HERNIA INGUINALIS LATERALIS A. PENGER PENGERTIA TIAN. N. Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan sebagian sebagian organ intra abdominal abdominal keluar kavum abdomen melalui laku lakus s mino minori ris s (Fac (Facia iall defe defek) k) dind dindin ing g abdo abdome men n dan dan masi masih h meliputi peritoneum. Hernia Hernia inguin inguinali alis s latera lateralis lis adal adalah ah hern hernia ia yang yang mela melalu luii anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada pria yang normal kanalis inguinalis berisi fasikulus spermatikus, spermatikus, vasa spermatika, spermatika, nervus nervus spermatikus spermatikus,, muskulus muskulus kresm kresmate ater, r,
pros prosesu esus s
vagi vaginal nalis is
peri perito toni nier er,,
dan
ligam ligamen entu tum m
B. PATOFI PATOFISIO SIOLO LOGI. GI. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus, pada bula bula ke-8 ke-8 keha kehami mila lan n terj terjad adii dese desens nsus us test testis is mel melalui alui kana kanall tersebut, penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah daerah scrotu scrotum m sehingg sehingga a terjadi terjadi penonj penonjola olan n perito peritoniu nium m yang yang disebut dengan Prosesus Vaginalis Peritoneai. Pada Pada bayi bayi yang yang su sudah dah lahi lahir, r, umum umumny nya a prose prosesus sus ini ini tela telah h meng mengal alami ami obli oblite tera rasi si sehi sehingg ngga a isi isi rong rongga ga peru perutt tida tidak k dapat dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal seringkali kanalis kanalis ini tidak dapat menutup, karena testis kiri turun terlebih terlebih dulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila ila
pros prose esu sus s
ter terbuka buka
terus erus
(kar (karen ena a
tidak idak
menga engala lami mi
B. PATOFI PATOFISIO SIOLO LOGI. GI. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus, pada bula bula ke-8 ke-8 keha kehami mila lan n terj terjad adii dese desens nsus us test testis is mel melalui alui kana kanall tersebut, penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah daerah scrotu scrotum m sehingg sehingga a terjadi terjadi penonj penonjola olan n perito peritoniu nium m yang yang disebut dengan Prosesus Vaginalis Peritoneai. Pada Pada bayi bayi yang yang su sudah dah lahi lahir, r, umum umumny nya a prose prosesus sus ini ini tela telah h meng mengal alami ami obli oblite tera rasi si sehi sehingg ngga a isi isi rong rongga ga peru perutt tida tidak k dapat dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal seringkali kanalis kanalis ini tidak dapat menutup, karena testis kiri turun terlebih terlebih dulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila ila
pros prose esu sus s
ter terbuka buka
terus erus
(kar (karen ena a
tidak idak
menga engala lami mi
-
Hernia Femoralis.
-
Hernia Umbilikalis.
-
Hernia Inguinalis.
-
Hernia Insisional.
-
Hernia Fragmatika.
-
Hernia Epigastrika.
Menurut Gejalanya:;
2. -
Hernia Reponibilis.
Penon Penonjo jola lan n yang yang terj terjadi adi ters terseb ebut ut dapat dapat dimas dimasuk ukkan kan kembali secara manual. -
Hernia Irreponibilis.
Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat dikembalikan secara manual disertai nyeri tekan. -
Hernia Inkarserata.
Mual dan kembung.
-
Tidak flatus / BAB.
-
C. PENATALAKSANAAN Pada dilakukan
Hernia
Inguinalis
tindakan bedah
Reponibilis
efektif
untuk
dan
Ireponibilis
mencegah
terjadi
komplikasi. Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis : -
Untuk memperoleh keberhasilan, maka faktor penyebab terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronis, prostat tumor, acites dan lain-lain).
-
Sakus
hernia
indirek
harus
diisolasi,
dipisahkan
dari
peritonium dan diligasi. -
Hernia recuren yang terjadi dalam beberapa bulan / setahun biasanya menunjukkan refair yang tidak adekuat, sedangkan
HERNIOTOMI -
HERNIA INGUINALIS LATERALIS Indikasi Semua hernia inguinalis lateralis harus dibedah.
