BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Seirin Seiring g dengan dengan perkem perkemban bangan gan zaman, zaman, manusi manusiaa sering sering mengab mengabaik aikan an tentan tentang g kelogisan dalam berpikir atau berbicara di depan khalayak umum. Kebanyakan orang tertentu menganggap bahwa kelogisan adalah suatu hal yang rumit dan sulit untuk dipelajari, mereka menginginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga ketika mereka mereka diberik diberikan an suatu suatu pernya pernyataa taan n tentan tentang g silogi silogisme sme,, terkada terkadang ng mereka mereka tidak tidak memepe memeperha rhatik tikan an aturan aturan-atu -aturan ran dalam dalam silogi silogisme sme,, bentuk bentuk-be -bentu ntuk k silogi silogisme sme,, dan pelanggara pelanggaran-pelan n-pelanggaran ggaran yang menimbulka menimbulkan n kesalahan. kesalahan. Sehingga Sehingga dalam membuat membuat sebuah pernyataan, terkadang seseorang tidak memperhatikan aturan-aturan dalam sebuah sebuah silogi silogisme sme.. Khusu Khususny snyaa dalam dalam dalam dalam membua membuatt suatu suatu pernya pernyataa taan n silogi silogisme sme kategoris, seseorang sering tidak memperhatikan aturan-aturan dalam pembuatannya, sehingga sehingga kebenaran dari pernyataan pernyataan dari silogisme silogisme kategoris tersebut tidak dapat terbukti atau terjamin dan pernyataan silogisme tersebut akan menghasilkan suatu kesimp kesimpula ulan n yang yang salah. salah. Oleh Oleh karena karena itu manusi manusiaa perlu perlu menget mengetahu ahuii aturan aturan-at -atura uran n dalam membuat pernyataan silogisme kategoris dan bentuk-bentuk dari silogisme.
Dalam Dalam kesemp kesempatan atan kali kali ini kami kami membaw membawaka akan n tema tema “atura “aturan-at n-atura uran n silogi silogisme sme kategoris dan pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan kesalahan serta bentuk bentu bentuk k silogi silogisme sme”. ”. Tema Tema ini mungk mungkin in terkesa terkesan n terlalu terlalu umum umum jika jika diliha dilihat, t, namun namun mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi para pelajar dan juga mahasiswa dalam membuat suatu pernyataan tentang silogisme atau logis. Tentu hal ini sangatlah menjadi perhatian masyarakat dalam berpikir.
Silogisme kategoris merupakan suatu pernyataan yang terdiri dari tiga proposisi. Dua proposisi pertama sebagai premis, dan proposisi ketiga sebagai kesimpulan. Jadi silo silogi gism smee kate katego gori riss meru merupa paka kan n perb perbin inca cang ngan an dedu dedukt ktif if yang yang digu diguna naka kan n untu untuk k memperoleh kesimpulan yang benar dari kedua premis pertama. Dalam pembuatan pernyataan pernyataan sebuah sebuah silogisme silogisme kategoris kategoris perlu memperhati memperhatikan kan aturan-aturan aturan-aturan dalam penyusunannya, karena bila tidak benar dalam penyusunannya, tidak memperhatikan aturan-aturan tersebut, maka kesimpulan dari pernyataan silogisme kategoris akan bernilai salah. Di samping itu perlu diketahui bentuk-bentuk silogisme itu sendiri serta
pelanggara pelanggaran-pelan n-pelanggaran ggaran yang menimbulkan menimbulkan kesalahan kesalahan karena karena dengan dengan mengetahui mengetahui bentuk-bent bentuk-bentuk uk silogisme silogisme dan pelanggaran pelanggaran yang menimbulk menimbulkan an kesalahan kesalahan tersebut tersebut maka maka kita kita akan akan cender cenderung ung berhat berhati-h i-hati ati dalam dalam membu membuat at suatu suatu pernya pernyataan taan tentan tentang g silogisme. Sehingga kesimpulan yang kita buat akan bernilai benar.
BAB II PERMASALAHAN
Permasalahan yang ada dari tema yang kami bawakan adalah : •
Bagaim Bagaimana ana cara cara memper memperole oleh h kesimp kesimpula ulan n yang yang benar benar dalam dalam membua membuatt
pernyataan silogisme kategoris? •
Apa penyebab penyebab pelanggaran-p pelanggaran-pelangg elanggaran aran sehingga sehingga terjadinya terjadinya kesalahankesalahan-
kesalahan? •
Bagaimanakah bentuk-bentuk dari silogisme tersebut?
