BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut teori teori keperawatan, sehat dan sakit ji wa merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan kehi dupan seseorang. Penyakit kritis dan terminal sangat besar peranya terhadap psikologis seseorang yang mengalaminya. Penyakit kritis dan terminal sangat kecil persentase untuk untuk hidup oleh sebab seba b itu psikologis psikologi s penderita kebanyakan mengalami ketidakseimbangan. Pada penderita penyakit kritis kritis dan terminal terminal dapat menimbulkan menimbulkan respon Bio-psiko-Sosio dan Spiritual ini akan meliputi respon kehilangan : Kehilangan Kesehatan, Kehilangan Kemandirian, Kehilangan Situasi, Kehilangan Rasa Nyaman dll. Dan keadaan tersebut dapat memperburuk memperburuk status kesehatan klien. kli en. Perawat adalah profesi yang difokuskan di fokuskan pada perawatan individu, indivi du, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari l ahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien pasie n yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? maut? Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasi en karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral in tegral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan kebutuhan dasar spiritual ( Basic Basi c spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spi ritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian peng ertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Sebagai perawat tidak lepas dengan masalah yang harus diselesaikan oleh peran perawat baik secara independen indepen den maupun dependen, sebagai contoh masalah secara umum yang biasa di hadapi adalah Klien tidak dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan. Klien tidak dapat mengidentifikasi perasaan cemas, Klien tidak mau membina hubungan dengan keluarga kel uarga dan petugas, Klien tidak dapat menerima reali realitas/ tas/keadaan keadaan dirinya saat ini dll. dll . Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan menghadirkan fakta. Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang i deal diperlukan dip erlukan perawat dalam terapi. B. Rumusan Masalah Untuk memudahkan pembaca memahami memahami makalah ini, maka kami akan membatasi membatasi pembahasan dalam makalah yang sederhana ini. Sehingga Sehi ngga maksud dan tujuan kami sampai kepada pembaca. Adapun batasan masalah yang akan kami paparkan melipu meliputi ti definisi dari penyakit kritis dan terminal terminal,, bagaimana psikodinamika psikodin amika penyakit kritis dan terminal, apa saja macam tingkat tingkat kesadaran/pengertian pasien dan keluarganya terhadap kematian dan bagaimana proses asuhan keperawatan yang ditujukan untuk klien yang mengalami penyaki t kritis dan terminal.
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Penyakit Kritis dan Terminal. b. Tujuan Khusus Dengan makalah ini i ni diharapkan diha rapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami tentang: tentang: 1. 2. 3. 4.
Konsep dasar penyakit kritis kritis dan terminal terminal Psikodinamika Psikodi namika penyakit kritis dan teminal. teminal. Macam tingkat kesadaran/pengertian kesadaran/pengertian pasien dan keluarganya terhadap kematian kematian Asuhan keperawatan klien klien dengan penyakit kritis dan terminal terminal
D. Metode Penulisan Penulisan Penul isan ini menggunakan metode studi studi pustaka yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan dan internet i nternet..
BAB II PEMBAHASAN A. Penyakit Terminal Kondisit Kondisi t terminal terminal adalah suatu proses yang progresif menuju menuju kematian berjalan melalui mela lui suatu tahapan proses penurunan fisik, fisik, psikososial dan spiritual bagi individu indivi du (Carpenito, 1995). Perawatan terminal terminal dapat da pat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir kehidupan dimana bertujuan: 1. Mempertahankan Mempertahankan hidup 2. Menurunkan Menurunka n stress 3. Meringankan dan mempertahankan mempertahankan kenyamanan selama mungkin mungkin (Weisman) Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang dialami oleh siapa sa a mesk meskii un demikia demikian, n, hal ters terseb ebut ut tet teta sa a menim menimbul bulka kan n eras erasaan aan n eri eri dan dan taku takutt,
tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya. Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga, kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.
1. Jenis-Jenis Penyakit Terminal Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah: 1. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis, 2. Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan Hipertensi 3. Kondisi Keganasan seperti kanker otak, kanker paru-paru, kanker pankreas, kanker liver, leukemia 4. Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll 5. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia 6. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal, dll.
