ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN REPRODUKSI PADA NONA A UMUR 17 TAHUN DENGAN DE NGAN AMENORE PRIMER DI BPS SURYATINI KARANG WETAN, GUNUNG KIDUL
Tanggal masuk
: 08-10-2010
Pukul
: 15.15 WIB
I.
PENGKAJIAN
A.
Data
1.
08-10-2010/
15.17 WIB
Subjektif Identitas
Nama
: Nn. H
Umur
: 19 th
Agama
: Islam
Pendidikan
: Mahasiswi
Pekerjaan
: Pelajar
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Alamat 2.
: Munggur wetan, Gunung kidul
Anamnesa a.
Keluhan Utama Nona mengatakan bahwa sampai saat ini dirinya belum pernah menstruasi.
b.
Riwayat Menstruasi Belum menstruasi.
c.
Riwayat Perkawinan Nona mengatakan belum pernah menikah.
d.
Riwayat Obstetri Nona mengatakan belum pernah melahirkan.
e.
Riwayat Kontrasepsi
Nona mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. f.
Riwayat Kesehatan 1)
Nona mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, maupun
2)
DM.
Riwayat kesehatan sekarang Nona mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, maupun
3)
DM.
Riwayat kesehatan keluarga Nona mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit jantung.
g.
Pola kebutuhan sehari-hari 1)
Nutrisi Makan : 3 x/hari.
Jenis : nasi, sayur,
lauk. Makanan pantang: tidak ada Minum : ± 8 gelas/hari Jenis: air putih, jus Masalah : tidak ada 2)
Eliminasi a)
BAK : 5-6 x/hari. Warna : kuning Keluhan: tidak ada.
b)
BAB : 1-2 x/hari. Warna : kuning kecokelatan. Keluhan : tidak ada.
3)
Istirahat Tidur siang : ± 1½ jam. Tidur malam : ± 6 jam. Keluhan : tidak ada.
4)
Aktivitas Nona mengatakan aktivitasnya sebagai pelajar.
5)
Personal Higiene Mandi : 2x/hari. Gosok gigi : 2x/hari. Ganti pakaian : 2x/hari. Keramas : 4x/minggu.
6)
Pola seksual Nona mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual.
h.
Data
psikososial spiritual
Nona mengatakan tidak mengetahui apa penyebab dari penyakitnya. Pengambilan keputusan oleh orang tua.
Nona
mengatakan
beragama
islam
melaksanakan ibadah seperti shalat 5 waktu. Nona tinggal bersama orang tua.
B.
Data
1.
Objektif Pemeriksaan umum KU
: baik
Kesadaran : composmentis TB
: 155 cm
BB
: 42 kg
LiLA
: 22 cm
Vital Sign
: TD : 100/80 mmHg R : 20x/menit
2.
S: 36,7º C
N : 88x/menit
Pemeriksaan fisik Kepala
: bentuk mesocepal, kulit kepala dan rambut bersih, tidak ada kelainan.
Muka
: simetris, tidak oedema, tidak pucat.
dan
Mata
: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung
: simetris, bersih, tidak ada sekret.
Mulut
: bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak karies.
Telinga
: bersih, tidak ada serumen.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, maupun bendungan vena jugularis.
Aksila
: tidak ada benjolan.
Payudara
: tidak dilakukan pemeriksaan.
Abdomen
: tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia
: terdapat kulit yang mencakup pintu masuk vagina.
Ekstrimitas
: atas : normal, tidak ada kelainan, tidak oedema. bawah: normal, tidak ada kelainan, tidak ada oedema, tidak varises.
refleks patella : kanan (+) kiri (+). 3.
Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan.
II.
INTERPRETASI DATA
A.
Diagnosa
kebidanan
Seorang nona usia 19 tahun dengan amenore primer. DS
: Nona mengatakan berusia 19 tahun. Nona mengatakan sampai saat ini belum pernah menstruasi.
DO
: KU : baik. Kesadaran : composmentis. TB : 155 cm. BB : 42
kg. LiLA : 22 cm. Vital Sign : T D: 100/80 mmHg N :
88x/menit S : 36,7ºC R : 20x/menit. Genetalia: terdapat kulit yang mencakup pintu masuk vagina.
B.
III.
Masalah : tidak ada.
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada.
IV.
ANTISIPASI MASALAH
Tidak ada.
V.
VI.
PERENCANAAN
08-10-2010/15.22
1.
Beritahu nona hasil pemeriksaan.
2.
Beri KIE tentang amenorea primer.
3.
Beri motivasi.
4.
Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis.
PELAKSANAAN
1.
08-10-2010/15.23
WIB
WIB
Memberitahu nona hasil pemeriksaan yaitu : Vital Sign : T D: 100/80 mmHg N : 88x/menit S : 36,7ºC R : 20x/menit, kondisi nona saat ini normal, tetapi pada pemeriksaan genetalia terdapat selaput yang menutupi lubang vagina.
2.
Memberikan KIE tentang amenorea, yaitu : amenorea merupakan tidak terjadinya menstruasi. Amenorea dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer merupakan suatu kejadian yang tidak pernah mengalami menstruasi sama sekali, sedangkan amenorea sekunder merupakan pernah menstruasi kemudian berhenti s elama 6 bulan atau lebih. Gejala-gejala amenorea primer tergatung pada penyebabnya, jika penyebabnya kegagalan pada masa pubertas maka tidak ditemukan tanda-tanda pubertas seperti : pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak sert perubahan bentuk tubuh. Gejala lain yaitu : sakit kepala, gangguan
penglihatan, penurunan atau penambahan berat badan yang berarti, vagina kering, dan hirsutisme yaitu : pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria serta
perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara. Penyebab dari amenorea primer yaitu : tertundanya menarke (menstruasi pertama), kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit/himen imperforata), penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain), kelainan bawaan pada sistem kelamin, kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X), Obesitas yang ekstrim, hipoglikemia, kekurangan gizi. 3.
Memberi motivasi kepada nona agar tetap bersemangat dan tidak berkecil hati karena keadaan nona bisa disembuhkan dengan jalan memeriksakan diri nona ke tenaga yang lebih ahli.
4.
Menganjurkan nona untuk memeriksaan diri nona ke dokter spesialis kandungan (SpOG) untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut terhadap keadaan nona saat ini.
Pelaksana,
TTD
VII.
EVALUASI
1.
08-10-2010/15.27
WIB
Nona mengerti dengan hasil pemeriksaan yang telah diberitahu oleh bidan.
2.
Nona mengerti tentang penjelasan amenorea, penyebab amenorea, dan gejala amenorea.
3.
Nona tetap bersemangat dan tidak berkecil hati dengan keadaannya saat ini karena sudah diberikan penjelasan tentang amenorea oleh bidan.
4.
Nona bersedia memeriksakan diri nona ke dokter spesialis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.