Tujuan kami membawakan tema ini adalah : •
Untuk dapat mengetahui aturan-aturan silogisme kategoris.
•
Untuk mengetahui penyebab pelanggaran-pelanggaran yang menimbulkan
kesalahan. •
Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk dari silogisme.
Manfaat dari tema yang kami bawakan adalah : •
Meningkatkan kemampuan kita dalam berpikir secara logis.
•
Untuk Untuk menghi menghinda ndarka rkan n kesala kesalahan han-kes -kesala alahan han dalam dalam membua membuatt pernya pernyataa taan n silogisme kategoris.
•
Memperoleh pedoman dalam memberikan pelanggaran-pelanggaran terhadap tindakan tertentu.
•
Mendapatkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk silogisme.
BAB III PEMBAHASAN
A.
Peng Penger erti tian an Silo Silogi gism smee
Silo Silogi gism smee adala adalah h pena penari rika kan n konk konklu lusi si seca secara ra dedu dedukt ktif if tida tidak k lang langsu sung ng yang yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.
Hal yang paling penting yakni bahwa silogisme dan bentuk-bentuk inferensi yang lain, persoalan kebenaran serta ketidakbenaran pada premis-premis tidak pernah timb timbul ul.. Hal Hal itu itu dise diseba babk bkan an oleh oleh prem premis is-p -pre remi miss sela selalu lu diam diambi bill yang yang bena benar. r. Akibatnya, konklusi sudah dilngkapi oleh hal-hal yang benar. Dengan perkataan lain, silogisme hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan tidak lagi mempersoal mempersoalkan kan kebenaran kebenaran material material (kebenaran (kebenaran isi). Silogisme Silogisme inilah sebenarnya inti dari logika.
B.
Stru Strukt ktur ur Sil Silogis gisme
Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua proposisi yang disajikan dan sebuah proposisi yang ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term. Oleh karena itu, silogisme harus mempunyai enam term. Sebenarnya, Sebenarnya, silogisme silogisme hanya memiliki tiga term, karena untuk masing-masin masing-masing g dinyatakan dua kali. P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut term minor, minor, dan term yang yang sama-sa sama-sama ma terdap terdapat at pada pada kedua kedua propos proposisi isi disebu disebutt term pnengah. Term penengah ini merupakan factor terpenting dalam silogisme, karena penyebab kedua premis dapat saling berhubungan sehingga menghasilkan konklusi. Dengan perkataan perkataan lain, term penengah penengah menetapkan hubungan hubungan term mayor dengan term monir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam silogisme yaitu:
(1) Premis mayor mayor disajikan terlebih dahulu, lalu diikuti diikuti premis minor;
(2) term penengah dilambangkan oleh M; (3) term mayor dilambangkan oleh P; dan (4) term minor dilambangkan oleh S.
C.
Pembagian Silogisme
Secara garis, silogisme dapat dibedakan atas dua macam yatu silogisme murni dan silo silogi gism smee
camp campur uran an,,
silo silogi gism smee
memp mempun unya yaii
hubu hubung ngan an
yang yang
sama sama
pada pada
proposisinya. Kebalikanya, silogisme campuran memiliki hubungan yang berbeda pada proposisinya.
Silogisme murni dapat dibedakan lagi atas: (1) silogisme murni kategoris (semua proposisi pembentuknya kategoris) (2) silogisme murni hipotesis (semua proposisi pembentuknya hipotesis), dan (3) silogisme murni disjunktif (semua proposisi pembentuknya desjunktif).
Silogisme campuran dibedakan atas:
1. Silogi Silogisme sme campuran campuran hipotesi hipotesiss katego kategori ri (premi (premiss mayor mayor hipote hipotesis sis,, premis premis minor kategori dan konklusinya kategoris) 2. Silogi Silogisme sme campuran campuran kategori kategoriss disjun disjunkti ktiff (premi (premiss mayor mayor disjun disjunkti ktif, f, permis permis minor kategoris, konklusinya kategoris), dan 3. Silo Silogi gism smee camp campur uran an dile dilema ma (pre (premi miss mayo mayorn rnya ya hipo hipote tesi sis, s, prem premis is mino minor r disjunktif, dan konklusinya kategoris atau disjunktif).
D.
Prinsip Dasar Silogisme
Ada dua prinsip dasar dalam silogisme.
(1)
Terdapat Terdapat dua buah buah term, term, keduanya keduanya mempunyai mempunyai hubun hubungan gan dengan dengan term lain, lain,
maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula (A = C; B = C; ... A = C).
Contohnya : Pak Budi adalah ayah Anto Pak Budi adalah guru SD Jadi, ayah Anto adalah guru SD
(2)
Terdap Terdapat at dua buah buah term, satu satu di antarany antaranyaa mempunya mempunyaii hubunga hubungan n dengan dengan
sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak mempunyai hubungan satu sama lain (A = C; B = C; ... A = B).
Contoh :
Ani bukanlah putri Pak Ano Puteri Pak Ano sngatlah cantik Jadi, Ani tidaklah cantik
E.
Bentuk Silogisme
Aristot Aristotele eless mengem mengemuka ukakan kan tiga tiga bntuk bntuk silogi silogisme sme (bentu (bentuk k I, II dan III), III), Galen Galen menambahkannya lagi satu bentuk (bentuk IV). Bentuk silogisme ditentukan oleh kedudukan term menengah dalam hubungannya dengan term-term yang terdapat pada premis-premis. Ada empat kemungkinan kedudukan term menengah dalam dua buah premis, oleh karenanya terdapat pula empat bentuk silogisme.
Bentuk Bentuk I
: Dalam bentuk bentuk I, term term penengah penengah adalah adalah S premis premis mayor mayor dan P premis premis
minor.
Semua manusia akan mati
MP
Socrates adalah manusia.
SM
Jadi, Socrates akan mati
SP
Bentuk II : Dalam bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya
Semua manusia bijaksana
PM
Semua hewan tidak berotak
SM
Semua hewan bukan manusia
SP
Bentuk III : Dalam bentuk III, term penengah penengah adalah S dari kedua kedua premisnya
Bentuk Bentuk IV:
Manusia adalah berbudaya
MP
Manusia itu juga berakal budi
MS
Jadi, semua yang berakal budi juga berbudaya
SP
Dalam bentuk bentuk IV, IV, term peneng penengah ah adalah adalah P dari premis premis mayor mayor dan dan S
dari premis minor
Semua dosen menulis
PM
Semua yang menulis pandai
MS
Sebagian yang pandai adalah dosen
SP
F. Atur Aturan an-a -atu tura ran n Umum Umum Silo Silogi gism smee Kate Katego gori riss dan dan Pela Pelang ngga gara ran n yang yang Menimbulkan Kesalahannya.
Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.
Aturan Aturan itu bergun bergunaa untuk untuk menent menentuka ukan n cara penarik penarikan an konklu konklusi si dalam dalam bentuk bentuk silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu term mayor, term minor dan term penengah yang masing-masingnya disebut dua kali. Pelanggaran Pelanggaran terhadap terhadap aturan ini akan berdampak berdampak kesalahan kesalahan adanya adanya empat buah term atau kesalahan pembolakbalikan (fallacy of equivocation). Contohnya pada:
(1) Semua manusia pasti mati Semua monyet adalah binatang
Jelaslah bahwa dari dua premis di atas, tidak terdapat konklusi yang dapat diambil.
(2) Kaki saya menyentuh sofa Sofa menyentuh lantai. Kaki saya menyentuh lantai.
Dalam contoh (2) terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menarik kenyataan bahwa term yang dipakai dalam silogisme tidak boleh ada yang bermakna ganda (ambigu). Jika salah satu term bermakna ganda, maka kita akan membuat kesalahan equivocation. Katakata yang dimiliki makna ganda merupakan beberapa term sesuai dengan jumlah makna yang terkandung di dalamnya. Jika term mayor bermakna ganda, kesalahan akan menjadi bermakna ganda mayor. Jika term minor atau term penengah yang berma bermakna kna ganda, ganda, maka maka kesalah kesalahan an akan akan menjad menjadii bermak bermakna na ganda ganda minor minor atau atau bermakna ganda penengah. Berikut Berikut ini merupa merupakan kan contoh contoh kesalah kesalahan an argume argumen n dan pemaka pemakaian ian term term yang yang bermakna ganda.
