BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alatkandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Di Indonesia, adakebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habisnifas yaitu 40 hari. Menurut Abdul Bari (2002), asuhan masa nifas sangat diperlukan dalamperiode tersebut, karena masa ini adalah masa kritis baik untuk ibu maupun bayinya.Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan dengannegara-negara ASEAN yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut 3-6 kalidari AKI negara-negara ASEAN dan 50 kali AKI negara-negara maju, dan salah satunyadisebabkan karena infeksi dengan proporsi 20-30% (Hanifa,2005). Dari kasus infeksi ini, 25-55% disebabkan oleh infeksi jalan lahir (Rustam M, 1998).Infeksi ini terjadi karena beberapa faktor di antaranya mobilisasidini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang infeksi yang mengkin saja dapat timbul pada masa nifas sehingga nantinya dapat membantu dalam menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk mecegah ataupun menangani kejadian infeksi tersebut pada ibu nifas. Oleh karena itulah dalam makalah ini, kami akan membahas beberapa hal tentang infeksi tersebut.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan infeksi puerpuralis ? 2. Apa saja etiologi dari infeksi puerpuralis ? 3. Apa saja klasifikasi dari infeksi puerpuralis ? 4. Apa saja penyebab infeksi puerpuralis ? 5. Bagaimana patofisiologi terjadinya infeksi puerpuralis ? 6. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Kala Nifas ? 7. Apa saja jenis-jenis infeksi puerpuralis ?
1
8. Apa saja komplikasi infeksi puerpuralis ? 9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada infeksi pureperalis ?
C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian infeksi puerpuralis. 2. Mengetahui etiologi infeksi puerpuralis. 3. Mengetahui klasifikasi infeksi puerpuralis. 4. Mengetahui cara terjadinya infeksi puerpuralis. 5. Mengetahui patofisiologi terjadinya infeksi puerpuralis. 6. Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi Kala Nifas 7. Mengetahui Jenis-jenis infeksi puerpuralis 8. Mengetahui komplikasi infeksi puerpuralis 9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada infeksi pureperalis.
2
BAB II PEMBAHASAN KONSEP MEDIS A. Pengertian Infeksi Puerpuralis Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ). Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413). Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. B. Etiologi Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit
3
Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
C. Klasifikasi 1). Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan endometrium. a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks Tanda dan gejalanya : • Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi urine. • Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak. • Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38ᵒC, dan nadi kurang dari 100x/menit. • Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang disertai menggigil. b. Endometritis Kadang – kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra. Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat. Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh. Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia. Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan biasanya sangat mengganggu. 4
Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.
2). Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan endometrium. a. Septikemia dan piemia Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7 hari post partum. Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigil yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis. b. Peritonotis Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica. Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik. c. Selulitis pelvis Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvis. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus. Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula – mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil. 5
Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu : a. Peningkatan suhu b. Takikardie. c. Nyeri pada pelvis d. Demam tinggi e. Nyeri tekan pada uterus f. Lokhea berbau busuk/ menyengat g. Penurunan uterus yang lambat h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi E. Cara terjadinya infeksi pasca partum Infeksi dapat terjadi sebagai berikut : 1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. 2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin. 3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kumankuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
6
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban. F. Patofisiologi Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-uman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita.Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut: a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar bersalin. c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas. d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban. e. Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi
7
pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin. G. Pathway infeksi puerpuralis. Trauma persalinan,infeksi nosokomial
Daerah bekas insersio plasenta
Kuman tumbuh dalam tubuh wanita (serviks,vulva,perineum)
lokhea
berbau busuk Infeksi puerpuralis Peningkatan suhu tubuh
Merangsang pegeluaran mediator kimia
Demam tinggi Merangsang selsel disekitar luka takikardi
anoreksia Mual, muntah
Sensasi nyeri
Nutrisi kurang dari kebutuhan
H. Penatalaksanaan Infeksi Kala Nifas Pengobataninfeksi pada masa nifas antara lain:
8
a. Pencegahan •
Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik
•
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
•
Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.
•
Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.
•
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
•
Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
•
Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
•
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
b. Penanganan medis • Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
9
• Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral. • Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP). • Lakukan transfusi darah bila perlu. • Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas Infeksinifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut: 1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral. 2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral. 3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol. 4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan. 5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium. I. Jenis-jenis infeksi puerpuralis Infeksi uterus 1. Endometritis Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008). Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses
10
kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva. Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil.Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi.Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadangkadang terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008). Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput
ketuban.Keadaan
ini
dinamakan
lokiametra
dan
dapat
menyebabkan kenaikan suhu.Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan
11
nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat.Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif.Dapat pula dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat. 2. Miometritis (infeksi otot rahim) Miometritis adalah radang miometrium.Sedangkan miometrium adalah tunika muskularis uterus.Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang dapat
menimbulkan metritis
akut.Pada penyakit
ini
miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang.Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore.Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan.Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi. 3. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim). Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum.Radang ini biasanya unilatelar.Tanda dan gejala suhu tinggi dengan
12
demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu : a) Endometritis dengan 3 cara yaitu : 1) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis 2) Lymphogen 3) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis b) Dari robekan serviks c) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD ) 4. Syok bakteremia Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic).Ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama periode pascapartum. Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius.Ibu yang cemas dapat bersikap apatis.Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal.Kulit menjadi dingin dan lembab.Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat.Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi.Begitu juga oliguria. Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi.Biakan darah menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard.Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan. Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular.Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan
13
distrees pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). 5. Peritonitis peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. 6. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan terjadi pada masa prenatal.Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil.Servisitis,
vaginitis,
obstruksi
ureter
yang
flaksid,
refluks
vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli.Wanita dengan PMS kronis, trutama
gonore
dan
klamidia,
juga
memiliki
resiko.Bakteriuria
asimptomatik terjadi pada sekitas 5% nsampai 15% wanita hamil. Jika
14
tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi. Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius. 7. Septicemia dan piemia Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika).Dari
tempat-tempat
thrombus
itu
embolus
kecil
yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan.Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempattempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan
mengakibatkan
terjadinya
abses-abses
ditempat-tempat
tersebut.Keadaan ini dinamakan piemia. Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia.Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih).Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat.Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman
15
dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain. J. Komplikasi 1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut) 2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner. 3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI PUERPERALIS 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Nama Ibu
:
Usia
:
Suku/ Bangsa
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
b. Keluhan Utama
:
alasan pasien dibawa kerumah
sakit. c. Riwayat Kesehatan dahulu
: penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
d. Riwayat Menstruasi
: riwayat menstruasi terakhir HPHT.
e. Menarche
: umur menstruasi ibu pertamakali.
f. Siklus
: jarak menstruasi tiap bulannya
g. Lama
: lamanya menstruasi setiap siklus 1
bulan h.
Dismenorhea
: ada atau tidak riwayat sakit saat menstruasi.
i. Riwayat Obstetri
: riwayat kehamilan,abortus dan persalinan ibu.
j.
Riwayat Kesehatan :
1. Aktivitas / istirahat Malaise, letargi.Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stresor pascapartum multipel). 2. Sirkulasi Takikardia dari dengan berat bervariasi.
17
3. Eliminasi Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus. 4. Integritas ego Ansietas jelas (peritonitis). 5. Makanan/ cairan Anoreksia, mual, muntah.Haus, membran mukosa kering.Distensi abdomen kekauan, nyeri lepas (peritonitis). 6. Neurosensori Sakit kepala. 7. Nyeri/ ketidaknyaman Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guarding
(endometritis).Nyeri/kekakuan
abdomen
unilateral/
bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis). Pernafasan Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik). 8. Keamanan Suhu: 100,4ᵒ F (38,0ᵒ C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus, diluar 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi. Namun suhu lebih tinggi dari 101ᵒ F (38,9ᵒ C) pada24jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi. Demam ringan kurang dari 101ᵒ F menunjukkan infeksi insisi, demam lebih tinggi dari 102 ᵒ F (38,9ᵒ C) adalah petunjuk atau infeksi lebih berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat terjadi menggigil, menggigil berat atau berulang(seringberakhir 30-40 menit), dengan suhu memuncak sampai 104ᵒF, menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intra partum sering, kecerobohan pada teknik aseptik.
18
9. Seksualitas Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara manual, atau hemoragi pasca partum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, atau memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa. Lokea mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal betahemolitik), banyak atau berlebihan. 10. Interaksi sosial Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
2. Diagnosa Keperawatan a. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis. c. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi. d. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri. e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilitas, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara persendian/kebutuhan oksigen dan gayahidup yang sedentary. f. Ketakutan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan bayi sekunder akibat adanya infeksi. 3. Intervensi keperawatan 1. Diagnose I Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
19
Tujuan dan kriteria hasil
Bebas dari infeksi
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi.
Mematuhi prosedur deteksi, yang dibuktikan dengan mengkaji drainase vagina dan atau luka abdomen, jika diperlukan.
Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar.
Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko infeksi personal.
Tindakan keperawatan
Kaji adanya masa yang dapat
Rasional
Untuk mengkaji adanya abses ,yang
diraba pada lokasi yang dicurigai
mungkin memerlukan drainase
abses(dapat ditegaskan dengan
bedah.
ultrasonografi)
Pantau manifestasi yang
Demam diatas 38,90C ,peningkatan
mengindikasikan syok yang akan
letargi ,peningkatan denyut jantung
terjadi.
dan frekuensi nafas ,perubahan pola TD atau hipotensi atau perubahan proses berfikir adalah manifestasi syok septic .Sepsis dan syok septic,yang merupakan komplikasi potensial infeksi adalah situasi kedaruratan yang membutuhkan identifikasi dan pemberian bantuan volume cairan serta terapi antibiotic dengan cepat untuk mencegah kematian.
Preventif
20
Tindakan nutrisi yang baik setelah
Asupan protein dan kalori yang
pelahiran melalui makanan dari
adekuat penting untuk pemulihan
semua kelompok makanan
ddan perbaikan jaringan .
Ajarkan dan lakukan hygiene
Untuk mengurangi resiko masuknya
perineum secepatnyha padsa
organisme pathogen melalui insisi
periode postpartum
,episiotomy,laserasi,atau abrasi.
Dorong penggunaan peribottle
Untuk mengurangi resiko
untuk membersihkan perineum
kontaminasi fekal pada episiotomy
setiap selese eliminasi .Peragakan
atau laserasi.
cara mengganti pembalut dari depan ke belakang setiap selese eliminasi.
Anjurkan untuk menggunakan sitz bath jika di programkan .
Kompres panas local meningkatkan aliran darah ke area tersebut,yang membantu pemulihan dan meningkatkan kenyamanan .
2. Diagnose II Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan dan kriteria evaluasi
Menoleransi diet yangh di programkan
21
Memiliki membrane mukosa oral yang lembab ,turgor kulit elastic,dan massa tubuh serta berat badan dalam batas normal.
Nilai pemeriksaan laboratorium dalam batas normal (missal : transferin,albumin,elektrolit)
Melaporkan tingkat energy yang adekuat.
Terdapat tanda penyembuhan ( mis, suhu normal,kemerahan pada insisi berkurang)
Menyangkal anoreksia atau mual
Tindakan keperawatan
rasional
PENGKAJIAN
Pantau perasaan ibu sebelum nampan
makanan dibawa masuk
Jika ibu mual,jauhkan nampan hingga mual hilang atau obat antiemetic diberikan untuk mengurangi mual yang dapat mencegah muntah.
Pantau nillai laboratorium
(mis,transferin,albumin,elektrolit)
Untuk mendeteksi keseimbangan negative nitrogen ,keseimbangan elektrolit,yang mencerminkan status nutrisi.
Pantau turgor kulit ,kelembaban dan
Untuk mendeteksi keadekuatan
warna membrane mukosa oral dan
hidrasi .Penurunan asupan
haluaran serta konsentrasi urin.
sekunder akibat mual ,yang disertai dengan kenaikan suhu ,mengakibatkan kekurangan cairan.
Pantau asupan diet semua makanan dan catat sebagai “persentase yang
Untuk menentukan keadekuatan kandungan nutrisi dan kalori.
dimakan”, atau dalam milliliter cairan jika klien hanya mengonsumsi cairan.
22
Kaji bagaimana kemajuan menyusui
Nutrisi ibu yang tidak adekuat
dan apakah ibu memiliki suplai ASI
dapat memepengaruhi suplai ASI
yang adekuat.
dan mengakibatkan nutrisi buruk pada bayi.
PENYULUHAN KLIEN/KELUARGA
Jelaskan pada ibu dan keluarga
Partisipasi aktif oleh keluarga
hubungan antara nutrisi yang baik
sangat penting karena pada
,penyembuhan luka ,penanganan
awalnya ibu akan sedikit
infeksi,energy,dan kesejahtraan
bergantung pada
secara keseluruhan.
mereka.Keterlibatan dan informasi juga membantu menjamin kepatuhan terhadap tindakan penanganan.
TINDAKAN KOLABORASI
Berkonsultasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan protein
Untuk membantu merencanakan penggantian protein .Defisiensi protein dapat disebabkan oleh infeksi ; asupan protein mungkin tidak adekuat akibat malaise dan anoreksia;protein dibutuhkan untuk penyembuhan.
LAIN LAIN
Dorong keluarga untuk membawakan
Untuk meningkatkan asupan zat
makanan yang diminta ibu,jika
gizi. Ibu yang menjalani diet
memungkinkan.
regular mungkin menikmati makanan rumah atau restoran
23
favoritnya. Makanan memiliki nilai budaya bagi keluarga, dan mampu memberikan makanan bergizi setelah ibu melahirkan mungkin sangat penting bagi keluarga
3. Diagnose III Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.
Tujuan dan kriteria evaluasi
Menggunakan tindakan pereda nyeri non-analgesik untuk mengurangi nyeri (mis. Teknik bernafas)
Mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai tingkat kenyamanan yang diungkapkan oleh individu
Mendiskusikan keuntungan dan kerugian analgesik atau anastesi altermatif yang tersedia
Mempertahankan tingkat nyeri pada (sebutkan) atau kurang dengan sekala 0-10
Menggunakan analgesik yang tepat untuk mengendalikan nyeri
tindakan keperawatan
rasional
pengkajian
Kaji sifat nyeri
Nyeri adalah pengalaman
(lokasi,frekuensi,keparahan,durasi,fakto
subjektif; pengalaman klien
r pencetus, faktor yang meredakan);
harus di fahami untuk
gunakan skalanomor untuk menilai
merencanakan tindakan pereda
keparahan.
nyeri yang paling efektif,
24
namun paling sedikit mengganggu.
Tentukan analgesik dan/atau anestetik
Metode pereda nyeri
yang dipilih (mis. Epidural), rute
farmakologi yang digunakan
pemberian, dan dosisi untuk
bergantung pada keinginan
menghasilakan pereda nyeri yang
umum dan khusus ibu, serta
optimal.
keuntungan versus kerugian pada ibu dan bayi ( mis. Melambatkan atau menghentikan kontraksi uterus ). Pemberian analgesik secara sistemik melewati sawar darahotak ibu dan plasenta, yang menimbulkan efek hipnosis pada ibu dan janin ( mis. Depresi pernafasan neonatus). Perawat dapat membantu keluarga dalam pengambilan keputusan berbasis informasi dengan menjelaskan agens yang dipilih, mengevaluasi kesedihan ibu untuk berpartisipasi dalam tindakan pereda nyeri, dan mengkaji kemampuan individu terdeket untuk memberikan dukungan.
Kaji tanda-tanda vital dan tingkat
Tekanan darah, nadi,
kesadaran pada interval yang tepat dan
pernapasan, dan keterjagaan
catat.
adalah indikator penting derajat
25
nyeri (mis. Peningkatan tekanan darah, takikardia, peningkatan pernapasan, gelisah) dan analgesia yang terlalu banyak (mis. Bradikardia, hipotensi, depresi, pernapasan). Tandatanda vital “kelima” adalah nyeri, dan nyeri sering harus dikaji untuk menentukan kenyamanan klien dan kebutuhan analgesia lanjutan, serta menyesuaikan intervensi keperawatan untuk kenyamanan yang terus menerus.
Tentukan kemiskinan pengaruh budaya
Respon nyeri ( seperti menangis
dan agama ibu pada persepsi dan respon
keras) mungkin diterima dalam
ibu terhadap nyeri.
beberapa budaya , namun tidak pada budaya lain; perawat tidak boleh keliru antara tidak menunjukkan emosi dan tidak ada nyeri. Beberapa agama mungkin memandang nyeri sebagai anugrah; lainnya, sebagai hukuman. Anggapan ini dapat memengaruhi persepsi ibu mengenai nyeri dan ansietas akibat nyeri.
penyuluhan kelien/keluarga
26
Berdasarka teori gate-control, teknikpereda nyeri non-invasif
Jelaskan dan bimbing klien melalui
membantu mengurangi persepsi
tindakan non farmakologi (mis. Terapi
nyeri dengan menstimulasi
reksasi sederhana, imajinasi terbimbing)
serabut saraf berdiameter-besar
untuk meningktatkan kendali terhadap
yang membawa informasi
nyeri.
seperti sentuhan untuk menghalangi pengiriman nyeri (menutup gerbang)
Kadar endorfin dalam tubuh dapat mengubah persepsi nyeri
Jelaskan semua penanganan dan
individu. Protein menyerupai-
prosedur, meliputi sensasi yang
morfin tersebut mengurangi
mungkin dirasakan.
ansietas, ketegangan dan stimulus negatif yang luas. Mengajarkan klien tentang semua prosedur , yang meliputi pilihan pereda-nyeri, membantu mengurangi nyeri dan, dengan demikian, nyeri yang berhubungan dengan ansietas.
Pereda nyeri yang maksimal adalah hak setiap klien.
Anjurkan ibu untuk memberi tahu
Berbagai macam tindakan
penyedia layanan kesehatan bila nyeri
pereda nyeri dapat dicoba
tidak berkurang.
sebelum menemukan yang paling efektif.
27
Berikan tindakan kenyamanan dasar,
tindakan kenyamanan dasar
seperti mengatur posisi, menjaga linen
sering kali mengurangi nyeri
dan gaun tetap bersih dan kering, kain
tanpa menggunakan obat. Jika
dingin pada dahi, krim atau salep bibir
kebutuhan dasar terpenuhi, ibu
untuk bibir kering, dan menyikat gigi
dapat berfokus pada
atau berkumur. Berikan kepingan es dan
penggunanaan teknik relaksasi,
kompres es jika diintruksikan.
imajinasi terbimbing, visualisasi, dan teknik nonfarmakologi lain yang juga dapat membantu memberi kenyamanan.
Lain-lain
Dorong untuk mengungkapkan rasa
takut dan cemas
Bila kebutuhan dasar terpenuhi ,(fisik dan psikologi), nyeri dapat berkurang. Endofrin internal memengaruhi persepsi nyeri, yang juga dipengaruhi oleh faktor psikososial, seperti harapan ibu, edukasi melahirkan dan interpretasi ibu tentang apa yang terjadi selama persalinan.
Gunakan strategi komunikasi terrapiutik
Ibu mengalami derajat nyeri
untuk mengalami pengalaman nyeri
yang berbeda sebagai respons
individu dan penerimaan terhadap
terhadap situasi yang sama atau
respon klien.
serupandan mengaitkan pemahaman personal yang
28
berbeda terhadap peristiwa yang menimbulkan nyeri. Proses mengalami dan mendukung pengalaman nyeri ibu dapat memberikan pengaruh analgesik dengan mengurangi persepsi nyeri.
Kontrol faktor lingkungan yang dapat
Stimulus negatif yang luas atau
memengaruhi respon klien terhadap
setiap faktor dilingkungan yang
nyeri (mis. Bunyi, pencahayaan, suhu
mungkin menyebabkan ansietas
ruangan).
dapat menurun endorfin internal . penurunan hormon menyerupai – morfin tersebut mengurangi ambang nyeri.
Berikan tindakan pereda nyeri sebelum
nyeri bertambah parah.
Gunakan pendekatan yang positif saat
Meningkatkan ke efektifitasan analgesik.
memberikan analgesik (mis. “obat ini
Menurunkan ansietas; ansietas meningkatkan nyeri.
akan membantu mengendalikan nyeri”).
Evaluasi pengaruh intervensi dan cacat.
Perawat tidak boleh menganggap bahwa intervensi yang meredakan nyeri telah berhasil. Perawat dapat merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya
29
berdasarkan evaluasi rencana saat ini dengan mengkaji status nyeri klien pada interval yang tepat ( mis. Skala nyeri, isyarat non verbal). Riset menunjukan bahwa alasan paling sering kenapa nyeri tidak reda adalah kegagalan untuk mengkaji nyeri dan peredaan nyeri secara rutin.
4. Diagnose IV Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri. Tujuan dan kriteria evaluasi
Orang tua mengungkapkan perasaan positif tentang bayi/anak.
Orang tua menunjukan perilaku sayang (misalnya,kontak mata dan posisi en face dengan bayi baru lahir ;memilih nama selama
kehamilan;berperilaku
sehat
selama
kehamilan
;memberi respon terhadap isyarat bayi;menggendong,menyentuh,mengayun,menepuk,mencium dan tersenyum pada bayi baru lahir) Tindakan keperawatan
Rasional
Pengkajian
Kaji catatan prenatal untuk melihat
Untuk menentukan adanya factor
apakah ibu mencari asuhan di awal
resiko apa pun yang mungkin
kehamilan ,mengikuti kunjungan
mengubah pengalaman ikatan orang
terjadwal,menghadiri setiap sesi
tua/bayi.
30
penyuluhan dan meengalami kenaikan berat badan sesuai dengan pola penambahan berat badan yang diharapkan .
Kaji reaksi ibu dan keluarga
Mengindikasikan ikatan atau
terhadap bayi baru lahir saat
ketiadaan ikatan. Tidak ada kontak
kelahiran .
mata atau kurang minat pada bayi dapat mengindikasikan perubahan ikatan orang tua-bayi.
Kaji apakah ibu memanggil bayi
baru lahir dengan nama dan
Mengindikasikan minat dan ikatan ibu dengan bayi.
mengajukan pertanyaan menyangkut kondisi dan tempat bayi baru lahir.
Kaji ikatan ibu dengan bayi baru
Untuk menentukan apakah
lahir berulang kali saat mereka
intervensi diperlukan guna
disatukan kembali ,dengan
membantu pelekatan ibu dengan
mengingat factor keletihan bila
bayi.
infeksi muncul
Kaji riwayat penyalahgunaan zat
Mengidentifikasi
pada ibu.
keluarga mengalami
yang
individu berisiko
atau tinggi
perubahan
parenting.penyalahgunaan
zat
mengganggu kemampuan fisik dan emosi ibu untuk mengasung atau
31
melekat pada bayi nya.
Kaji harapan orang tua tentang bayi
Orang tua membentuk gambaran
baru lahir selama kehamilan.
“ideal”tentang anak nya selama kehamilan.kesesuaiyan perwujudan anak yang lahir dengan gambaran tersebut akan memengaruhi proses ikatan.jika
ketidak
sesuaiyan
pandangan ideal orang tua versus anak yang lahir di identifikasi dini,tindakan
korektif
dapat
di
lakukan untuk memperbaiki ikatan.
Kaji adanya persalinan lama ,ibu
Faktor tersebut dapat menghambat
merasa
perkembangan perasaan positif awal
lelah,pengaruh
obat
nyeri,dan masalah menyusui.
terhadap
bayi
baru
lahir
dan
kemampuan ibu untuk memberikan perawatan fisik.jika kondisi ini di identifikasi
sejak
dini,tindakan
korektif dapat di lakukan untuk memperbaiki ikatan orang tua bayi dan memberi dukungan pada ibu untuk memperbaiki ikatan orang tua bayi dan memberi dukungan pada ibu untuk mengasuh bayi.
Kaji
perilaku
mencerminkan pelekatan
orang
tua
kurang
yang nya
Tidak memperhatikan bayi menolak untuk
menggendong
,
gagal
menempatkan bayi dalam kontek keluarga,menangani bayi dengan kasar
,mengabaikan
kebutuhan
32
keamanan bayi, dan memandang bayi
sebagai
memuakan perilaku negatif
atau
sesuatu
yang
buruk
adalah
yang pada
mempengaruhi pelekatan
bayi.
Pengenalan perilaku tersebut sejak dini
membantu
perawat
merencanakan strategi korektif atau merujuk orang tua untuk konseling atau terapi.
Kaji
perilaku
bayi
yang
Faktor tersebut dapat menghambat
berpengaruh negatif pada ikatan
perkembangan perasaan positif awal
orang tua-bayi
terhadap
bayi
baru
lahir
dan
kemampuan ibu untuk memberikan perawatan fisik.jika kondisi ini di identifikasi
sejak
dini,tindakan
korektif dapat di lakukan untuk memperbaiki ikatan orang tua bayi dan memberi dukungan pada ibu untuk memperbaiki ikatan orang tua bayi dan memberi dukungan pada ibu untuk mengasuh bayi.
Kaji keadekuatan sistem dukungan.
Orang tua mungkin membutuhkan bantuan
dalam
perawatan
bayi
.sistem dukungan yang kuat, seperti kakek dan nenek,bibi, atau paman , dapat istirahat
memberikan pada
orang
kesempatan tua
saat
33
dibutuhkan atau membantu adaptasi parenting.
PENYULUHAN KLIEN /KELUARGA
Berikan informasi pada orang tua
Orang tua mungkin tidak menyadari
tentang sumber yang tersedia di
sumber
yang
tersedia
dan
masyarakat
bagaimana mendapatkan sumber tersebut saat dibutuhan.
PENYULUHAN KOLABORASI
Rujuk untuk konseling jika terdapat
Anak yang memiliki orang tua yang
faktor risiko.
tidak
mampu
mengasuh
atau
akibat
tidak
mau
masalah
atau
ketunadayaan fisik atau psikologis mengalami untuk
untuk
peningkatan di
risiko
abaikan
atau
dianiyaya. Kondisi tersebut harus diidentifikasi dan orang tua di rujuk untuk konseling atau terafi guna melindungi
keamanan
anak
tersebut. LAIN-LAIN
Selama kehamilan, berikan
Memudahkan pemahaman ;
informasi tentang perubahan
membantu ibu dan pasangan untuk
fisiologis dan psikologis normal ibu
memandang kehamilan sebagai
serta perkembangan janin .gunakan
kondisi yang normal dan sehat ,
gambar atau sonogram untuk
buakn sakit; memberi motivasi
menjelaskan penampilan janin.
untuk perilaku yang sehat. Juga mendukung pelekatan orang tuabayi dengan membantu membuat
34
janin sebagai realitas bagi orang tua.
Sediakan waktu untuk beristirahat
Ibu mungkin terlalu lelah untuk
atu tidur untuk ibu setelah
memberi respons kepada bayi selain
pelahiran.
respons superfisial.
Berikan kesempatan pada orang tua
Interaksi dini dan keterlibatan aktif
untuk menggendong bayi segera
dengan bayi membantu
setelah lahir.
perkembangan pelekatan dan meningkatkan ikatan emosi yang lebih kuat. Terdapat periode sensitif yang penting selama kemampuan interaksi bertambah .periode tersebut adalah waktu paling baik untuk menjalin hubungan.
Tunda pemebrian salep oftalmik
Memebrikan kesempatan pada bayi
antibiotik profilaksis selama 1 jam
untuk membuka mata dan membuat
setelah kelahiran , berikan
kontak mata .
kesempatan pada orang tua dan bayi untuk bersama tanpa ganguan.
Observasi rutinitas perawatan bayi
Mengevaluasi
kesenangan
saat
(berkaitan dengan menyusui,
orang tua berinterasi dan mengasuh
memandikan , mengganti popok,
bayi
dan lain-lain).
masalah pada teknik atau hubungan
untuk
bayi-orang
mengidentifikasi
tua
mengidikasikan
yang
dapat
kebutuhan
intervensi.
35
Dorong dan tingkatkan
kesempatan ibu untuk
Sentuhan membantu membentuk ikatan antara ibu dan bayi.
menggendong bayi baru lahir, jika memungkinkan di dada ibu (kulit ke kulit diantara payudara), yang memungkinkan bayi bayi baru lahir menyentuh payudara ibu dengan tangannya.
Dorong menyusui pada ibu yang
Membantu membentuk ikatan
ingin menyusui
antara ibu dan bayi.
Satukan ibu bayi, dan keluarga segera setelah ibu stabil jika
Kontak dini meningkatkan ikatan ibu dan bayi.
infeksi tidak membutuhkan isolasi.
5. Diagnose V Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilitas, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara persendian/kebutuhan oksigen dan gayahidup yang sedentary. Tujuan dan kriteria hasil
Mempertahankan tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan yang bisa, dibuktikan dengan denyut jantung dan tekanan darah yang normal selama beraktivitas dan tidak ada keletihan, kelemahan, serta sesak nafas.
Menggunakan teknik konsevarsi energy
36
Tindakan keperawatan
rasional
Pengkajian
kaji kemampuan ibu untuk
Membantu menentukan tingkat
melakukan ambulasi dan aktivitas
intoleran aktivitas ibu untuk
perawatan mandiri.
menetapkan tujuan realistis.
Kaji perubahan denyutnadi setelah
beraktivitas.
Denyut jantung dapat meningkat 20 hingga 30 denyut/menit setelah beraktivitas, yang bergantung pada jumlah dan jenis aktivitas. Peningkatan melebihi 20 hingga 30 kali adalah abnormal dan dapat mengindikasikan gangguan jantung serta membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Kaji adanya perubahan ortostatik
pada tekanan darah.
Penurunan tekanan ortostatik dapat disebabkan oleh penurunan volume cairan, infeksi, atau nyeri. Peningkatan atau penurunan tekanan darah yang signifikan saat beraktivitas memrlukan evaluasi lebih lanjut.
Kajiperubahan frekuensi pernapasan
Aktivitas meningkatkan kecepatan metabolism dan konsumsi oksigen yang dapat
37
meningkatkan frekuensi pernapasan dan menyebabkan dispneu.
Kaji adanya infeksi
Adanya demam, peningkatan hitung sel darah putih, atau drainase purulent merupakan indikasi infeksi. Infeksi adalah penyebab signifikan kelemahan dan keletihan karena peningkatan kebutuhan metabolism.
Kaji adanya data laboratorium
abnormal.
Data laboratorium abnormal dapat mengindikasikan penyakit utama atau komplikasi.
Kaji kebutuhan nutrisi ibu.
Ibu yang tidak mendapat asupan nutrisi yang adekuat akan memiliki cadangan energy yang dibutuhkan untuk persalinan, pelahiran atau perawatan diri dan bayinya setelah pelahiran atau penyembuhan.
Kaji persepsi ibu tentang intoleran aktivitas yang dialami.
Mengidentifikasi deficit nutrisi membantu perencanaan intervensi yang tepat.
Memberikan informasi dasar
38
tentang pemahaman ibu mengenai keletihan dan penyebabnya serta untuk memandu penanganan.
Kaji status emosi.
Stress psikologis dapat menyebabkan depresi, yang mengakibatkan intoleran aktivitas yang sama beratnya dengan stress fisiologis. Mengidentifikasi stressor psikologis membantu merencanakan intervensi korektif yang tepat.
Kaji pola dan keadekuatan tidur
Periode terjaga yang lama atau gangguan tidur yang sering mengacaukan siklus tidur normal dan menyebabkan keletihan serta ketidakmampuan untuk menoleransi aktivitas normal. Perubahan hormonal dapat mengubah kemampuan ibu untuk tertidur atau tetap tidur, yang menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami keletihan. Ibu hamil membutuhkan tidur dan istirahat lebih banyak
39
dibandingkan ibu tidak hamil karena peningkatan kebutuhan metabolism dan kadar progesterone yang lebih tinggi.
Penyuluhan klien/keluarga
Ajarkan ibu dan keluarga mengenai
tanda keletihan.
Meningkatkan pemahaman ibu tentang kapan ia mulai letih sehingga ibu dapat mengurangi aktivitas atau beristirahat.
Ajarkan tentang perlunya menentukan
Ibu dapat merencanakan untuk
prioritas aktivitas.
melakukan aktivitas yang membutuhkan enrgi paling besar dipagi hari atau setelah beristirahat. Aktivitas prioritas rendah dapat ditunda atau diabaikan saat tingkat energy terlalu rendah untuk melakukan aktivitas tersebut dengan aman.
Jelaskan pada ibu untuk menghindari
Aktivitas sebelum hamil
aktivitas berat hingga tingkat energy
mungkin tidak dapat ditileransi
kembali normal.
dengan baik selama kehamilan atau setelah melahirkan, oleh sebab itu, timgkat aktivitas membutuhkan modifikasi.
40
Ajarkan teknik perawatan diri yang
menghemat energy.
Membantu ibu dalam menghemat energy dengan meminimalkan knsumsi oksigen.
Lain-lain
Pertahankan asupan makanan dan
cairan yang adekuat.
Mencegah kekurangan nutrisi, kehilangan protein, dan dehidrasi sel dan atau hipovolemia.
Kelompokan tindakan perawatan agar
Membantu ibu mengembalikan
dapat menyediakan waktu tidur yang
pola tidur normal dan
tenang bagi klien.
mengurangi keletihan.
Anjurkan periode istirahat setelah
Mencegahaktivitas berlebihan
beraktivitas, seperti makan, mandi,
dan meminimalkan konsumsi
merawat bayi, atau ambulasi
oksigen.
Atur lingkungan dengan meletakan
barang yang sering digunakan dalam
Menghemat energy dan mencegah keletihan.
jangkauan ibu.
Anjurkan ibu untuk berpartisipasi
Memberi rasa kendali pada ibu
dalam perencanaan asuhan penetapan
atas perawatannya dan
tujuan.
meningkatkan motivasi ibu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bantu perawatan sesuai kebutuhan, tanpa meningkatkan ketergantungan.
Menghemat energy sekaligus memungkinkan ibu tetap
41
mengendalikan situaso dan perawatannya.
Anjurkan latihan rentang pergerakan
sendi (RPS) aktif dan latihan fisik.
Mencegah bahaya terkait imobilitas ( misalnya pneumonia, kelemahan otot atau atrofi, konstipasi, thrombosis vena provunda, kekakuan sendi )
Anjurkan untuk kembali melakukan
aktivitas normal secara bertahap.
Anjurkan untuk mengungkapkan
Mencegah keletihan sekaligus membangun ketahanan tubuh.
Membantu mengurangi ansietas
perasaan tentang keterbatasan
dan meningkatkan koping
aktivitas.
terhadap situasi.
6. Diagnosa VI Ketakutan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan bayi sekunder akibat adanya infeksi.
Tujuan dan kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang risiko pada bayi
Mencari informasi untuk mengurangi ketakutan.
Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ketakutan
Mengungkapkan kepuasan dengan pengendalian gejala.
Mengungkapkan rasa kendali.
Membedakan antara ancaman nyata dan imajinasi.
42
Tindakan keperawatan
Rasional
Pengkajian
Kaji reaksi terhadap adanya infeksi
dan perbaiki salah konsepsi.
Untuk menetapkan dasar dalam perencanaan asuhan. Mengoreksi konsepsi yang salah dan memberi informasi actual dapat mengurangi ketakutan dan ansietas.
Kaji pengetahuan pasien tentang
Pengkajian berfungsi sebagai dasar
penanganan/prosedur, persalinan,
dalam rencana peyuluhan, jika
proses melahirkan, asuhan bayi, dan
diperlukan. Ketakutan dapat
lain-lain.
disebabkan oleh kesalah pahaman atau kurang pengetahuan
Kaji adanya menifestasi fisik dan
rasa takut.
Ibu mungkin enggan mengungkapkan rasa takut atau tidak menyadarinya. Identifikaso membantu perawat menentukan tingkat ketakutan dan merencanakan intervensi yang tepat.
Kaji adanya keletihan dan intoleran
aktivitas.
Keletihan dapat memperbesar rasa takut.
Penyuluhan klien/keluarga
Jelaskan prosedur dan sensasi yang mungkin dirasakan (mis, selama
Ketakutan adalah salah satu faktor penyebab ansietas paling penting.
persalinan dan kelahiran, selama amniosentris )
43
Ajarkan pasangan tentang tindakan
Aktivitas pengalihan dapat
untuk menenangakan pasien selama
membantu menyalurkan kembali
mengalami situasi yang menakutkan
energy emosi ibu dan meningkatkan
( missal, gosokan dan tekanan pada
kenyamanan sehingga mengurangi
punggung, pengaturan posisi)
rasa takut terhadap episodenyeri selanjutnya.
Ajarkan teknik perawatan diri guna
Besarnyabahaya pada ibu dan bayi
meningkatkan kesempataan untuk
risiko tinggi dapat diminimalkan
mendapatkan hasil yang sehat
dengan kepatuhan klien.
(missal, hidrasi, nutrisi, modifikasi
Menghadapi bahaya dengan
aktivitas, pemeriksaan prenatal)
perawatan diri dapat mengurangi ketakutan.
Lain-lain
Temani pasien untuk meningkatkan
Kehadiran dan jaminan dari asuhan
rasa aman dan mengurangi rasa
keperawatan yang terampil dapat
takut.
mengurangi rasa takut.
Ciptakan suasana yang menumbuhkan rasa percaya.
Kepercayaan penting untuk membentuk hubungan. Tanpa rasa percaya, ketakutan atau ansietas pendekatan perawat. Dengan menunjukan sikap yang baik perhatian yang tulus pada ibu, dan kompetensi, perawat dapat menumbuhkan rasa percaya, yangmembantu klien mengungkapkan pikiran dan perasaan secara terbuka.
44
Dorongan klien untuk
Mengungkapkan ras takut seseorang
mengungkapkan rasa takut dan
sering kali mengurangi ketakutan
cemas.
tersebut.
Dorong untuk mengungkapkan
Rasa kendali diri yang besar dan
faktor yang dapat memperbesar rasa
keadekuatan dalam menghadapi
takut ( missal, perubahan gaya
bahaya mengurangi rasa takut.
hidup, kesehatan janin, perubahan
Kewaspadaan meningkatkan
finansial, fungsi keluarga,
kendali dan mengurangi ketakutan
keamanan personal )
saat dihadapkan dengan situasi nyata.
Berikan aktivitas pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
Aktivitas menguras energy dan menghilangkan reaksi fisik terhadap rasa takut.
Dorong klien untuk
Teknik yang pernah berhasil
mengidentifikasi dan menggunakan
sebelumnya kemungkinan akan
teknik koping yang berhasil
berhasil pada setiap situasi
sebelumnya
prnyebab stress. Klien cenderung menggunakan teknik yang sebelumnya terbukti berhasil.
45
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob.Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah.Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita. Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul.Hal ini dapat disbabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk intervensi keperawatannya merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. .
B. SARAN Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi post partum, karena infeksi post partum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada post partum, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2.Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua.Jakarta : Media Aesculapius.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.
Green carol. J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir.Jakarta : EGC.
48