BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan 2.1.1
Definisi Kehamilan
Masa kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 43 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2011) Proses kehamilan berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. (Kamariyah, 2014) 2.1.2 Fisiologi Kehamilan Proses kehamilan dimulai dengan konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Fertilisasi pada manusia diawali dengan terjadinya per setubuhan (koitus). Proses fertilisasi ini dapat terjadi dibagian ampula tuba fallopi atau uterus. Spermatozoa yang berhasil menemukan ovum akan merusak korona radiata dan zona pelusida yang mengelilingi membran sel ovum, lalu spermatozoa akan melepaskan enzim termasuk hialuronidase, yang disimpan di akrosom dalam kepala spermatozoa. Enzim dari banyak spermatozoa dapat menerobos masuk ke ovum. Begitu sebuah spermatozoa berhasil menembus ovum, sel konfigurasi membran ovum langsung berubah sehingga spermatozoa lain tidak dapat masuk. DNA dalam nukleus spermatozoa akan dilepaskan dari kepala, memicu pembelahan miosis akhir pada kromosom wanita.
6
7
Bersatunya inti spermatozoa dan inti sel telur akan tumbuh menjadi zigot. Zigot mengalami perkembangan melalui 3 tahap selama kurang lebih 280 hari. Tahap-tahap ini meliputi periode implementasi (7 hari pertama), periode embrionik (7 minggu berikutnya), dan periode fetus (7 bulan berikutnya).Selama 2-4 hari pertama fertilasasi, zigot berkembang dari 1 sel menjadi kelompok 16 sel (morula). Morulla kemudian tumbuh dan berdiferensasi menjadi 100 sel. Selama periode ini, zigot berjalan di sepanjang tuba faloppi, setelah itu masuk ke uterus dan tertanam dalam endometrium uterus. 1. Perkembangan janin di dalam uerus a. Trimester Pertama (minggu 0-12) Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode germinal sampai periode terbentuknya janin. 1) Periode germinal (minggu 0-3). Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel di dinding uterus (endometrium). 2) Periode embrionik (minggu 3-8). Proses dimana sistem syaraf pusat, organorgan utama dan struktur anatomi mulai terbentuk seperti mata, mulut, dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari blastosit menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar.
8
3) Periode fetus (minggu 9-12). Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangay tinggi. b. Trimester Kedua (minggu 12-24) Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-18 kita bias melakukan pemeriksaan dengan ultrasonograf (USG) untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta, dan kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku, kulit, serta rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke-20 dan ke-21.Indra penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi.Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup.Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang ± 30 cm. c. Trimester Ketiga (minggu 24-40) Pada trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna.Janin menunjukkan aktivitas motoric yang terkoordinasi seperti menendan ataupun menonjok, serta dia sudah memiliki periode tidur dan bangun.Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala dibawah dan siap untuk dilahirkan.berat bayi lahir berkisar antara 3-3,5 kg dengan panjang ± 50 cm. (Kamariyah, 2014)
9
2.1.3 Asuhan kebidanan pada Ibu Hamil Tanggal
: Untuk mengetahui tanggal di lakukannnya asuhan.
Tempat
: Untuk mengetahui tempat di lakukannnya asuhan.
Jam
: Untuk mengetahui waktu di lakukannnya asuhan.
1. Identitas : a. Nama
: Dikaji agar mengetahui nama pasien secara lengkap agar ketika
tepat dalam memberikan asuhan. b. Umur
: Dikaji agar mengetahui usia produktif normalnya 16-35 tahun.
Untuk mendeteksi dini risiko tinggi. (KSPR terlampir) c. Agama
: Dikaji untuk mengetahui kepercayaan yang di anut oleh pasien.
d. Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui kebiasaan atau adat istiadat yang di anut oleh pasien. e. Pendidikan : Dikaji untuk membantu nakes dalam menyampaikan informasi pada pasien. f. Pekerjaan : Dikaji untuk melihat keadaan ekonomi pasien. g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien. 2. Subyektif adalah Data yang didapatkan melalui hasil anamnesa yang diperoleh dari pasien dan atau keluarga. a. Keluhan utama dan alasan kunjungan datang. Tabel 2.1 keluhan yang terjadi selama kehamilan Trimester I Trimester II Mual muntah Hiperpigmentasi,jerawat Mudah lelah Sering pingsan Sering BAK Sembelit Hipersalivasi Varises Keputihan Sakit kepala Sumber
: Kamariyah dkk, 2014
Trimester III Sesak napas Insomnia nyeri pinggang bawah Kram betis Oedem kaki-tungkai
10
b. HPHT : Dikaji untuk mengetahui usia kehamilan dan TP. c. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan ke berapa, usia kehamilan saat kunjungan( Tiap kali kunjungan), gerakan janin awal dilakukan pada kunjungan usia kehamilan 16-20 minggu, kemudian di lakukan kembali pada usia kehamilan >28 minggu. Frekuensi sedikitnya 10 gerakan per hari. Kurang dari 10 gerakan indikasi Fetal Distress dan IUFD. (Elisabeth, 2013) d. Riwayat Obstetrik : kehamilan ke- (apakah abortus/ kembar/ektopik/mola hidatidosa), jenis persalinan (spontan, VE, SC), siapa yang menolong, tempat bersalin, penyulit yang pernah dialami, berat bayi lahir, jenis kelamin, hidup/mati, keadaan nifas ada penyulit/tidak, riwayat laktasi. (dilakukan pada pertama kali kunjungan). (Kamariyah dkk, 2014) e. Riwayat Penyakit Pada keluarga ibu dan ibu : riwayat penyakit yg pernah di seperti jantung, TBC, hepatitis B, hipertensi, asma, DM, riwayat operasi/SC, HIV, alergi, epilepsi. f. Data psikososial misalnya minum jamu, ibu hamil tidak boleh keluar malam, ibu hamil tidak boleh membunuh binatang dan seterusnya. (Kamariyah dkk, 2014) g. Pola kebiasaan sehari- hari : 1) Nutrisi : makan berapa kali, menu dan banyaknya. Minum berapa banyak dan jenisnya. Ibu hamil memerlukan tambahan kalori 500 Kal/hari dari sebelum hamil 2.000 Kal/hari; minum ± 6-8 gelas air, susu, dan jus tiap 24 jam. 2) Istirahat untuk mengetahui kebutuhan istirahat ibu selama hamil. Normalnya tidur siang 2-3 jam. Tidur malam 7-8 jam.
11
3) Eliminasi untuk mengetahui frekuensi, konsistensi, warna dan berapa kali sehari BAB dan BAK. Pada trimester I dan III terdapat keluhan sering BAK dan konstipasi. 4) Kebersihan : dikaji sesuai indikasi dan kebutuhan, misalnya gosok gigi untuk mengurangi penyakit yang terjadi pada gigi, genetalia untuk menjaga flouralbus tidak berlebih. 5) Seksual : pada trimester I tidak di anjurkan jika ibu memiliki riwayat abortus. Trimester II boleh berhubungan namun lakukan dengan Coitus Interuptus, pada trimester III mendekati persalinan sangat di anjurkan koitus karena prostaglandin mempengaruhi kontraksi. 3. Obyektif adalah Data yang didapatkan melalui Hasil Pemeriksaan petugas kesehatan. a. Pemeriksaan Umum 1) KU untuk mengetahui keadaan umum ibu, normalnya Baik. 2) Kesadaran untuk mengetahui keadaan umum ibu , normalnya Composmentis. 3) TTV : a) Tekanan Darah
(N : 100/60 – 130/90 mmhg) Jika TD tinggi indikasi
hipertensi / pre eklamsi saat hamil. Jika rendah indikasi anemia. b) Suhu (N : 36 – 37 OC ) Jika di luar batas normal indikasi adanya infeksi. c) Nadi (N: 60 -100 x/menit) Jika Nadi di luar batas normal kemungkinan adanya penyakit jantung. d) Pernapasan / RR (N : 16-24 x/mnt) Jika di luar batas indikasi gangguan pernafasan.
12
4) Lila
: Untuk mengetahui lila ibu. N: >23,5, jika kurang indikasi KEK.
5) TB
: Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu , normalnya > 145. Jika
terdapat <145 diindikasi panggul sempit. 6) BB sebelum hamil dan saat ini untuk mengetahui pola nutrisi ibu, pada trimester I peningkatan BB hanya sedikit antara 0,7 sampai 1,4 kg. Pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan BB yang dapat dikatakan teratur yaitu 0,3-0,5 kg. (Kamariyah dkk, 2014) Tabel 2.2 Rekomendasi penambahan BB selama hamil berdasarkan IMT Kategori IMT Rekomendasi (kg) Rendah < 19,8 12,5-18 Normal 19,8-26 11,5-16 Tinggi 26-29 7-11,5 Obesitas >29 ≥7 Gemelli 16-20,5 Sumber : Prawirohardjo, 2011
b. Pemerisaan Fisik 1) Kepala untuk mengetahui kebersihan rambut ibu jika kotor berarti kebersihan kurang. (awal kunjungan saja) 2) Wajah untuk mengetahui warna wajah terlihat pucat atau tidak, jika pucat indikasi Anemia. Adanya oedem atau tidak, jika oedem indikasi pre eklamsi. (tiap kunjungan) 3) Mata untuk mengetahui apakah warna konjungtiva merah muda/ pucat, jika pucat indikasi Anemia. jika sklera bewarna kuning indikasi Ikterus. Jika palpebra oedem indikasi ibu mengalami pre eklamsi. (tiap kunjungan) 4) Hidung jika ada PCH indikasi Asma. (awal kunjungan) 5) Mulut jika stomatitis maka kekurangan vitamin C dan kurang menjaga kebersihan, karies gigi maka kekurangan kalsium. (awal kunjungan)
13
6) Telinga jika serumen banyak maka kebersihan kurang, jika ada purulen indikasi ada infeksi. (awal kunjungan) 7) Leher jika ada bendungan vena jugularis indikasi penyakit jantung, jika ada pembesaran kelenjar tiroid maka indikasi kekurangan yodium sehingga bayi kerdil. (awal kunjungan) 8) Payudara untuk mengkaji hiperpigmentasi, pembesaran mons gomerry, (pada awal kunjungan trimester I dan II), konsistensi kenyal/ keras, puting susu menonjol/ tenggelam, ada nyeri tekan/tidak, jika ada indikasi bendungan ASI, teraba benjolan/tidak, jika teraba indikasi adanya tumor, ada pembengkakan, panas dan kemerahan pada payudara/tidak, jika ada terindikasi mastitis. ASI sudah lancar/belum untuk persiapan IMD. 9) Abdomen untuk mengkaji ada atau tidaknya bekas luka operasi/ SC dan UK. a) Leopold I untuk mengetahui TFU & bagian apa yang ada di fundus. (dilakukan pada trimester II & III), pada trimester I hanya untuk mengetahui TFU dan ballotement. b) Leopold II untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di kanan & kiri perut ibu (di lakukan pada trimester II &III ), pada trimester I tidak dilakukan. c) Leopold III untuk mengetahui apa menjadi presentasi & memastikan presentasi sudah masuk PAP / belum (dilakukan pada trimester III). d) Leopold IV dilakukan ketika presentasi sudah masuk PAP seberapa jauh (dilakukan trimester III), trimester I & II tidak dilakukan.
14
e) DJJ : batas normal 120-160 x/menit, dilakukan pada trimester II & III, jika <120x/menit atau >160x/menit maka indikasi Fetal Distress. f) TBJ :
( TFU-12) x 155 (kepala belum masuk PAP), (TFU-11) x 155
(kepala sudah masuk PAP). Batas normal 2500-4000 gram, jika <2500 gram indikasi BBLR, jika >4000 gram indikasi bayi besar. 10) Genetalia untuk melihat banyak/ tidak flouralbus jika banyak maka kebersihan kurang, melihat tanda-tanda PMS jika ada prilaku seksual kurang baik. Dilakukan pemeriksaan dalam apabila ada indikasi tanda-tanda persalinan pada UK cukup bulan. 11) Anus untuk melihat ada/tidak hemoroid, jika ada berapa derajat besar hemoroid, jika derajat tinggi maka tidak boleh mengejan indikasi perdarahan. 12) Ekstermitas untuk mengetahui apakah kaki dan atau tangan oedem indikasi Pre eklampsi, Reflek patella atas +/+, bawah +/+ jika hasil negatif maka ibu kekurangan vitamin B1 indikasi susah mengejan. c. Pemeriksaan Panggul Luar (di lakukan jika indikasi panggul sempit) : 1) Distansia Spinarum
: N 24-26 cm
2) Distansia Kristarum
: N 28-30 cm
3) Konjugata Eksterna
: N 18-20 cm
4) Lingkar Panggul
: N 80-90 cm
5) Distansia Spinarum
: N 10,5 cm (Kamariyah dkk, 2014)
15
d. Pemeriksaan penunjang : 1) Pemeriksaan Hb : minimal dilakukan 2x selama hamil yaitu trimester I dan III. Namun untuk trimester II kadar Hb >10,5 masih di katakan normal karena mengalami yang namanya hemodilusi (saifuddin,2010). Hasil pemeriksaan dapat digolongkan sebagai berikut : Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Hb Hb 11 gr % 9 – 10 gr % 7 – 8 gr % < 7 gr %
Hasil Tidak anemia Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat
Sumber : Mochtar, 2011
2) Tes HIV
: Untuk memastika apakah pasien menderita HIV atau tidak.
3) Golongan Darah : Untuk mengetahui golongan darah untuk persiapan donor darah jika pada saat persalinan ibu kehilangan banyak darah. 4) Albumin urin : digunakan untuk mengetahui adakah protein dalam urin. Jika ada protein urin maka indikasi adanya preeklampsi atau eklampsi. Tabel 2.4 Hasil Pemeriksaan Albumin Hasil Keterangan Negatif (-) Urine tidak keruh Positif (++) Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan halus Positif (+++) Urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih jelas terlihat Positif (++++) Urine sangat keruh dan disertai endapan menggumpal Sumber
: Mochtar, 2011
16
5)
Reduksi urin : digunakan untuk mengetahui kadar gula dalam urin.Jika terdapat reduksi urin maka indikasi ibu mengalami diabetes. Tabel 2.5 Hasil Pemeriksaan Reduksi Hasil Keterangan Negatif (-) Biru sedikit kehijauan dan sedikit keruh Positif (+) Hijau kekuningan dan agak keruh Positif (++) Kuning keruh Positif (+++) Jingga keruh Positif (++++) Merah keruh Sumber
: Mochtar 2011
4. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial.
Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan
obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal : G...PAPAH UK.. minggu, hidup/ mati, tunggal/ kembar, letkep/ letsu/ letli, intrauterin/ektstrauterin,
jalan lahir kesan normal/tidak, KU ibu dan janin
baik/tidak. 5. Penatalaksanaan berisi dari 3 unsur yaitu intervensi, implementasi dan evaluasi. Intervensi yaitu perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas misal beritahu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan keluarga, berikan vitamin sesuai kebutuhan, beri pengetahuan dan motivasi terhadap tindak lanjut pada ibu hamil, anjurkan ibu untuk kontrol kembali sesuai usia kehamilan atau sewaktu waktu terdapat keluhan. Kemudian lakukan implementasi/pelaksanaan dari intervensi yang telah di susun secara prioritas dengan menggunakan kata kerja seperti
17
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien, Memberikan vitamin Fe, Kalk sesuai kebutuhan ibu hamil, memberikan pengetahuan dan memberi motivasi terhadap tindak lanjut pada dan penanganan
pada ibu hamil,
menganjurkan ibu untuk kontrol kembali sesuai usia kehamilan atau sewaktu waktu terdapat keluhan. Setelah kita melakukan implementasi maka kita lihat hasil evaluasi pada ibu hamil untuk menilai timbal balik dari penjelasan, apakah ibu memahami, antusias, kooperatif atau bersedia jika ada perjanjian, dll.
18
2.2 Konsep Dasar Persalinan 2.2.1 Definisi Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servikas dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo,2009) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan ketuban keluar dari uterus. (JNPK-KR,2008) Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalu vagina ke dunia luar. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (sondakh, 2013) 2.2.2 Fisiologi Persalinan Proses persalinan melewati 4 kali dan di tandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala 1 ini terbagi atas dua fase yaitu: 1. Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm. 2. Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi. Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir.
19
Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu.Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang
sangat
besar
ke
arah
bawah,
seperti
ingin
buang
air
besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II. Pada kala II (pengeluaran janin) rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Dimulai dengan adanya penurunan kepala, Fleksi, Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam), Ekstensi, Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar), Ekspulsi (pengeluaran janin). Pada kala III dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu
20
barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan episiotomi dilakukan. Pada kala IV ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim.Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya. (Sondakh, 2013) 2.2.3 Solusio Plasenta 1. Definisi Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (Achmad. 2011) Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. (Saifuddin, 2009)
21
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin keluar. Biasanya di hitun sejak kehamilan 28 minggu. (Mochtar, 2013) 2. Fisiologi Solusio Plasenta Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori : akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju keruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hematoma retroplasenter. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : a. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum glomerulonefritis kronika, dan hipertensi esensial. Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematoma retroplasenter dan plasenta terlepas sebagian. b. Faktor trauma : 1) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli. 2) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau pertolongan persalinan.
22
c. Faktor paritas lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta di jumpai 45 multi dan 18 primi. d. Pengaruh lain seperti; anemis, malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava inferior dan lain-lain. e. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain. f. Umur lanjut g. Ketuban pecah sebelum waktunya. h. Mioma uteri. i. Defisiensi asam folat. j. Merokok, alkohol, dan kokain. (Mochtar, 2013)
23
SOLUSIO PLASENTA Kadar Hemoglobin Uji pembekuan darah Pantau produksi yrin Konfirmasi USG
Faktor risiko hipertonia uteri Nyeri Evaluasi keadaan janin Evaluasi medik dan TTV Anemia dan koagulopati Singkirkan plasenta previa atau abdomen akut lainnya
Kondisi bayi
mati
hidup
Pembukaan lengkap bagian terendah di dasar panggul
Kondisi serviks
normal
Gawat janin
Nilai pelvik tidak memadai
Kaku/rigid Pembukaan 1 jari Penurunan H IIIII
Lunak Pembukaan >3 cm, Penurunan H IIIIV
SEKSIO SESARIA
Amniotomi percpat kala II
PARTUS PERVAGINAM
Gambar 2.1 Penilaian Klinik Solusio Plasenta
Amniotomi Akselerasi ( infus oksitosin
24
2.2.4 Seksio Sesarea 1. Definisi Seksio Sesarea Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact). (Wiknjosastro, 2009) Seksio sesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus. Jika janin belum mampu hidup, tindakan yang sama disebut histerektomi abdominal. (Benson, 2009) Seksio sesarea adalah pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). (Gant, 2011) 2. Fisiologi Seksio Sesarea Dalam
proses
operasinya
dilakukan
tindakan
anestesi
yang
akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh mengingat bahwa terjadinya ruptur uteri sesudah sectio caesarea dilakukan segmen bawah uterus tidak begitu besar, disini diambil sikap untuk membolehkan wanita hamil untuk bersalin pervagina, kecuali jika sebab Sectio Caesarea tetap ada misalnya kesempitan pada pinggul, mengenai kontraindikasi perlu diingat bahwa Sectio Caesarea tidak
25
dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau janin terlalu kecil untuk hidup diluar kandungan. Seksio sesarea ada dua jenis yaitu : a. Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis) 1) Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm. 2) Sectio sesarea profunda (Ismika Profunda) : dengan insisi pada segmen bawah uterus (low cervical transversal). Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm. 3) Sectio sesarea ekstraperitonealis : Merupakan sectio sesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. b. Vagina (sectio caesarea vaginalis) Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila : 1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig. 2) Sayatan melintang (tranversal) menurut Kerr. 3) Sayatan huruf T (T Insisian). (Sofian, 2012)
26
2.2.5 Asuhan kebidanan pada ibu Bersalin 1. Kala I a. Subyektif 1) Keluhan utama meliputi : Kenceng – kenceng sejak kapan, sudah keluar lendir bercampur sedikit darah, sudah keluar cairan dari vagina yang berbau anyir dan tidak bisa di tahan. 2) Riwayat kehamilan ini : memastikan kehamilan ini sudah aterm/tidak, mengkaji ada/tidak gerakan janin jika gerakan tidak ada indikasi Fetal distress bahkan IUFD. Selama kehamilan normalnya tidak ada perdarahan dan Pre eklampsia kehamilan atau bahkan penyulit selama hamil. 3) Riwayat kehamilan lalu : untuk memastikan ada riwayat SC/tidak, 4) Nutrisi dan eliminasi : menanyakan kapan ibu terakhir makan agar ada tenaga untuk mengejan, kapan ibu terakhir BAB agar mengetahui kolon penuh atau tidak, jika penuh akan menghambat persalinan. b. Obyektif adalah Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan oleh petugas data obyektif meliputi : 1) Pemeriksaan Umum a) KU
: Dikaji untuk mengetahui keadaan umum ibu, normalnya Baik.
b) TTV
: TD
(N : 100/60 – 130/90 mmhg) Jika TD tinggi indikasi
hipertensi / pre eklamsi saat hamil, S (N : 36,5 – 37,5 ) Jika di luar batas normal indikasi adanya infeksi, N (N: 60 -100 x/menit) Jika N di luar batas normal kemungkinan adanya penyakit jantung. (dilakukan tiap 1 jam)
27
2) Pemeriksaan Khusus a) Payudara : Mengkaji kebersihan dan puting susu menonjol atau tidak (untuk mempermudah saat di lakukannya IMD), ASI sudah keluar/ belum untuk persiapan IMD, ada kerak/tidak jika ada di bersihkan. b) Abdomen : Ada atau tidak luka bekas operasi Memastikan TFU tidak boleh > 40 cm jika >40 indikasi bayi besar atau gemeli, memastikan presentasi kepala, kemudian untuk mengetahui seberapa jauh presentasi masuk PAP Tabel 2.6 Penurunan Presentasi Janin Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan 5/5 Kepala diatas PAP, mudah digerakkan Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala 4/5 H I – II belum masuk panggul Bagian terbesar kepala belum masuk 3/5 H II – III panggul Bagian terbesar kepala sudah masuk 2/5 H III+ panggul 1/5 H III – IV Kepala di dasar panggul 0/5 H IV Di perineum Sumber
: Mochtar, 2011
(1) DJJ : (N 120 – 160 x/menit),pemeriksaan dilakukan saat tidak ada kontraksi (2) His : Untuk mengetahui frekuensi, durasi, amplitudo, intrval, aktiftas his, datangnya his dilakukan dalam 10 menit. Pada kala 1, amplitudo sebesar 40 mmHg menyebabkan pembukaan serviks dengan interval 3-4 menit dan lamanya 40-60 detik. Pada kala II, amplitudo 60 mmHg dengan interval 3-4 menit dan durasi berkisar 60-90 detik. Pada kala III, setelah istirahat 8-10 menit, rahim berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya. c) Genetalia : melihat ada/tidak varises jika ada indikasi perdarahan, melihat tanda-tanda PMS normalnya tidak ada, melihat adanya Blood Show.
28
VT : Untuk mengetahui besarnya pembukaan, penipisan, ketuban sudah pecah atau belum, penurunan kepala (hodge), denominator, sutura tumpang tindih atau tidak normalnya 0, adakah bagian kecil yang ada di sekitar presentasi d) Ekstremitas atas dan bawah : kaki dan atau tangan oedem indikasi Pre eklampsi. c. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial.
Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan
obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian.
Diagnosa
asuhan
kebidanan
persalinan
seperti
Ny.
X
haprituhituletinjaku inpartu kala I dengan persalinan fisiologis/ patologis. Jika fisiologis maka kala 1 fase laten mulai pembukaan 0-3 cm masuk dalam lembar observas, jika fase aktif pembukaan 4-10 cm mulai masuk partograf. fase aktif di bagi 3 periode yaitu akselerasi pembukaan 3-4 cm, dilatasi maksimal 4-9cm, dan deselerasi 9-10cm. Proses kala 1 pada primigravida berlangsung ±12 jam, pada multigravida ±8 jam. (Jenny, 2013) d. Penatalaksanaan persalinan kala I pada umumnya berisi dari 3 unsur yaitu intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada penatalaksaan Intervensi yaitu perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas misal beritahu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan keluarga, ajarkan ibu teknik relaksasi, observasi tiap 30 menit. Kemudian
29
lakukan implementasi/pelaksanaan dari intervensi yang telah di susun secara prioritas seperti memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien, mengajari teknik relaksasi, mengobservasi tiap 30 menit. Setelah kita melakukan implementasi maka kita lihat hasil evaluasi pada ibu bersalin untuk menilai timbal balik dari penjelasan, apakah ibu memahami, antusias, kooperatif atau bersedia jika ada perjanjian, dll. 2. Kala II a. Subyektif merupakan data yang di peroleh dari hasil wawancara (anamnesa) dengan pasien atau dengan seseorang yang mengetahui keadaan pasien selama ini. Data subyektif selama ini kala II yaitu terdapat Dorongan ingin meneran, dan terasa tekanan pada anus. b. Obyektif yaitu Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan oleh petugas data obyektif meliputi : 1) Keadaan Umum : Baik / lemas 2) TTV
:
a) TD : (N 100/60 – 130/90 mmHg) tiap 30 menit. b) N : (N 60 – 100x/menit) tiap 30 menit. c) S : (N 36.5 -37.5 o C) tiap 30 menit 3) Abdomen : obsvervasi his Untuk mengetahui frekuensi dan lamanya N >3 kali lamanya 60-90 detik dalam 10 menit. Dilakukan Tiap 30 menit. Kandung kemih kosong/penuh. DJJ : (N 120 – 160 x/menit) tiap 30 menit 4) Genetalia : melihat tanda gejala kala II yaitu : perineum menonjol (perjol), vulva membuka (vulka). Pemeriksaan Dalam dilakukan untuk mengetahui
30
besarnya pembukaan, penipisan, ketuban sudah pecah atau belum dan warna ketuban, penurunan kepala, denominator sutura tumpang tindih atau tidak, adakah bagian kecil yang ada di sekitar presentasi c. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial.
Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan
obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal : Ny. X PAPAH inpartu kala II fisiologis/ patologis. d. Penatalaksanaan berisi dari 3 unsur yaitu intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada penatalaksaan kehamilan Intervensi yaitu perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas misal pimpin ibu untuk meneran, tolong persalinan sesuai APN, keringkan bayi dengan handuk, lakukan jepit potong tali pusat, lakukan IMD. Kemudian lakukan implementasi/pelaksanaan dari intervensi yang telah di susun secara prioritas seperti Memimpin ibu untuk meneran, Menolong persalinan sesuai APN, mengecek TFU. Setelah kita melakukan implementasi maka kita lihat hasil evaluasi pada ibu bersalin untuk menilai timbal balik dari penjelasan/perintah, apakah ibu memahami, antusias, kooperatif atau bersedia jika ada perjanjian, dll.
31
3. Kala III a. Subyektif merupakan Data yang di peroleh dari hasil wawancara (anamnesa) dengan pasien atau dengan seseorang yang mengetahui keadaann pasien selama ini. Data subyektif selama ini kala III yaitu Ibu merasa senang bayi telah lahir namun masih merasa mules dan lelah. b. Obyektif yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan petugas. 1) Keadaan Umum : baik / lemas. 2) Abdomen: memastikan tidak ada janin kedua normal TFU setinggi pusat,fundus uteri teraba keras, UC baik. kandung kemih penuh/kosong. Perut globuler. 3) Genetalia : mengkaji tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu : terdapat semburan darah spontan, tali pusat semakin panjang, perut globuler. c. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah aktual/potensial dan kebutuhan segera pada asuhan kebidanan persalinan Ny. X PAPAH inpartu kala III. 1) Diagnosa:kala III fisiologis 2) Masalah : ibu lelah, nyeri, robekan jalan lahir. 3) Diagnose potensial : atonia uteri dan retensio plasenta. 4) Kebutuhan segera: segera bertindak sesuai dengan masalah yang timbul. d. Penatalaksanaan merupakan berisi dari 3 unsur yaitu intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada penatalaksaan kehamilan Intervensi yaitu perencanaan asuhan berkaitan dengan diagnosa dan masalah yang ditetapkan dan disusun secara prioritas misal suntik oksitosin 10 IU/IM, potong tali pusat, lahirkan plasenta dengan cara PTT dan dorsokranial, ajari ibu masase, cek
32
kelengkapan plasenta, cek robekan, observasi sesuai partograf. Kemudian lakukan implementasi/pelaksanaan dari intervensi yang telah di susun secara prioritas seperti menyuntikkan oksitosin 10 IU/IM, mengecek TFU, mengestimasi jumlah perdarahan dan seterusnya sesuai APN, Setelah kita melakukan implementasi maka kita lihat hasil evaluasi pada ibu bersalin untuk menilai timbal balik dari hasil tindakan, penjelasan dan perintah. 4.
Kala IV a. Subyektif pada kala IV yaitu ibu merasa nyeri pada jalan lahir, merasa haus dan lapar. b. Objektif yaitu Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan oleh petugas data obyektif meliputi : 1) Keadaan Umum 2) TTV ibu
: Baik / lemas
: TD : (N 100/60 – 130/90 mmHg) jika TD tinggi ibu
potensial pre-eklampsi post partum. N : (N 60 – 100x/menit),S : (N 36.5 37.5 o C) jika suhu tinggi dicurigai infeksi, RR : (N 16-24x/menit) jika RR diluar batas normal dicurigai ibu memiliki gangguan pernafasan. 3) Abdomen : memastikan TFU 2 jari bawah pusat berarti plasenta sudah lahir, UC keras dan bulat, jika UC lembek ibu potensial perdarahan post partum, Kandung kemih kosong, jika kandung kemih penuh dapat mempengaruhi kontraksi uterus. 4) Genetalia : Perdarahan < 500CC, jika perdarahan > 500CC ibu mengalami perdarahan post partum.
33
c. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah aktual/potensial dan kebutuhan segera pada asuhan kebidanan persalinan Ny. X PAPAH inpartu kala IV. 1) Diagnosa:kala IV fisIologis 2) Masalah : ibu lelah, nyeri, kesulitan menyusui. 3) Diagnose potensial : perdarahan. 4) Kebutuhan segera: segera bertindak sesuai dengan masalah yang timbul. d. Penatalaksanaan (P) yaitu Pendokumentasian yang berisi intervensi (rencana) yaitu observasi tiap 15 menit sesuai partograf, berikan HE, anjurkan kontrol kembali.
Kemudian
rencana
itu
di
wujudkan
pada
implementasi
(pelaksanaan) seperti melakukan observasi tiap 15 menit sesuai partograf, memberikan HE, menganjurkan ibu untuk kontrol kembali. Setelah kita melakukan implementasi maka kita lihat hasil evaluasi pada ibu bersalin untuk menilai timbal balik dari penjelasan/perintah, apakah ibu memahami, antusias, kooperatif atau bersedia jika ada perjanjian, dll.
34
2.4. Konsep Dasar Nifas 2.4.1 Definisi Nifas Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung + 40 hari. (Prawirohardjo, 2011) Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 2011) 2.4.2 fisiologi Nifas Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut ; Periode immediate postpartum yaitu Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Periode late postpartum (1minggu-5 minggu) pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling kb.
35
2.4.3 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas 1. Subyektif Merupakan data yang didapatkan melalui hasil anamnesa yang diperoleh dari pasien dan atau keluarga. Meliputi : a. Keluhan utama : yang dialami oleh ibu nifas yaitu:mules karena proses involusi, nyeri pada luka jahitan perineum, payudara terasa penuh. b. Tanggal persalinan : untuk mengetahui hari ke berapa setelah persalinan c. Riwayat persalinan : untuk mengetahui jenis persalinan ibu secara normal atau Caesar ,adanya penyulit saat persalinan atau tidak. d. ASI : untuk mengetahui ASI sudah keluar / belum. jika belum indikasi ada bendungan ASI, cara menyusui ibu bagaimana, indikasi salah cara meneteki. e. Keluaran darah : untuk mengetahui jenis lochea yang keluar selama nifas. Tabel 2.7 Pengeluaran lokia Jenis Lochea Hari ke Lokia Rubra 1-2
Lokia Sanguinolenta
3-7
Lokia Serosa Lokia Alba Lokia Purulenta
7-14 >14 -
Lokiostasis
-
Sumber
Warna Darah Darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel ketuban, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Darah bercampur lendir, warna kecoklatan Berwarna kekuningan Hanya berupa cairan putih Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk Lokia tidak lancar pengeluarannya.
: Mochtar, 2011
f. Pola kebiasaan sehari-hari : 1) Eliminasi : Buang air kecil harus dalam waktu 3-4 jam post partum, bila 8 jam post partum belum BAK, dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat, dan lain-lain.Bila tidak bisa dilakukan kateterisasi.Agar buang air
36
besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. (Saifuddin, 2006) 2) Istirahat : Dalam satu hari waktu tidur ideal adalah 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. (Saifuddin, 2006) 3) Nutrisi : Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi yaitu mengkonsumsi makanan tambahan kurang lebih 500 kalori tiap hari atau 3-4 porsi sehari, makan dengan gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, minum sedikitnya 3 liter setiap hari. (Saifuddin, 2006) 4) Kebersihan : mengkaji jahitan sudah kering/ basah. Bercampur nanah/tidak. Jika ada nanah indikasi infeksi. 5) Hubungan seksual pada masa nifas : Hubungan seksual pasca melahirkan sebaiknya menunggu sampai otot-otot vagina kuat kembali dan luka bekas jahitan telah pulih.(Indiarti, 2009).Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa nyeri. (Saifuddin, 2006) 6) Aktivitas : 8 jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan. Setelah 8 jam boleh miring kiri atau kanan untuk mencegah trombosis lalu duduk, berjalan, dan latihan senam nifas. (Hanifa, 2008)
37
2. Obyektif merupakan data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan petugas kesehatan. a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan umum : baik / lemas. 2) Tanda- tanda vital meliputi : a) Tekanan Darah (N : 100/60 – 130/90 mmhg) Pasca melahirkan pada kasus normal , tekanan darah tidak berubah . perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. b) Suhu tubuh (N : 36,5 – 37,5 ) Pada wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. c) Nadi (N: 60 -100 x/menit) Pasca melahirkan , denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi melebihi 100 kali per menit harus waspada kemungkinan terjadi infeksi atau perdarahan postpartum. d) Pernafasan (N : 16-24 x/mnt) Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Bila pernafasan post partum menjadi lebih cepat , kemungkinan ada tanda-tanda syok. b. Pemeriksaan khusus 1) Wajah : untuk mengetahui warna wajah terlihat pucat atau tidak,adanya oedem atau tidak. Jika pucat kemungkinan terjadi anemia..Jika oedem ibu mengalami pre eklamsi.
