1� �
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu komponen yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam artian bahwa sejak manusia dilahirkan senantiasa secara langsung sudah belajar dari lingkungan sekitarnya, sampai manusia itu lanjut usia bahkan sampai mau meninggal dunia pun ia tetap melakukan praktik-praktik dalam melihat persoalan yang telah dihadapinya, dan inilah yang dinamakan proses dari pendidikan. Secara umum aktivitas pendidikan memang sudah ada sejak manusia diciptakan. Betapapun sederhana bentuknya manusia memang memerlukan pendidikan. Sebab manusia itu bukan termasuk makhluk instingtif. Panggilan manusia sejati dalam dunia pendidikan yaitu untuk menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas atau mungkin menindasnya.
3
Mengenai hal itu, jika dalam
pendidikan ada subject antara antara guru dan peserta didik, maka peserta didik yang sedang menempuh proses pembelajaran diharapkan menjadi pelaku yang sadar atas apa saja yang diperbuatnya. Ini hanya akan ada lewat keterlibatan dunia dengan sesuatu yang harus digeluti secara kritis oleh setiap manusia. Sehingga mampu menjadi subject yang sadar, dan kemudian mampu mengubahnya dan bukan hanya menafsirkannya. ��������������������������������������� ��������������������� 3
Mansour Faqih, Toto Rahardjo, et. al,. Pendidikan Populer Membangun Masyarakat Kritis , Yogyakarta, Read Books, 2001, hlm. 38
1
2� �
Disinilah sesungguhnya sesungguhnya penting bagi setiap manusia yang terlibat dalam proses pendidikan untuk bisa menyadari dan memahami bahwa pendidikan itu memang harus mengarah ke pembentukan manusia seutuhnya. Tidak benar jika dengan pendidikan akan menjadikan manusia-manusia yang terdidik justru malah membelenggu atau menindas manusia yang lain dengan kekuasaan yang dimilikinya. Tidak benar pula jika pendidikan hanya menghasilkan manusia-manusia terdidik yang tidak bisa menghargai hak 4
kebebasan manusia yang lainnya. Dengan situasi dan kondisi sosial masyarakat akhir-akhir ini, berimplikasi pada pergeseran nilai-nilai disetiap bidang dan sendi-sendi kehidupan manusia. Terutama dalam bidang pendidikan, nilai-nilai budaya maupun ekonomi yang cenderung mengarah pada sistem individualistik dan kapitalistik, serta pergeseran nilai-nilai kemanusiaan yang lain. Sementara itu, pendidikan seringkali diteropong sebagai institusi paling strategis untuk mengembalikan distorsi nilai-nilai kemanusiaan. Paulo Freire, seorang pakar pendidikan dari Brazil dan juga sebagai tokoh multi kultural, berhasil melihat fenomena pendidikan yang dehumanisasi dan secara pedas mengkritik sistem pendidikan dewasa ini dalam karyanya yang terkenal, yaitu Pendidikan Kaum Tertindas . Menurut Freire sendiri yaitu: “Pendidikan yang dimulai dengan kepentingan egoistik kaum penindas (egoisme dengan baju kedermawanan baru dari paternalisme) dan menjadikan kaum tertindas sebagai obyek humanitarianisme mereka,
��������������������������������������� ��������������������� 4
Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan Yang Membebaskan, Yogyakarta, Ar-Ruz Media, 2011, hlm. 9
3� �
justru mempertahankan dan menjelmakan penindasan itu 5 Pendidikan merupakan perangkat dehumanisasi”.
sendiri.
Wajah pendidikan yang telah berjalan selama ini, mengisyaratkan telah terjadi penindasan pada peserta didik, dimana eksploitasi dan pemaksaan kehendak guru dalam proses belajar mengajar masih mendominasi. Sehingga peserta didik mau atau tidak mau, suka atau tidak suka harus menerima dan menjalani pendidikan yang diberikan oleh sang pendidik atau lembaga pendidikan yang yang diikutinya. diikutinya.
Padahal dalam dalam Islam dikenal dengan dengan prinsip
kasih sayang, demokratisasi, motivasi dan sebagainya. Menurut Asghar Ali Engineer bahwa “Islam mengajarkan untuk menempatkan manusia sederajat (egaliter) dan menolak segala bentuk penindasan, menumpuk harta, 6
kemiskinan dan kebodohan”.
Islam dewasa ini menjadi agama a gama yang paling diperdebatkan di dunia barat. Sebagian orang berfikir, Islam adalah agama yang telah mencetak fanatisme dan kekerasan.
7
Untuk itu isu yang tersebar bahwa bahwa dalam pendidikan pendidikan Islam
tidak mengenal istilah pembebasan. Untuk meluruskan asumsi-asumsi negatif seperti yang dimaksud di atas, dipandang perlu mengangkat pemikiranpemikiran Paulo Freire sebagai bapak pembebasan tentang pendidikan yang membebaskan dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan penindasan.
��������������������������������������� ��������������������� 5
Paulo Freire, op. cit., hlm. 26
6
Rizky Firdawati. 2004. Islam dan Teologi Pembebasan. Journal Al-Manar, (Online), Jilid 1, No. 3, (http://al-manar.web.id/bahan/7.BOOK REVIEW/3. Te ologi Pembebasan.pdf), diakses 5 Juni 2011. 7
Asghar Ali Enginer, Liberalisasi Teologi Islam, terj. Rizqon Khamami, Yogyakarta, Alenia, 2004, hlm. 2
4� �
Selain itu, Islam juga ditengarai ditengarai sebagai bentukan dari kata (penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah), ( keselamatan), dan (kesejahteraan). Dengan demikian, secara terminologis pengertian Islam
tak dapat dipisahkan dari makna kata asal–muasal yang telah dimaksud di atas. Bila Islam dikaitkan dengan pendidikan, maka penyusunan rumusannya setidak-tidaknya harus dapat menggambarkan unsur makna kata-kata tersebut. Jika menafikan kenyataan ini, akan menjadikan pendidikan Islam kurang 8
lengkap. Karena dengan pendidikanlah dalam pandangan Islam merupakan wahana untuk melakukan perubahan. Islam menganjurkan agar manusia mengubah perilakunya (lewat pendidikan) kalau ia menginginkan Allah mengubah nasibnya. Oleh karena itu, pendidikan harus kembali pada wajahnya yang asli, yaitu proses transformasi nilai-nilai yang (humanis) bisa memanusiakan manusia.
9
Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
��������������������������������������� ��������������������� 8
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 70
9
Baharuddin, Makin, Pendidikan Humanistik, Yogyakarta, Ar-Ruz Media, 2009, hlm. 15
5� �
B. Alasan Pemilihan Judul
Berkaitan dengan judul skripsi yang telah diangkat yaitu : “Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Adapun alasan penulis memilih judul tersebut adalah: 1. Pendidikan Islam yang tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, sehingga dalam Islam sendiri memandang bahwa pendidikan harus dimiliki oleh setiap muslim tanpa menghilangkan nilai-nilai yang humanis. 2. Penulis
sangat
tertarik
sekali
dengan
konsep
pendidikan
yang
membebaskan menurut Paulo Freire, sehingga nantinya bisa dilihat dari sudut pandang pandang pendidikan Islam. 3. Penulis juga ingin meningkatkan wacana–wacana tentang pendidikan pembebasan yang saat ini masih jarang sekali didapatkan dalam dunia pendidikan.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari tafsiran-tafsiran ganda serta kesalah fahaman antara penulis dan pembaca, maka penulis mengesahkan batasan istilah - istilah yang kiranya dianggap perlu yaitu: 1. Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan berawal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Jadi pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
6� �
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya 10
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. 2. Membebaskan
Kata membebaskan berasal dari kata “bebas” yang diapit imbuhan mekan (me-bebas-kan) sehingga menjadi kata membebaskan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membebaskan yang berarti melepaskan dari (ikatan, tuntutan, tekanan, hukuman, kekuasaan, dll). Disamping itu, kata membebaskan juga untuk memberi keleluasaan untuk bergerak (berkata, berbuat) dan melepaskan dari kekuasaan atau 11
penindasan.
3. Paulo Freire Paulo Freire adalah tokoh pendidikan dunia yang dilahirkan pada 19 September 1921 di Recife, Pernambuco, Brazil, dan meninggal dunia pada 2 Mei 1997 di Sao Paulo, Brazil. Semasa hidupnya, Freire dikenal sebagai tokoh pendidikan pembebasan yang telah meninggalkan segudang jasa dan karya dalam dunia pendidikan. 4. Pendidikan Islam Pendidikan Islam yaitu untuk menciptakan menci ptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadanya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat. Dalam konteks sosial masyarakat,
��������������������������������������� ��������������������� 10
11
Ibid., h. 204
Depertemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , cet. ke-3, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, Hal. 90
7� �
bangsa dan Negara, maka pribadi yang bertakwa ini menjadi rahmatan lil’alamin, baik dalam skala kecil maupun besar.
12
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire? 2. Bagaimana pemikiran pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam?
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan rumusan masalah di atas, atas, tujuan dari penelitian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan pemikiran pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire. 2. Untuk menjelaskan pemikiran pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam.
��������������������������������������� ��������������������� 12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru, Ciputat, Logos Wacana Ilmu, 2000, hlm. 8
8� �
F. Metode Penulisan Skripsi
Untuk melakukan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis, dengan tujuan agar data yang diperoleh valid, sehingga penelitian ini layak diuji kebenarannya. 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka library research kualitatif. Dalam hal ini penulis perlu mengkaji tentang pemikiranpemikiran Paulo Freire yang disebut sebagai tokoh pendidikan pembebasan. Oleh karena itu kajian ini seluruhnya berdasarkan kajian dari pustaka atau literature yaitu dengan memilih, membaca, menelaah, dan meneliti buku-buku serta sumber tertulis lainnya.
2.
Metode Pengumpulan Data Apabila dilihat dari segi penulisan dan taraf pembahasan masalah, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal ini penulis bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis.
13
a. Aspek Penelitian Penulis membagi tiga aspek yang terkandung dalam penelitian pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui pemikiran dan relevansi tersebut diantaranya yaitu:
��������������������������������������� ��������������������� 13
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, cet. ke-1, Jakarta, Reineka Cipta, 1997, hlm. 8
9� �
1.
Konsep pemikiran Paulo Freire yang lebih menonjolkan masalah sosial. Sebagai realitas sosial, ilmu pengetahuan bukan barang yang dimiliki oleh seseorang, tetapi kemampuan atau keterampilan untuk melihat dan mengerti kenyataan melalui bahasa yang tepat. Pada tahap ini, secara tidak langsung, teori Freire membongkar positifisme ilmu pengetahuan Barat yang mengasumsikan bahwa pengetahuan adalah suatu yang positif, tetap dan pasti.
2. Tentang pengertian pendidikan pembebasan menurut Paulo Freire
yang dipandang sebagai nilai atau cara yang paling penting bagi proses pembebasan manusia. Bagi Freire Pendidikan juga berarti: “Praktik pembebasan, kareana dia membabaskan para pendidik, bukan hanya terdidik saja, dari perbudakan ganda, berupa kebisuan dan monolog”. 3. Tujuan pendidikan menurut Paulo Freire yaitu pendidikan sejati
harus mengarah kepada aktivitas yang revolusioner untuk kepentingan humanisasi. Untuk itu maka pendidikan harus menjadi jalan pembebasan, karena tujuan tertinggi manusia adalah humanisasi.
Humanisasi
dalam
pengertian
disini
bukanlah
pencarian kebebasan idividu melainkan karena tujuan humanisasi sosial. b. Sumber Data Sumber data penelitian ini diambil dari berbagai sumber tertulis yang terbagi atas sumber primer dan skunder, diantaranya sebagai
10� �
berikut : 1)
Sumber Data Primer Jenis sumber data primer yaitu sumber data yang diambil secara langsung dari individu-individu yang diselidiki atau dari 14
obyek penelitian. Adapun yang penulis gunakan sebagai sumber data primer yaitu terjemahan bahasa Inggris karya-karya Paulo Freire secara khusus, Pedagogy Of The Oppressed, yang diterbitkan di New York–London oleh Continuum pada tahun 1970. Pendidikan Kaum Tertindas , terjemahan Indonesia yang diterbitkan di Jakarta oleh LP3ES pada tahun 1995. Politik Pendidikan (Kebudayaan, (Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan), Pembebasan), yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 1999 . Pedagogi Pengharapan (Menghayati Kembali Pedagogi Kaum , yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Kanisius pada Tertindas) ,
(Surat-menyurat tahun 2005. Pendidikan Sebagai Proses (Surat-menyurat Pedagogis
dengan
para
Pendidik
Guinea-Bissau), Guinea-Bissau), yang
diterbitkan di Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2008. Pedagogi Pengharapan (Menghayati Kembali Pedagogi Kaum Tertindas), di Tertindas), di terbitkan di Yogyakarta oleh Kanisius pada tahun 2001.
��������������������������������������� ��������������������� 14
Margono, op. cit., hlm. 23
11� �
2)
Sumber Data Skunder
Jenis sumber data sekunder yaitu sumber-sumber yang dikutip dari pustaka-pustaka atau sumber-sumber yang lain. 15 Artinya sumber-sumber yang merupakan data pendukung dalam penelitian. Adapun yang penulis gunakan sebagai sumber data primer yaitu : Menggugat Pendidikan , terjemahan Omi Intan Naomi, cetakan ke-7 yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2009.
Concientizacao Tujuan Pendidikan Paulo Freire , terjemahan Agung Prihantoro yang diterbitkan Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2008.
Pendidikan Yang Membebaskan, yang Membebaskan, yang diterbitkan di Yogyakarta oleh ArRuz Media pada tahun 2011. Ideologi Pendidikan Islam (Paradigma Humanisasi Teosentris), Teosentris), yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2010. Pendidikan Islam Tradisidan Modernisasi Menuju Millennium Baru , yang diterbitkan di Ciputat oleh Logos Wacana Ilmu pada tahun 2000. Filsafat Pendidikan Islam (Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif), Integratif-Interkonektif), yang diterbitkan di Jakarta oleh PT Raja Grafindo Persada pada tahun 2011.
3.
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penyusunan ini dipeoleh melalui kajian pustaka. a.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa buku, surat kabar, majalah, journal,
��������������������������������������� ��������������������� 15
Ibid.
12� �
artikel dan lain sebagainya sebagainya Dokumentasi berupa berupa data-data verbal seperti yang terdapat dalam laporan dan catatan penting lainnya. 4.
Metode Analisis Data Selanjutnya untuk menganalisa data kualitatif, penulis menggunakan dua kerangka berfikir, yaitu metode induktif dan deduktif. Pendekatan a.
Metode Induktif Metode induktif yaitu suatu cara untuk memperoleh pengetahuan yang berangkat dari fakta-fakta khusus, maupun peristiwa-peristiwa kongkret. Kemudian dari fakta-fakta khusus dan pristiwa-peristiwa yang kongkret itu digeneralisasikan yang lebih bersifat umum. Dengan menggunakan kerangka induktif ini penulis berusaha menarik kesimpulan dari pendapat Paulo Freire, khususnya mengenai pendidikan yang membebaskan. Kesimpulan tersebut ditarik dari beberapa pendapat yang membahas permasalahan pendidikan yang membebaskan secara rinci.
b.
Metode Deduktif Adapun metode deduktif yaitu pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode ini sering digambarkan sebagai pengambilan
13� �
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
16
Dengan menggunakan metode ini, penulis juga berusaha untuk menarik kesimpulan dari pendapat para pemikir pendidikan baik Paulo Freire sendri maupun dari pendapat Islam yang bersifat umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mendapatkan uraian secara jelas, maka skripsi ini terdiri dari beberapa bagian berupa bab-bab yang secara sistematis dan disetiap bab-nya dibagi ke dalam sub-bab. Pembagiannya dilakukan sesuai dengan keperluan dan kebutuhan dalam penjabarannya, diantaranya yaitu : 1. Bagian Pertama Bagian pertama, yang berada sebelum bagian isi atau tubuh karangan yang meliputi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi. 2. Bagian kedua (bagian isi) terdiri dari lima bab yaitu: a. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang msalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan penelitian skripsi, metode penulisan skripsi, sistematika penulisan skripsi. ��������������������������������������� ��������������������� 16
Prihantoro, Metode Riset, (online), (http://www.prihantoro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files.doc), diakses tanggal 23 Juni 2011).
14� �
b. BAB II Pendidikan Islam dan Paulo Freire yang terdiri dari : Pendidikan Islam, Riwayat hidup Paulo Freire, karya-karya serta pemikiran Paulo Freire. c. BAB III Pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire yang terdiri dari : Konsep pendidikan menurut Paulo Freire yang di dalamnya menerangkan tentang (pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, komponen pendidikan dan tahap-tahap pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire). Setelah itu juga ada landasan filosofi pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire. d. BAB IV Analisis pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam yang meliputi : Hakikat pendidikan, tujuan pendidikan dan dasar pemikiran pendidikan yang mebebaskan menurut Paulo Freire dalam perspektif pendidikan Islam. e. BAB V Penutup yang meliputi : kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian Ketiga Bagian ketiga adalah kata penutup serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.