Bermakna ganda mayor
No courageous creature flies
The eagle is a courageous creature
The eagle does not fly
Dalam contoh pertama term mayor terbang (flies) dipakai dengan makna ganda. Dalam Dalam premis premis mayor mayor artiny artinyaa ‘hilan ‘hilang g dari dari perasa perasaan’ an’ . Dalam Dalam konklu konklusi si artinya artinya ‘terbang di udara’
Bermakna ganda minor
No man is made of paper
All pages are me
No pages are made of paper
Pada contoh diatas term nimor pages dipergunakan dengan arti yang tidak sama. Pada premis artinya ‘pelayan’. Sedangkan dalam konklusi artinya ‘halaman buku.’
Bermakna ganda penengah
- Semua perbuatan perbuatan kriminal kriminal harus dihukum dengan undang-undang
Pendakwan terhadap pencuri adalah perbuatan criminal.
Pendakwaan terhadap pencurian harus dihukum dengan undang-undang.
Perbuat Perbuatan an krimin kriminal al dalam dalam premis premis mayor mayor artinya artinya ‘kejah ‘kejahatan atan’’ dan dalam dalam premis premis minor artinya ‘perkara kriminal’.
Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya tiga proposisi
Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanaya untuk membedakan silogisme dari dari bent bentuk uk-b -ben entu tuk k pena penari rika kan n konk konklu lusi si tida tidak k lang langsu sung ng lain lainny nya. a. Atur Aturan an ini ini sebenarnya telah dinyatakan dalam definisi silogisme oleh karena itu, tidak ada yang harus dibahas lagi.
Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.
Karena Karena term peneng penengah ah menyeb menyebabk abkan an term mayor mayor dan term minor minor mempun mempunyai yai hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu kali. Jika term penengah itu tak tersebar, jelas tidak akan terdapat hubungan antara kedua premis itu dan karena itu konklusi tidak akan dapat ditetapkan. Oleh karena itu, jika sebagian term penengah berhubungan dengan term mayor, dan sebagian lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil. Misalnya dari dua proposisi di bawah ini tidak ada koklusi yang dapat diambil.
Semua manusia pasti mati
Semua anjing pasti mati
Kesalah Kesalahan an yang yang terjad terjadii akibat akibat tidak tidak mengik mengikuti uti aturan aturan III ini disebu disebutt kesala kesalahan han penengah yang tidak tersebar (the fallacy of undistributed middle). Berikut ini contoh kesalahannya.
Sebagian manusia pasti adalah guru
Semua binatang yang padai melacak pencuri adalah manusia.
Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.
Aturan IV: Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi bila tak tersebar dalam premis.
Oleh karena silogisme adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif, maka konklusi tidak dapat lebih umum dari premis-premisnya. Itulah sebabnya term yang tidak tidak diambi diambill dari dari keselu keseluruh ruhan an denota denotasi, si, yaitu yaitu term yang yang tidak tidak terseba tersebarr dalam dalam premis, tidak dapat pula tersebar dalam denotasi konklusi. Pelanggaran terhadap aturan aturan ini menimb menimbulk ulkan an kesalah kesalahan an proses proses yang yang tidak tidak sah (the (the fallacy fallacy of elicit elicit process). Jika term mayor tersebar dalam konklusi tanpa tersebar dalam premis, kesalahan disebut elicit mayor, dan jika term minor tersebar dalam koklusi tanpa tersebar dalam premis kesalahan disebut illicit minor, misalnya:
Illicit mayor
Semua lembua adalah binatang berkaki empat.
Tidak seekor pun anjing adalah embu
Tidak seekor pun anjung adalah binatang berkaki empat.
Argume Argumen n di atas ini mempun mempunyai yai kesalah kesalahan an illici illicitt mayor, mayor, karena karena term binata binatang ng berkaki empat tersebar dalam konklusi sedangkan dalam premis ia tidak tersebar.
Illicit minor
Tidak seorang pun manusia adalah sempurna
Semua manusia adalah binatang
Tidak seekor pu binatang adalah sempurna.
Argument ini mempunyai kealahan illicit minor, karena term binatang tersebar dalm konklusi, sedangkan dalam prenmis tidak tersebar.
Aturan V: Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil
Propos Proposisi isi negati negative ve menyat menyatakan akan bahwa bahwa P menyan menyangka gkall (negas (negasi) i) S, yaitu yaitu tak ada hubungan antara S dan P. Jika kedua premis negatif, baik mayor maupun minor tidak akan mempunyai hubungan denga term penengah. Jika tidak ada hubungan dengan term penengah atau antara minor dan penengah, maka tidak ada hubungan antara antara mayor mayor dan minor. minor. Akibat Akibatnya nya,, tidak tidak ada konklu konklusi si yang yang dapat dapat diambi diambil. l. Konklu Konklusi si hanya hanya dapat dapat diambi diambill jika jika paling paling kurang kurang satu satu dari dari mayor mayor dan minor mempunyai hubungan penengah karena atas dasar perhubungan itulah kita dapat mena menari rik k konk konklu lusi si.. Misa Misaln lnya ya dari dari segi segi prem premis is beri beriku kutt ini ini tida tidak k dapa dapatt ditar ditarik ik konklusi.
Tidak seorang pun manusia adalah binatang.
Tidak seekor pun binatang adalah mahluk pandai berfikir.
Kesalahan-kes Kesalahan-kesalahan alahan yang timbul timbul karena pelanggaran pelanggaran terhadap terhadap aturan ini dinamai dinamai kesalahan tentang premis-premis negatif (the fallacy of negative premis).
Aturan Aturan VI: Bila Bila salah salah satu satu premis premis negati negative, ve, konklu konklusi si mestil mestilah ah negati negative, ve, dan sebaliknya, sebaliknya, yaitu untuk membuktikan membuktikan bahwa konklusi konklusi negative, salah satu premis mestilah negative.
Oleh karena karena aturan aturan-atu -aturan ran yang yang lebih lebih dahulu dahulu mengat mengataka akan n bahwa bahwa kedua kedua premis premis tidak dapat negative, maka salah satu darinya mestilah afirmatif sehingga konklusi dapat diambil. Begitu pula aturan ini mengatakan jika salah satu premis negative, konklusi konklusi mestilah mestilah negatif. negatif. Proposisi Proposisi negative mengatakan mengatakan bahwa tidak terdapat hubung hubungan an antara antara ter peneng penengah ah dengan dengan term term mayor mayor dan minor. minor. Berang Berangkat kat dari dari kenyat kenyataan aan ini kita kita dapat dapat menyim menyimpul pulkan kan bahwa bahwa bila bila tidak tidak ada hubung hubungan an antara antara mayor dan minor, akibatnya konklusi adalah negative.
Kebalikan dari aturan ini juga benar. Jika konklusi negatif, maka dinyatakan yaitu antara mayor dan minor tidak terdapat hubungan. Tetapi ini hanya dapat terjadi bila salah satu dari premmis negatif. Dengan kata lain, hal ini hanya dapt terjadi bila salah satu premisnya premisnya mempunyai mempunyai hubungan hubungan dengan term penengah penengah dan yang satu lagi tidak.
Atur Aturan an VII: VII: Jika Jika kedu keduaa prem premis is afirm afirmat atif, if, maka maka konk konklu lusi siny nyaa afirm afirmat atif, if, dan dan sebaliknya jika konklusi afirmatif maka kedua premis mestilah afirmatif
Jika kedua jenis premis afirmatif, maka mayor dan minor mempunyai hubungan dengan dengan term penengah dan sebagai akibatnya akibatnya maka mayor dan minor mempunyai mempunyai hubungan pula dengan sesamanya, karena itu konklusi afirmatif pula.
Kebalikan dari aturan ini pun benar. Bila konklusi afirmatif, berarti antara mayor dan dan mino minorr memi memili liki ki hubu hubung ngan an.. Hal Hal ini ini hany hanyaa dapa dapatt terj terjad adii jika jika kedu keduan anya ya
memp mempun unya yaii hubu hubung ngan an pula pula deng dengan an pene peneng ngah ah.. Ini Ini berar berarti ti pula pula bahw bahwaa kedu keduaa proposisi itu mestilah afirmatif.
