ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN DIAGNOSA KECELAKAAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN SUSPEK TRAUMA ABDOMEN DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Disusun Oleh : NUNIK HARNAWANTI 32-055-08-1-2012
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN DIAGNOSA KECELAKAAN LALU LINTAS DAN DAN SUSPEK TRAUMA TRAUMA ABDOMEN DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Tgl. Masuk ICU Jam No. CM Identitas Pasien Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Status Pernikahan Alamat
: 8 Agustus 2013 : 03.45 WIB :
: Sdr. A : 25 Tahun : Islam : Tamat SMTA : Pegawai Swasta :Belum Kawin : Paitan Rt 01/Rw 01 Kemiri Purworejo
Penanggung Jawab Nama Umur Hubungan Alamat
: : : :
PENGKAJIAN Tgl. : 9 Agustus 2013 Jam : 09.00 WIB
Pengkajian Primer
1. Airway
: Tidak ada sumbatan jalan nafas
2. Breathing
: I : Tidak terlihat retraksi dada RR : 24x/mnt P : Gerakan dada dan kiri sama semitris P : Tidak terkaji A : Tidak terdengar suara tambahan
3. Sirkulasi
: TD : 110/70 mmHg, N : 80x/mnt, teraba kuat dan tidak teratur ekteremitas
teraba dingin 4. Disablity
: Kondisi klien dalam keadaan sadar (composmentis), (composmentis ), komunikasi terbatas karena
klien lebih terfokus pada nyeri yang dirasakan, GCS : 15.
Pengkajian sekunder Alasan utama datang ke RS : Klien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematom, dan klien mual-mual Riwayat penyakit sebelumnya : Klien sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat seperti diabetes melitus,stroke,jantung dan lain sebagainya. Keluhan Utama : Fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematom Riwayat kesehatan lalu : Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat. Riwayat Penyakit Sekarang Kesadaran klien composmentis, tetapi klien tampak lemah, kaki kanan terpasang spalk. TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24 x/mnt, S 36 C, GCS total 15,dan reflex pupil3/3. Alasan masuk ICU Klien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3, pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus,kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24x/mnt, dan S 36 C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : Sakit/nyeri : Skala nyeri 8 Status gizi : Kurang Sikap : Lemah, kadang-kadang meringis kesakitan. Personal hygiene : Bersih 2. Data sistematik a. Sistem persepsi sensor Pendengaran : Normal Penglihatan : Normal, konjungtiva : tidak anemis Sklera : Tidak ikterik Pengecap/pengidu : Normal Peraba : Normal b. Sitem pernafasan Frekwensi : Normal 24x/menit Suara nafas : Normal. c. Sistem cardio vaskuler Tekanan darah : 100/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/menit, irama : teratur Kekuatan : Kuat, akral : hangat d. Sistem saraf pusat Kesadaran : CM Bicara : Normal Pupil : 3/3 Orientasi waktu : Baik Orientasi tempat : Baik Orientasi orang : Baik
e.
Sistem gastrointestinal Nafsu makan : Normal Mulut & tenggorok : Normal Kemampuan mengunyah : Normal Kemampuan menelan : Normal Perut : Normal Colon dan rektum : BAB 2x dalam sehari f. Sistem musculosceletal Rentang gerak : lemah Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari dibantu Genggaman tangan : Kedua tangan bisa digerakkan, kaki kanan dipasang spalk. Otot kaki : lemah ketika digerakan g. Sistem integumen Warna kulit : warna kulit sawo mateng Turgor : Normal Memar : ada memar Lain-lain : Normal h. Sistem perkemihan Vesica urinaria : Klien menggunakan kateter sebagai alat bantu untuk BAK dan menggunakan pamper untuk BAB,sehari BAK yang dikeluarkan bisa sampai 800-1000 cc/per hari
3. Data penunjang Terapi yang diberikan RL 30 TPM fungsi Inf RL adalah untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok
hivopolemik termasuk perdarahan.
O2 3 lpm
Ceftriaxone 2x1 gr/st fungsinya untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif mamupun gram negatif.
Ketorolac 3x30 g berfungsi untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari.
Piracetam 3grx3 bergungsi untuk pengobatan infark serebral.
Kalnex 3x500gr berfungsi untuk Pendarahan abnormal sesudah operasi secara umum.
Ranitidin 2x1 Amp berfungsi untuk engobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
POLA KEBUTUHAN GORDON 1. Pola eliminasi Buang air besar : Pola 2 kali sehari, selama di rumah sakit satu – dua hari sekali baru BAB. Buang air kecil : dibantu kateter , warna kuning jernih, jumlah antara 800 – 1000 cc/hari
2. Pola aktifitas dan latihan No 1 2 3 4 5
Kemampuan perawatan diri Makan/minum Toileting Berpakaian Mobilitas tempat tidur berpindah
0
1
2
3
4
√ di
√ √
Keterangan: 0 mandiri 1 dibantu sebagian 2 perlu bantuan orla 3 perlu bantuan orla dan alat 4 tergantung/tidak mampu
√
3. Pola istirahat tidur Selama di rawat di ICU klien gelisah, susah untuk tertidur, tetapi kalau tertidur klien sering terbangun karena merasa kesakitan. 4. Pola persepsi diri Tidak bisa dikaji 5. Pola nutrisi Klien makan dibantu dan diberi makanan tinggiserat tinggi protein dan terpasang infus 30 tpm 6. Pola perceptual Tidak terkaji 7. Penglihatan dan pendengaran masih baik ( normal ). 8. Pola peran dan hubungan 9. Tidak terkaji 10. Pola menejemen koping stress Tidak terkaji 11. Sistem nilai dan kepercayaan Tidak terkaji
Pengkajian tanggal 9 Agustus 2013: Klien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3, pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus,kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24x/mnt, dan S 36 C.
LEMBAR ANALISIS DATA
No 1
Data DS :
Masalah Nyeri akut
Klien
mengatakan masaih merasa nyeri pada kaki kanannya
Kemungkinan Penyebab Agen Cidera biologi Post KLL
No
Data
Masalah
Kemungkinan Penyebab
P : Post KLL dengan fraktur cruris Q
: seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S:8 T : terus menerus DO : Tanpa menahan sakit Tanpa meringiris kesakitan 2
DS : Klien
mengatakan sakit pada lukanya Klien mengatakan kalau kaki kanannya digerakkan sedikit saja maka akan terasa sakit. Klien mengatakan kalau bergerak sedikit saja terasa sangat sakit DO : Menahan sakit meringis kesakitan susah menggerakkan kakinya
3
DS :
Gannguan fisik
mobilitas
Defisit perawatan diri
Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan
Kelemahan fisik
DO :
Mandi dibantu Makan dibantu Kakinya kalau digerakkan terasa sakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN No 1. 2.
3.
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen cidera fisik post KLL Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien Umur Ruang dirawat
Tgl. Jam
9 Agustus 2013 09.00
: Sdr.A : 25 Thn : ICU
No. Register Diagnosa Medis Alamat
: : Post KLL : Paitan Tanda Tangan dan Nama
RENCANA
Diagnosa
Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen cidera fisik post KLL DS :
ujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x7 jam klien diharapkan dapat mengontrol rasa nyerinya dengan kriteria hasil : Klien mampu mengontrol nyeri(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan) Klien mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Klien mampu mengenali skala nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan tanda nyeri) Klien mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x7 jam klien dapat melakukan mobilsasi di tempat tidur dengan kriteria hasil : Klien mampu meningkatkan aktifitas fisiknya Klien mengerti tujuan peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Klien
mengatakan masaih merasa nyeri pada kaki kanannya P : Post KLL dengan fraktur cruris Q : seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S:8 T : terus menerus DO : Tanpa menahan sakit Tanpa meringiris kesakitan
Intervensi Pain Management 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,dan faktor presipitasi 2. mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. menggunakan tekhnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau
9 Agustus 2013 10.00
Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki kanan DS :
Klien
mengatakan sakit pada lukanya Klien mengatakan kalau kaki kanannya digerakkan sedikit saja maka akan terasa sakit. Klien mengatakan kalau bergerak sedikit saja terasa sangat sakit DO :
Tgl. Jam
Exercise therapy: Ambulation 1. Memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Mengkaji kemampuan klien untuk mobilisasi 3. Melatih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan 4. Memberikan bantuan jika diperlukan 5. Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Tanda Tangan dan Nama
RENCANA
Diagnosa
ujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam klien diharapkan dapat meningkatkan kebersihan dirinya dengan dibantu keluarga atau perawat dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan ADLs dapat melakukan ADLs dengan bantuan
Self care asisstance : ADLs 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri atau dibantu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,berhias,toileting dan makan 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self care 4. Dorong klien melakukan secara mandiri,tapi beri bantuan ketika klien mampu melakukannya 5. Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian,untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Menahan sakit meringis
kesakitan
susah menggerakkan kakinya
9Agustus Defisit perawatan 2013 kelemahan fisik 11.00 DS :
diri
berhubungan
dengan
DO :
Mandi dibantu Makan dibantu Kakinya kalau digerakkan terasa sakit
Tgl. Jam
Tanda Tangan dan Nama
RENCANA
Diagnosa
ujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam klien diharapkan dapat meningkatkan kebersihan dirinya dengan dibantu keluarga atau perawat dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan ADLs dapat melakukan ADLs dengan bantuan
Self care asisstance : ADLs 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri atau dibantu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,berhias,toileting dan makan 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self care 4. Dorong klien melakukan secara mandiri,tapi beri bantuan ketika klien mampu melakukannya 5. Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandirian,untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Menahan sakit meringis
kesakitan
susah menggerakkan kakinya
9Agustus Defisit perawatan 2013 kelemahan fisik 11.00 DS :
diri
berhubungan
dengan
DO :
Mandi dibantu Makan dibantu Kakinya kalau digerakkan terasa sakit
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien Umur Tgl. Jam 9 Agustus 2013
: Sdr.A : 25 Tahun Diagnosa dan Implementasi Keperawatan
No. Register Ruang dirawat
: : ICU
Alamat
: Paitan
Evaluasi S : Klien mengatakan masih merasa nyeri
Dx I Implementasi :
P : Post kecelakaan lalu lintas
Tgl. Jam
Diagnosa dan Implementasi Keperawatan
Evaluasi
09.00 09.10 10.00 13.00
1. 2. 3. 4.
Q : seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S:7 T : terus menerus
Memonitor TD,Nadi,Suhu,dan RR Memonitor keadaan umum Klien Memberi obat sesuai advince Memonitor urine output
O : keadaan umum masih lemah, TD132/75 mmHg, Nadi 56x/mnt, RR 18x/mnt, suhu 36,2 C.
9 Agustus 2013 09.000 0910 10.00
Nama & TTD
Dx II Implementasi 1. Memonitor TD, Nadi,Suhu,dan RR 2. Memonitor keadaan umum klien 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien
A : masalah keperawatan belum teratasi P : lanjutkan intervensi S : klien mengatakan masih nyeri, dan merasa pegel-pegel pada bagian kaki kanan. O : keadaan umum masih lemah, TD 120/72 mmHg,Nadi 63x/mnt, RR 25x/mnt, dan Suhu 36,2 C. A : masalah keperawatan belum teratasi P : lanjutkan intervensi Pasien Pindah ke Bangsal Anggrek.
Nama & TTD
Tgl. Jam
Diagnosa dan Implementasi Keperawatan
Evaluasi
09.00 09.10 10.00 13.00
1. 2. 3. 4.
Q : seperti ditusuk-tusuk R : Kaki kanan S:7 T : terus menerus
Memonitor TD,Nadi,Suhu,dan RR Memonitor keadaan umum Klien Memberi obat sesuai advince Memonitor urine output
O : keadaan umum masih lemah, TD132/75 mmHg, Nadi 56x/mnt, RR 18x/mnt, suhu 36,2 C.
9 Agustus 2013 09.000 0910 10.00
Dx II Implementasi 1. Memonitor TD, Nadi,Suhu,dan RR 2. Memonitor keadaan umum klien 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien
A : masalah keperawatan belum teratasi P : lanjutkan intervensi S : klien mengatakan masih nyeri, dan merasa pegel-pegel pada bagian kaki kanan. O : keadaan umum masih lemah, TD 120/72 mmHg,Nadi 63x/mnt, RR 25x/mnt, dan Suhu 36,2 C. A : masalah keperawatan belum teratasi P : lanjutkan intervensi Pasien Pindah ke Bangsal Anggrek.
Trauma Abdomen
A. Defenisi Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1998). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
Nama & TTD
Trauma Abdomen
A. Defenisi Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1998). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu : Trauma penetrasi
a. Luka tembak Luka tusuk b. Trauma non-penetrasi
Kompres Hancur akibat kecelakaan Sabuk pengaman Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. 2. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah. 3. Cedera thorak abdomen Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).
B. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen. Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. 2. Trauma tembus Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
C. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang
muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
D. Manifestasi Klinik Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas. 2. Darah dan cairan Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi. 3. Cairan atau udara dibawah diafragma Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben. 4. Mual dan muntah 5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
E. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto thoraks Untuk melihat adanya trauma pada thorak. 2. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk
base-line data bila
terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar. 3. Plain abdomen foto tegak Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus. 4. Pemeriksaan urine rutin Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal. 6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). 1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya o Trauma pada bagian bawah dari dada o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak) o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang) 2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut : o Hamil o Pernah operasi abdominal o Operator tidak berpengalaman o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan 7. Ultrasonografi dan CT Scan Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum. b. Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100 – 200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. 2. Pemeriksaan Laparoskopi Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya. 3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi. c. Penatalaksanaan Medis
1. Abdominal paracentesis Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi. 2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut. 3. Pemasangan NGT Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen. 4.
Pemberian antibiotik Mencegah infeksi.
5.
Laparotomi
PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas. 1.
Airway Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, per iksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya. 2.
Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat -dengarrasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan). 3.
Circulation Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1.
Stop makanan dan minuman
2.
Imobilisasi
3.
Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1.
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2.
Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3.
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4.
Imobilisasi pasien.
5.
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7.
Kirim ke rumah sakit.
Hospital
1.
Trauma penetrasi Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan. a. Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum. b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada. c. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra. d. Sistografi Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada : o fraktur pelvis o trauma non-penetrasi
2.
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit : a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase. b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera. c. Study kontras urologi dan gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
PATHWAY
Trauma (kecelakaan)
↓ Penetrasi & Non-Penetrasi
↓ Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, hematom)
↓ Menekan saraf peritonitis
↓ Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen
→ Nyeri
↓ Motilitas usus
↓ Disfungsi usus
→ Resiko infeksi ↓
Refluks usus output cairan berlebih
Gangguan cairan
Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit
kebutuhan tubuh
↓ Kelemahan fisik
↓ Gangguan mobilitas fisik (Sumber : Mansjoer,2001)
ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah : 1. Aktifitas/istirahat Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma) . 2.Sirkulasi Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll). 3. Integritas ego Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis) Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi. 4. Eliminasi Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi. 5. Makanan dan cairan Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan. Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen 6.Neurosensori Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh 7. Nyeri dan kenyamanan Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama. Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan Data Subyektif : Perubahan pola nafas 9.
Keamanan Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan. Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan. Intervensi 1.
: Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan 2.
Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan 3.
Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan. 4.
Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh. 5.
Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi Intervensi : 1.
Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien. 2.
Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen 3.
Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian 4.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri. 5.
Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi Intervensi : 1.
Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini. 2.
Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi. 3.
Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi. 4.
Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial 5.
Kolaborasi pemberian antibiotik R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10,17,2009,13.10am Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC