i
25
1
Karya Ilmiah
Pengaruh Program Literasi Terhadap Minat
Baca Siswa Kelas XI MIPA 6
Disusun oleh :
Alfiananda Puspitasari (01)
Bugar Sanjaya (08)
Erni Hidayaturohmah (13)
Laila Nurul Fadhilah (18)
Nurandhika Pramesthi (25)
XI MIPA 6
SMA NEGERI 1 GEGER
TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikankarya ilmiah tentangpengaruh program literasi terhadap minat baca siswa SMAN 1 Geger. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Drs. H. Makmun Fatoni, M.Pd selaku kepala sekolah SMAN 1 GEGER.Serta bapak Djoko Susilo, S.Pd selaku wali kelas XI MIPA 6. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada bu Sulis Ernawati,S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia yang selalu membimbing kami dalam proses penyusunan karya ilmiah ini dan juga teman-teman XI 6 yang ikut membantu dalam proses penyusunan karya ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.Sehingga karya ilmiah ini dapat memberikan kita informasi yang berguna dan bermanfaat.
Madiun, 3 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
BAB II LANDASAN TEORI
Minat baca 3
Membaca 6
Literasi 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian 23
Waktu dan tempat penelitian 23
Analisisisi data 23
BAB IV PEMBAHASAN
Hasil penelitian 25
Pembahasan 25
BAB V PENUTUP
Kesimpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 31
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah
Tabel 4.1 Data siswa kelas XI MIPA 6
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis oleh seseorang. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang didapatkan.Tidak hanya informasi yang ada dalam negeri namun juga informasi tentang dunia bahkan alam semesta.
Membaca sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya untuk para pelajar.Membaca merupakan salah satu kegiatan dalam berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah.
Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara yang turut bertasipasi dalam PISA dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-62.
Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik angka melek huruf untuk golongan penduduk berumur 15-19 tahun pada tahun 2010 memiliki presentase sebesar 99.56%, tahun 2011 sebesar 98.61%, tahun 2012 sebesar 98.85%, tahun 2013 sebesar 99.42%, dan tahun 2014 99.67%. Capaian tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat melek huruf yang tinggi. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya minat baca. Jika dibandingkan oleh hasil penelitian yang dilakukan OECD, Indonesia selalu menempati urutan paling bawah. Pada penelitian tahun 2015, posisi Indonesia dibawah Vietnam yang menempati urutan ke-8 dan Thailand yang menempati urutan ke-54. Hal ini menjadi persoalan yang cukup serius bagi bangsa Indonesia dalam hal membaca khususnya, karena membaca merupakan dasar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik.
Namun, pada kenyataannya minat baca di kalangan siswa kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER saat ini sangatlah rendah. Sehingga, menyebabkan kurangnya pengetahuan umum maupun sosial.Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah semakin berkembangnya teknologi. Pada saat 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai telah diberikan waktu unuk literasi, kebanyakan dari mereka lebih memilih bermain game, sosial media atau melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat lainnya.
Oleh karena itu, budaya membaca perlu ditingkatkan di kalangan siswa kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER perlu ditingkatkan lagi.Sehubungan dengan itu, untuk meningkatkan minat baca pada siswa kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER maka perlu diciptakannya strategi khusus untuk meningkatkan minat baca pada siswa.Salah satunya, dengan menciptakan gerakan literasi Sekolah yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi Sekolah ini mempunyai tujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
Rumusan Masalah
Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas XI MIPA 6 ?
Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 sebelum program literasi diterapkan ?
Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 setelah program literasi diterapkan ?
Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan benar?
Tujuan
Mengetahui alasan diadakannya literasi
Mengetahui perkembangan minat baca siswa sebelum dan setelah diadakannya literasi
Mengetahui manfaat diadakannya program literasi baik bagi siswa maupun guru
Mengetahui hambatan atau kendala yang dialami siswa selama diadakan program literasi
BAB II
LANDASAN TEORI
Minat Baca
Pengertian minat
Farida Rahim (2005: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah keinginanyang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannyauntuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri atau dorongan dari luar.
Menurut Herman Wahadaniah (Yunita Ratnasari, 2011: 16) minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri atau dorongan dari luar.Minat membaca juga merupakan perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.
Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang dibacanya.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Dawson dan Bamman (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsipyang mempengaruhi minat baca sebagai berikut :
Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari bahan bacaan yang menarik dansesuai dengan kebutuhan individu, merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap minat bacanya.
Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya,yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan suatu kegiatan yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan hidupnya.
Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca. Ragam bacaan yang memadai dan beraneka ragam dalam keluarga akan sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca.
Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang mendorong minat baca siswa.
Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.
Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong timbulnyaminat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah menjadi salah satu faktor penting dalm pembentukan minat. Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca, akan lebih sering mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam kelas ataupun perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga terhadap temannya.
Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca. Guru yang baik harus mengetahui karakteristik dan minat anak. Guru bisa menyajikan bahan bacaan yang menarik dan bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan.
Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku bacaan dan minat baca siswa. Anak perempuan biasanya lebih suka membaca novel, cerita drama maupun cerita persahabatan, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih suka cerita bertema kepahlawanan.
Sedangkan menurut Harris dan Sipay (Mujiati, 2001: 24) mengemukakan bahwa minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4) kemampuan membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2) status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru.
Dengan demikian minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang siswa melainkan harus dibentuk.Perlu suatu upaya, terutama dari kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca. Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan langkah yang akan kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca.
Cara Menumbuhkan Minat Baca
Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca.Tetapi juga meningkatkan minat dan kegemaran membaca siswa.Menurut Wiryodijoyo (1989: 193-196) agar membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan bagi para siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara orang tua dan guru, yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan buku-buku bacaan.Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, usaha pembentukan minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara).
Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita kepada anak sebelun tidur atau pada waktu-waktu tertentu lainnya, terutama pada usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu, anak juga perlu dibawa ke perpustakaan dan ditunjukkan bagaimana cara membaca di ruangan baca di perpustakaan. Membaca bahan bacaan, baik itu surat kabar, buku-buku pelajaran, atau buku-buku bacaan merupakan hal penting untuk mendisiplinkan diri agar rajin membaca. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca akan terbentuk dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai.
Membaca
Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan,1990:7). Membaca merupakan kegiatan memaha-mi bahasa tulis (Santosa, 2009:6.3).Membaca merupakan kegiatan memaknai lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis dalam kegiatan berbahasa (Kusmana, 2011:73). Dari beberapa teori tentang membaca penulis mengacu pada pendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1990: 7).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguitik, dan metokognitif. Sebagai proses visual menbaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan seksama yang dilakukan untuk mengrti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.
Tujuan Membaca
Tujuan membaca yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1990: 9).Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas (Santosa, 2009: 6.5). Tujuan yang dimaksud meliputi;
menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;
membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan;
menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik;
menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;
mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan;
melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat siswa sebelum melakukan perbuatan membaca;
memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan;
mempelajari struktur bacaan;
menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.
Jenis-Jenis Membaca
Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring (reading out loud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan membaca dalam hati (silent reading).Aktivitas membaca nyaring direlisasikan dengan bentuk membaca cerita, membaca puisi, membaca teks drama.Adapun membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan intensif.Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, sekilas, dangkal.
Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan telaah bahasa.Membaca telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, kritis, dan ide-ide.Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan sastra (Tarigan, 1990: 13).
Jenis-jenis membaca yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) dapat dibedakan sebagai berikut.
Membaca Teknik.
Kegiatan membaca teknik bertujuan melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.Di sini guru harus melatih siswa mengucapkan lafal fonem dengan benar, kata dan kalimat yang baik (tidak menonjolkan kedaerahan).
Membaca dalam Hati.
Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara dan bibir tidak bergerak.Bahan bacaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa, yaitu bahan bacaan yang sederhana dan yang telah dipelajari sebelumnya.
Membaca Pemahaman.
Membaca ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan.Untuk mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan isi bacaan atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.
Membaca Indah.
Pada hakikatnya membaca indah sama dengan membaca teknik, tetapi bahan bacaan yang digunakan adalah puisi atau fiksi/cerita sastra anak-anak. Kegiatan ini bersifat apresiatif sehingga melibatkan emosi, memerlukan penghayatan/penjiwaan, jenis membaca ini dipadukan dengan apresiasi sastra.
Membaca Cepat.
Membaca ini bertujuan agar siswa dapat menangkap isi bacaan dalam waktu cepat, dalam hal ini guru menentukan waktu yang sesuai dengan tingkat kesukaran bahan bacaan.Untuk itu siswa perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan lurus, dari atas ke bawah, hindari membaca kata demi kata, dan menunjuk bacaan dengan satu jari.
Membaca Pustaka
Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca di luar jam pelajaran. Jadi, dalam hal ini dapat berupa penugasan dalam bentuk kelompok maupun individu.Membaca pustaka bertujuan untuk mengembangkan minat baca siswa.
Membaca Bahasa.
Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami isi.Jadi, melalui membaca ini dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan, serta kalimat (Santosa, 2009: 3.19--3.20).
Metode membaca
Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga kelompok sebagai berikut
Sekuensial Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini tepat diajarkan pada anak-anak yang dominan menggunakan otak kirinya.Pendekatan dilakukan secara alfabet, mengenalkan masing-masing huruf, bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata. Berikut ini beberapa metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran sekuensial.
Fonik Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan menyusunnya menjadi kata. Misalnya, anak diperkenalkan dengan bunyi vocal bulat (seperti a,u,dano) beberapa konsonan bilabial (seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-huruf tersebut lazim diucapkan anak yang belajar bicara, seperti ta-ta-ta, ma-ma-ma atau pa-pa-pa.
Mengeja Metode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih dahulu, kemudian menghafalkan bunyinya.Langkah selanjutnya, menghafal bunyi rangkaian abjad atau huruf menjadi sebuah suku kata seperti metode fonik.Metode ini mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita. Kadang, mereka sulit menerima mengapa rangkaian huruf b dan a harus dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli menghilangkan kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian suku kata. Misalnya proses mengeja be a ba de u du sulit dihilangkan untuk membaca badu.
Suku kata Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat keberhasilan cukup baik. Anak diperkenalkan dengan penggalan suku kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.Contoh : Ba bi bu be bo Ca ci cu ce co Ba ca bo bo Keunggulan metode ini merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan saat ini karena kepraktisannya. Karena metode ini tidak memerlukan waktu untuk mengeja terlebih dahulu.
Simultan. Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata atau kalimat dengan sistem "lihat dan ucapkan".Gagasan yang mendasari metode ini adalah membentuk hubungan antara yang dilihat dengan yang didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan mental seperti yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah karena itu, cara ini cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang dominasi otak kanannya menonjol baik. Berikut ini beberapa metode yang termasuk metode simultan.
Membaca gambar Pada metode ini disajikan suatu gambar dan kata yang menunjukkan kata gambar tersebut. Cara ini menggunakan pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa suatu gambar "kucing" berhubungan dengan huruf-huruf "kucing".
Kartu kata atau doman Metode ini menggunakan kartu-kartu kata yang ukuran hurufnya besar. Mereka diperkenalkan dengan kata-kata yang akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak atau papa.Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi bacaanya. Jika sudah lancar membaca maka anak diperkenalkan kata-kata yang baru lain, demikian seterusnya.
Membaca "keseluruhan" kemudian "bagian" Caranya memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian dipilah-pilah menjadi kata, suku kata dan huruf. Contoh : ini baju ini baju i-ni ba-ju i-n-i b-a-j-u 3) Eklektik Cara ini merupakan campuran cara sekuensial dan simultan. Percampurannya sesuai kebutuhan anak karena setiap anak merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk dalam hal membaca.
Proses membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks, proses ini melibatkan kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan.3 Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengunkapan simbol-simbol gafis melalui indra penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara visual diantara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan.Kegiatan berikutnya adalah tindakan preseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.
Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak.Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman pembaca sebelumnya dengan objek, gagasan atau emosi yang dipresentasikan oleh suatu kelas.Pembaca mengenali rangkaian simbol-simbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa maupun kalimat.Kemudian pembaca memberi makna dengan menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dan pembaca lainnya dalam mempersepsi suatu teks mengkin saja tidak sama, walaupun membaca teks yang sama mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupaka kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Membaca merupakan proses berpikir. Untuk memahami bacaan, pembaca terlebih dulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis dan kreatif.
Peningkatan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan–pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana.Jadi pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta.
Kemampuan membaca
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup melaksanakan sesuatu).Kemudian kata mampu tersebut mendapat awalan pe- dan akhiran –an, jadi kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.Sehingga kemampuan membaca dapat diartikan sebagaikemampuan dasar atau bekal yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar.
Secara etimologi kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitik beratkan pada latihan dan performance (apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan).
Literasi
Pengertian literasi dan gerakan literasi sekolah
Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural.
Istilah 'literasi' dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris 'literacy' yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin 'literatus', yang berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah 'littera' (huruf) yaitu sistem tulisan dengan konvensi yang menyertainya.
Pengertian literasi menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan nyata, khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya.
Dalam kamus online Merriam-Webster, pengertian Literasi adalah kualitas atau kemampuan "melek aksara" yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis serta kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual.
Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya, bukan hanya kemampuan baca tulis.
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
Sedangkan pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan Khusus
Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Komponen Literasi
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.
Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antartahap perkembangan.Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda.Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan.Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.
Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis.Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.
Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
Misalnya, 'menulis surat kepada presiden' atau 'membaca untuk ibu' merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas.Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah.Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.
Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah.Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.
Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal's Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.
Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat
Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tiga tahapan yaitu, pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Pembiasaan.
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015).
Tujuan kegiatan literasi di tahap pembiasaan
Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah yang baik. Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik, seperti:
buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer, majalah, komik, dsb.);
sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.
Prinsip kegiatan literasi di tahap pembiasaan
Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan dipaparkan berikut ini.
Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah bisa memilih menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau akhir pelajaran, bergantung pada jadwal dan kondisi sekolah masing-masing. Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun sering dan berkala lebih efektif daripada satu waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari tertentu).
Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan kesenangannya.
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugastugas yang bersifat tagihan/penilaian.
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya membaca.
Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut membaca buku selama 15 menit.
Pengembangan
Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan.Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler.Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan, kegiatan 15 menit membaca di tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang bertujuan untuk:
Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan tulisan;
Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru tentang buku yang dibaca;
Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif; dan
Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan
Dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut, beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dipaparkan sebagai berikut.
Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya, atau seni peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik.
Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat dinilai secara nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan. Tugas-tugas yang sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik bila kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke tahap pembelajaran.
Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru sebaiknya memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk apresiasi.
Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap pengembangan ini, sekolah sebaiknya membentuk TLS, yang bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi program literasi sekolah. Pembentukan TLS dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Adapun TLS beranggotakan guru (sebaiknya guru bahasa atau guru yang tertarik dan berlibat dengan masalah literasi) serta tenaga kependidikan atau pustakawan sekolah.
Pembelajaran.
Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.
Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.
Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pembelajaran ini, antara lain:
buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; dan
ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah
No.
Tahapan
Kegiatan
1.
PEMBIASAAN
(belum ada tagihan)
Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati (sustained silent reading).
Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman; (2) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan kaya teks (print-rich materials)
2.
PENGEMBANGAN
(ada tagihan sederhana untuk penilaian non-akademik)
Lima belas menit membaca setiap hari sebelumjam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik, contoh: membuat peta cerita (story map), menggunakan graphic organizers, bincang buku.
Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap upacara bendera Hari Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-kegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dll.)
Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a) membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), menonton film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital (materi dari internet); (b) peserta didik merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan sederhana seperti menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang tentang buku.
3.
PEMBELAJARAN
(ada tagihan akademik)
Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik dan akademik.
Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya tanpa melakukan eksperimen agar memperoleh gambaran nyata tentang pengaruh literasi terhadap minat baca siswa kelas XI MIPA 6.
Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian : Kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER Jl. Raya Uteran No. 634
Madiun
2. Populasi : Siswa keas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER
3. Sampling : 8 siswa kelas XI MIPA 6 yang diambil secara acak
4. Waktu Penelitian : 5 Februari 2018 - 2 Maret 2018
Rancangan Penelitian
Perencanaan/Planning
Penelitian ini dilakukan bersama anggota kelompok dengan merumuskan Perencanaan penelitian, sebagai berikut :
Persiapan, meliputi :
Identifikasi masalah dan pemilihan judul
Menentukan subyek penelitian
Membuat instrument Penelitian : Wawancara dan format observasi
Studi pustaka (Landasan teori)
Pembagian tugas awal untuk anggota kelompok.
Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan Observasi
Pengumpulan data
Analisa Data
Penyusunan karya Ilmiah
Tahap Akhir /Perbaikan Karya Ilmiah
Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan, melalui 2 kegiatan :
Melakukan Wawancara terhadap anak/siswa kelas XI MIPA 6 yang diambil secara acak.
Observasi atau pengamatan di kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER.
Pengolahan data.
Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu :
Mengumpulkan Data
Seluruh data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dikumpulkan menjadi satu kumpulan data umum baik yang diperoleh dari hasil wawancara maupun dari hasil observasi.
Mengelompokkan Data
Memeriksa kembali data yang telah terkumpul dan selanjutnya mengelompokkan data yang sejenis.
Mengolah Data
Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tersebut,selanjutnya diolah untuk memperoleh data yang valid,asli dan obyektif.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpuln data dalam penelitian ini meliputi:
Teknik pengumpulan data yang terdiri dari :
Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data langsung. Berupa beberapa pertanyaan langsung kepada subjek penelitian(siswa kelas XI MIPA 6),dengan memakai pedoman wawancara.
Observasi atau pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengambilan datauntuk memotret bagaimana kondisi subyek yang diteliti tersebut. Pengamatan dalam penelitian ini menggunakan pedoman observasi berupa format observasi, yang digunakan untuk merekam data kualitatif, meliputi perilaku, aktivitas dan proses lainnya.
Alat Pengumpulan Data terdiri dari :
Butir Soal wawancara
Pedoman Wawancara
Format pengamatan/Observasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan pengaruh kegiatan literasi terhadap minat baca siswa kelas XI MIPA 6. Penelitian ini menggunakan responden kelas XI MIPA 6 sebagai contoh kelas yang menerapkan program literasi.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap I dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2018 dengan cara mengamati (observasi) kegiatan literasi siwa kelas XI MIPA 6. Sedangkan, tahap II dilaksanakan dengan 2 sesi. Sesi I pada tanggal 7 Februari 2018 dengan enam kali pewawancaraan dan sesi II dilaksanakan pada tanggal 02 Maret 2018 dengan dua kali pewawancaraan. Setiap pewawancaraan waktunya 3 menit dengan memberikan 5 pertanyaan pada tiap-tiap narasumber. Sebelum diadakan pewawancaraan, kami terlebih dahulu menyusun rumusan masalah yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.
Hasil Penelitian
Siswa kelas XI MIPA 6
Siswa SMAN 1 GEGER terutama siswa kelas XI MIPA 6 yang keseluruhannya berjumlah 34 anak.
Data siswa kelas XI MIPA 6 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data siswa kelas XI MIPA 6
Nomor
Nama Siswa
Presentase Minat Baca Siswa Sebelum Diadakan Literasi
Presentase Minat Baca Siswa Sesudah Diadakan Literasi
1
Alfiananda Puspitasari
80
70
2
Aliyya Dhiya' Amru
75
75
3
Arum Yulianita
40
60
4
Aulia Khansa Isfahani
60
70
5
Aulia Kuswina Gusta
45
70
6
Awwalina Nafizakia P.G.
60
85
7
Bimbing Zaki Ruhmanu
80
65
8
Bugar Sanjaya
60
70
9
Dea Berliana Ramadhani
70
81
10
Desi Rahmawati
70
75
11
Dhika Putri Nur Laely
60
62
12
Elsa Pebrianti
70
85
13
Erni Hidhayatur Rohmah
66
77
14
Ervany Septa Prawara A.
60
59
15
Haniatul Mudawamah
66
70
16
Harum Indah Permatasari
50
50
17
Karina Wulan Mei
70
80
18
Laila Nurul Fadhilah
60
76
19
Laksana Fajar Gumilang
56
66
20
Melati Kurnia
40
65
21
Melinda Kusuma N.
68
80
22
Nahnu Anshorulloh
50
65
23
Nala Rohmatul Azza
60
65
24
Nauval Hilmi Arrafi
50
60
25
Nurandhika Pramesthi
77
60
26
Rahma Dina Ashwianputri
68
70
27
Shakty Galang Nusantara
45
55
28
Siwy Retno Dwi Palupi
50
53
29
Sri Adiningsih
40
48
30
Sulistianingsih
40
55
31
Tulistyana Irfani Bintang
40
50
32
Yogga Bayu Pamungkas
43
50
33
Youngky Nurcahya A.
55
60
34
Zulkham Elqudsi Neilil M
60
70
Rekapitulasi Hasil Wawancara
Siswa mengetahui bahwa literasi itu perlu di terapkan karena dapat meningkatkan minat baca siswa dan menambah pengetahuan.
Ketika literasi berlangsung rata-rata semua siswa tidak melakukan literasi, tetapi ketika ada pengawasan dari pihak sekolah siswa baru ingin melakukan literasi.
Waktu untuk literasi selama 15 menit tidak cukup untuk melakukan literasi.
Dari beberapa siswa yang telah diwawancarai, mereka mengatakan bahwa mereka bisa mengetahui sekaligus memahami buku yang telah mereka baca
Banyak siswa yang tidak memanfaatkan waktu 15 menit literasi dengan maksimal.
Ketika tidak ada guru yang mengawasi, siswa menggunakan waktu 15 menit literasi untuk bermain handphone, mengerjakan tugas rumah, dan melakukan piket harian.
Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada tanggal 5 Februari 2018 di kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER Jl. Raya Uteran No. 634 Madiun
Observasi dilakukan pada saat jam literasi tepatnya 15 menit sebelum jam pertama pelajaran dimulai (jam 06.45 WIB dan berakhir jam 07.00 WIB)
Literasi dilakukan setiap hari kecuali pada hari senin dan jum'at
Ketika ada guru semua melakukan literasi, tetapi saat tidak ada guru siswa akan bermain handphone, mengerjakan tugas, melaksanakan piket dan melakukan hal lainnya.
Terkadang saat literasi akan diawasi oleh guru mata pelajaran jam pertama.
Buku yang dibaca siswa adalah buku non-pelajaran yang berasal dari berbagai sumber seperti, media cetak, buku elektronik, internet, dan sebagainya.
Setelah melakukan literasi siswa akan membaca asmaul husna.
Setelah melakukan literasi siswa akan memcatat hasil literasinya pada jurnal literasi.
C. Pembahasan
Analisa hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi, dapat dianalisa bahwa literasi sudah diakukan sejak kelas 10. Sebenarnya siswa telah mengetahui makna dan manfaat literasi, tetapi mereka masih malas melakukannya dan lebih memilih melakukan hal lain yang kurang bermanfaat yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan literasi. Siswa tidak akan melakukan literasi dengan sungguh-sungguh tanpa adanya pengawasandari guru. Hal ini menyebabkan siswa yang tidak melaksanakan program literasi dengan sungguh-sungguh, pengetahuan mereka tidak bisa bertambah dan tidak dapat memahami isi buku yang telah dibacanya. Buku yang dibaca saat literasi oleh siswa adalah semua buku non-pelajaran baik itu dari media cetak maupun dari media elektronik. Manfaat lain dari literasi ini adalah siswa dapat dengan mudahnya untuk memahami isi soal soal cerita pada waktu ujian nanti.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh yang signifikan dari Program Literasi terhadap Minat Baca Siswa di kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER yaitu sebagian besar dari siswa mendapatkan manfaatnya seperti, ilmu pengetahuan mereka bertambah dan minat baca mereka meningkat. Namun, sebagian lainnya yang tidak menerapkan program literasi dengan benar maka pengetahuan mereka tidak bertambah.
Dalam pelaksanaan literasi terdapat pula hambatan yang membuat siswa tidak melalukan literasi, seperti kurangnya kesadaran dari diri sendiri serta kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Selain itu tugas yang seharusnya dikerjakan dirumah dan belum selesai menjadi alasan siswa tidak melalkukan literasi.
SARAN
Bagi Siswa :
Siswa diharapkan lebih rajin membaca buku pelajaran maupun non-pelajaran pada saat literasi maupun tidak agar minat baca siswa bertambah.
Siswa diharapkan rajin meminjam buku di perpustakaan
Siswa diharapkan telah menyelesaikan tugas yang diberikan oeh bapak/ibu guru
dirumah sehingga tidak menggaggu peaksanaan progam literasi
Bagi pihak sekolah :
Sebaiknya pihak sekolah mengawasi saat pelaksanaan literasi agar siswa bersungguh melakukan iterasi.
Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan fasilitas yang cukup memadai sehingga progam literasi dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rohimah, 2012. Konsep Membaca (http://digilib.unila.ac.id. Diakses tanggal 27 Februari 2018)
Suprapti, 2014. Kajian Teori Membaca (http://eprints.walisongo.ac.id. Diakses tanggal
27 Februari 2018)
Fitriana, 2012. Tinjauan Tentang Minat Baca (http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018)
Rizqy, Ramlan, 2017. Gerakan Literasi Sekolah (https://rahmarizqy.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 Februari 2018)
Faradina, 2017.Jurnal Hanata Widya (http://journal.student.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 29 Maret 2018)
Aprilia, Imelda, 2017. Gerakan Literasi Sekolah (http://repository.ump.ac.id. Diakses pada tanggal 29 Februari 2018)
Bachtiar, M, 2015. Minat Baca (http://digilib.umg.ac.id. Diakses pada tanggal 26 Februari 2018)
LAMPIRAN
PERTANYAAN YANG DIAJUKAN DALAM WAWANCARA MENGENAI PENGARUH PROGRAM LITERASI TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS XI MIPA 6
Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas XI MIPA 6 ?
Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 sebelum program literasi diterapkan ?
Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 setelah program literasi diterapkan ?
Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan benar ?