ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI ( DPD)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Blok Jiwa
Disusun oleh :
Ade Purnomo
Khalimatun sa'diyah
Amesya Eka Pradana
Stevan Perika Bella
Eko Sudiarto
Andes Wahya Priambodo
Andra Prayenda Saputro
Rachmat Tri Widodo
Suryandaru Prasetyo
Ardian Indra Permana
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang gangguan halusinasi.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjanah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi ( hygiene ) , berpakaian / berhias, makan dan BAB atau BAK ( toileting ). ( Sumber: NITA FITRIA, 2009 )
Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,dan kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
( Sumber: Dr.Amino Gondohutomo, 2008 )
JENIS-JENIS
Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
TANDA DAN GEJALA
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur
BAK dan BAB di sembarang tempat
PENYEBAB
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
Kelelahan fisik
Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
Faktor prediposisi
Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan dir
Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
PSIKOPATOLOGI
Defisit perawatan diri
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi social
DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
Defisit perawatan diri
Menurunnya motivasi perawatan diri
Isolasi sosial: menarik diri
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan umum
klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.
Tujuan khusus:
Klien dapat menyebutkan pengertian dan tandatanda kebersihan diri
Tindakan :
Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tandatanda bersih
Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.
Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
Tindakan :
Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri
Klien dapat menyebutkan manfaat hygiene
Tindakan:
Diskusikan bersama klien tentang manfaat hygiene
Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri
Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
Tindakan:
Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.
Beri reinforcement positif bila klien berhasil
Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal
Tindakan:
Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri
Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal
Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri
Tindakan:
Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri
Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur
Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC