KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai aspek analisis geomorfologi. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan, kasih, dan kepercayaannya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih p ositif bagi penulis dan pembaca.
Jatinangor, 7 Maret 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Hal Kata Pengantar…………................................................. Pengantar………… ................................................. ............................................ 1 Daftar Isi .............................................. ...................................................... ....................................................................... ................. 2 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ................................................ .................................................... 3 2. Rumusan Masalah ................................................... ............................................ 3 3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN 1. Aspek Analisis Geomorfologi..…………………………………………..…….4 Geomorfologi..…………………………………………..…….4 2. Morfografi ................................................... .................................................... 4 3. Morfometri ................................................... .................................................... 6 4. Morfogenetik.................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................... .................................................. 11 B. Saran .................................................. ..................................................... ............................................................ ....... 11
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….12 Pustaka……………………………………………………………………….12
2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Geomorfologi berasal dari tiga kata yaitu geo yan g berarti bumi, morfo yang berarti bentuk, dan logos yang berarti ilmu. Maka dari itu geomorfologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Van Zuidam dan Cancelado (1979) mendefinisikan geomorfologi
sebagai
studi
yang
mendeskripsikan
bentuk
lahan
dan
proses
yang
mempengaruhinya dan menyelidiki interelasi antara bentuk dan proses tersebut dalam tatanan keruangannya. Sedangkan Verstappen (1983) mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuk lahan penyusun muka bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada pembentukan dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan. Bentuk permukaan bumi bermacam – bermacam – macam, macam, seperti adanya punggungan dan lembahan. Bentuk permukaan yang berbeda menjelaskan proses keterbentukannya pun berbeda. Dalam studi bentuk lahan diklasifikasikan berdasarkan aspek morfometri, morfografi, dan morfogenesanya. Tujuan dari klasifikasi bentuklahan tidak lain adalah menggolong-golongkan agar mudah dibedakan karakteristik bentuk lahan satu dengan bentuk lahan lainnya. Dengan melihat aspek – aspek – aspek analisis geomorfologi ini, kita bisa mengatahui proses apa saja yang terjadi pada permukaan bumi ini.
2. Rumusan Masalah 1. Apa saja aspek – aspek – aspek aspek dalam analisis geomorfologi? 2. Apa pengertian dari morfografi, morfometri, dan morfogenetik? 3. Apa contoh dari masing – masing – masing masing aspek analisis geomorfologi?
3. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui aspek – aspek – aspek aspek analisis morfologi. 2. Mengetahui definisi morfografi, morfometri, morfogentik dan contohnya masing – masing – masing. masing. 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Aspek Analisis Geomorfologi Geomorfologi Analisis geomorfologi adalah melakukan kajian terhadap bentuk permukaan bumi berdasarkan elevasi, kelandaian, kemiringan lereng, pola kontur, pola aliran sungai, kerapatan DAS, dan lain - lain. Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilak ukan pada foto udara atau pada peta topografi. Ada beberapa aspek dalam me lakukan analsis geomorfologi diantaranya morfografi, morfometri, dan morfogenetik.
2. Morfografi Morfografi adalah aspek analisis geomorfologi secara dekriptif yang berkaitan dengan bentuk dan sebaran. Bentuk – Bentuk – bentuk bentuk permukaan bumi diantaranya yaitu pegunungan, gunung api, perbukitan, dan pedataran. A. Pegunungan Pegunungan yaitu suatu bentuk permukaan bumi yang terbentuk akibat adanya proses tektonik yaitu tumbukan antar lempeng benua. Kata pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuk lahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lebih dari 20%. Pegunungan terbagi menjadi tiga yaitu pegunungan tinggi, pegunungan sedang, dan pegunungan rendah. Ketiga jenis tersebut dibedakan berdasarkan elevasinya. Contoh dari pegunungan yaitu pegunungan Yura, pegunungan Jaya Wijaya, pegunungan Himalaya, pegunungan Alpen, dan yang yang lainnya. B. Perbukitan Perbukitan yaitu suatu bentuk permukaan bumi yang terbentuk karena erupsi gunung api dan pengaruh tektonik seperti lipatan dan sesar. Perbukitan memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter dan memiliki kemiringan lereng antara 7% hingga 20%. Sebutan perbukitan Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuk lahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural. Contoh dari perbukitan yaitu perbukitan karst, gumuk tefra, dan lain – lain – lain. lain.
4
C. Pedataran Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato. Pedataran terdiri dari dua jenis yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran tinggi terbentuk karena struktur. Contoh dari dataran tinggi adalah daerah bandung. Sedangkan contoh dari dataran rendah adalah ad alah pantai, delta, pulau – pulau – pulau pulau kecil seperti pulau seribu. seribu. Pulau seribu terbentuk dari terumbu karang yang terangkat menjadi menjadi tempat akumulasi pasir karena adanya pengaruh pen garuh tektonik maupun surutnya air laut. Selain S elain itu, dataran d ataran rendah pada daerah fluvial ditandai dengan adanya erosi lateral yang dominan sehinngga menyebabkan terbentuknya meander – meander – meander meander pada sungai atau oxbow lake. Bentuk lahan dataran terdiri dari : a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan ombak, bercampur dengan lempung dan lanau. Contohnya yaitu dataran pantai dan dataran pesisir. b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lempung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endapan alluvium. Contohnya yaitu dataran banjir. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus sampai sedang, lempung, dan lanau. Contohnya yaitu delta kuala. d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert breksi dan tuf. D. Gunung Api Gunung api adalah nbentuk permukaan bumi yang terbentuk akibat tektonik dan proses magmatik. Gunung api terbentuk akibat adanya gerakan konvergen antara lempeng benua dan lempeng samudera yang mengakibatkan subduksi. Lempeng samudera yang menujam ke bawah melebur menjadi magma seiring dengan semakin dalam lempeng tersebut masuk. Magma yang dihasilkan naik menuju permukaan bumi melalui rekahan dan akhirnya terbentuklah gunung api. Bentuk lahan gunungapi umumnya memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %). Variabel geomorfologi gunung api diantaranya yaitu pucak, tubuh, dan kaki gunung api. Material yang dapat ditemui pada 5
bentuk lahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra). Bentuk puncak gunung api terdiri dari satu puncak, puncak ganda, dan puncak ban yak. Jika gunung api tersebut memiliki satu puncak, maka gunung api tersebut tidak banyak bererupsi. Tetapi jika gunung api tersebut memiliki puncak banyak, maka gunung tersebut sudah banyak bererupsi. Jika erupsi yang dilakukan oleh gunung api bersifat eksplosif, maka kawah gunung api tersebut akan hancur dan terbentuk kaldera.
3. Morfometri Morfometri Morfometri adalah aspek analisis morfologi yang bersifat kuantitatif serta berkaitan dengan ukuran, luas, kemiringan lereng, ketinggian, kerapatan kontur, kerapatan DAS, dan lain – lain – lain. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut. A. Lereng Lereng merupakan bagian dari bentuk lahan yang dapat menjadi penilaian dalam aspek morfometri. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut. Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)
6
Kemiringan
Kemiringan
lereng (°)
lereng (%)
<1
0-2
Datar – Datar – hampir hampir datar
0 – 2 – 2
1-2
1-3
3-7
Sangat landai
2 – 6 6
2 – 7 7
Keterangan
Klasifikasi
Klasifikasi
USSSM* (%)
USLE* (%)
3-6
8 - 13
Landai
6 – 13 – 13
7 – 12 12
6-9
14 - 20
Agak curam
13 – 13 – 25 25
12 – 12 – 18 18
9 - 25
21 - 55
Curam
25 – 25 – 55 55
18 – 18 – 24 24
25 - 26
56 - 140
Sangat curam
> 55
> 24
> 65
> 140
Terjal
*USSSM = United Stated Soil System Management USLE
= Universal Soil Loss Equation
Sementara ukuran panjang lereng sebagai berikut: Tabel 2. Ukuran panjang lereng (van zuidam, 1985)
PANJANG LERENG (M)
KLASIFIKASI
< 15
Lereng sangat pendek
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
Lereng panjang
> 500
Lereng sangat panjang
B. Elevasi Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ketinggian nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuk lahan, seperti perbukitan, pegunungan dan dataran. Hubungan perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut: 7
Tabel 3. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (sumber : Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT
UNSUR MORFOGRAFI
< 50 meter
Dataran rendah
50 meter - 100 meter
Dataran rendah pedalaman
100 meter - 200 meter
Perbukitan rendah
200 meter - 500 meter
Perbukitan
500 meter - 1.500 meter
Perbukitan tinggi
1.500 meter - 3.000 meter
Pegunungan
> 3.000 meter
Pegunungan tinggi
C. Relief, Kemiringan Lereng, dan Elevasi Tabel 4. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)
KELAS RELIEF
KEMIRINGAN LERENG ( % )
PERBEDAAN KETINGGIAN (m)
Datar - Hampir datar
0 - 2
<5
Berombak
3 - 7
5 - 50
8 - 13
25 - 75
Berombak Bergelombang
8
-
Bergelombang Berbukit
-
14 - 20
75 - 200
Berbukit Pegunungan
-
21 - 55
200 - 500
55 - 140
500 - 1.000
> 140
> 1.000
Pegunungan curam
Pegunungan curam
sangat
D. Kerapatan Aliran Tabel 5. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS KERAPATAN
KARAKTERISTIK
HALUS
Kurang dari 0,5 cm
Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk
SEDANG
0,5 cm - 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang
KASAR
9
PADA SKALA 1: 25.000 MEMILIKI KERAPATAN
Lebih besar dari 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan terhadap erosi.
4. Morfogenetik Morfogenetik Morfogenetik adalah aspek analisis geomorfologi yang berkaitan dengan asal usul terjadinya, proses, ruang dan waktu. Proses yang menyebabkan keterbentukan bentuk muka bumi yaitu akibat adanya gaya endogen dan gaya eksogen. Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial artifisial (aktifitas manusia). Sedangkan proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi seperti tektonik. Contoh dari aspek morfogenetik ini yaitu: a. Gawir yang menandakan adanya sesar/fault. b. Lidah lava menandakan adanya aliran lava. c. Lembah berbentuk “U” menandakan adanya erosi lateral yang sebanding dengan erose vertikal. d. Kaldera menandakan adanya letusan gunung api yang sangat dahsyat. e. Sesar ditunjukkan dengan adanya pola aliran rektangular.
10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Analisis geomorfologi adalah melakukan kajian terhadap bentuk permukaan bumi berdasarkan elevasi, kelandaian, kemiringan lereng, pola kontur, pola aliran sungai, kerapatan DAS, dan lain - lain. Analisis geomorfologi terdiri dari tiga aspek yaitu morfografi, morfometri, dan morfogenetika. Morfografi yaitu aspek analisis geomorfologi secara dekriptif yang berkaitan dengan bentuk dan sebaran. Contohnya yaitu bentuk permukaan bumi diantaranya pegunungan, gunung api, perbukitan, dan pedataran. Morfometri adalah aspek analisis morfologi yang bersifat kuantitatif. Contoh dari aspek morfometri adalah ukuran, luas, kemiringan lereng, ketinggian, kerapatan kontur, kerapatan DAS, dan lain – lain – lain. lain. Sedangkan Morfogenetik adalah aspek analisis geomorfologi yang berkaitan dengan asal usul terjadinya, proses, ruang dan waktu. Sebagai contoh gawir atau fault scarp yang menandakan adanya sesar pada daerah tersebut. Selain itu kaldera menandakan erupsi yang eksplosif, lembah berbentuk “U” menandakan erosi lateral yang sebanding dengan erosi vertikal.
2. Saran Kami sadar dalam pembuatan makalah “Aspek Analisis Geomorfologi” Geomorfologi” ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari isi, cara penulisan dan sebagainya. Namun kami sudah berusaha dengan sebaik-baiknya agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sebagai manusia biasa kami tak luput dari salah dan lupa, kami berharap kritik dan saran dari pembaca agar bisa menjadi motivasi untuk penyusunan makalah selanjutnya. Kami mengucapkan terimakasih kepada sumbersumber yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing mata kuliah Analisis Geomorfologi yang telah memberikan tugas ini, yang sebenarnya untuk kebaikan bagi kami.
11
Daftar Pustaka
Suprapto Dibyosaputro, Drs. M.Sc., (1997), Geomorfologi Dasar, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Karami, Ghozian. Ghozian. “Van “Van Zuidam”. Zuidam”. Diakses Diakses tanggal 7 Maret 2015. http://geofact.blogspot.com/2011/01/van-zuidam.html Thornbury., W.D., Principles of Geomorphology., Second Edition., Willey and Sons., 1969. Istriyanti, Isrok. “Aspek Geomorfologi”. Diakses tanggal 7 tanggal 7 Maret 2015. http://mysiwonest.blogspot.com/2012/10/aspek-geomorfologi.html
12