2. Manifestasi Klinik Fisik a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan ujung jari. b. Aktivitas dari GI berkurang. c. Reflek mulai menghilang. d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas. e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah. g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok. h. Penglihatan mulai kabur. i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri. j. Klien dapat tidak sadarkan diri.
Psikososial Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu: a. Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan. Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor. Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis. b. Hubungan dengan orang lain Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
3. Fase-Fase Kehilangan dan respon cemas yang berhubungan dengan penyakit terminal Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati mengamcam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa menerima begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang. Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
a. Tahap pengingkaran atau denial Tahap peningkatan atau denital adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap denial yaitu: Tidak percaya diri Shock Mengingkari kenyataan akan kehilangan Selalu membantah dengan perkataan baik Diam terpaku Binggung, gelisah Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar Nyeri tubuh, mual
b. Tahap anger atau marah Tahap anger atau marah adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu: Klien marah-marah Nada bicara kasar Suara tinggi
c. Tahap tawar menawar atau bargaining
Tahap tawar menawar atau bargaining adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu: Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai. Sering berjanji pada Tuhan. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu. Merasa bersalah terus menerus. Kemarahan mereda.
d. Tahap depresi Tahap depresi adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu: Klien tidak banyak bicara. Sering menanggis. Putus asa.
e. Tahap acceptance atau menerima Tahap acceptance atau menerima adalah akhir kli en dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran pada tahap ini yaitu: Tenang/damai. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru. Berpartisipasi aktif. Tidak mau banyak bicara. Siap menerima maut.
Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual. Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap indivi du. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas pada indivi du, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping. Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan, ketidakpastian dan putus asa.
a. Harapan Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang adekuat.
b. Ketidakpastian Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk dalam maladaptif.
c. Putus asa Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri
4. Bantuan yang dapat diberikan oleh perawat a. Bantuan emosional Pada Fase Denial Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasi en dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya. Pada Fase Marah Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjela ng kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman Pada Fase Tawar Menawar Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala kelu hannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal Pada Fase Depresi Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien. Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
b. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis Kebersihan Diri Kebersihan dilibatkan agar mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsbg. Mengontrol Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada kli en dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini di berikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun. Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun Nutrisi Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus. Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep Perubahan Sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
c. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan di ri. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.
d. Bantuan memenuhi kebutuhan spiritual Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.
B. Penyakit Kritis Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar atau suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal, Misalnya Gangguan kesadaran (koma, meninggal), keadaan hampir meninggal /sakaratul maut, kanker stadium lanjut. Keperawatan kritis adalah merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Perawat kritis adalah perawat profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Respon Klien terhadap penyakit kritis dan terminal. Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpiritual ini akan meliputi respon kehilangan: a. Kehilangan Kesehatan Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya terbatas. b. Kehilangan Kemandirian Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. c. Kehilangan Situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya. e. Kehilangan Rasa Nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll. f. Kehilangan Fungsi Fisik Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haeimodialisa. g. Kehilangan Fungsi Mental Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional. h. Kehilangan Konsep Diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta
identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri menjadi rendah. i. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
C. Psikodinamika penyakit kritis dan teminal. 1. Dinamika Individu a. Protes dan pengingkaran Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan “mengapa kejadian ini menimpa saya?” Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.
b. Depresi cemas dan marah Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul ketika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya “bagaimana mengatasi masalah ini?” . Manifestasi depresi : sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang diala mi pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas.
c. Pelepasan dan reinvestasi Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimili ki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita.
2. Dinamika keluarga Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien : pengingkaran, marah, cemas dan depresi.
3. Dinamika lingkungan Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal.
D. Macam Tingkat kesadaran/pengertian pasien dan keluarganya terhadap kematian Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 tipe: 1. Closed Awareness/Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg. 2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya 3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun di rasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
]
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
A. Pengkajian Pengkajian pada klien yang sakit terminal, meliputi : 1. Pengkajian Tingkat Kesadaran a. Closed Awareness Suatu keadaan dimana klien dan keluarga tidak sadar akan kemungkinan kematian, tidak dapat mengerti mengapa kli en sakit dan mereka yakin akan sembuh. b. Mutual Pretense
Suatu kondisi dimana klien, keluarga dan tenaga kesehatan telah mengetahui prognosis penyakit dalam keadaan terminal, namun mereka berusaha untuk tidak membicarakan atau menyinggung tentang penyakitnya. c. Open Awarenes Suatu keadaan dimana klien dan orang sekitarnya mengetahui akan adanya kematian dan merasa tenang untuk mendiskusikannya walaupun itu dirasakan sulit, pada keadaan ini klien diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menentukan saat terakhirnya.
