PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uiteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uteru dan jaringan ikat yang menumpangnya (Sarwono;891). Mioma uteri sering disebut tumor miomistosa atau fibroid uterus yang hamper selalu jinak dan timbul dari jaringan otot uterus. Tumor ini adalah umum, terjadi pada sekitar 20% wanita kulit putih dan 40% - 50% wanita Afrika-Amerika (Smeltzer&Barre;1556). Mioma uteri diklasifikasikan menurut lokasinya yaitu tumor intramural terletak didalam dinding otot uterusdan dapat merusak bentuk rongga uterus atau dapat pula menonjol pada permukaan luar. Tumor subserosa terletak tepat dibawah lapisan serosa dan menonjol keluar dari permukaan uterus. Tumor dapat bertangkai dan meluas kedalam rongga panggul atau rongga abdomen. Tumor submukosa terletak tepat dibawah lapisan endometrium. Tumor-tumor ini dapat juga bertangkai dan dapat menonjol ke dalam rongga uterus, melalui ostium serviks ke dalam vagina, atau keluar melalui lubang vagina (Sylvia & Wilson;1135). Manifestasi klinik dari mioma uteri adalah tergantung letak mioma itu sendiri, besarnya perubahan sekunder, dan komplikasi serta hanya terdapat pada 35%50% penderita. Manifestasi klinis dapat digolongkan menjadi perdarahan abnormal, yaitu menoragi, disminore, metroragi, rasa nyeri, gejala-gejala penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, infertilitas, dan abortus spontan. Adapun penatallaksanaan dari mioma uteri adalah pada mioma kecil tidak diberikan terapi dan akan hilang setelah menopause (Arief Mansjoer dkk ;387). B. Ilustrasi Kasus Klien Nona S umur 27 tahun datang ke poliklinik kebidanan dan kandungan RS X dengan keluhan perutnya membesar sejak 2 bulan yang lalu. Klien mengeluh enek, perut terasa penuh sehingga tidak ada nafsu makan. Klien mengatakan BAB nya terganggu yaitu 3 hari sekali dengan jumlah sedikit serta nyeri ketika BAB. Menarche sejak umur 13 tahun siklus teratur dengan lama haid 3-4 hari. Sejak 6 bulan terakhir klien mengatakan haid lebih banyak dan waktunya lebih lama, setiap hari bisa ganti pembalut sebanyak 5 kali, nyeri saat haid +. Setelah dilakukan USG abdomen didapatkan hasil tumor pada uteri dengan ukuran lebih dari 18X 15 cm, papil +, septa -. C. Pembahasan a. Kemungkinan masalah Kemungkinan masalah dari nona S adalah
Enek
Tidak ada nafsu makan
Perut terasa penuh
Tidak bab sejak 3 hari yang lalu
Nyeri saat haid
Perut membesar
Haid dalam jangka waktu yang lama
Haid dalam jumlah yang banyak
b. Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain : Factor Penyebab 1. Faktor hormonal —
Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri. 2. Faktor genetik
—
Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12 3. Faktor pertumbuhan
—
Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma. Faktor Risiko
— Ada beberapa faktor resiko terjadinya mioma uteri, antara lain : 1. Umur
—
Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun. 2. Menarche dini
—
Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali. 3. Ras
—
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian. 4. Riwayat keluarga
—
Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar. 5. Berat badan
—
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh. 6. Kehamilan Semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka kejadian mioma uteri. c. Patofisiologi
Penyebab tidak pasti, factor hormonal, genetic, hormone pertumbuhan
Diet dan Lemak tubuh
Factor resiko: umur, menarche dini, kehamilan, ras, berat badan
pertumbuhan sel-sel abnormal pada uterus
Mioma uteri
Penekanan pada uterus
Penekanan pada lapisan peritoneum
Penekanan pada panggul
Perdarahan uterus yang abnormal
Perasaan enek, tidak nyaman
Kandung kemih dan rectum tertekan Rusaknya lapisan uterus
Pengeluaran sel darah merah yang terus menerus
menorhagi Penurunan kadah Hb < 10 gr/dl
dysminore Nyeri akut
PK. Anemia
ansieta s
Intake nutrisi yang kurang Penurunan otot spingter ani Pengeluaran feses yang sedikit dan keras Konstipasi
Peningkatan frekwensi berkemih Perubahan eleminasi urine
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Bagan 01 : Patofisilogi dari penyakit mioma uteri d. Pengkajian Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang mengharuskan klien untuk opname. 2. Riwayat diet dan alergi Klien mengatakan makan biasa dengan komposisi sayur dan daging, klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi baik terhadap makanan maupjjn obat-obatan. 3. Riwayat aborsi Klien mengatakan tidak pernah melakukan aborsi 4. Riwayat menarche Klien mengatakan mengalami haid yang pertama mulai umur 13 yahun, klien mengatakan siklus teratur 3-4 hari, klien mengatakan sering mengalami nyeri saat haid. 5. Riwayat coitus Klien mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual.
Data
Etiologi
Masalah
DS: “ enek, tidak nafsu
Penekanan tumor pada
Pemenuhan nutrisi kurang
makan sejak 1 minggu
peritoneum
yang lalu”
dari kebutuhan tubuh
Enek, rasa tidak nyaman di
DO : makan ¼ porsi,
perut, tidak nafsu makan
pucat, berat badan 45 kg, tinggi badan 160 kg
Intake nutrisi kurang
DS : “ perut saya sakit
Terdesaknya tumor pada
sekali, skala nyeri 6 (0-10)
eterus
DO
:
klien
meringis,
tampak tampak
Dysminore
memegangi perut Nyeri
Nyeri akut
DS : “ darah banyak sekali
Terdesaknya tumor
yang keluar, saya bisa
Ke uterus
ganti
pembalut
PK. Anemia
sehari
sebanyak 5 kali”
Perdarahan
terus
DO: Klien tampak pucat, menerus, menorhagi HB 8 gr/dl Anemia DS: “ Saya takut sama
Ansietas
keadaan saya, perut saya
Kurangnya paparan
membesar” DO:
informasi
klien
bertanya,
pasien
tampak terus
menanyakan penyakitnya
Kekhawatiran terhadap penyakit
Ansietas DS: “ Saya tidak bisa
Terdesaknya tumor ke rectum
Konstipasi
berak sejak 3 hari yang lalu, keluar sedikit dan
Penurunan spingter ani
keras, sebelumnya saya biasa berak setiap hari” DO
:
perut
tampak
Pengeluaran feses yang keras dan sedikit
membesar, klien tampak meringis DS: “ Saya sering kencing, bisa 10 kali sehari” DO: klien tampak sering ke toilet
Terdesaknya tumor ke panggul Penekanan pada kandung kemih Peningkatan frekwensi berkemih
Perubahan urine
eleminasi
e. Rencana Asuhan Keperawatan a. Prioritas Diagnosa Keperawatan Prioritas diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan kegawatan, adapun prioritas diagnosa keperawatannya adalah : 1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen injury 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 3. PK. Anemia 4. Perubahan eleminasi urine berhubungan dengan 5. Konstipasi 6. Ansietas b. Rencana Asuhan Keperawatan
Har/
Diagnosa
Tgl
Keperawat
Tujuan
Rencana
Rasional
P
Keperawatan
a
an
r a f
Sen
Nyeri akut Setelah diberikan Kaji
in,
berhubung
5jul,
an dengan 7x24
10
adanya
diharapkan nyeri
intervensi
agen injuri
klien
lebih focus
askep
karakteristik Pengkajian
selama nyeri
terhadap
jam
bisa
dapat
nyeri
memberikan yang
terkontrol dengan KE:
Skala nyeri 0-1
Meringis –
Berikan relaksasi
tehnik dengan
Tehnik
relaksasi
dapat memberikan sensasi nyeri yang
nafas dalam
berkurang
Kolaborasi
Pemberian
pemberian
analgetik
analgetik
memberikan
dapat
penuruanan
rasa
nyeri
2
Pemenuha n
Setelah diberikan Anjurkan
nutrisi askep
selama air hangat sebelum dapat menetralisir
kurang dari 3x24
jam makan
kebutuhan
diharapkan nutrisi
tubuh
klien
berhubung
dengan KE:
an dengan
minum Minum air hangat
asam lambung
terpenuhi Anjurkan
Nafsu
porsi
intake yang
makan
sering
berkurang
meningkat
dapat mengurangi
Makan
rasa
habis
kecil
makan tapi Makan porsi kecil
penu
cepat
1
yang pada
porsi
lambung sehingga
Mual -
dapat mengurangi rasa enek
Jaga hygiene oral
Kebersihan
oral
dapat mengurangi pertumbuhan bakteri
di
mulut
yang menebabkan Kolaborasi pemberian
bau mulut
antiemetic
Pemberian emetic
anti dapat
mengurangi
rasa
mual
3
PK.Anemia
Setelah diberikan
Kaji
dan
Nadi yang
askep selama 2x
laporkan
lemah dan
24
tanda-
peningkata
tanda vital
n respirasi
jam
diharapkan anemia dapat
klien
menunjukk
teratasi
an adanya
dengan KE:
penurunan
Pucat –
kadar
HB
hemoglobin
gr/dl
>10
Kolaborasi
untuk
Untuk
pemeriksaa
memantau
n
nilai lab
laboratoriu
terutama
m
HB
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
Pemberian asupan
pemberian
peroral
diit TKTP
yang mencukupi mampu untuk
membantu pembentuk an sel
darah
Kolaborasi untuk pemberian transfusi
merah
Pemberian transfusi untuk mengganti sel darah merah dan hemoglobin yang hilang lewat perdarahan
f.
Rencana Perawatan Preoperatif Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada Nona S yang akan menjalani persiapan operasi adalah: Pengkajian
1. Identifikasi pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, dll. 2. Keluhan saati ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi. 3. Riwayat penyakit yang sedang/pernah diderita yang dapat menjadi penyulit anestesi seperti alergi, diabetes mellitus, penyakit paru kronis (asma bronkial, pneumonia, dan bronkitis), penyakit jantung (infark miokard, angina pektoris, dan gagal jantung), hipertensi, penyakit hati dan penyakit gagal ginjal. 4. Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan obat yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat anestetik seperti obat antihipertensi, antidiabetik, antibiotik, digitalis, diuretika, obat anti alergi, trankuilizer (obat penenang). 5. Riwayat anestesi/operasi sebelumnya yang terdiri dari tanggal, jenis pembedahan dan anestesi, komplikasi dan perawatan intensif pascabedah. 6. Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi seperti merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik dan muntah.
7. Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti hipertermia maligna. 8. Riwayat berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum, pernapasan, kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, hematologi, neurologi, endokrin, psikiatrik, ortopedi, dermatologi. 9. Makanan yang terakhir di makan. Pemeriksaan Fisik 1. Tinggi dan berat badan. Untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah urine selama dan sesudah pembedahan. 2. Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh. 3. Jalan napas (airway). Daerah kepala dan leher piperiksa untuk mengetahui adanya trimus, keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi ekstensi leher. 4. Jantung untuk mengevaluasi kondisi jantung. 5. Paru-paru untuk melihat adanya dispnu, ronki dan mengi. 6. Abdomen untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia. 7. Ekstremitas, terutama untuk melihat perfusi distal, adanya jari tabuh, sianosis dan infeksi kulit. Untuk melihat ditempat-tempat fungsi vena atau daerah blok saraf regional. 8. Punggung bila ditemukan adanya deformitas, memar atau infeksi. 9. Neurologis, misalnya status mental, fungsi saraf cranial, kasadaran dan fungsi sensori motorik. 10. Kandung kemih dikosongkan dan bila perlu lakukan kateterisasi. 11. Saluran nafas dibersihkan dari lender. 12. Jangan memakai lipstik dan pewarna kuku bagi pasien wanita karena akan menyulitkan diagnostik keadaan fisik pada saat menjalani operasi. 13. Segala macam bentuk perhiasan di telinga, kalung, cincin dan gelang agar dilepas supaya tidak menyulitkan dokter jika terpaksa harus melakukan tindakan khusus penyelamatan jiwa. 14. Pemeriksaan Laboratorium 1. Rutin: darah (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, masa pendarahan, dan masa pembekuan), urin (protein, reduksi dan sedimen), foto dada (terutama untuk bedah mayor), elektrokar diografi ( untuk pasien berusia diatas 40 tahun). 2. Fungsi ginjal
Persiapan Menghadapi Operasi 1. Siapkan mental supaya dapat menjalani proses operasi dengan baik, pasrah dan tetap berdoa. 2. Jangan memakai lipstik dan pewarna kuku bagi pasien wanita karena akan menyulitkan diagnostik keadaan fisik pada saat menjalani operasi. 3. Segala macam bentuk perhiasan di telinga, kalung, cincin dan gelang agar dilepas supaya tidak menyulitkan dokter jika terpaksa harus melakukan tindakan khusus penyelamatan jiwa. 4. Harus ada anggota keluarga yang menunggu. 5. Pembersihan dan pengosongan saluran pencernaan untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi/muntah. Pada operasi elektif, pasien dewasa puasa 6-8 jam namun pada anak cukup 3-5 jam. 6. Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin dan gelang dilepas serta bahan kosmetik (lipstik, cat kuku) dibersihkan sehingga tidak mengganggu pemeriksaan. 7. Kandung kemih dikosongkan dan bila perlu lakukan kateterisasi. 8. Saluran nafas dibersihkan dari lendir. 9. Pembuatan informed consent berupa ijin pembedahan secara tertulis dari pasien atau keluarga. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medik)I Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi seperti: operasi, transfuse darah, atau prosedur invasive (Potter&Perry ;437). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi agar suatu persetujuan menjadi valid yaitu : 1. Individu harus secara mental dan fisik kompeten dansecara legal dewasa . 2. Persetujuan harus diberikan dengan sukarela, tidak ada tindakan paksaan yang digunakan untuk memperolehnya. 3. Individu yang memberikan persetujuan harus memahami dengan seksama piliha-pilihan yang ada. 4. Individu yang memberikan persetujuan harus mempunyai kesempatan untuk mendapat jawaban dari semua pertanyaan secara memuaskan dan memastikan pemahaman mereka tentang tindakan yang diberikan.
10. Pasien masuk kamar operasi mengenakan pakaian khusus (diberi tanda dan label terutama pada bayi). 11. Pemerikasaan fisik dapat diulang diruang operasi. 12. Pemberian obat premedikasi secara intramuscular/oral dapat diberikan ½-1 jam sebelum dilakukan induksi
anestesi/beberapa menit bila diberikan secara intravena.
g. Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Dan Keluarga Pasien Yang Mengalami Mioma Uteri (Smeltzer&Barre 1563-1567). 1. Memberikan penjelasan tentang penyakit dan prognose dari penyakit yang diderita klien. 2. Menghilangkan ansietas pasien yang bisa berasal dari beberapa penyebab seperti lingkungan yang asing, efek pembedahan pada citra tubuh dan kemampuan reproduktif, ketakutan dan ketidaknyamanan yang lain. 3. Memberikan penjelasan kepada klien bahwa klien dapat menjalankan aktivitas seperti biasa dengan melakukan aktivitas secara bertahap, dan tidak melakukan duduk dalamjangka waktu yang lama karena dapat menyebabkan terkumpulnya darah dalam pelvis. 4. Menganjurkan kepada klien untuk menghindari mengejan, mengangkat, melakukan hubungan seksual, atau mengendarai kendaraan bermotor. 5. Pada pasien pasca miomektomi/histerektomi berikan penjelasan kepada klien untuk tindakan pencegahan infeksi dan perbaikan integritas kulit dengan tetap melakukan control tentang perawatan luka. 6. Memberikan penjelasan kepada klien untuk melakukan prosedur perawatan yang kompleks di rumah selama periode pasca-perawatan rumah sakit, dengan berkonsultasi dengan perawat yang nantinya akan memberikan perawatan tindak lanjut setelah pemulangan adalah penting untuk memastikan kontinuitas perawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA Nn.S DENGAN MIOMA UTERI
OLEH Kelompok IV
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Putu Puriasih Ni Ketut Sriandani Samuel Lay R I Made Wirnata Putu Agus Sujana Putra I G A A Megawati Made Dwiana Ni Luh Putu Ariyanti A.A. Ari Swandewi Antari Chrisna Diah M I Wayan Supardika
0902115005 0902115008 0902115009 0902115012 0902115016 0902115017 0902115018 0902115020 0902115036 0902115030 0902115042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN - B FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2010
Daftar Pustaka
Carpenito, LJ. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Mansjoer, arief dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakata: EGC
Santosa, B. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP Saifuddin. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Tridasa Printer Smeltzer& Barre.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC Sylvia&Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
http://www.wordpress.com . Diakses Tgl 3 Juli 2010