ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Disusun Oleh :
Satria Bagus Wijayana
(1!"#"$""111"#%& (1!"#"$""111"#%&
Ryan Artha 'uha
(1!!"#"$"1111"#%&
)AK*LTAS EKONOMI DAN BISNIS *NI+ERSITAS BRAWI,A'A MALAN#"1.
A/ Eti0a ala Bisnis Internasi2nal
Berulang kali dapat kita dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi ekonomi: kegiatan ekonomi mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara tercantum dalam “pasar” sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang surutnya pasar ekonomis. Gejala globalisasi ekonomi ini bisa berakibat positif maupun negatif.
Disatu
pihak
globalisasi
dapat
meningkatkan
rasa
persaudaraan
dan
kesetiakawanan antara bangsabangsa dan dengan demikian melanjutkan tradisi perdagangan internasional sejak dulu. Di lain pihak, gejala yang sama bisa berakhir dalam suasan konfrontasi dan permusuhan, kerna mengakibatkan pertentangan ekonomi dan perang dagang, melihat kepentingankepentingan raksasa yang di pertaruhkan di situ. !nternasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek etis yang baru. "idak mengherankan jika terutama tahuntahun terakhir ini diber perhatian khusus kepada aspekaspek etis dalam bisnis internasional. Dalam bab ini akan dibaha beberapa masalah moral yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional. B/ N2ra3n2ra M2ral yang uu 4aa tara5 Internasi2nal
#alah satu masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis adalah relatif tidaknya normanorma moral. $ami berpendapat bahwa pandangan yang menganggap normanorma moral relatif saja tidak bisa dipertahankan. %amun demikian, itu tidak berarti bahwa normanorma moral bersifat absolut atau tidak mutlak begitu saja. &adi, pertanyaan yang tidak mudah itu harus bernuansa. 'asalah teoritis yang serba kompleks ini kembali lagi pada taraf praktis dalam etika bisnis internaasional. (pa yang harus kita lakukan ,jika norma di %egara lain berbeda dengan norma yang dianut sendiri) *ichard De George membicarakan tiga jawaban atas pertanyaan tersebut, ada + pandangan mengenai pertanyaan di atas sebagai berikut : a. 'enyesuaikan Diri ntuk menunjukkan sikap yang tampak pada pandangan ini menggunakan peribahasa “$alau di *oma, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang roma” (rtinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di
negara itu, yang sama dengan peribahasa orang !ndonesia “Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung”. %ormanorma moral yang penting berlaku di seluruh dunia. #edangkan normanorma nonmoral untuk perilaku manusia bisa berbeda di berbagai tempat. !tulah kebenaran yang terkandung dalam pandangan ini. 'isalnya, normanorma sopan santun dan bahkan normanorma hukum di semua tempat tidak sama. -ang di satu tempat dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat lain dianggap sangat tidak sopan. b. *egorisme 'oral andangan kedua memilih arah terbalik. andangan ini dapat disebut “rigorisme moral”, karena mau mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti di negerinya sendiri. 'ereka mengatakan bahwa perusahaan di luar negeri hanya boleh melakukan apa yang boleh dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh menyesuaikan diri dengan norma etis yang berbeda di tempat lain. 'ereka berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya sendiri, tidak mungkin menjadi kurang baik di tempat lain. $ebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan regorisme moral ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku moral kita. %ormanorma etis memang bersifat umum. -ang buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat di tempat lain. %amun para penganut rigorisme moral kurang memperhatikan bahwa situasi yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis. c. !moralisme %aif 'enurut pandangan ini dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada normanorma etika. $ita harus memenuhi ketentuanketentuan hukum /dan
itupun hanya
sejauh
ketentuan itu
ditegakkan
di negara
bersangkutan0, tetapi selain itu, kita tidak terikat normanorma moral. 'alah jika perusahaan terlalu memperhatikan etika, ia berada dalam posisi yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu. $asus : Bisnis dengan (frika #elatan yang *asistis #etelah kita mempelajari dua pandangan tentang peranan etika dalam bisnis internasional ini, perlu kita simpulkan bahwa tidak satu pun di antaranya
bisa dipertahankan. Dalam pandangan “menyesuaikan diri” dapat kita hargai perhatian
untuk
peranan
situasi.
#ituasi
yang
berbedabeda
memang
mempengaruhi kualitas etis suatu perbuatan, tetapi tidak sampai menyingkirkan sifat umum dari normanorma moral, seperti dipikirkan pandangan pertama ini. andangan kedua, rigorisme moral, terlalu ekstrem dalam menolak pengaruh situasi, sedangkan mereka benar dengan pendapat bahwa kita tidak meninggalkan normanorma moral di rumah, biola kita berangkat bebisnis ke luar negeri. %ormanorma moral mempunyai sifat uni1ersal. Dalam etika jarang prinsipprinsip moral bias diterapkan dengan mutlak, karena kondisi konkret sering kali sangat kompleks. 2al ini dapat diilustrasikan pada bisnis internasional dengan (frika #elatan yang mempunyai sistem politik didasarkan pada diskriminasi ras /(partheid0 bahkan sistem (partheid ini didasarkan atas ndangundang (frika #elatan sejak 3456. $ebijakan (partheid (frika #elatan menimbulkan kesulitan moral untuk perusahaan asing yang mengadakan bisnis di (frika #elatan karena mereka wajib mengikuti sistem (partheid. Dalam mencari jalan keluar dari dilema ini banyak perusahaan Barat memegang pada "he #ulli1an rinciples yang dirumuskan dan dipraktekkan oleh 7eon #ulli1an. rinsipprinsip #ulli1an : 3. 7eon #ulli1an sebagai General 'otors tidak akan menerapkan undang undang (partheid. 8. 'enghapus undangundang (partheid. 6/ Masalah 7Du4ing8 ala Bisnis Internasi2nal
#alah
satu
topik
yang
jelas
termasuk
etika
bisnis
internasional
adalah dumpin produk, karena praktek kurang etis ini secara khusus berlangsung dalam hubungan dengan negara lain. -ang dimaksudkan dengan dumpingadalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di bawah harga pasar dan kadangkadang malah di bawah biaya produksi. Dapat dimengerti bahwa yang merasa keberatan terhadap praktek dumping ini bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di negara di mana dumping dilakukan. ara konsumen justru merasa beruntung 9 sekurangkurangnya dalam jangka pendek 9 karena dapat
membeli produk dengan harga murah, sedangkan para produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup menawarkan produk dengan harga semurah itu.
D/ As4e0 etis ari K2r42rasi Multinasi2nal
enomena yang agak baru di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi multinasional, yang juga disebut korporasi transnasional. -ang dimaksudkan dengannya adalah perusahaan yang mempunyai in1estasi langsung dalam dua negara atau lebih. &adi, perusahaan yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri, dengan demikian belum mencapai status korporasi multi nasional /$'%0, tetapi perusahaan yang memilki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya. Bentuk pengorganisasian $'% bisa berbedabeda. Biasanya perusahaan perusahaan di negara lain sekurangkurangnya untuk sebagian dimiliki oleh orang setempat, sedangkan manajemen dan kebijakan bisnis yang umum ditanggung oleh pimpinan perusahaan di negara asalnya. $'% ini untuk pertama kali muncul sekitar tahun 34;<an dan mengalami perkembangan pesat. =ontoh $'% seperti =oca=ola, &ohnson > &ohnson, General 'otors, !B', 'itsubishi, "oyota, #ony,nile1er yang memiliki kegiatan di seluruh dunia dan menguasai nasib jutaan manusia. Di bawah ini akan dibahas usulan De George tentang normanorma etis yang terpenting bagi $'%. 1. Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung. Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang lain selalu merupakan tindakan yang tidak etis. %orma pertama ini mengatakan bahwa suatu tindakan tidak etis, bila $'% dengan tahu dan mau mengakibatkan kerugian bagi negara biarpun tidak dengan sengaja atau langsung menurut keadilan kompensatoris ia wajib memberi ganti rugi. 2. Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi. 2ampir semua kegiatan manusia mempunyai akibat jelek,bisnis tidak tekecuali. %orma kedua menuntut secara menyeluruh akibat akibat baik melebihi akibat akibat jelek. %orma ini tidak membatasi diri pada segi negatif, tapi
memerintahkan sesuatu yang positif da ditegasakan lagi bahwa yang positif harus melebihi yang negatif. 3. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara dimana dia beroperasi. $'% harus menyumbangkan juga pada pembangunan negara berkmbang. $'% harus bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian. 4. Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyaannya. $'% harus memperhatikan tentang upah dan kondisi kerja di negara berkembang. !. "ejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma#norma etis$ korporasi multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya$ bukan menantangnya. $'% akan merugikan negara dimana ia beroperasi, jika ia tidak menghormati kebudayaan setempat.$'% harus menyesuaikan diri dengan nilai nilai budaya stempat dan tidak memaksakan nilainilainya sendiri. %. Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang &fair' #etiap perusahaan multinasional harus membayar pajak menurut tarif yang telah ditentukan dalam suatu negara. $'% akan mendukung dibuatnya dan dilaksanakannnya peraturan internasional untuk menentukan pembayaran pajak oleh perusahaan perusahaan internasional. (. Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam mengembangkn dan menegakkan &ba)kgroud institutions' yang tepat -ang dimaksud “background institutions” adalah lembaga lembaga yang mengatur serta memperkuat kegiatan ekonomi dan industri suatu negara. *. +egara yang memiliki mayoritas sham sebuah perusahaan harus memikul tanggung jaab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut. %orma ini mengatakan bahwa tanggung jawab moral harus dipikul oleh pemilik mayoritas saham. ,. -ika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi$ ia ajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman. -ang membangun pabrik pabrik berisiko tinggi harus juga merundingka prosedur prosedur keamanan bagi mereka yang menjalankan pabrik tersebut. $'% bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang aman dan melatih serta membina secara sebaik mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu.
1. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang$ korporasi multinasional ajib meran)ang kembali sebuah teknologi demikian rupa$ sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara yang belum berpengalaman. 'enurut norma ini prioritas harus diberikan kepada keamanan. $alau mungkin, teknologi harus dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi stempat, sehingga terjamin keamanan optimal. #epuluh norma tersebut bisa bermanfaat untuk menciptakan suatu kerangka moral bagi kegiatan kegiatan $'%
E/ Masalah K2ru4si ala tara5 Internasi2nal
$orupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks internasional. 'asalah korupsi dapat menimbulkan kesulitan moral besar bagi bisnis internasional, karena di negara satu bisa saja dipraktekkan apa yang tidak mungkin diterima di negara lain. Berdasarkan pemikiran De George, terdapat empat alasan mengapa praktek suap harus dianggap tidak bermoral. •
(lasan pertama dan paling penting adalah bahwa praktek suap itu melanggar etika pasar. $alau kita terjun dalam dunia bisnis yang didasarkan pada prinsip ekonomi pasar, dengan sendirinya kita mengikat diri untuk berpegang pada aturanaturan mainnya. asar ekonomi merupakan kancah kompetisi yang terbuka. 2al itu mengakibatkan antara lain bahwa harga produk merupakan buah hasil dari pertarungan dayadaya pasar. Dengan praktek suap, dayadaya p asar dilumpuhkan dan
para
pesaing mempunyai produk sama
baik
dengan harga lebih
menguntungkan, tidak sedikit pun dapat mempengaruhi proses penjualan. $arena itu baik yang memberi suap maupun yang menerimanya berlaku kurang fair terhadap orang bisnis lain. asar yang didistorsi oleh praktek suap adalah pasar yang tidak efisien. $arena praktek suap itu, pasar tidak berfungsi seperti •
semestinya. (lasan kedua adalah bahwa orang yang tidak berhak, mendapatkan imbalan juga. Dalam sistem ekonomi kita, mereka yang bekerja atau berjasa mendapat imbalan.
•
(lasan ketiga berlaku untuk banyak kasus suap di mana uang suap diberikan dalam keadaan kelangkaan. 'isalnya, dalam keadaan kekurangan kertas seorang penerbit mendapatkan persediaan kertas baru dengan memberi uang suap. embagian barang langka dengan menempuh praktek suap mengakibatkan bahwa barang itu diterima oleh orang yang tidak berhak menerimanya, sedangkan orang lain yang berhak menjadi tidak kebagian. 2al ini jelas bertentangan dengan asas
•
keadilan. (lasan terakhir adalah bahwa praktek suap mengundang untuk melakukan perbuatan tidak etis dan ilegal lainnya. Baik perusahaan yang memberi uang suap maupun orang atau instansi yang menerimanya tidak bisa membukukan uang suap itu seperti mestinya. #ecara tidak langsung, orang yang terlibat dalam kasus suap akan terlibat dalam perbuatan kurang etis lainnya karena terpaksa terusmenerus harus menyembunyikan keterlibatannya.