Pengkajian yang harus dilakukan dari tingkat kesadaran ini, adalah : 1. Kaji apakah klien dan keluarga sadar bahwa klien dalam keadaan terminal? 2. Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien dan keluarga dalam tingkatan closed awareness, mutual pretense, open awareness 3. Kaji dalam tahap manakah pada proses kematian tersebut? 4. Kaji support sistem klien, misalnya keluarga atau orang terdekat? 5. Apakah klien masih mengekspresikan sesuatu yang belum diselesaikan, finansial, emosional, legal? 6. Apakah koping yang positif pada klien?
2. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Menjelang Kematian Tanda klinis menjelang kematian adalah : a. Kehilangan tonus otot, sehingga terjadi : Relaksasi otot muka, sehingga dagu menjadi turun. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan, hilangnya reflek menelan. Gerakan tubuh yang terbatas (tidak mampu bergerak). Penurunan kegiatan GI Tract seperti nausea, vomiting, perut kembung, konstipasi. Penurunan kontrol spinkter urinari dan rectal. b. Kelambatan dalam sirkulasi, berupa : Kemunduran dalam sensasi. Sianosis pada daerah ekstrimitas. Kulit dingin, mula-mula daerah kaki, tangan, telinga dan kemudian hidung. c. Perubahan – perubahan tanda – tanda vital berupa : Nadi lambat dan lemah (saat ajal nadi cepat dan kecil). Penurunan tekanan darah (saat ajal tekanan darah sangat rendah). Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau pernafasan dengan mulut. d. Gangguan sensori berupa : Penglihatan kabur (saat ajal pupil melebar). Gangguan dalam penciuman dan perabaan.
3. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Saat Ajal :
Pupil melebar, tidak mampu bergerak, kehilangan refleks – refleks, nadi cepat dan kecil, pernafasan cheyne stokes dan ngorok, tekanan darah sangat rendah, mata dapat tertutup dan agak terbuka.
4. Pengkajian Tanda – Tanda Mati Secara Klinis: Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, tidak adanya gerakan dari otot khususnya pernafasan, tidak ada refleks, gambaran mendatar pada EKG.
5. Pengkajian Individu atau Anggota Keluarga Pada Saat Klien Dengan Dying: a. Reaksi kehilangan, ditandai dengan dada merasa tertekan, bernafas pendek dan rasa tercekik. b. Faktor yang mempengaruhi terhadap reaksi kehilangan : Arti dari kehilangan yang tergantung kepada persepsi individu tentang pengalaman kehilangan. Umur berpengaruh terhadap tingkat pengertian dan reaksi terhadap kehil angan serta kematian. Kultur pada setiap suku/bangsa terhadap kehilangan berbeda-beda. Keyakinan spiritual, anggota keluarga dengan sakaratul maut melakukan praktek spiritual dengan tata cara yang dilakukan sesuaI dengan agama dan keyaki nannya. Peranan seks, untuk laki-laki diharapkan kuat dan tidak memperlihatkan kesedihan dan perempauan dianggap wajar atau dibolehkan untuk mengekspresikan perasaannya atau kesedihannya (menangis) sepanjang tidak mengganggu lingkungan sekitar (menangis dengan meraung – raung atau merusak). Status sosial ekonomi, berpengaruh terhadap sistem penunjang, sehingga akan berpengaruh pula terhadap rekasi kehilanga akibat adanya kematian.
6. Pengkajian Terhadap Reaksi Kematian dan Kehilangan, Berduka Cita: a. Karakteristik dari duka cita : Individu mengalami kesedihan dan merupakan reaksi dari shock dan keyakinannya terhadap kehilangannya. Merasa hampa dan sedih. Ada rasa ketidak nyamanan, misalnya rasa tercekik dan tertekan pada daerah dada. Membayangkan yang telah meninggal, merasa berdosa. Ada kecenderungan mudah marah. b. Tingkatan dari duka cita : Shock dan ketidak yakinan, karena salah satu anggota keluarga akan meninggal, bahkan menolak seolah-olah masih hidup. Berkembangnya kesadaran akan kehilangan dengan perilaku sedih, marah pada diri sendiri atau pada orang lain. Pemulihan, dimana individu sudah dapat menerima dan mau mengikuti upacara keagamaan berhubungan dengan kematian. Mengatasi kehilangan yaitu dengan cara mengisi kegiatan sehari – hari atau berdiskusi dengan orang lain mengenai permasalahannya. Idealisasi, dimana individu men esal karena kuran mem erhatikan almarhum selama
masih hidup dan berusaha menekan segala kejelekan dari almarhum. Keberhasilan, tergantung dari seberapa jauh menilai dari obyek yang hilang, tingkat ketergantungan kepada orang lain, tingkat hubungan sosial dengan orang lain dan banyaknya pengalaman kesedihan yang pernah dialami.
B. Diagnosa keperawatan 1. Ansietas/ ketakutan individu dan keluarga, yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup 2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang la in 3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ) 4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dal am menghadapi ancaman kematian
Secara umum kriteria hasil yang diharapkan pada pasien dengan penyakit kritis dan terminal adalah sebagai berikut: 1. Klien atau keluarga akan : a. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan b. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal , tanggung jawab peran dan gaya hidup 2. Klien akan : a. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan b. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilang dan perubahan c. Menyatakan kematian akan terjadi 3. Anggota keluarga akan melakukan hal berikut : Mempertahankan hubunag erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara berikut: a. Menghabiskan waktu bersama klien b. Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien c. Berpartisipasi dalam perawatan 4. Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan: a. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien b. Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan c. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien 5. Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian
C. Intervensi keperawatan
Tujuan : 1. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan 2. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan 3. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas klien mau membina hubungan dengan keluarga dan petugas 4. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini 5. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi 6. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna 7. Membantu klien menerima rasa kehilangan 8. Membantu kenyamanan fisik 9. Mempertahankan harapan (faith and hope)
No Dx
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan : 1. Mengungkapkan
Intervensi
Rasional R/ Klien yang cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan kemampuan 1. Bantu klien untuk untuk belajar. Ansietas mengurangi cendrung untuk ansietasnya : memperburuk masalah. Berikan kepastian dan Menjebak klien pada lingkaran peningkatan kenyamanan ansietas tegang, emosional Tunjukkan perasaan dan nyeri fisik tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobtannya Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif
1
ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan 2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggungn jawab, peran dan gaya hidup
2. Kaji tingkat ansietas R/ Klien dengan ansietas klien : rencanakan berat atauparah tidak pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau menyerap pelajaran sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat.
3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka
4. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif
R/ Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar
R/ Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang 1. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat
Klien akan: 1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan 2. Mengungkapakan perasaan yang
R/Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap situasi tersebut
R/ Stategi koping positif membantu penerimaan dan
berkaitan kehilangan dan perubahan 3. Menyatakan kematian akan terjadi
2
Anggota keluarga akan mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara: Menghabiskan waktu bersama klien Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien Berpartisipasi dalam perawatan
2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu
pemecahan masalah
R/ Memfokuskan pada 3. Berikan dorongan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan klien untuk mengekpresikan atribut diri dan penerimaan kematian yang terjadi diri yang positif
4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur
R/ Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima
R/ Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut : a. Membantu berdandan b. Mendukung fungsi kemandirian 5. Tingkatkan harapan c. Memberikan obat nyeri dengan perawatan saat diperlukandan penuh perhatian, d. meningkatkan menghilangkan ketidak kenyamanan fisik ( skoruka nyamanan dan dan bonet 1982 ) dukungan R/ Kontak yang sering dan 1. Luangkan waktu mengkomunikasikan sikap bersama keluarga atau perhatian dan peduli dapat orang terdekat klien membantu mengurangi dan tunjukkan kecemasan dan pengertian yang empati meningkatkan pembelajaran
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan : 1. Mengungkapkan akan
2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
R/ Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya R/ Informasi ini dapat
3
kekhawatirannya mengenai prognosis klien 2. Menungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan 3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien
membantu mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidak tahuan 3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU dan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik R/ Kunjungan dan tentang kemajuan klien partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan
4. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam R/ Keluarga denagan tindakan perawatan masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak 5. Konsul dengan atau selesai memerlukan berikan rujukan kesumber komunitas sumber-sumber tambahan untuk membantu dan sumber lainnya mempertahankankan fungsi keluarga 1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan R/ Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi atau spiritual yang pada do,a atau praktek diinginkan bila yang spiritual lainnya , praktek memberi kesemptan ini dapat memberikan arti pada klien untuk dan tujuan dan dapat melakukannya menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan
4
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap
2. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda R/ Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu tentang pentingnya keyakinan dan praktik mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan religius atau spiritual keyakinan dan prakteknya klien 3. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual R/Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan spiritual sesuai kebutuhan klien dapat yang memudahkan refresi dan perenungan dilaksanakan R/ Perawat meskipun yang tidak menganut agama 4. Bila anda atau keyakinan yang sama menginginkan tawarkan untuk berdo a dengan klien dapat
ancaman ema an
bersama klien lainnya membantu klien memenuhi atau membaca buku ke kebutuhan spritualnya agamaan R/ Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan ini dapat membantu klien 5. Tawarkan untuk mempertahankan ikatan menghubungkan spiritual dan pemimpin religius atau mempraktikkan ritual yang rohaniwan rumah sakit penting ( Carson 1989 ) untuk mengatur kunjungan
D. Implementasi No Dx
Implementasi
Evaluasi S: Klien mengungkapkan ketakutannya akan masalah pengobatannya
O: 1. Membantu klien untuk mengurangi Klien merasa nyaman dan mulai mengekpresikan perasaannya pada ansientasnya : perawat a. Memberikan kepastian dan kenyamanan b. Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati ,jangan menghindari kenyataan c. Mendorong klien untuk mengungkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya. d. Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif 1 2. Mengkaji tingkat ansientas klien .merencanakan penyuluhan bila tin katn a rendah atau sedan
A: Ansietas berkurang sebagian
P: Tindakan perawatan dilanjutkan ke tahap berikutnya
3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka 4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif 5. Memberikan dorongan pada klien unyuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan imajines dan pernafasan relaksasi
2
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara S: terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa Klien menyatakan bahwa ia siap berduka adalah reaksi yang umum menghadapi kematian yang akan dan sehat. terjadi kepadanya 2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif O : yang terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu Klien tampak tenang 3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri A : yang positif 4. Membantu klien menyatakan dan Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan menerima kematian yang akan terjadi,jawab semua pertanyaan P: dengan jujur 5. Meningkatkan harapan dengan Tindakan perawatan dihentikan perawatan penuh perhatian , menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan S: Anggota kelurga atau kerabat terdekat mengungkapkan akan 1. Meluangkan waktu bersama keluarga / orang terdekat klien dan kekhawatirannya mengenai prognosis tunjukkan pengertian yang empati klien 2. mengizinkan keluarga klien / orang O: terdekat untuk mengekspresikan perasaan ,ketakutan dan Klien sadar bahwa setiap apa yang kekhwatiran 3. Menjelaskankan lingkungan dan diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya peralatan ICU
. keperawatan dan kemajuan post operasi yang dipikirkan dan memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien 5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan keperawatan 6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya
A: Rasa takut akan terjadinya kematian berkurang P: Tindakan perawatan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk S: melaksanakan praktik atau ritual keagamaan atau spiritual yang Klien meminta kepada perawat untuk diizinkan bila ia memberikan mengingatkannya jika masuk waktu kesempatan pada klien untuk sholat. melakukannya 2. mengekpresikan pengertian dan O: penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik Klien selalu ingat kepada Allah dan religius atau spiritual klien selalu bertawakkal 3. Memberikan privasi dan A: ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan dapat Klien mempertahankan praktik spiritualnya dilaksanakan 4. Menawarkan untuk menghubungi P: religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan Tindakan perawatan dihentikan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : Al qur’an dan ulama bagi yang beragama islam
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Kondisit terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Fase-Fase Kehilangan dan respon cemas yang berhubungan dengan penyakit terminal: 1. 2. 3. 4. 5.
Tahap pengingkaran atau denial Tahap anger atau marah Tahap tawar menawar atau bargaining Tahap depresi Tahap acceptance atau menerima
Kondisi Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar atau suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal, Misalnya Gangguan kesadaran (koma, meninggal), keadaan hampir meninggal/sakaratul maut, kanker stadium lanjut.
Adapun beberapa diagnosa yang dapat diangkat dari kasus klien dengan penyakit kritis dan terminal adalah: 1. Ansietas/ ketakutan individu dan keluarga, yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup 2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang la in 3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ) 4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dal am menghadapi ancaman kematian
B. Saran 1. Untuk keluarga
Diharapkan bagi keluarga klien yang mengalami penyakit kritis dan terminal dapat bekerjasama untuk melakukan tindakan penyembuhan terhadap klien dengan menciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan, keluarga dapat mengerti dan memahami tentang informasi mengenai proses penyakit, keluarga dapat mengenali kebutuhan klien, serta dapat memberikan motivasi dan perhatian lebih kepada klien. 2. Untuk tenaga keperawatan Diharapkan kepada tenaga keperawatan dapat lebih memahami mengenai penyakit kritis dan terminal, dan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pihak keluarga maupun klien mengenai proses penyakit serta prosedur tindakan penyembuhan. Selain itu diharapkan kepada tenaga keperawatan dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan tindakan yang lebih intensif kepada klien dengan penyakit kritis dan terminal guna mencapai tujuan tind akan asuhan keperawatan. 3. Untuk mahasiswa Hendaknya dengan makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kritis dan terminal sehingga nanti mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum.Wr.Wb Alhamdulilah hirabbilalamin,dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya maka dengan ini kami dapat menyelesaikan makalah proposal Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) kami yang berjudul “Gangguan Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)” dengan tepat waktu guna memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa. Kami menyadari bahwa makalah kami banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari sisi isi tulisan maupun sistem penulisan, maka dari itu kami mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah i ni. Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum, Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Purnamaningsih, wahyu dan inakarlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika Press : Jogjakarta
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar KeperawatanKesehatan Jiwa. EGC : Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. “Buku Saku Di agnosa Keperawatan”, Ed. 6, EGC : Jakarta
Pusdiknakes Depkes RI. 2000. “Tindakan Keperawatan Pada Sakaratul Maut” Jilid I Edisi 1. Pusdiknakes: Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL Makalah disampaikan dalam mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa
Oleh Kelompok III: 1. Arimbo Janzen 2. Desi Marfuah 3. Emilia Suzita
(1080200010) (1080200014) (1080200017)
4. Febri Afdal 5. Ican Kumbara 6. Khatamanisa Suyuthie 7. Noprizan Sahendra 8. Rosmi Apriyanti 9. Tehdi Eril 10. Yulian Syaputra 11. Septian Marzoni
(1080200102) (1080200044) (1080200066) (1080200072) (1080200109) (1080200112) (1080200117) (0980200071)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KE SEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU T.A 2012-2013 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR...............................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang...............................................................................................................1 Rumusan Masalah..........................................................................................................1 Tujuan penulisan............................................................................................................2 Metode penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.
Penyakit Terminal..........................................................................................................3 Penyakit Kritis................................................................................................................9 Psikodinamika penyakit kritis dan teminal..................................................................11 Macam Tingkat kesadaran/pengertian pasien dan keluarganya terhadap kematian.....12
BAB III ASKEP A. B. C. D.
Pengkajian ...................................................................................................................13 Diagnosa.......................................................................................................................16 Intervensi......................................................................................................................17 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................................22
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................................25 B. Saran ............................................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA