebas dan variabel terikat.
CONTOH PENELITIAN:
Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi sampel penelitian adalah jenis belalang kembara dewasa dari fase soliter dengan ukuran jantan 4 cm dan betina 5 cm yang diambil tempat penangkaran belalang kembara Dinas Pertanian Kabupaten Ketapang. 2. Sampel penelitian adalah sebanyak sepuluh ekor belalang kembara untuk setiap perlakuan. 4.4.
Variabel penelitian Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kendali yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut : Variabel bebas : 1. Frekuensi ; 0 kHz, 40 kHz, 45 kHz, 50 kHz, dan 55 kHz. 2. Jarak ; 0 cm, 100 cm ,200 cm, 300 cm, dan 400 cm. 3. Lama pemaparan ; 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. 4. Kombinasi frekuensi, jarak dan lama pemaparan gelombang ultrasonik. Variabel terikat : Pola perilaku - pola makan; jumlah yang pasif
- pola gerak ; jumlah yang pasif Variabel terkendali : Temperatur/suhu ruang, kelembaman ruang, waktu eksperimental, dan nutrisi/makanan belalang kembara Bahan dan alat penelitian Bahan dan alat dalam penelitian yaitu : a. Bahan : Hama belalang kembara dan nutrisi/makanannya b. Alat : 1. Sumber pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik. 2. Sumber tegangan ( P ower S u pply) 3. Sinyal Generator 4. Osiloskop 5. Penghubung rangkaian listrik/kabel 6. Peralatan mekanik pendukung rangkaian 7. Rangkaian elektronik penghasil gelombang ultrasonik 8. Timer waktu 9. Termometer 10. Counter/pencacah Frekuensi 11. Rak tempat sampel 12. Kotak penangkar belalang kembara ukuran (1m x 1m x 1m) 13. Kotak sampel belalang kembara ukuran (20 cm x 20 cm x 20cm) 14. Penyangga alat gelombang ultrasonik. 15. Termostat 16. Sangkar pemeliharaan ukuran (3 m x 2 m x 2 m) 17. Kamera 18. TV combo box recivier dan alat pendukungnya 19. Monitor dan CPU komputer + speaker 20. Tanaman sebagai faktor penghambat 4.5.
Jenis Penelitian Dan Ruang Lingkup Penelitian a. Jenis penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental murni (pure eksperimental) dengan kondisi skala laboratories 61 b. Ruang lingkup : Penekanan penelitian terutama terfokus pada penggunaan gelombang ultrasonik dalam pengendalian hama belalang kembara. 4.6.
Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dan Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Januari sampai Agustus 2004, dimulai dengan tahap persiapan yaitu merangkai alat, serta bahan-bahan dan penggunaan, dilanjutkan dengan tahap operasional. 4.7.
Metode Pengumpulan Data Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu metode observasional dan metode eksperimental. 4.8.1. Metode observasional penelitian 4.8.
Penelitian observasional bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku belalang kembara. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel belalang kembara untuk 10 belalang kembara setiap perlakuan. 2. Deskripsi pengaruh gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku belalang kembara dengan pengamatan pada penelitian ini adalah kepasifan yang tidak bergerak/diam di tempat dan diam berkelompok dengan anggota tubuh tidak bergerak kecuali antenanya. 4.8.2.
Metode eksperimental penelitian Penelitian eksperimental bertujuan untuk mememperoleh data pengamatan pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif belalang kembara. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Pemakaian alat pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik di laboratorium terhadap belalang kembara. 2. Analisis gelombang ultrasonik yang diberikan terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif belalang kembara dengan kombinasi frekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan.
UJI KLINIK: Pada dasarnya uji klinik memastikan efektivitas, keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Uji klinik ini terdiri dari uji fase I sampai fase IV. UJI KLINIK FASE I: Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia. Yang diteliti di sini ialah keamanan obat, bukan efetivitasnya, maka biasanya dilakukan pada sukarelawan sehat.
Tujuan pertama fase ini ialah menentukan besarnya dosis tunggal yang dapat diterima, artinya yang tidak menimbulkan efek samping serius. Dosis oral (lewat mulut, diminum) yang diberikan pertama kali pada manusia biasanya 1/50 x dosis minimal yang menimbulkan efek pada hewan. Tergantung dari data yang diperoleh pada hewan, dosis berikutnya ditingkatkan sedikit-sedikit ata dengan kelipatan dua sampai diperoleh efek farmakologik atau sampai timbul efek yang tidak diinginkan. Untuk mencari efek toksik yang mungkin terjadi dilakukan pemeriksaan hematologi, faal hati, urin rutin, dan bila perlu pemeriksaan lain yang lebih spesifik. Pada fase ini diteliti juga sifat farmakodinamik dan farmakokinetiknya pada manusia. Hasil penelitian farmakokinetik ini digunakan untuk meningkatkan pemilihan dosis pada pada penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil ini diperbandingkan dengan hasil uji pada hewan coba sehingga diketahui pada spesies hewan mana obat tersebut mengalami proses farmakokinetik seperti pada manusia. Bila spesies ini dapat ditemukan, maka dilakukan penelitian toksisitas jangka panjang pada hewan tersebut. Uji klinik fase I ini dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa pembanding dan tidak tersamar, pada sejumlah kecil subjek dengan pengamatan intensif oleh orang-orang ahli di bidang ini,dan
dikerjakan di tempat yang sarananya cukup lengkap. Total jumlah subjek pada fase ini bervariasi antara 20-50 orang. UJI KLINIK FASE II: Pada fase ini obat dicobakan untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil penderita yang kelak akan diobati dengan calon obat. Tujuannya ialah melihat apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk pengobatan. Fase II ini dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli dalam masing-masing bidang yang terlibat. Mereka harus ikut berperan dalam membuat protocol penelitian yang harus dinilai terlebih dulu oleh panitia kode etik lokal. Protokol penelitian harus diikuti dengan dengan ketat, seleksi penderita harus cermat, dan setiap penderita harus dimonitor dengan intensif.
Pada fase II awal, pengujian efek terapi obat dikerjakan secara terbuka karena masih merupakan penelitian eksploratif. Pada tahap biasanya belum dapat diambil kesimpulan yang mantap mengenai efek obat yang bersangkutan karena terdapat berbagai factor yang mempengaruhi hasil pengobatan, misalnya perjalanan klinik penyakit, keparahannya, efek placebo. Untuk membuktikan bahwa suatu obat berkhasiat, perlu dilakukan uji klinik komparatif yang membandingkannya dengan placebo; atau bila penggunaan placebo tidak memenuhi syarat etik, obat dibandingkan dengan obat standard yang telah dikenal. Ini dilakukan pada akhir fase II atau awal fase III, tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi penderita, dan monitoring penderitanya. Untuk menjamin validitas uji klinik komparatif ini, alokasi penderita harus acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamar ganda. Ini dsebut u ji klinik acak tersamar ganda berpembanding. Pada fase II ini tercakup juga penelitian dosis-efek untuk menentukan dosis optimal yang akan digunakan selanjutnya, serta penelitian lebih lanjut mengenai eliminasi obat, terutama metabolismenya. Jumlah subjek yang mendapat obat baru pada fase ini antara 100-200 penderita. UJI KLINIK FASE III: Uji klinik fase III dilakukan untuk memastikan bahwa suatu obat-baru benar-benar berkhasiat (sama dengan penelitian pada akhit fase II) dan untuk mengetahui kedudukannya dibandingkan dengan obat standard. Penelitian ini sekaligus akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang (1) efeknya bila digunakan secara luas dan diberikan oleh para dokter yang µkurang ahli¶; (2) efek samping lain yang belum terlihat pada fase II; (3) dan dampak penggunaannya pada penderita yang tidak diseleksi secara ketat.
Uji klinik fase III dilakukan pada sejumlah besar penderita yang tidak terseleksi ketat dan dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terlalu ahli, sehingga menyerupai keadaan sebenarnya dalam penggunaan sehari-hari dimasyarakat. Pada uji klinik fase III ini biasanya pembandingan dilakukan dengan placebo, obat yang sama tapi dosis berbeda, obat standard dengan dosis ekuiefektif, atau obat lain yang indikasinya sama dengan dosis yang ekuiefektif. Pengujian dilakukan secara acak dan tersamar ganda. Bila hasil uji klinik fase III menunjukan bahwa obat baru ini cukup aman dan efektif, maka obat dapat diizinkan untuk dipasarkan. Jumlah penderita yang diikut sertakan pada fase III ini paling sedikit 500 orang.
UJI KLINIK FASE IV: Fase ini sering disebut post marketing drug surveillance karena merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak tidak terikat pada protocol penelitian; tidak ada ketentuan tentang pemilihan penderita, besarnya dosis, dan lamanya pemberian obat. Pada fase ini kepatuhan penderita makan obat merupakan masalah.
Penelitian fase IV merupakan survey epidemiologic menyangkut efek samping maupun efektif obat. Pada fase IV ini dapat diamati (1) efek samping yang frekuensinya rendah atau yang timbul setelah pemakaian obat bertahun-tahun lamanya, (2) efektifitas obat pada penderita berpenyakit berat atau berpenyakit ganda, penderita anak atau usia lanjut, atau setelah penggunaan berulangkali dalam jangka panjang, dan (3) masalah penggunaan berlebihan, penyalah-gunaan, dan lain-lain. Studi fase IV dapat juga berupa uji klinik jangka panjang dalam skala besar untuk menentukan efek obat terhadap morbiditas dan mortalitas sehingga datanya menentukan status obat yang bersangkutan dalam terapi. Dewasa ini waktu yang diperluka untuk pengembangan suatu obat baru, mulai dari sintetis bahan kimianya sampai dipasarkan, mencapai waktu 10 tahun atau lebih. Setelah suatu obat dipasarkan dan digunakan secara luas, dapat ditemukan kemungkinan manfaat lain yang mulanya muncul sebagai efek samping. Obat demikian kemudian diteliti kembali di klinik untuk indikasi yang lain, tanpa melalui uji fase I. Hal seperti ini terjadi golongan salisilat yang semula ditemukan sebagai antireumatik dan anti piretik. Efek urikosurik dan antiplateletnya ditemukan belakangan. Hipoglikemik oral juga ditemukan dengan cara serupa. Demikian uji klinik lengkap ini ditujukan khususnya untuk teman-temanku, umumunya siapa saja yang mau memahaminya. Terima kasih.