KONSEP PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM oleh : Mulyana Yusup, S.Pd.I
*)
Sampai saat ini, mayoritas ahli pendidikan berpendapat bahwa masalah utama yang dihadapi oleh bangsa kita adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap setiap jenjan jenjang g dan satuan satuan pendid pendidika ikan. n. Berbaga Berbagaii hal telah telah diupay diupayakan akan untuk untuk memecahkan persoalan tersebut, mulai dari berbagai pelatihan untuk peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, perbaikan sarana dan prasarana serta yang paling paling besar adalah pembaharuan pembaharuan kurikulum pendidikan pendidikan yang diarahkan pada terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas menuju terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, dari sekian banyak hal yang dikemukakan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan “keterpurukan” pendidikan bangsa kita - berdasarkan analisis penulis – sedikit sekali yang menyadari bahwa “kegagalan” sistem pendidikan kita kita lebih lebih berdas berdasar ar kepada kepada kesalah kesalahan an paradi paradigma gma pendid pendidika ikan n kita yang yang telah telah membentuk membentuk dikotomi dikotomi pendidikan pendidikan di mana terdapat garis pemisah pemisah antara agama dan sains. Hal ini terlihat dari pandangan masyarakat kita saat ini sebagai produk dari sistem pendidikan yang telah dijalankan, di mana saat ini masyarakat sudah – terlanjur senang- memisahkan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Dari pemikiran tersebut kemudian muncul istilah lain (meminjam istilah Prof. Dr. Ahmad Tafsir) yaitu sekolah umum dan sekolah agama dan pemisahan yang jelas antara masalah Efek dari dari masalah umum (keduni (keduniaan aan) dan masalah masalah agama agama (akhirat (akhirat)) . Efek pemik pemikiran iran tersebu tersebutt mudah mudah ditebak ditebak,, yaitu yaitu pemisa pemisahan han antara antara iman iman dan sains. sains. Sehing Sehingga ga muncul muncullah lah para para alim alim ulama ulama yang yang takut takut akan ilmu penget pengetahu ahuan an dan terangterang-ter terang angan an mencela mencela dan memus memusuhi uhinya nya dan banyak banyak para ilmuwa ilmuwan n yang yang cender cenderung ung acuh acuh tak acuh acuh terhada terhadap p agama. agama. Hal ini menyeb menyebabk abkan an muncul munculnya nya asum asumsi si dari dari seba sebagi gian an masy masyar arak akat at seak seakan an-a -aka kan n ada ada
pera perang ng ding dingin in atau atau
pertentangan antara agama dengan ilmu pengetahuan dan sebagian lagi bertanya-
tanya bagaimanakah sebenarnya duduk perkaranya (lihat Soedewo PK : Islam dan Ilmu Pengetahuan). Padahal, apabila kita menempatkan akal dan pikiran sebagai sarana utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ternyata dalam al-Quran banyak sekali firman-firman Allah yang memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan potensi akalnya dalam menelaah segala hal yang merupakan ayat-ayat (tandatanda) kekuasaan-Nya. Pertanyaan-pertanyaan (Istifham) yang terdapat dalam alQuran seperti afalaa ya’qiluun atau kalimat afalaa yatafakkaruun yatafakkaruun banyak sekali digunakan dalam al-Quran. Hal ini menunjukan bahwa antara wahyu dan akal seharusnya berdampingan. Murt Murtad adha ha Muta Mutahh hhar arii
seor seoran ang g ulam ulama, a, filo filoso soff dan dan
ilmu ilmuwa wan n Isla Islam m
sebagaimana dikutip oleh HD Bastaman dalam bukunya yang berjudul Integrasi
Psikologi dengan Islam ; Menuju Psikologi Islami menjelaskan bahwa iman dan sain sainss meru merupa paka kan n karak karakte teris ristik tik khas khas insa insani ni,, di mana mana manu manusi siaa memp mempun unya yaii kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam, serta memi memili liki ki kema kemamp mpua uan n untu untuk k mema memand ndan ang g masa masa lalu lalu,, seka sekara rang ng dan dan masa masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains). Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita tangkap bahwa karena iman dan ilmu merupakan karakteristik khas insani yang bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan dipisahkan,, maka pemisahan antara keduanya keduanya justru akan menurunkan menurunkan martabat manusia. Di samping itu adanya adagium bahwa iman tanpa ilmu akan mengak mengakiba ibatka tkan n fanati fanatisme sme dan kemund kemundura uran, n, takhay takhayul ul serta serta kebodo kebodohan han dan sebaliknya ilmu tanpa iman akan digunakan untuk mengumbar nafsu, kerakusan, ekspansio ekspansionisme, nisme, ambisi, ambisi, kesombong kesombongan, an, penindasan penindasan,, perbudakan perbudakan,, penipuan penipuan dan kecurangan kecurangan semakin menguatkan menguatkan pendapat di atas. Dengan kata lain, iman tanpa ilmu akan menjadi lemah dan sebaliknya ilmu tanpa iman akan menjadi buta!!!. Pemis emisah ahan an dan peng engotak otakan an anta antara ra agam agamaa
dan sain ains
jela jelass
akan akan
menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan
sains akan menjadi tidak mengakar mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Karenanya konsep konsep pendid pendidika ikan n dalam dalam Islam Islam menawa menawarkan rkan suatu suatu sistem sistem pendid pendidika ikan n yang yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah : “Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta Dari doa doa ters terseb ebut ut terun terungk gkap ap karuniak karuniakanla anlah h padaku padaku ilmu yang bermanfa bermanfaat” at” . Dari bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah : “Iman itu bagaikan badan yang masih
polos, polos, pakaiann pakaiannya ya adalah adalah taqwa, taqwa, hiasanny hiasannya a adalah adalah rasa malu dan buahnya buahnya adalah ilmu.” Pada Pada akhi akhirny rnya, a, seba sebaga gaii kesi kesimp mpul ulan an penu penulis lis meng mengut utip ip pend pendap apat at HD Bastaman : “Bila “Bila anda seorang ilmuwan, ilmuwan, simaklah simaklah al-Quran al-Quran dan bila anda
seorang agamawan pelajarilah sains” sehingga diharapkan akan lahir seorang ilmuwan yang berjiwa ulama dan ulama yang bersikap ilmiah. Wallaahu A’lam.
*)
Penulis adalah Guru PAI SMP Pasundan 1 Bandung dan sedang melanjutkan
studi di Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung Konsentrasi Pendidikan Agama Islam.