BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak untuk mewujudkan keadaan sehat. Bentuk nyata perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan keadaan sehat mencegah resiko terjadnya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berupaya aktif dalam memelihara kesehatan. (Depkes,RI.2005). Saat hamil emosi seorang ibu biasanya berubah – ubah mulai dari dari rasa senang sampai rasa cemas berlebihan perubahan lain yang perlu untuk diketahui yaitu menurunnya system kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan resiko janin terhadap berbagai penyakit infeksi . infeksi bisa ditularkan ibu kepada janinnya melalui penularan vertical atau vertical transmission . infeksi yang ditularkan secara vertical yaitu infeksi kongenital. Infeksi ini dapat bergerak melalui plasenta untuk menginfeksi janin contohnya TORCH. (Abidin , 2014). Infeksi TORCH merupakan akronim dari kelompok infeksi Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun berbeda dalam taksonomi tetapi kelompok mikroba ini memberikan gejala klinis yang mirip, gejala yang ada sukar dibedakan dengan dari penyakit lain, bahkan ada kalanya gejala tidak muncul. Infeksi TORCH dapat menyebabkan abortus pada ibu hamil, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan serta membawa permasalahan infertilitas pada pasangan suami istri yang menginginkan keturunan (Mulyo, 1998). 1998). Pada masa kehamilan sekitar 40% wanita hamil mengalami infeksi TORCH dan bayi yang di lahirkan akan terinfeksi. Sebanyak 17% janin lahir terinfeksi pada trimester pertama,dapat menyebaban keguguran dan berbagai masalah kongenital yang berat,24% pada trimester kedua dan 27% pada trimester ketiga dapat menyebabkan kelahiran prematur maupun kelahiran sehat (kelihatan tanpa kelainan fisik) (haksohusodo,2005).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI TORCH adalah singkatan dari toxoplasma gondii (Toxo). Rubella, Cytomegalovirus (CMV ), Herves Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain ( Other Virus) yang dampak klinisnya lebih terbatas misalnya measles, Varicella, echovirus, mumps, virus varicella, virus vaccine, virus pollo dan virus caxsasche-B (Juanda, 2006) B. Etiologi 1) Toxoplasma adalah parasite golongan protozoa (hewan bersel satu) bernama Toxoplasma gondii (Sukarni dan Sudarti, 2014). 2) Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella ( Rukiyah dan yulianti, 2010). 3) Cytomegalovirus, atau biasanya disebut CMV merupakan penyebab utama infeksi virus bawaan pada janin dan neonatal dan merupakan penyebab infeksi yang paling umum dan perlambatan mental. Sumber virus infeksi termasuk air liur, urin, semen, ASI, darah dan selresi vagina/cervical . Infeksi CMV yang paling utama tidak mempunyai gejala dan sebagian besar wanita yang paling utama tidak mempunyai gejala dan sebagian besar wanita yang menunjuk infeksi CMV pada masa kehamilan dibuktikan dengan test viral yang positif mengalami infeksi kronis atau berulang (Bobak dan Jensen,2011) 4) Herpes simplex atau herpes genetalia adalah penyakit yang menyerang alat genetalia yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe II (HSV II). Para calon ibu haruslah berhati-hati dengan virus ini. Bila ia mendapatkan infeksi herpes sebelum usia kehamilannya 20 minggu, resiko terjadinya keguguran tiga kali lipat dan dapat menyebabkan kelainan konginetal (Abidin, 2014).
C. Patofisiologi Menurut juanda (2006) penularan TORCH dapat terjadi dari inang antara yang satu ke lainnya, maupun ke inang etama atau sebaliknya. Kutipan soulsby (1982), penularan dapat terjadi secara konginetal lewat plasenta, dari ibu ke jaringannya sewaktu dalam kandungan, atau dapat juga ditularkan setelah lahir. Penularan TORCH dapat terjadi dengan dua cara pertama secara aktif dan yang kedua secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif terjadi apabila menelan oosista dan sista, sedangkan penularan secara pasif terjadi melalui plasenta ibu ke anak. Penularan secara aktif disebabkan oleh : 1. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi, misalnya daging sapi, domba, kerbau, kelinci, ayam dan lain-lain. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sate yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya dimasak tidak sempurna termasuk otak, hati dan lain-lain. 2. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan. 3. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka. 4. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH. 5. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
6. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya 7. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH. 8. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar. 9. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
D. Manifestasi klinis 1. Toxoplasma Menurut Zulkoni (2011), gejala klinik yang mucul pada penderita sifatnya individual artinya berbeda-beda tiap orang, gejala serius yang mucul pada bayi yang dilahirkan abortus dan premature atau lahir dini, biasanya terjadi infeksi mata, pembesaran hati dan limpa, kuning pada mata dan kulit selanjutnya diikuti kematin. Sedangkan menurut soedarto (2012), sbagian kecil penderita Toxoplasma menunjukkan gejala-gejala penyakit mirip “flu”, diseertai adanya pembesaran kelenjar limfe atau mengeluh sakit otot dan nyeri berlangsung slama satu bulan atau lebih. Toxoplasma yang berat dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak, mata, atau organorgan lainnya pada saat masih berupa janin yang dikandungnya. 2. Rubella
Menurut prasetyo (2005), gejala klinik infeksivirus rubella berupa ruam makulapapular, demam ringan, konjungtivitis, radang tenggorokan, dan dapat disertai batu pilek. Ruam bermula dari muka dan menyebar secara sentripental ke dada dan perut, dalam satu atau dua hari menyebar ke ekstremitas. 3. CMV (Cytomegalovirus) Infeksi cytomegalovirus (CMV) pada ibu hamil yang mendapat infeksi CMV biasanya tidak menampakkan gejala apapun dan diagnose baru dicurigai bila terdapat kelainan pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) janin. Kalaupun ada gejala klinisnya, yang umumnya timbul adalah demam, rasa lemas, pembesaran kelenjar getah bening, dan pembesaran hati serta limfa (Tatjana dkk, 2013). 4. Herpes simplex Umumnya infeksi HSV-1 dan HSV-2 tidak menimbulkan gejala dan jika ada gejala yang timbul kadarnya ringan. Gejala yang khas adalah munculnya beberapa gelembung (blister) pada atau disekitar daerah kelamin, anus, atau mulut. Infeksi herpes pada bayi mungkin hanya timnul sebagai infeksi kulit, yaitu berupa gelembung kecil yang berisi cairan. Gelembung ini dapat pecah, cairannya mongering lalu membentuk krusta (keporeng), dan akhirnya penyembuh dapat kali meninggalkan bekas (Robert, 2011).