Aturan VIII: Jika kedua premis khusus, konklusi tidak dapat diambil
Bila kedua premis khusus, gabungan yang mungkin kita punyai adalah “I” ”I”, “I” ”O”, “O” ”I”, dan “O” ”O” . Marilah kita perhatikan apakah konklusi dapat kita ambil dengan menyalahi salah satu aturan yang telah kita bincangkan di atas.
Pertama Pertama kita kita perhat perhatika ikan n gabung gabungan an “I” “I”. “I”. Gabung Gabungan an ini tidak tidak mengha menghasil silkan kan konklu konklusi si karena karena propos proposisi isi “I” S dan P-nya tidak tidak terseba tersebarr dan akibatnya akibatnya term pen penen enga gah h mest mestil ilah ah ters terseb ebar ar.. Kare Karena na itu, itu, gabu gabung ngan an prop propos osis isii “I” “I” “I” “I” tida tidak k menghasilkan konklusi.
Sekarang kita perhatikan pula gabungan “I” “O” dan “O” “I”. Jika satu proposisi “I” dan proposisi lain “O”, maka hanya ada satu term yang tersebar oleh karena proposisi “I” termnya yang tersebar, sedangkan proposisi “O” hanya P-nya yang tersebar. Karena hanya satu ter yang tersebar, maka term yang tersebar itu mestilah term peneng penengah ah agar agar kita kita dapat dapat menghi menghinda ndarka rkan n kesala kesalahan han peneng penengah ah yang yang tak tersebar. Konklusi tentulah negatif karena premisnya negatif. Usaha untuk menarik konklu konklusi si dari dari gabung gabungan an propos proposisi isi “I” dan “O” akan akan menimb menimbulk ulkan an kesala kesalahan han penengah yang tidak tersebar atau kesalahan illicit mayor. Sementara itu, gabungan proposisi “O” “O” tidak dapat menghasilkan konklusi karena kedua proposisi itu negatif.
Aturan IX: Jika satu premis khusus, maka konklusi mestilah khusus pula
Kebenaran atutan ini dapat diperlihatkan sebagai berikut. Jika salah satu premisnya khusus, maka premis yang satu lagi mestilah universal seperti yang tampak dalam kombinasi- kombinasi: “A” “I”, “I” “A”, “A” “O”, “E” “I”, “I” “E”, “E” “O”, dan
“O” “O” “E”. “E”. Komb Kombin inas asii “E” “E” “O” “O” dan dan “O” “O” “E” “E” dapa dapatt kita kita tola tolak k kare karena na kedu keduaa proposisinya negatif. Sekarang kita perhatikan kombinasi-kombinasi kombinasi-kombinasi lainnya.
“A” “I” dan “I” “A” jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang satu lagi berbentuk “I”, maka hanya akan ada satu term yang tersebar di antara keduanya itu, yaitu yaitu term peneng penengah ah agar agar dapat dapat dihind dihindark arkan an kesalah kesalahan an peneng penengah ah yang yang tidak tidak tersebar. Oleh karena itu, tidak ada term yang tersebar dalam konklusi. Jika ada konklusi, maka konklusi itu mestilah berbentuk proposisi “I”, karena proposisi “I” adalah proposisi yang tidak menyebarkan satu term pun.
“A” “O” dan “O” “A”, jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang lainnya berbentuk “O”, maka ada dua term yang tersebar, yaitu S proposisi “A” dan P proposisi “O”. Dari kedua term yang tersebar ini, satu diantaranya haruslah term penengah, penengah, karena dalam konklusi konklusi hanya ada satu term yang tersebar. Oleh karena itu, satu dari premisnya negatif, maka konklusi mestilah negatif dan akibatnya P yaitu yaitu term term mayor, mayor, terseba tersebar. r. Karena Karena hanya hanya ada satu satu term term yang yang terseba tersebarr dalam dalam konk konklu lusi si,, yait yaitu u term term mayo mayor, r, maka maka konk konklu lusi si haru harusl slah ah prop propos osis isii yang yang tida tidak k menyeb menyebark arkan an S-nya, S-nya, dan yang yang tak terseb tersebar ar itu mestil mestilah ah term minor yang tak tersebar dalam premis. Syarat ini hanya dapat dipenuhi oleh proposisi “O” yang bentuknya proposisi khusus.
“E” “I” dan “I” “E”, pada proposisi “E” dan “I” ada dua buah term yang tersebar, yaitu S dan P proposisi “E”, sedangkan proposisi “I” tidak menyebarkan satu term pun. Satu di antara kdua term yang tersebar itu harus jadi penengah dan yang lainnya menjadi tem mayor. Oleh karena konklusi akan menjadi negatif, proposisi negatif tidak menyebarkan S. Dengan perkataan lain, jika ada konklusi, maka yang mungkin hanyalah proposisi “O” karena proposisi “O” adalah proposisi khusus.
Aturan Aturan-atu -aturan ran ini menjel menjelask askan an bahwa bahwa jika jika konklu konklusi si univer universal sal,, kedua kedua premis premis mestilah juga universal, sebab bila salah satu premisnya khusus, konklusi mestilah ditarik dari premis universal pula.
Kebalikan Kebalikan dari peraturan ini tidak benar. benar. Bila konklusi khusus, khusus, premis-prem premis-premisnya isnya juga khusus tidaklah benar. Kita dapat memperoleh konklusi khusus dari proposisi universal.
Aturan X : dari mayor yang khusus dan minor yang negative, tidak ada konklusi yang dapat diambil
Jika premis minor negatif, myor mestilah afirmatif dan konklusi mestilah negatif pula. Pada konklusi negatif, mayor termm tersebar, sedangkan mayor premis yang berbentuk afirmatif khusus tidak menyebarkan sebuah term pun. Oleh karena itu, dalam usaha manarik konklusi kita berbuat kesalahan illicit mayor.
Haruslah kita ingat bahwa empat aturan terakhir ini adalah kesimpulan dari enam aturan aturan yang yang terdah terdahulu ulu.. Pelang Pelanggar garan an terhada terhadap p salah salah satu satu aturan aturan yang yang empat empat ini merupakan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang lainnya. Enam aturan yang terakhir disebut aturan sekunder.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan Inti sari yang dapat diambil diambil dari pembahasan pembahasan silogisme, silogisme, silogisme silogisme kategoris, kategoris, dan aturan-aturan yang menimbulkan kesalahan, yaitu : a. Tiap-ti Tiap-tiap ap silog silogism ismee terdiri terdiri atas atas dari dari tiga tiga term term b. Silogi Silogisme sme induk induksi si terdiri terdiri hanya hanya tiga tiga proposis proposisii c. Term peneng penengah ah tersebar tersebar dalam dalam premis, premis, sekurang-ku sekurang-kurangn rangnya ya satu satu kali kali d. Tak satu satu pun yang yang dapat dapat tersebar tersebar dalam konkl konklusi usi tak tersebar tersebar dalam dalam premis premis e. Dari dua dua premis premis negatif negatif tidak ada konklu konklusi si yang yang dapat dapat diambi diambill f. Bila Bila salah satu premi premiss negatif, negatif, konklu konklusi si meskila meskilah h negatif negatif dan sebalikn sebaliknya, ya, yaitu yaitu untuk membuktikan bahwa konklusi negatif salah satu premis mestilah negatif g. Jika kedua kedua premis afirmatif, afirmatif, maka maka konklu konklusinya sinya afirmatif afirmatif pula pula h. Jika kedua kedua premis khusus, khusus, konklu konklusi si tidak tidak dapat dapat diambil diambil i.
Jika satu premis premis khusus, khusus, maka konklusi konklusi mestilah mestilah khusu khususs pula pula
j.
Jika Jika term mayor mayor merupak merupakan an premis premis khusus khusus dan dan term minor minor merup merupaka akan n premis premis negatif, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil
Bentuk-bentuk silogisme : a. Bentuk Bentuk I, term peneng penengah ah adalah adalah S premis mayor mayor dan P premis premis minor minor b. Bentuk Bentuk II, II, term penen penengah gah P dari dari kedua kedua premis premisnya nya c. Bentuk Bentuk III, III, term term penengah penengah adalah S dari dari kedua kedua premisnya premisnya d. Bentuk Bentuk IV, term penengah penengah adalah adalah P dari premis premis mayor mayor dan S dari premis premis minor minor
DAFTAR PUSTAKA
Poespoprodjo. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remadja Karya Offset. http://elmisbah.wordpress.com/silogisme/