38
2) Mata : untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemis , ikterus, atau pre eklamsia. Normalnya pada mata : konjungtiva merah muda. pada sklera bewarna putih,pada palpebra tidak oedem. Jika konjungtiva terlihat pucat atau bewarna putih : indikasi ibu mengalami anemia, jika seklera bewarna kekuningan maka indikasi ibu dengan ikterus, jika palpebra tampak oedem indikasi ibu mengalami pre eklamsi. 3) Payudara: Untuk mengkaji putting susu, apakah menonjol atau tenggelam, adakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah teraba benjolan atau tidak, apakah ada pembengkakan pada panyudara atau tidak, ASI sudah lanca ratau belum. a) Jika putting susu terlihat tenggelam berikan HE perawatan payudara. b) Jika adanya nyeri tekan indikasi bendungan ASI c) Jika teraba benjolan abnormal indikasi adanya tumor. d) Jika ada pembengkakan payudara berikan HE tentang perawatan payudara agar tidak terjadi mastitis. e) Jika ASI belum lancer maka beri HE perawatan payudara. 4) Abdomen : Mengkaji ada atau tidaknya bekas luka operasi, untuk mengkaji tinggi fundus uteri, untuk mengkaji kontraksi baik atau tidak, mengkaji kandung kemih penuh atau tidak. Jika ada bekas luka persalinan SC atau bekas operasi lain indikasi ibu tidak bisa melakukan persalinan secara normal. Pastikan involusi uteri baik seperti tabel dibawah.
39
Tabel 2.8 Tinggi Fundus Uteri menurut masa involusi no Involusi TFU Berat Uterus 1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 g 2 Uri Lahir 2 Jari di bawah Pusat 750 g 3 1 minggu Pertengahan pusat- simpisis 500 g 4 2 minggu Tak teraba di atas simpisis 350 g 5 6 minggu Bertambah kecil 50 g 6 8 minggu Sebesar normal 30 g Sumber : Mochtar, 2011.
5) Ekstermitas atas dan bawah: mengkaji pada metakarpal dan metakarsal terlihat oedem atau tidak. Jika terjadi oedem pada ekstermitas atas dan bawah indikasi terjadinya pengumpalan darah yang tidak lancar dan indikasi Pre eklampsia. 6) Genetalia : untuk mengetahui berapa banyaknya darah yang keluar, mengkaji luka jahitan , untuk mengetahui jenis lochea (ada pada tabel 2.7) Jika lochea berbau busuk indikasi terjadinya infeksi pada luka jahitan . c. Pemeriksaan Penunjang 1) Kadar hemoglobin, hasil normal ≥ 11gr/% 2) Protein urin, hasil normal negatif (-) 3) Reduksi urin, hasil normal negatif (-) 3. Analisa Data terdiri terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial. Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal : PAPAH jam/hari/minggu postpartum fisiologis/ patologis.
40
4. Penatalaksanaan pada ibu nifas terdiri dari 3 unsur yang dibuat dalam satu kalimat yaitu intervensi adalah perencanaan tindakan asuhan yang disusun sesuai prioritas seperti beritahu hasil pemeriksaan, beri HE sesuai kebutuhan, beritahu tanda bahaya ibu nifas, anjurkan kontrol ulang. kemudian di implementasikan berupa kata kerja seperti memberitahukan hasil pemeriksaan, memberikan HE sesuai kebutuhan, memberitahu tanda bahaya, menganjurkan kontrol kembali. Setelah di impelemntasikan lalu di evaluasi hasil tindakan berupa respon dari pasien seperti, ibu mengerti, ibu memahami, ibu bersedia, dll.
2.5 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 2.5.1 Definisi Bayi Baru Lahir Bayi Baru Lahir adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan yang aterm (3742 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. (Sondakh, 2013) Neonatus adalah Bayi Baru Lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. (Saifuddin, 2009) 2.5.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
41
semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Dimulai dari Tahap pertama yaitu 15 menit masa terbuka yaitu bayi pertama kali menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Bayi menangis keras, kemampuan menghisap meningkat, denyut nadi meningkat, pernafasan meningkat, peristaltik meningkat ditandai dengan pengeluaran mekonium. Tahap kedua yaitu 1 jam kemudian ditandai dengan menurunnya sistem saraf otonom sehingga pada tahap ini harus hati-hati karena bayi akan peka terhadap rangsangan. Secara klinis dapat terjadi perubahan yaitu denyut jantung dan pernafasan menurun, lendir mulut tidak ada, ronchi paru tidak ada, tonus otot menurun, bayi mulai tertidur pulas dan suhu menurun. Tahap ketiga yaitu 4-5 jam kegiatan syaraf otonom meningkat secara klinis, dan dapat dilihat terjadi perubahan seperti mulai peka terhadap rangsangan, pernafasan kembali normal, lendir dalam mulut terbentuk berlebihan, dan sekresi lambung meningkat ditandai dengan pengeluaran mekonium.
2.5.3 Ikterus 1. Definisi Ikterus ikterus dibagi menjadi dua yaitu ikterus fisiologi : ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga, tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melampaui potensi menjadi kern-icterus, tidak menyebabkan suatu morbiditas
42
pada bayi. Sedangkan ikterus patologis : ikterus yang mempunyai dasar patologis, kadar bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia (Saifuddin, 2009) Hiperbulirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang di tandai dengan ikterus,
yang di
kenal
dengan ikterus
neonaturum patologis.
(Hidayat,2008) Ikterus neonaturum adalah jumlah bilirubin yang berlebihan dalam sirkulasi neonatus sehingga menimbulkan perubahan warna kuning pada kulit dan sklera. (Helen, 2008) 2. Fisiologi Ikterus Karena faktor neonatur seperti ketidakstabilan Hb janin sehingga volume eritrosit meningkat pada neonatus tetapi ketahanan hidup eritrositnya menurun. Kemudian metabolisme bilirubin yang tidak sempurna sehingga fungsi hati yang imatur menyebabkan ambilan bilirubin di hati dan konjugasi bilirubin tidak sempurna. Serta eksresi bilirubin yang tidak sempurna sehingga neonatus belum memiliki flora usus. (Helen, 2008) 2.5.4 Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir 1. Biodata a. Nama bayi untuk menghindari kekeliruan,tanggal lahir untuk mengetahui usia neonatus,jenis kelamin untuk mengetahui jenis kelamin bayi,umur untuk mengetahui usia bayi, berat dan panjang bayi.
43
b. Nama orang tua. 2. Subyektif yaitu data yang di ambil dari pasien ataupun keluarga. a. Riwayat Prenatal : Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC, riwayat persalinan, frekuensi antenatal care (ANC), di mana keluhan-keluhan selama hamil, HPHT, peningkatan BB selama hamil, dan kebiasaan-kebiasan ibu selama hamil, usia kehamilan aterm/ tidak. b. Riwayat Natal : jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR untuk BBL. c. Riwayat Postnatal : mengkaji keadaaan umum, Mengobservasi Tanda-tanda vital bayi,tali pusat tidak ada infeksi, gerak bayi aktif, bayi sudah BAB dan BAK keluar dalam 24 jam pertama kelahiran dan mekonium berwarna kecoklatan( Wafi, 2010). d. Pola nutrisi : setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30cc/kg BB untuk hari berikutnya. e. Pola kebiasaan sehari-hari : 1) Pola nutrisi : setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30cc/kg BB untuk hari berikutnya.
44
2) Pola Eliminasi : proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah lahir,konsistensinya agak lembek,berwarna hitam kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin yang normalnya berwarna kuning. 3) Pola Istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari. 4) Pola Aktifitas : pada bayi seperti menangis BAK, BAB, serta memutar kepala untuk mencari puting susu. f. Riwayat Psikososial : kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru(Jenny, 2013). 3. Obyektif Merupakan data yang diperoleh dari petugas kesehatan. a. Pemeriksaan Fisik Umum : 1) Tingkat kesadaran rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur. 2) Warna kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal. 3) Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit,tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil,mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dalam batas normal. 4) DJJ : batas normal 120-160 x/menit, jika <120x/menit atau >160x/menit. 5) Suhu aksiler 36,50 sampai 37,50 C 6) Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama,mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari. ( Wafi : 2010)
45
d. Pemeriksaan fisik khusus : 1) Kepala : mengkaji adanya kaput sucedenum yang merupakan edema pada jaringan akibat trauma. Sefalhematoma,perdarahan kerongga poriosteum. 2) Mata : Mata harus didapati bersih,tanpa drainase,dan kelopak tidak bengkak dan perdarahan subkonjungtiva. 3) Telinga: mengkaji jumlah,bentuk,posisi,kesimetrisan letak dihungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran. 4) Hidung: lubang hidung harus didapati bersih dan tanpa mukus.( bayi baru lahir harus bernapas lewat hidung,jadi hidung yang tersumbat mempunyai implikasi yang besar bagi bayi.) 5) Mulut : mengkaji simetris/ tidak, mukosa mulut kering/ basah/ lidah, palatum, bercak putih pada gusi, reflek menghisap, adakah labio/ palatoskisis, trush, sianosis. 6) Leher
:
mengkaji
bentuk
simetris/tidak,adakah
pembengkakan
dan
benjolan,kelainan tiroid,hemangioma,tanda abnormalitas kromosom. 7) Dada : dada harus berbentuk simetris. Mame dapat berbentuk datar atau melebar sedikit karena efek esterogen ibu (perubahan ini dapat berakhir kirakira dalam 1 minggu). Hitung frekuensi pernafasan lebih dari 1 menit ( bayi tetap bertelanjang dada,dan lihat pergerakan dada atau abdomen). 8) Jantung : Frekuensi nadi apikal berkisar dari 120 hingga 160 kali/menit,tetapi kisaran ini dapat menjadi lebih rendah dai 100kali/menit pada saat tidur. 9) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,perdarahan tali pusat,jumlah pembuluh darah pada tali pusat,dinding perut dan adanya
46
benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetri/tidak,palpasi hati,ginjal. 10) Genital : pada bayi perempuan : terdapat menstruasi palsu ( sedikit perdarahan vagina) dan mukus jernih dari vagina atau keputihan. Pada bayi laki-laki, kedua testis harus dapat diraba pada skrotum, hyperpigmentasi dan guratan jelas pada skrotum, ofisium uretra di ujung penis. 11) Punggung : mengkaji adanya kelainan diantaranya spina bifida,lesung atau bercak berambut,skoliosis dan pembekangkan. 12) Paha : untuk menemukan adanya dislokasi kongenital apada paha (dislokasi paha). 13) Ekstremitas atas : untuk mengkaji adanya sindaktil atau kelebihan jari. Dan polidaktil atau kekurangan jari. 14) Ekstremitas bawah: untuk mengkaji adanya sindaktil atau terdapat selaput pada sela jari. Dan polidaktil atau kelebihan jari. Dan terdapat guratan 1/3 anterior.(Wafi, 2010) e. Pemeriksaan neurologis 1) Reflek moro / terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan,maka akan menimbulkan gerak terkejut. 2) Reflek menggemgam : apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa,maka ia akan berusha menggenggam jari pemeriksa. 3) Relek rooting / mencari : apabila pipi bayi di sentuh oleh jari pemeriksa maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
47
4) Reflek menghisap / sucking reflek : apabila bayi diberi dot/puting,maka ia berusaha untuk menghisap. 5) Glabella reflek : apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemriksa ,maka ia akan menegrutkan keningnya dan mengedipkan matanya. 6) Gland reflek : apabila bayi disentuh pada lipatan pada paha kanan dan kiri,maka ia akan berusaha mengangkat kedua pahanya. 7) Tonic neck reflek : apabila bayi diangkat dari temapt tidur (digendong),maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya. (Jenny, 2013) f. Pemeriksaan Antropometri 1) Berat Badan
: BB bayi normal 2500-4000 gram.
2) Panjang Badan
: panjang badan bayi normal 48-52 cm.
3) Lingkar Kepala
: lingkar kepala bayi normal 33-38 cm.
4) Lingkar Dada
: lingkar dada bayi normal 30-33 cm (wafi, 2010)
4. Analisa Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial.
Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan
obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal :bayi baru lahir cukup bulan/kurang bulan, Usia berapa hari fisiologis/ patologis. 5. Penatalaksanaan terdiri dari 3 unsur yaitu intervensi, implementasi dan evaluasi. intervensi berupa rencana tindakan yang akan di lakukan tersusun
48
secara sistematis dan sesuai prioritas seperti ajari posisi menyusu yang benar, jaga kehangatan bayi, ganti popok dan kasa, beritahu tanda bahaya BBL, beritahu jadwal imunisasi selanjutnya, beritahu hasil pemeriksaan, anjurkan kontrol kembali. kemudian di laksanakan semua rencana yang telah di susun dengan kata kerja yang mudah di serap ibu dan keluarga seperti susukan bayi dengan posisi yang benar, jaga kehangatan bayi, gantikan popok setiap BAB/BAK, kenali tanda bahaya pada BBL, memberitahukan jadwal imunisasi selanjutnya dan hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk kontrol ulang. lalu melihat evaluasi pada BBL ini sedikit berbeda karena hasil evaluasi kita lihat pada bayi, apakah bayi menyusu dengan benar, bayi merasa hangat atau tidak, popok basah/tidak, kasa bersih/tidak, bayi terdapat tanda bahaya/ tidak, bayi sudah mendapat imunisasi apa saja, kemudian untuk evaluasi ibu seperti ibu mengerti, ibu kooperatif, ibu bersedia, dll.
49
2.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana 2.5.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu upaya untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 2011) Kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. (BKKBN,2013) 2.5.2. Fisiologi Keluarga Berencana Progam KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan estrogendan progestin terus menerus terjadi penghambatan ovulasi-komponen esterogen menghambat sekresi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga pertumbuhan folikel tertekan sementara progesteron terutama menghambat lonjakan luitenizing hormone (LH) juga menghambat ovulasi. Mengubah mukus menjadi lebih sedikit, kental, dan seluler dengan daya regang yang rendah sehingga transportasi dan
50
penetrasi sperma terganggu. Tipe mukus serviks seperti ini di timbulkan oleh Kontrasepsi kombinasi pada semua dosis dan menimbulkan efek kontraseptif tambahan apabila tetap terjadi ovulasi. Mengubah endometrium menjadi atrofik, dan tidak reseptif terhadap implantasi, disebabkan oleh kelenjar mikrotubular dan kondensasi
fibroblastik
pada
stroma.
Pada
pemakaia
jangka
panjang,
endomentrium secara progresif menipis dan atrofik. Pembentukan pembuluh darah berkurang dan produksi prostaglandin uterotonik dan vasoaktif menurun sehingga pada pemakai KOK withdrawal bleeding menjadi sedikit dan kurang nyeri. Jenis-jenis Keluarga berencana yang mengandung hormonal : Pil kombinasi, suntik kombinasi, kontrasepsi progestin ( suntik progestin, pil progestin, AKBK/implant, AKDR dengan progestin). Kontrasepsi non hormonal yaitu kontrasepsi yang sama sekali tidak menggunakan hormone apapun sehingga pencegahan kehamilannya pun tiap metode berbeda. Beberapa metode nonhormal yaitu : 1.
Senggama terputus : metode ini di lakukan dengan cara dimana pria mengeluarkan penisnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
2. Pantang Berkala : metode ini dilakukan dengan cara menghindari senggama saat dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda kesuburan seperti keluarnya lendir encer dari liang vagina. 3. Kondom : menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
51
4. Diafragma : metode ini dilakukan dengan cara menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida. 5. Spermisida : merupakan bahan kimia (biasanya non oksinol-9) sehingga cara kerjanya yaitu menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. 6. Alat kotrasepsi Dalam Rahim/ AKDR : menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang memengaruhi enzimenzim endometrium, metabolism glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. 2.5.3. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana 1. Subyektif a. Keluhan Utama atau alasan kunjungan : apabila calon akseptor baru tanyakan ingin menggunakan KB jangka panjang/pendek, jenis KB yang di harapkan, rencana KB. b. Riwayat kesehatan : untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi KB yang berhubungan dengan KB hormonal. c. Riwayat KB : untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB dan beralih ke kontrasepsi apa.
52
d. Kehidupan Sosial Budaya : untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien. e. Seksual : Menggambarkan keluhan pada saat melakukan hubungan seksual, frekuensi dan terakhir melakukan hubungan seksual.Pada akseptor KB dianjurkan melakukan hubungan seksual sebagaimana mestinya yakni 23x/minggu dengan catatan tidak ada keluhan/erosi/perdarahan yang dapat mengarah ke masalah potensial. f. Riwayat ginekologi : pernah/ tidak perdarahan pervagina yang tidak di ketahui penyebabnya, pernah/tidak abortus, memiliki penyakit seperti tumor jinak, kanker alat genital, TBC pelvik atau tidak. ( Data untuk AKDR saja) g. Riwayat Haid : Siklus/ jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan Normalnya 23-32 hari. Dismenorea : ya/ tidak , Flour albus : ya/tidak (tidak gatal , tidak berbau , bening) . (untuk AKDR). (Sulistyawati, 2010) h. Riwayat obstetrik Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan, penolong persalinan, apakah ibu menyusui atau tidak.. 2. Obyektif yaitu data yang didapat melalui pemeriksaan. a. Pemeriksaan Fisik Umum 1) Keadaan Umum : baik/ kurang baik 2) Kesadaran
: Komposmentis/apatis/somnolen.
53
3) Tanda-tanda vital : a) Tekanan Darah (N110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Bila >140/90 mmHg) hati-hati adanya hipertensi. Jika tekanan darah < 180/110 mmHg tidak diperbolehkan untuk menggunakan KB Kombinasi. b) Nadi normal
: 60-100 menit. Bila abnormal mungkin ada kelainan
jantung, sebagai kontraindikasi KB hormonal. b. Pemeriksaan fisik khusus 1) KB Hormonal a) Mata jika ditemukan sklera berwarna kuning ? Adanya indikasi penyakit hati. Ini merupakan kontraindikasi KB hormonal. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal. b) Payudara apakah ada benjolan yang mencurigakan di payudara ? Benjolan yang dicurigai sebagai kanker biasanya tidak sensitif, unilateral, tidak biasa bentuknya dengan decreased mobility. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal. c) Abdomen apakah ada pembekakan pada hati ? Jika jawaban ya indikasi adanya penyakit hati. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal. 2) KB Non Hormonal a) Mata jika dijumpai konjungtiva pucat indikasi anemia. Karena anemis merupakan kontraindikasi dari KB IUD. Jika klien tetap meminta untuk AKDR dipasang, boleh dipasang, tetapi lakukan evaluasi sesudah 3 bulan. Jika ditemukan sklera berwarna kuning ? Adanya indikasi penyakit hati. Ini
54
merupakan kontraindikasi KB hormonal. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal. b) Abdomen apakah terdapat perasaan nyeri di abdomen atau nyeri tekan ? Temuan ini dapat memberikan kesan kemungkinan hamil. Beri perhatian khusus sewaktu melakukan pemeriksaan dalam AKDR jangan dipasang kalau kuat sangkaan adanya hamil. (Biran, 2011) c) Genetalia apakah ada ulkus, pembengkakan kelenjar bartholin dan kelenjar skene. Pemeriksaan dalam dengan pemeriksaan menggunakan inspekulo: perhatikan cairan vagina, serfisistis dan bila ada indikasi lakukan pap smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap gonorrhoe. Pemeriksaan bimanual: Untuk menetukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan – kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ – organ sekitarnya ( nyeri goyang serviks, tumor adneksa). terdapat/ tidak infeksi alat genital seperti vaginitis dan servisitis, ada/tidak tumor jinak rahim, ada/tidak TBC pelvik, ada/tidak kanker alat genital, ukuran rongga panggul >5 cm. ( pemeriksaan untuk AKDR saja)(Sri, 2011) c. Pemeriksaan Dalam (dilakukan jika memilih KB jenis AKDR) 1) Pemeriksaan menggunakan inspekulo
: perhatikan cairan vagina, serfisistis
dan bila ada indikasi lakukan pap smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap gonorrhoe. 2) Pemeriksaan bimanual dan
mobilitas
uterus,
: Untuk menetukan besar, bentuk, posisi, konsistensi serta
untuk
menyingkirkan
kemungkinan
–
55
kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ – organ sekitarnya ( nyeri goyang serviks, tumor adneksa). (Handayani, 2011) 3. Analisis Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial.
Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan
obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal: Ny ‘…’ PAPAH, Usia..... dengancalon akseptor KB… 4. Penatalaksaan terdiri dari 3 unsur yaitu intervensi, impelementasi dan evaluasi. Untuk melakukan penatalaksanaan pada KB sebelumnya kita rencanakan tindakan apa yang akan dilakukan disusun sesuai prioritas dan sistematis seperti beritahu hasil pemeriksaan pada ibu, beritahu macam-macam KB, beritahu keuntungan, kerugian dan efek samping dari masing-masing KB, bantu ibu dan suami memilih, beritahu cara penggunaan/pemasangan, anjurkan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi tambahan, beritahu kontrol ulang dan apabila sewaktu-waktu bermasalah dengan kontrasepsi yang digunakan. Kemudian dilakukan implementasi, ini berupa pelaksanaan dari rencana yang telah disusun kemudian di sampaikan ke pasien dengan kata kerja dan bahasa yang mudah dimengerti. Lalu kita evaluasi dengan melihat ekspresi ibu, seperti apakah ibu kooperatif, ibu memahami, ibu antusias, dll.