ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
FIBROADENOMA MAMMAE DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peminatan Bedah Program Studi Sarjana Keperawatan
Diajukan Oleh : Nama
: Febri Alifianto
NIM
: A1.0900519
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG 2013
Lembar Pengesahan Laporan ASUHAN KEPERAWATAN
FIBROADENOMA MAMMAE DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Telah disetujui pada : Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing Akademik
(Dadi Santoso, S.Kep.Ns)
Pembimbing Lahan
(Sudarmanto,S.Kep.Ns.CCWA)
BAB I PENDAHULUAN
FIBROADENOMA MAMMAE
A. PENGERTIAN
1.
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.
2.
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang da pat digerakkan.
B. TANDA & GEJALA
1.
Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat ik at berwarna putih, kenyal
2.
Ada bagian yang menonjol ke permukaan
3.
Ada penekanan pada jaringan sekitar
4.
Ada batas yang tegas
5.
Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )
6.
Memiliki kapsul dan soliter
7.
Benjolan dapat digerakkan
8.
Pertumbuhannya lambat
9.
Mudah diangkat dengan lokal surgery
10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian
C. ETIOLOGI
Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogen meningkat. Secara histology fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi :
1. Intracanalicular fibroadenoma Yaitu fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel. 2. Pericanalicular fibroadenoma Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sedangkan fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Common fibroadenoma. 2. Giant fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm. 3. Juvenile fibroadenoma pada remaja. Faktor-faktor predisposisi : a.
Usia : < 30 tahun
b.
Jenis kelamin
c.
Geografi
d.
Pekerjaan
e.
Hereditas
f.
Diet
g.
Stress
h.
Lesi prekanker
D. PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu : 1.
Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis. 2.
Fibroadenoma intracanaliculare Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) den gan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Biopsi
2.
Pembedahan
3.
Hormonal
4.
PET ( Positron Emision Tomografi )
5.
Mammografi
6.
Angiografi
7.
MRI
8.
CT – Scan
9.
Foto Rontqen ( x – ray )
10. Blood Study
F.
PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI
1.
Faktor-faktor resiko
2.
Pemerikasaan payudara sendiri
3.
Pemeriksaan klinik
4.
Mammografi
5.
Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.
G. PENATALAKSANAAN Terapi fibroadinoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda, dan lesi kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak
menginginkan biopsi dengan eksisi. (sampai kini belum ada publikasi ilmiah tentang penyelidikan terhadap fibroadinoma, yang tetap dibiarkan tanpa tindakan, hal ini harus diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan). Fibroadinoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harusdiangkat, karena dapat menyebabkan nyeri, dan dapat bertumbuh terus.3 Prognosis dari fibroadinoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisi dari hasil operasi dapat kambuh kembali.
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut: 1.
Ukuran
2.
Terdapat rasa nyeri atau tidak
3.
Usia pasien
4.
Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian
a. Sistem Integumen. 1)
Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.
2)
Inspeksi kemerahan & gatal, eritema.
3)
Perhatikan pigmentasi kulit.
4)
Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b. Sistem Gastrointestinalis 1)
Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi.
2)
Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3)
Kaji diare & konstipasi
4)
Kaji anoreksia
5)
Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. Sistem Hematopoetik. 1)
Kaji Netropenia Kaji tanda infeksi Auskultasi paru Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe Kaji suhu
2)
Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3)
Kaji Anemia Warna kulit, capilarry refill Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular 1)
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama bleomisin
2)
Kaji tanda CHF
3)
Lakukan pemeriksaan EKG
e. Sistem Neuromuskular
f.
2.
1)
Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2)
Perhatikan adanya parestesia
3)
Evaluasi refleks
4)
Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5)
Kaji gangguan pendengaran
6)
Diskusikan ADL
Sistem genitourinari 1)
Kaji frekwensi BAK
2)
Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3)
Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4)
Monitor BUN, kreatinin
Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan
dengan
kerusakan
jaringan syaraf, suplay
vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan : DS :
Klien mengeluhkan rasa nyeri
Meringis karena nyeri (facial mask of pain)
Lemah dan istirahat kurang
DO :
Gangguan tonus otot
Gangguan prilaku
Respon autonomic
Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :
Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
Dapat
mendemontrasikan
keterampilan
relaksasi
dan
aktivitas
diversional sesuai situasi individu. Independent : 1)
Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.
2)
Beri
kenyamanan
dengan
mengatur
posisi
klien
dan
aktivitas
diversional. 3)
Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
4)
Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya
Kolaborasi : 1)
Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter
2)
Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
b. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan ditandai dengan : DS :
Verbalisasi perubahan pola hidup.
Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.
Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh
Mengungkapkan keputusasaan.
Mengungkapkan ketakutan ditolak
Mengungkapkan kelemahan
DO :
Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
Mengurangi kontak sosial
Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang
Menolak penjelasan perubahan tubuh
Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri
Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :
Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
Dapat menerima realita.
Hubungan interpersonal adekuat.
Independent : 1)
Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.
2)
Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual
3)
Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi.
4)
Beri informasi/konseling sesering mungkin.
5)
Beri dorongan/support psikologis.
6)
Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata)
Kolaborasi : 1)
Refer klien pada kelompok program tertentu.
2)
Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.
c. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment. Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :
Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.
Partisipasi
aktif
dalam
tehnik
guna
pencegahan
komplikasi/
meningkatkan penyembuhan. Independent : 1)
Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat.
2)
Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.
3)
Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika bukan order/ijin dari dokter atau p erawatnya.
4)
Atur posisi sesuai kebutuhan.
Kolaborasi : 1)
Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
2)
Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan yang dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru, ditandai dengan : DS :
Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.
Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.
Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.
DO :
Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.
Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu dilakukan dengan kriteria :
Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa, tindakan dan kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.
Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.
Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.
Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.
Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan.
Independent : 1)
Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan harapan mendatang dengan persepsi yang adekuat.
2)
Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.
3)
Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.
4)
Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.
5)
Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.
6)
Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status kesehatannya.
7)
Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi I lmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
BAB II TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN 1. Biodata Pasien a. Nama
: Ny. L
b. Umur
: 25 tahun
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Pekerjaan
: Guru
e. No Register
: 235001
f.
: Klirong 3/1 klirong, kebumen
Alamat
g. Dx Medis
: FAM
h. Tanggal Oprasi
: 19 – 01 - 2013
2. Penanggung Jawab a. Nama
: Ny. D
b.
Umur
: 32 tahun
c.
Alamat
: Klirong 3/1 klirong, kebumen
d.
Pekerjaan
: Wiraswasta
e.
Hubungan
: Saudara
3. Riwayat Kesehatan a.
Keluhan Utama Benjolan di payudara sebelah kiri
b.
Riwayat Penyakit Sekarang Ps. Datang ke Poli bedah pukul 10.00 WIB dengan keluhan ada benjolan di payudara kiri, pasien terlihat gelisah dan menahan sakit, warna kulit pucat.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu Ps. belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
d.
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan dan menular.
4. Pola Fungsional Virginia Henderson a.
Kebutuhan bernafas Sebelum sakit : pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat Saat dikaji
: RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping hidung
b.
Kebutuhan nutrisi Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk. Saat dikaji
c.
: pasien mau makan dengan porsi sedang.
Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : pasien biasa BAB 1x sehari dan BAK 4-5x sehari Saat dikaji d.
: pasien tidak terpasang DC kateter.
Kebutuhan gerak dan keseimbangan Sebelum sakit : pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan seimbang Saat dikaji
e.
: selama sakit tidak ada gangguan pergerakan
Kebutuhan istirahat dan tidur Sebelum sakit : pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur siang 1- 2 jam Saat dikaji
f.
: pasien tidur 7- 8 jam
Kebutuhan berpakaian Sebelum sakit : pasien mampu berpakaian sendiri Saat dikaji
g.
: pasien mampu berpakaian sendiri
Kebtuhan mempertahankan suhu tubuh dan temperature Sebelum sakit :
pasien mampu mempertahankan
suhu tubuhnya,
memakai jaket bila dingin dan memakai kaos kaki. Saat dikaji
0
: suhu badan pasien 35,5 C, hanya memakai baju operasi dan terpasang infuse RL 30 tpm.
h.
Kebutuhan personal hygiene Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 2x seminggu Saat dikaji
i.
: mandi terakhir tadi pagi.
Kebutuhan rasa nyaman dan aman
Sebelum sakit : pasien merasa nyaman saat badannya sehat Saat dikaji j.
: pasien merasa tidak nyaman karena adanya benjolan.
Kebutuhan komunikasi dengan orang lain Sebelum sakit : pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik. Saat dikaji
: pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya, dan suara jelas
k.
Kebutuhan spiritual Sebelum sakit : pasien mampu beribadah dengan baik Saat dikaji
l.
: pasien mampu menjalankan ibadah
Kebutuhan bekerja Sebelum sakit : pasien biasa kesekolah tiap hari Saat dikaji
: pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan
m. Kebutuhan rekreasi Sebelum sakit : pasien terkadang berjalan- jalan dengan saudara dan teman – temannya. Saat dikaji n.
: pasien hanya bisa tiduran di Rumah Sakit
Kebutuhan belajar Sebelum sakit : pasien belajar dari televisi, radio, Koran, dll Saat dikaji
: pasien mendapat informasi dari dokter dan perawat
5. Pemeriksaan a.
Keadaan umum Kesadaran
: Compos Metis
Vital Sign
: TD 130/80 mmHg RR 20x/menit
b.
N
85x/menit
S
35,5 C
0
Pemeriksaan Fisik 1)
Kepala mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2)
Mata sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor
3)
Hidung tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4)
Mulut mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis
5)
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena jugularis
6)
Thorax I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas P: tidak ada nyeri tekan P: paru sonor A: paru vesikuler
7)
Abdomen I: tak ada jejas, ada benjolan dibagian dada sinistra A: peristaltik : 8x/m P: tidak ada benjolan P: abdomen
8)
Genetalia terpasang DC ukuran 18
9)
Ekstremitas -
atas: terpasang IVFD RL 30tpm, akral hangat, CRT 2 detik, tidak ada jejas
-
bawah: tak ada jejas, CRT 2 detik, akral hangat,
6. Persiapan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
7,34
10ˆ3 / uL
4,80 - 10,80
Eritrosit
4,89
10ˆ6 / uL
4,70 – 6.10
Hemoglobin
13,8
g / dL
14.0 – 18.0
Hematokrit
41,2
%
42.0 – 52.0
MCV
84,3
fL
79.0 – 99,0
MCH
28,2
Pg
27,0 – 31,0
MCHC
33,5
g/ dL
33,0 – 37,0
Trombosit
331
10ˆ3 / uL
150 – 450
Gol Darah
B
-
-
7. Persiapan Pasien a.
Cairan parenteral
: Infus RL 500 CC
b.
Kebersihan colon lambung
: Puasa (6 jam)
c.
Pencukuran daerah operasi
: Belum
d.
Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak
e.
Pengosongan kandung kemih : pasien sudah BAK, produksi urin normal
f.
Latihan
: Pasien sudah diajari nafas dalam
g.
Baju operasi
: Sudah
h.
Inform Consent
: Sudah
B. ANALISA DATA DAN INTERVENSI a) Pre Operasi
Analisa Data
No .1.
Waktu
Data Fokus Subjektif
Klien mengatakan nyeri
P: nyeri bertambah ketika
beraktivitas dan berkurang ketika istirahat
Q: nyeri seperti di tonjok
R: inguinalis sinistra
S: 7
T: 3jam.
Objektif
Pasien terlihat gelisah
Masalah Nyeri
Etiologi agen cedera fisik
menahan nyeri, ada benjolan di inguinalis sinistra
TD: 170/70 mmHg
N: 75x/mnt
S: 37,2 C
2
RR: 22 x/menit
Subyektif : -Klien
Takut
mengatakan
takut
menghadapi operasi -Klien
mengatakan
pasrah
-Klien menanyakan tentang keberhasilan operasi khawatir
kalau
operasinya gagal Obyektif : -Pasien terlihat gugup -Pandangan
kosong
ketika
diam -Pasien terlihat tegang ketika akan
dipindah
ke
pengetahuan tentang
dalam menghadapi operasi
-Klien
defisit
kamar
operasi TD: 170/70 mmHg
Rumusan Masalah Keperawatan:
a. Nyeri b.d agen cedera fisik. b. Takut b.d defisit pengetahuan tentang jalannya operasi
jalannya operasi
Rencana Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Nyeri b.d
Setelah dilakukan tindakan
agen
keperawatan selama 3x24 jam
cedera
diharapkan nyeri berkurang
Anjurkan pasien untuk bedrest
fisik
dengan kriteria hasil:
Atur posisi pasien senyaman
kaji skala nyeri
Skala nyeri berkurang
menjadi 2 Pasien tampak tenang dan
rileks
Pantau tanda-tanda vital serta
mungkin
Ajarkan tehnik nafas dalam
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Pasien dapat beristirahat
dengan tenang 2.
Takut
Setelah dilakukan
a. Awasi respon fisiologis, misal
b.d
tindakan keperawatan
: takipnea, palpitasi, pusing,
defisit
selama 3x24 jam
sakit kepala, sensasi
pengetah
diharapkan cemas
kesemutan.
uan
berkurang dengan kriteria
tentang
hasil:
b. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
jalannya
- Pasien tidak gelisah
c. Berikan informasi akurat,
operasi
- Pasien bisa
nyata tentang apa yang
beristirahat dengan
dilakukan, misal : sensasi yang
tenang
diharapkan, prosedur biasa d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat e. Tunjukkan teknik relaksasi,
contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi f. Berikan obat sesuai dengan indikasi, misal : Diazepam (valium),klurazepat (Tranxene), alprazolan (Xanax)
IMPLEMENTASI
No. Tanggal /jam
IMPLEMENTSI
RESPON PASIEN
1
26-12-2012
Menjelaskan informasi
Koopertif
Jam 09.15 wib
tentang prosedur, sensasi yang biasanya dirasakan ketika operasi
2
Memberikan informasi
Kooperatif
yang factual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis
3
Mengintruksikan pasien
Kooperatif
untuk menggunakan tekhnik relaksasi
4
Menyediakan pengalihan
Koperatif
seperti music
Mengurangi rangsangan yang berlebihan dengan
Kooperatif
menyediakan lingkungan yang tenang, untuk mengurangi nyeri Ajarkan teknik distraksi relaksasi.
Evaluasi Sumatif
No.DX
SOAP
Paraf
Subyektif : pasien mengatakan tidak takut dengan tindakan 1.
operasi yang akan dilakukan
Obyektif : Pasien tidak terlihat tegang Pasien tidak banyak bertanya tentang keberhasilan operasi Assessment : Masalah takut sudah teratasi Planning
: Hentikan intrvensi
b) Intra Operasi Persiapan
1) Pasien Posisi pasien
: Supinasi
TD
: 130/73mmHg
Nadi
: 66X/menit
RR
:18x/menit
Suhu
: 36 C
Pemasangan
: bed side monitor
2) Alat
a.Set Hernia NO
Nama Alat
Jumlah
1.
Ovarium klem 122
1
2.
Stick mes besar BB 84
1
3.
Gunting benang H26
1
4.
Gunting GRM BMC
2
5.
Gunting bengkok kecil CW
1
6.
Pincet anatomis 050
1
7.
Pincet anatomis 027
1
8.
Pincet sirlugis 557
2
9.
Duk klem german
5
10.
Nald pouder 235
1
11.
Nald pouder 0104
1
12.
Klem bengkok 145
5
13.
Klem bengkok kecil 111
2
14.
Klem bengkok germany
5
15.
Klem SHM 12
2
16.
Klem lurus germany
2
17.
Kocher bengkok 213
1
18.
Bengkok
1
19.
Kom
1
20.
selang
1
a. Linen Nama linen
jumlah
Baju operasi
4
Duk besar rapat
1
Duk lubang besar
2
Duk lubang kecil
2
b. Alat habis pakai No
1.
Nama alat/ bahan
Jumlah
1.
Kassa
50 lembar
2.
Na Cl
2 flabot
3.
Bisturi no 22
1
4.
Betadin
100cc
5.
Alcohol
100cc
6.
Benang side 2
50 cm
7.
Benang plan
100 cm
8.
Hepavik
20 cm
9.
Waslap
1
Pelaksanaan Asisten/Instrumen No
Tindakan
Peralatan yang Disiapkan
. 1.
Disinfeksi daerah operasi
Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah
2.
Penutupan area operasi (draping)
Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4
3.
Insisi lokasi operasi
Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering
4.
Mengkater pembuluh darah
Cutter, klem arteri
5.
Mengedep perdarahan
Kasa kering, klem arteri
6.
Memisahkan jaringan
Ohak dan hak kecil
7.
Pengangkatan fasia
Koker dan klem
8.
Pengangkatan kantong
Pinset sirurgis, pinset anatomi,
hernia 9.
Mengikat kantong hernia
klem, gunting Kasa gulung
dengan kasa gulung 10.
Penjahitan bassini
Side 2, nailholder, jarum dalam kecil, gunting
11.
Heating peritoneum
Cooker, nailpuder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa
12.
Heating otot
Cooker, nailpuder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa
13.
Heating fasia
Cooker, nailpuder,jarum, polysorb, 0, gunting, klem arteri. Kasa
14.
Heating subcutis
Cooker, nailpuder, jarum, plan (2/0), gunting, klem, kasa
15.
Heting kulit
Cooker, nailpuder, jarum, cide (2/0). Gunting, klem, kasa
16.
Disinveksi araea jahitan
Betadine, kasa, kom
17.
Penutupan area operasi
Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix
18.
Merapihkan alat dan
melepas duk 19.
Memindahkan pasien
Duk sedang, bed
Analisa Data
No
Waktu
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1
26-12-
Subjektif : -
Resiko syok
Proses
2012
pembedahan
Jam 9.45
Objektif :
wib
Insisi ±10 cm
Perdarahan ± 400cc
TD : 125/88 mmHg
N : 94x/menit RR : 22x/menit
Rumusan Masalah Keperawatan
Resiko syok b.d Proses Pembedahan
Rencana Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
1
Resiko syok
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji KU klien
b.d Proses
keperawatan keperawatan
2. Kaji tanda-tanda vital
pembedahan
selama operasi diharapkan
3. Pantau status cairan input dan
perdarahan tidak terjadi.
Intervensi
output klien 4. Kolaborasi pemberian obat anti syok dan perdarahan .
C. Post Operasi Analisa Data
A. Pengkajian Pengkajian primer
A (Airway)
: Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas
B (Breathing)
: Suara nafas vesikuler, RR : 20X/menit
C (Circulation)
: Tidak ada sianosis, kapilery revil < 2 detik,
TD 130/75 mmHg. Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien
: Compos Metis
TD
: 120/75 mmHg.
Nadi
: 80X/menit
Pemeriksaan fisik
:
Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih, Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata simetris. Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung. Mulut : mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil. Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Leher Dada
: tidak ada JVP.
: Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi dada normal, tidak ada otot bantu nafas.
Abdomen
: Terdapat balutan luka insisi diinferior umbilikalis sebelah dekstra
Genetalia
: Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut, terpasang DC.
Ekstremitas : Tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas lengkap, pasien belum bisa mengangkat kedua tungkai kaki B. Jenis anestesi : Sepinal anestesi C. Pemeriksaan Bromage Score No.
Kriteria
Nilai
Hasil
Normal 1.
Gerakan penuh di tungkai
0
2.
Tidak mampu ekstensi tungkai
1
3.
Tidak mampu fleksi lutut
2
4.
Tidak mampu fleksi pergelangan 3
1
kaki
D. Nilai masuk 6, nilai keluar 5.
Analisa data
Data fokus
DS: -
Masalah
Etiologi
Resiko mual
Anestesi pasca
DO:
operasi
-
Pasien terlihat lemas
-
Mata klien terlihat cekung
-
Membran mukosa lembab
-
Bromage score 1
Rencana Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Resiko Mual b.d
Setelah
anestesi pasca
perawatan
operasi
diruang RR masalah mual 2.Ajarkan kepada pasien
dilakukan 1.Pantau gejala subyektif post
operasi mual pada pasien
dapat teratasi.
menelan secara sadar atau nafas dalam untuk
Kriteria hasil : -Tidak
menekan reflex muntah.
terdapat
mata 3..Naikan bagian kepala
cekung
tempat tidur atau letakan
-Tidak terjadi rasa haus
pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
yang tidak normal
4.Pindahkan segera -Membrane
mukosa benda-benda yang
lembap -Pasien
menimbulkan bau melaporkan
terbebas dari mual
Implementasi
No
Tanggal/ jam
Implementasi
Respon pasien
DX 1.
26-12-2012 jam Memantau 10.40 wib
subyektif
gejala Kooperatif mual
pada
pasien
Mengajarkan pasien
menelan
kepada Kooperatif secara
sadar atau nafas dalam untuk
menekan
reflex
muntah Menaikan bagian kepala Kooperatif tempat tidur atau letakan pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
Memindahkan benda-benda menimbulkan bau
segera Kooperatif yang
Paraf
Evaluasi Sumatif
No.DX
1.
Tanggal/ jam
SOAP
26-12-2012
Subyektif : Pasien mengatakan rasa mualnya
jam
Paraf
10.45 sudah sedikit berkurang
wib Obyektif
:
-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal -Membrane mukosa lembap
Assessment : Masalah mual sudah teratasi sebagian
Planning intervensi
: Lanjutkan dan modifikasi
BAB IV PEMBAHASAN
Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang disebakan karena kelemahan pada dinding otot abdomen. 1. DIAGNOSA Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada saat Pasien masuk IGD RSUD Kebumen jam 23.00WIB dengan keluhan dari jam 20.00WIB ada benjolan di selangkangan, pasien terlihat karena menahan sakit, warna kulit pucat, hasil pemeriksaan ada benjolan kemerahan di daerah inguinal dapat dimasukan kembali. Dari hasil pemeriksaan dokter didapat diagnosa hernia inguilnalis sinestra kemudian dilakukan operasi hernoiraphy. 2. IMPLEMENTASI
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul pada pre operasi di IBS RSUD Kebumen adalah takut b.d Defisit pengetahuan tentang jalanya operasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x10 menit pasien terlihat lebih rileks. Pada Intra operasi muncul diagnosa Resiko Perdarahan b.d Proses pembedahan, setelah dilakukan tindakan tidak terjadi perdarahan yang hebat. Pada saat post operasi muncul diagnosa mual b.d anestesi pasca pembedahan , setelah dilakukan tindakan keperawatan mual muntah tidak terjadi. 3. IMPLEMENTASI dan Evaluasi
Implementasi
dilakukan
berdasarkan
diagnosa
keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
dan
rencana
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Pada Pre ditemukan masalah keperawatan nyeri b.d agen cedera fisik, takut b.d defisit pengetahuan tentang jalan nya. 2. Pada Intra ditemukan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d proses perdarahan. 3. Pada post ditemukan masalah keperawatan resiko mual b.d anestesi pasca pembedahan B. SARAN 1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persipan pre operasi benar-benar dipersipakan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan. 2. Pasien/ keluarga pasien yang sudah dioperasi sebaiknya diberi pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi. 3. Kerja sama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapainya model praktek professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC. Jakarta : EGC http://www.wartamedika.com/2008/02/hernia-inguinalis.html Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.10 WIB http://www.klikdokter.com/illness/detail/74 Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.40 WIB
LAMPIRAN A. Latihan Nafas Dalam 1. Tahap pra interaksi a. Cek program terapi b. Cuci tangan 2. Tahap orientasi a. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien c. Menanyakan persetujuan kesiapan pasien 3. Tahap kerja a. Membaca tasmiyah dan menjaga prifasi pasien b. Mempersiapkan pasien c. Meminta pasien meletakan satu tangan didada dan satu tangan di abdomen d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung) f.
Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hintungan
g. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut bibir seperti meniup)