A. ANTI DIARE a. Pengertian Pengertian penyakit
Diare adalah keadaan dimana buang air dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya, berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti “mengalir melalui”. Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi sedangkan sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau terjadinya hipersekresi. Biasanya resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare (Obat-Obat Penting, 2002).
b. Gejala penyakit diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai : 1.
Muntah
2.
Badan lesu atau lemah
3.
Panas
4.
Tidak nafsu makan Pada diare hebat yang sering kali dissertai muntah-muntah, tubuh
kehilangan banyak air dengan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak-anak karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang hanya kecil sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding tubuh orang dewasa. Gejala pertama dehidrasi adalah perasaan haus, haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan , juga keadaan gelisah.
Kekurangan kalium terutama memengaruhi system neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak napas (dyspnoea). c. Pegobatan
1. Penggolongan obat diare :
Kemoterapeutika Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).
Zat penekan peristaltik usus Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Adsorbensia Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
2. Contoh obat diare Salah satu contoh obat diare adalah loperamide, loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping
yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. d. Farmakodinamik loperamide
1. Loperamide terikat pada reseptor opiat dinding usus sehingga menghambat pelepasan asetilkolin dan prostaglandin yang mengakibatkan berkurangnya peristaltic propulsif dan meningkatkan waktu transit usus. 2. Loperamide meningkatkan tonus sfingter anus sehingga dapat mengurangi inkontinensia dan “urgency”. 3. Loperamide sulit mencapai sirkulasi sitemik karena mempunyai afinitas yang tinggi terhadap dinding usus dan mengalami metabolisme lintas pertama yang tinggi. e. Farmakokinetik loperamide
1. Loperamid merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Sekitar 40% dosis Loperamide diabsorpsi dari saluran cerna. Konsentrasi plasma puncak dicapai sekitar 2,5atau 4-5 jam setelah pemberian per oral. Mengalami metabolism lintas pertama di hati. Diekskresi melalui feses lewat empedu sebagai konjugat inaktif. Loperamid sedikit diekskresikan melalui urine. 2. Waktu paruh Waktu paruh eliminasi 10 jam dengan rentang antara 9,1-14,4 jam. Waktu puncak tercapai sekitar 5 jam setelah pemberian dalam bentuk tablet dan 2,5 jam untuk cairan dengan kadar puncak yang serupa. 25% obat diekskresikan dalam bentuk senyawa induknya dalam feses, 1,3% diekskresikan melalui urin dalam bentuk utuh dan terkonjugasi. 3. Ikatan protein Kadar plasma obat tidak berubah tetap di bawah 2 nanogram per mL setelah asupan dari 2mg Loperamide kapsul hidroklorida. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. f.
Efek samping dan kontra indikasi loperamide 1. Efek samping
Kelainan kulit dan jaringan subkutan
Reaksi
alergi
yang
sangat
jarang
dan
beberapa
kasus
hipersensitivitas berat termasuk syok anafilaktik dan reaksi anafilaktoid telah dilaporkan pada penggunaan Imodium.
Kelainan gastrointestinal
Mulut kering, nyeri abdomen, kembung atau rasa tidak enak, mual, muntah, flatulen, dyspepsia, konstipasi, paralytic ileus, megacolon, termasuk toxic megacolon.
Kelainan ginjal dan urinaria
Retensi urinaria
Kelainan sistem syaraf
Mengantuk, pusing
Kelainan umum
Kelelahan
2. Kontra indikasi
Dikontraindikasikan bagi pasien-pasien yang diketahui hipersensitif terhadap loperamide hydrochloride atau zat tambahan lain yang terdapat didalamnya.
Tidak dianjurkan untuk bayi usia lebih dari 24 bulan.
Tidak dianjurkan sebagai terapi utama:
Pada pasien dengan disentri akut yang ditandai dengan darah pada feses dan demam tinggi.
Pada pasien dengan colitis ulseratif akut.
Pada pasien dengan enterokolitis bakteri yang disebabkan oleh organisme
invasif
termasuk
Salmonella,
Shigella
dan
Campylobacter.
Pada pasien dengan colitis pseudomembranos yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik spektrum luas.
Secara umum, Imodium jangan digunakan bila terjadi hambatan peristaltik. Hal ini harus dihindari karena kemungkinan resiko yang bermakna termasuk ileus, megacolon dan toxic megacolon. Imodium harus segera dihentikan bila terjadi konstipasi, distensi abdomen atau adanya tanda-tanda ileus.
Pengobatan diare dengan Imodium hanya bersifat simtomatik. Selama etiologi penyebabnya dapat ditentukan maka pengobatan spesifik harus diberikan jika diperlukan.
B. LAKSATIF a. Pengertian penyakit
Sembelit (konstipasi) adalah suatu kondisi dimana buang air besar menjadi lebih jarang dari biasanya karena tinja atau feses yang kering dan keras sehingga sangat sulit untuk dikeluarkan serta akan menimbulkan rasa sakit ketika buang air besar. Seseorang dikatakan menderita sembelit (konstipasi) apabila tidak buang air besar (defekasi) selama 3 hari berturut-turut atau kurang dari 3 kali dalam seminggu, bagi orang dewasa. Sedangkan pada anak-anak disebut konstipasi apabila tidak buang air besar selama 5 hari atau lebih. Penyakit sembelit umumnya lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan lakilaki, terutama pada wanita hamil sering kali dijumpai terkena masalah sembelit. Selain itu usia juga mempengaruhi, terutama wanita dengan usia lanjut juga lebih rentan terkena sembelit. b. Gejala penyakit sembelit
Selain susah buang air besar, gejala atau tanda-tanda ses eorang terkena sembelit terutama pada orang dewasa adalah sakit perut, sebah, perut kembung, merasa ada sesuatu yang menyumbat, rasa sakit saat bab atau buang air besa r berdarah. Sedangkan sembelit pada bayi atau anak-anak ditandai dengan tangisan saat bab karena menahan rasa sakit, menarik kaki ke arah perut, atau hingga melengkungkan
punggung
ketika
mau
buang
air
besar.
Mengatasi penyakit sembelit dengan segera sangatlah penting, karena konstipasi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan parah akan menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, diantaranya seperti:
Wasir. Sembelit yang terjadi dalam waktu lama dan sering dapat menyebabkan pelebaran pembulu darah vena disekitar anus alias ambeien atau wasir.
Robeknya anus (Anal Fissure). Feses yang kering keras sert a besar dapat berpotensi melukai atau hingga merobek anus sehingga berdarah.
Fecal Impaction. Sembelit kronis menyebabkan pengumpulan feses yang sangat keras sehingga terjebak pada usus besar dan tidak dapat dikeluarkan melalui proses defekasi biasa.
Rektum Prolaps. Feses keras saat sembelit juga bisa menyebabkan rektum atau bagian yang lebih dalam dari anus menonjol keluar
c. Pengobatan 1. Golongan obat-obat pencahar/laksatif yang biasa digunakan adalah:
Bulking Agents Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan.
Pelunak Tinja Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan
tegangan
permukaan
dari
tinja,
sehingga
memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
Minyak Mineral
Minyak
mineral
akan
melunakkan
tinja
dan
memudahkannya keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
Bahan-bahan Osmotik Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam ( fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol ). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
Pencahar Perangsang.
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi ( Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). 2. Contoh laksatif
Adapun salah satu contoh dari obat laksatif yang biasa digunakan oleh masyarakat luas adalah DULCOLAX. d. Farmakodinamik dulcolax e. Farmakokinetik dulcolax f.
Efek samping dan kontra indikasi dulcolax 1. Kontra indikasi
Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan dibagian perut seperti usus buntu, penyakit radang usus akut dan hehidrasi
parah, dan juga pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap bisacodyl atau komponen lain dalam produk 2. Efek samping
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut termasuk kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasuskasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX