MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA RADANG GENETALIA INTERNA TANDA GEJAL DAN PENANGANAN PARAMETRITIS
Disusun oleh:
Nama: Odilia Verdianas
Nim : B1611012
Prodi : D lll Kebidanan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Askeb 4 "paatologi" untuk memenuhi tugas yang telah di berikan oleh, Ibu Rahmawati Ika S,S.ST,M.Kes tentang "Asuhan Kebidanan pada Radang Genetalia Interna, Tanda Gejala dan Penanganan Parametritis" Kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memahami serta mendapat pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana isi yang ada dalam makalah ini, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang kebidanan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, maka kami menerima berbagai kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini di waktu mendatang. Dan mohon maaf jika sekiranya masih terdapat kesalahan dalam penulisan. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN .
1.1 Latar Belakang……………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1Definisi……………………………………..………………………………
2.2 Etiologi…………………………………………..…………………………
2.3 Patofisiologi……………………………………..…………………………
2.4 Tanda dan Gejala …………………......................................................
2.5 Diagnosis ……....................................................................................
2.6 Prognosis …………………………………….........................................
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................
BAB III PENUTUP.. ...................................................................................
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
3.2 Saran ………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
SOAL-SOAL..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi di beberapa jalan :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-
mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
Dalam kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses selalu mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung kencing.
Dengan demikian kami bermaksud untuk membahas tentang infeksi parametritis, agar dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan mampu memberikan konstribusi dalam penanganan serta perawatan parametritis.
1.2 Rumusan Masalah
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan. Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis
Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum
Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossailiaka.
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses. Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal, melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya. Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis. Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan yang mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini dapat terjadi hanya pada dasar lig Latum tetapi dapat juga bersifat luas misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul dan dinding perut depan di atas lig Inguinale. Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan di belakang cervix.
Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau menjadi abses. Abses dapat memecah di daerah lipat paha di atas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglas. Parametritis biasanya unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih sering terdapat pada primipara daripada multipara.
2.2 Etiologi
Parametritis dapat terjadi:
Dari endometritis dengan 3 cara :
Per continuitatum : endometritis metritis parametitis.
Lymphogen.
Haematogen : phlebitis periphlebitis parametritis
Dari robekan serviks
Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
2.3 Patofisiologi Endometritis
Infeksi meluas
Lewat jalan limfe atau tromboflebitis
Infeksi menyebar ke miometrium
Miometritis
Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis Parametritis
Terjadi reaksi :
Kalor
Dolor
Nyeri hebat
Nafsu makan berkurang
Asam lambung meningkat
Reaksi mual
Vasodilatasi
Syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
2.4 Tanda dan gejala
Suhu tinggi dengan demam tinggi
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan ada nyeri sebelah atau keduabelah di perut bagian bawah, sering memancar pada kaki.
Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
2.5 Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d'entrée tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
2.6 Prognosis
Yang paling dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi, jika nadi tetap di bawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di atas 130, apalagi kalau tidak ikut turun dengan turunnya suhu prognosanya kurang baik.
Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam yang remittens. Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus, merupakan tanda-tanda yang kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leucocyt yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosa. Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya kematian
dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
2.7 Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk
memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalamjalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang
dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan. Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama
postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap
penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam
nifas sehat.
2) Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas.
Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa
menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika berspektrum
luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya
tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung
zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita
dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat. Dengan terapi ini biar pun sisa-
sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang.
Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan pembukaan tumor dan
drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici ialah di atas lipat paha atau pada cavum
douglas.
3. Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan. Secara rinci
penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu: Penyebaran melalui limfe,
Penyebaran langsung dari luka serviks, Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggalterbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut
sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Patofisiologinya :
Endometritis
Infeksi meluas
Lewat jalan limfe atau tromboflebitis
Infeksi menyebar kemiometrium
Miometritis
Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis Parametritis
Tanda dan gejala
sebagai berikut :Suhu tinggi dengan demam tinggi, Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri, dan Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum,
seperti muntah
3.2 Saran
3..1 Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat di pergunakan dengan baik
3.2 Apabila ada kesalahan dari penulisan kami, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Prof. Dr. Rustam, Sinopsis Obstetri, ECG, Jakarta, 1989.
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992.
Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung, 1982