-
Kontra Indikasi o
Hernia yang sangat besar.
o
Usia lanjut.
o
Keadaan umum yang jelek.
Hernia inguinalis lateralis yang dijumpai pada usia lanjut, perlu
pemeriksaan
yang
menyeluruh
untuk
melihat
kemungkinan penyebab. Pada bayi dan anak pembedahan dilakukan sedini mungkin setelah diagnosa dilakukan.
HERNIOTOMI PADA ANAK Teknik operasi sama dengan orang dewasa, hanya saja
terdapat beberapa perubahan, yaitu: -
Irisan transversal sesuai dengan lipatan kulit.
-
Memotong tidak
sampai Anulus Eksternus (kecuali bila
disertai hidrokel). - Tidak perlu membebaskan funikulus, spermatikus. - Tidak perlu melakukan plastik Bacini.
Perawatan Post-Operasi - Terapi cairan. -
Mobilisasi pasca operasi (di tempat tidur).
-
Perawatan luka (3 hari pasca operasi ganti balutan).
kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik
nafas
dalam.
3.
Persiapan fisik. Nutrisi Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi karbohidrat, berpuasa
protein,
vitamin
dan
kalori.
Pasien
harus
12 – 18 jam sebelum operasi.
b.
Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi. Perhatikan balance 6 – 8 jam pre operasi. c. -
Hygiene Pasien harus mandi sebelum operasi.
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan baik dan lancar, dan bertujuan sebagai: ∗
Menghilangkan perasaan gelisah dan takut sebelum operasi.
∗
Menurunkan BMR
untuk
mengurangi pemakaian
O2
dalam tubuh. ∗
Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok untuk mencegah konvulsi dan muntah.
∗
Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
∗
Analgesia.
Yang sering digunakan adalah: -
Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
-
Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran
PERAWATAN PASIEN YANG TELAH MENJALANI OPERASI (POST OPERATIVE)
I.
PERAWATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN (RECOVERY ROOM) Selesai operasi, mulai sadar dari anesthesia umum sampai keadaan umum pasien menjadi stabil. Sebaiknya pasien dirawat di kamar pemulihan yang bertempat dekat dengan kamar operasi untuk diawasi oleh dokter anastesi dan perawat kamar operasi. Pasien dalam keadaan tersebut di atas memerlukan perawatan dengan berpedoman sebagai berikut: 1. Amankan tenggorokan dan cegah tersumbatnya pernafasan
II.
PERAWATAN PASIEN SETELAH KEMBALI KE RUANGAN Setelah pasien kembali ke ruangan dari kamar pemulihan, perawat di ruangan mengadakan perawatan selama 24 jam. Khususnya
untuk
menyelamatkan
saluran
pernafasan
dan
mengadakan perawatan untuk mencegah terjadinya shock. Selanjutnya perawatan diadakan menurut tingkat penyembuhan masing-masing pasien. Di bawah ini adalah pokok-pokok yang dimuat di dalam pengaturan perawatan pasien setelah operasi yang digunakan sebagai contoh prosedur perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit. Saint Carolus di Tokyo: 1.
Terima status pasien, Foto roentgen
dan daftar untuk pengecekan untuk pasien. Cek jenis anastesi, cara operasi, keadaan umum pasien dan banyaknya obat yang diberikan padanya, banyaknya transfusi darah /
8.
Ubah posisi pasien setiap 1-2 jam
sesuai petunjuk dokter. 9.
Suruh melakukan pernafasan dalam
10 jam. 10.
Laporkan
segera
jika
terdapat
perubahan pada tekanan darah, denyutan nadi, keadaan pernafasan, keluhan sakit, perdarahan dan cairan tubuh yang keluar. 11.
Usahakan mengeluarkan urine
6
jam setelah operasi. 12.
Ukur
banyaknya
makanan
yang
masuk serta eliminasi menurut jenis operasi dan sesuai dengan petunjuk.
III.PAGI HARI SETELAH OPERASI SAMPAI WAKTU DAPAT
-
Memberikan rangsangan pada otot-otot kulit. - Melemahkan ketegangan tubuh yang kaku karena
berbaring. - Merangsang peredaran darah dan perasaan menjadi
segar.
3. Latihan nafas dalam. Karena
terasa
sakit
pasien
merasa
ragu-ragu
melakukannya, tetapi beri penjelasan tentang hal ini (alasan dari latihan nafas dalam), yaitu: - Mendorong pelebaran paru-paru. - Menolong terisapnya darah ke dalam bilik kanan
jantung.
tidak
dapat
dilakukan
sendiri,
melakukannya.
tolong
pasien
untuk
Ini merangsang peredaran
darah pada susunan darah balik di bagian tungkai sehingga dapat mencegah tersumbatnya pembuluh darah. Penyebab thrombus sesudah operasi adalah: a.
Bakteri di dalam selaput pembuluh
darah dan luka kimia mekanis. b.
Terhambatnya peredaran darah.
c.
Meningkatnya
kekentalan darah.
IV.
KOMPLIKASI SETELAH OPERASI 1. Muntah/Vomiting. 2. Perdarahan. 3
Shock
viskositas
atau
4. Pasien yang memiliki resiko paralitik ileus yang disebabkan manipulasi
perut
pada
saat
dilakukan
operasi
harus
diperiksa bising usus, distensi abdominal dan mual.
PADA HARI PERTAMA POST OPERASI:
Perawatan selaput lendir rongga mulut.
Membersihkan seluruh tubuh.
Menggerakkan tungkai
untuk mencegah terjadinya trombus
pada pembuluh darah.
Cek alat dan perlengkapan yang dipakai untuk pasien.
PADA HARI KE-3 POST OPERASI:
Buka balutan luka.
Hasil yang diharapkan Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator objektif seperti meringis tidak ada.
Intervensi Keperawatan Kaji
a.
beratnya,
karakter,
lokasi,
dan
dokumentasikan
durasi,
nyeri,
faktor pencetus dan
metoda penghilangan, gunakan skala nyeri dengan pasien, rentang ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri paling buruk), laporkan nyeri berat, menetap yang dapat menandakan komplikasi. b.
Beritahu pasien untuk menghindari
mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat, ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan/bantal selama episode batuk, ini secara khusus penting selama periode
verbal
untuk
menurunkan
meningkatkan ansietas,
ekspresi
gosokkan
perasaan
punggung
dan
dan teknik
penurun stress seperti: latihan relaksasi, dokumentasikan derajat penghilangan yang didapat dengan menggunakan skala nyeri.
2. dengan
Retensi nyeri, trauma
perkemihan
dan
yang
penggunaan
berhubungan
anastetik
selama
pembedahan abdomen bawah.
Hasil yang diharapkan Dalam 8-10 jam pasca pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan, keluaran urine 100 ml setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) dalam periode 24 jam.
Intervensi Keperawatan
3.
Kurang pengetahuan, potensial terhadap
komplikasi gastro intestinal berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan.
Hasil yang diharapkan Setelah instruksi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi gastro intestinal dan memenuhi tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan.
Intervensi Keperawatan a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual, muntah, demam, distensi abdomen yang dapat memperberat awitan inkarserata atau strangulasi usus. b. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi sisa atau
menggunakan
suplemen
diet
serat
untuk
mencegah
komplikasi. Anjurkan masukan cairan sedikitnya 2 – 3 liter/hari untuk meningkatkan konsistensi faeces lunak.
-
Pinset sirurgis
-
Gunting
-
Korentang
-
Kasa steril di dalam tromol
-
Bengkok
-
Alkohol 70 %
-
Bethadine
-
Bensin, plaster, kapas
-
Kantong plastik
4.
Persiapan pasien
-
Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
-
Menyiapkan lingkungan pasien.
-
Mengatur posisi pasien.
-
Membuang
kotoran,
membereskan
alat-alat
dan
mengembalikannya ke tempat semula. -
Perawat cuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, et al. 2000.
Kapita Selekta Kedokteran.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA (HERNIOTOMI)
DI RUANG KASUARI RSUD
Alamat
: Guntung Payung RT.01, RK 01, Landasan Ulin
Penanggung Jawab
: ASKES
Diagnosa Medis
: Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) Sinistra Post Op Herniatomi)
POLA FUNGSIONAL 1. Persepsi Kesehatan Dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama
Setelah operasi dilaksanakan tanggal 13 April 2004, terdapat nyeri luka post operasi HIL Sinistra.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 2 bulan yang lalu terdapat benjolan pada lipatan paha kiri serta terdapat benjolan, dan kemudian hal ini dirasakan klien sangat mengganggu. Klien memeriksakan diri ke poliklinik bedah RSUD
Mendatangi instansi kesehatan terdekat seperti Puskesmas - Prosedur bedah Pasien sebelumnya pernah menjalani prosedur pembedahan yaitu tubektomy (± 30 tahun yang lalu). - Penyakit masa anak-anak Tidak pernah menderita penyakit yang menurut pasien tidak perlu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. - Imunisasi Tidak pernah
Alergi
Pasien tidak pernah mempunyai riwayat alergi, baik terhadap makanan maupun bahan-bahan allergen lainnya.
Laboratorium Dan Diagnostik
Tidak tercantum pada status
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Masukan Nutrisi Sebelum Sakit
Makan nasi biasa, frekwensi 2 – 3 kali sehari, jumlah 1 – 2 piring ( ± 200 – 400 gram) tergantung selera, minum air putih biasa ± 8 – 10 ml/hari. Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi. Tidak ada makanan pantangan
Masukan Nutrisi Saat Sakit
Diet bubur biasa (Tinggi Kalori Tinggi Protein), penurunan jumlah konsumsi dari 1 porsi hingga ½ porsi. Tidak ada kesulitan untuk menelan.
- Mulut Kebersihan kurang. Gusi tidak ada pembengkakan. Lidah bersih, mukosa dan tonsil tidak ada peradangan. Wicara normal
- Rambut dan kulit kepala Warna rambut hitam, tidak beruban, lurus dan tipis. Tidak ada luka pada kulit kepala.
- Abdomen (Data Fokus) Inspeksi
: Terdapat luka atau insisi bedah pada quadrant kiri
Abdomen Terdapat luka insisi pada quadrant kiri bawah ( ± 10 cm ). Struktur simetris. Frekwensi bising usus 5 x/menit (Normal: 8-12 x/menit). Distensi tidak ada.
Rectum Lesi tidak ada
- BAK / Urine Saat sakit dan setelah sakit kebiasaan miksi normal, frekuensi 4-5 kali sehari dengan jumlah ± 250/miksi, masalah tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Ginjal Tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada. Blast/kandung kencing tidak
Nadi
: 80 x/menit.
Muskuloskeletal Rentang gerak terbatas, karena adanya nyeri di daerah insisi, tapi masih bisa beraktivitas di tempat tidur.
5. Pola Tidur – Istirahat
Kebiasaan tidur (sebelum sakit) ± 4 – 5 jam/hari. Pada saat sakit / post operasi Pasien mengatakan tidak merasakan masalah dengan tidurnya kadang-kadang terdapat rasa nyeri namun tidak seberapa..
6. Pola Kognitif – Konseptual
Pendengaran
Status mental Compos mentis,
GCS : 4,5,6
7. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
Tidak ada masalah selama perawatan, baik cara perawatan maupun dari segi finansial, karena klien dibiayai oleh ASKES. Klien merasa lega, karena ia telah melewati tahap operasi yang dianggap sangat mencemaskannya. Klien serta keluarga menerima dengan baik pelayanan Rumah Sakit terhadap perawatan post operasinya.
8. Pola Peran/Hubungan
Status di dalam keluarga klien adalah sebagai ibu rumah tangga. Keluarga memberikan perhatian penuh pada pasien. 9. Pola Seksualitas
ANALISA DATA
operasi ± 43 Kg. - Berat badan sebelum MRS ± 45 Kg. - Berat badan klien turun ± 2 kg.
3.
DS:
- Klien mengeluh Penurunan dan Kerusakan badannya terasakelemahan fisik fisik. lemah. sekunder terhadap DO: - aktivitas klien operasi herniotomi dibantu oleh keluarga. Infus terpasang. Klien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur saja.
4.
DS: DO: -
mobilitas
Insisi bedah (tempat Resti terjadinya infeksi masuknya
N O 1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
Nyeri Akut Nyeri hilang1. sehubungan (terkontrol), dengan luka bekas insisi bedah, dengan kriteria ditandai dengan : hasil: - Klien 2. mengeluh nyeri Setelah diberikan pada luka bekas teknik distraksi – insisi skala 2. (dari skala relaksasi dan nyeri 0 – 4) dalam 2 jam 3. - Adanya insisi setelah bedah pada pemberian perut quadrant analgetik nyeri kiri bawah (± hilang/berkurang 10 cm. skala 0 dari skala 4. - Klien tampak nyeri 0 – 4. meringis. Ekspresi tidak meringis.
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Pantau TD, nadi, 1. Untuk mengetahui 1. Memantau tanda vital: 1. Nyeri pernapasan dan indikasi kemajuan TD: 120/90 mmHg, nadi: berkurang kesadaran. dari hasil yang 80 x/mnt, pernapasan: dan diharapkan. 20x/mnt, kesadaran terkontrol. compos mentis. 2. Nyeri akut Kaji tingkat 2. Mengkaji tingkat persepsi teratasi persepsi klien2. Agar diketahui klien dan kemampuan sebagian. terhadap nyeri. sampai di mana klien untuk menghadapi 3. Ekspresi derajat nyeri nyeri. wajah tidak mengganggu 3. Memberikan informasi tegang. pasien. yang diperlukan tentang Berikan 3. Agar pasien terjadinya serta informasi tentang mengetahui/menge penanganan nyeri. terjadinya peningn al nyeri yang 4. Mengajark an metode katan atau penudirasakannya. distraksi selama nyeri runan rasa nyeri. akut: bercerita membaca Ajarkan metode 4. Agar pasien dapat latihan nafas dalam. distraksi selama mengalihkan nyeri akut. perhatiannya dan 5. Mengajark an metode dapat melupakan penurunan nyeri non nyerinya walaupun invasif: Teknik relaksasi hanya sejenak. mengatur posisi yang 5. Ajarkan metode 5. Agar nyeri dapat nyaman: semi fowler. penurun nyeri teratasi. 6. Berkolab orasi dalam non invasif pemberian analgesik dan
seperti: relaksasi.
antibiotik :
6. Kolaborasi dalam 6 . An algetik dapat pemberian obat meredakan rasa pereda sakit yang nyeri dan antibiotik optimal mempercepat analg etik d an kesembuhan luka. antibiotik.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan nafsu makan menurun, ditandai dengan : - Klien mengatakan nafsu makannya menurun karena tidak terbiasa dengan makanan yang disediakan jenis bubur. - Berat badan post operasi ±
Nutrisi pasien1. terpenuhi dengan kriteria hasil : - Pada waktu makan siang dan sore porsi yang 2. disediakan (± 200 gr) dapat dihabiskan. - Dalam waktu 3. 24 jam pasien menunjukkan peningkatan Berat badan ± 1 kg. 4.
Kaji kebiasaan 1. Agar dapat 1. klien tentang pola memodifikasi makan. makanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit. Timbang berat 2. Agar mengetahui 2. badan setiap hari. peningkatan atau penurunan berat badan. Jelaskan 3. Agar klien 3. pentingnya termotivasi untuk masukan nutrisi makan. yang adekuat.
Ajarkan pada 4. Agar rasa dan klien penggunaan aroma dari
Mengkaji kebiasaan Pada waktu tentang pola makan. makan siang dan sore porsi makan yang ± disediakan 2 00 gr dap at Menimbang berat badan: dihabiskan 43,5 kg (Sabtu 15 April semua oleh 2004) klien.
Menjelaskan tentan g pentingnya masukan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka post operasi herniotomi. 4. Mengajarkan pada klien penggunaan penyedap rasa (seperti bumbu)
-
-
3.
43 Kg Berat badan sebelum MRS ± 45 kg. Berat badan klien turun ± 2 kg.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan dan kelemahan fisik sek under terhadap operasi herniotomi ditandai dengan : - Klien mengeluh badannya terasa lemah. - Infus yang terpasang. - Klien hanya berbaring dan duduk di
penyedap rasa (seperti bumbu).
makanan lebih menarik.
5. Instruksikan pada 5. Agar kekurangan pasien agar nutrisi dapat mengkonsumsi teratasi. makananmakanan kesukaannya. Mempertahankan 1. Kaji keterbatasan 1. Mempengaruhi mobilitas fisik aktivitas, adanya pilihan intervensi. dengan optimal, derajat dengan kriteria: keterbatasan. Mobilitas yang 2. Ubah posisi 2. Menurunkan sudah tidak secara sering bila ketidaknyamanan. terbatas. tirah baring.
3. Berikan pijatan 3. Merangsang kulit, sirkulasi, pertahankan mencegah iritasi kekeringan kulit. kulit. 4. Dorong nafas 4. Mobilisasi sekret dalam dan batuk memperbaiki efektif. ekspansi paru.
untuk meningkatkan nafsu makan klien. 5. Menganjurkan agar mengkonsumsi makanan yang disukai.
1. Mengkaji aktivitas.
keterbatasan Mobilitas masih terbatas. Masalah belum teratasi. 2. Mengubah posisi secara sering bila tirah baring. Miring kiri atau miring kanan. 3. Memberikan pijatan di kulit dan mempertahankan kekeringan kulit. 4. Mendorong nafas dalam dan batuk efektif.
tempat saja. 4.
tidur
Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan insisi bedah
Infeksi tidak 1. terjadi, dengan kriteria hasil : Luka bersih dan tidak mengeluarkan eksudat serta tidak ad anya tanda- 2. tanda infeksi. Setelah diberikan penkes pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda 3. infeksi dan memahami tentang pencegahan kekambuhan (dengan kontrol) 3 hari setelah pulang.
Identifikasi 1 . Un tuk mengen al 1. Mengidentifikasi tanda- Infeksi tanda-tanda secara dini tanda infeksi : terjadi infeksi, seperti terjadinya infeksi. - Tidak ada perubahan perubahan warna, suhu, warna pada suhu, adanya insisi. cairan yang - Tidak ada eksudat keluar, bengkak. yang keluar. Observasi tanda 2. Perubahan tanda 2. Mengo bservasi tanda vital klien vital vital mengindikasikan TD : 120/90 mm Hg terjadinya infeksi Nadi: 80x /menit Respirasi: 22 x /menit Suhu: 37,5°C Lakukan 3 . Ag ar luka in sis i 3. Melakukan perawatan perawatan luka tetap dalam luka deng an teknik dengan teknik keadaan steril. mengurangi organisme kurangi yang masuk ke dalam organisme yang luka pada waktu masuk ke dalam melakukan perawatan luka dengan: cuci luka/mengganti balutan, tangan dengan dengan : cermat, teknik - Mencuci tangan aseptik dalam dengan cermat mengganti sebelum balutan luka. melaksanakan tindakan.
tidak
-
4. Pertahankan 4. masukan kalori protein yang adekuat. 5. Kolaborasi dalam 5. pemberian antibiotik. 6. Berikan 6. pendidikan kesehatan persiapan pulang: - Berikan pengetahuan tentang tandatanda infeksi, pemeriksaan ulang (kontrol) 3 hari setelah keluar dari rumah sakit.
Mempergunakan teknik aseptik dalam mengganti balutan luka. 4. Mempertahankan Ag ar d aya tahan masukan kalori protein tubuh pasien yang adekuat : diet meningkat dan TKTP infeksi dapat dihindari. 5. Berkolab orasi dalam Antibiotik dapat pemberian antibiotik: mencegah infeksi. Amoxan. 6. Memberikan pendidikan Untuk mencegah kesehatan : kekambuhan - Memberikan penyakit. pengetahuan tentang deteksi dini/mengenali tandatanda infeksi, yaitu beng kak, nyeri, panas, merah dan fungsiolaesa. - Menjelaskan dan menganjurkan pada pasien terhadap pemeriksaan ulang (kontrol) 3 hari setelah keluar dari Rumah Sakit.