BODY MEKANIK DAN MOBILISASI
A. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan
aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Istilah body mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan
efesiensi pergerakan tubuh seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh
orang lain atau benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian
tubuh yang lain.
Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity
dan base of support.
Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.
Tujuan Mobilisasi
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
B. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi
tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk
mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau
penderita. Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap
aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek.
Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika
digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk
mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann
mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu
dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan
dalam gravitasi:
Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada
dipertengahan tubuh
Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer
vertikal melalui pusat gravitasi.
Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang
dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat
atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi
mekanika tubuh.
Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri
dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah
stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan
pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan
terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan
menghasilkan gerakan halus dan berirama.
Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan
selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda
dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi
membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan
posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan
yang akan dilakukan.
Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk
memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di
depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik (
seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan
lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya
tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki
bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah
tubuh bagian belakang.
Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar
anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang
baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh
C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
a. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh
yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh
dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman,
tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering
mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh
dan ambulasi.
e. Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas,
sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan
neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga
yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam
penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami
gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
D. Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang
salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang
vertebrata.
E. Pengaturan Posisi Berbaring Pasien.
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas
(pengankutan Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
a. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Dudukkan pasien
Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur
tempat tidur, untuk posisi semi fowler (30-45') dan untuk fowler (90')
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
b. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
di atas tempat tidur.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup
dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
di atas tempat tidur.
c. Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala
lebiih rendah dari bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan
peredarahan darah ke otak. Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal
diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut.
Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki.
d. Posisi dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan. Cara
:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat
tidur, dan renggangkan kedua kaki
Pasang selimut
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan pemasangan alat
kontrasepsi. Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
pahanya dan tarik ke arah perut
Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk
posisi litotomi
Pasang selimut
f. Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
daerah rektum dan sigmoid. Cara :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada kasur tempat tidur
Pasang selimut pada pasien.
g. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi
yang tidak tepat.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur.
Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan
body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra
cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada
celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya
fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan
telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat
menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
h. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana
klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas
bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi
dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.
Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3. Naikkan kepala bed 90
4. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan
akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
6. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan
fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena.
Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
7. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah
eksternal rotasi pada pinggul.
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah
plantar fleksi.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
i. Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan
kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post
operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan
siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat
tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh
dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila
banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra
indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau
payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada
payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra
lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma
karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit.
Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan
kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan
memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada
patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan
memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena
dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
j. Posisi lateral (side lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu
sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
1. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
2. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
3. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila
diperlukan.Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan
akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan
gaya gravitasi.
3. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat
4. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body
aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot
leher.
5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak
menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung
pada sendi bahu.
6. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan
adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.
7. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas
berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi
dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki
atas terhadap kaki bawah.
8. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan
posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari
terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
F. Latihan Mobilisasi
Pada Klien Fraktur
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet
Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan
keparahan. Fraktur yang memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman
latihan mobilisasi sesuai dengan pedoman pada pasien post pembedahan pada
poin 1.
Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif,
misalnnya cukup dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu
diawasi kondisi vaskularisasi di area distal dari fraktur. Mobilisasi pasif
pada persendian di area distal atau proksimal dari fraktur perlu dilakukan
untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap ketika
kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa,
penyatuan tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada
ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan. Tapi untuk memastikan apakah telah
terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen. Mobilisasi aktif
dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan
untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.
Pada Pasien Pasca Serangan Stroke
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh
pemulihan sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik
sangat bervariasi, banyak diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap
(recovery completely) namun tidak sedikit pula yang harus berlatih keras
guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya atau bahkan banyak
diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu
(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya
merupakan pemulihan spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan
6 bulan. Bahkan proses ini bisa hanya dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem lokal, perbaikan sirkulasi
darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke
mempunyai hubungan bermakna terhadap reorganisasi yang disebut "Neural
Plasticity" dalam proses perbaikan sistem sarafnya. penyembuhan saraf
penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh sejak fase awal hingga
fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik (physical
therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan
melalui dua cara :
(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas
dan mendidik kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi
(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti
daerah yang lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat
maupun kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan
dengan :
(1) latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang
lain untuk merangsang aliran darah dan merangsang kontraksi otot
(2) latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya
sendiri
Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan
menjadi gerak yang terkontrol atau terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, Lussy. 2012. Bab 1 Pendahuluan. Diakses dari :
http://ginichiby.blogspot.com/2012/11/bab-i-pendahuluan-a.html. diakses
pada tanggal 8 November 2014.
Aris, Dede. 2014. Body Mekanik dan Posisi. Diakses dari:
http://dedearis.blogspot.com/2014/04/task-4-makalah-body-mekanik-
posisi.html. diakses pada tanggal 7 November 2014.
Subijakto. 2011. Body Mekanik. Diakses dari :
http://subijakto25.blog.com/2011/06/08/kerja-otot. diakses pada tanggal 7
November 2014.