MAKALAH LAPORAN PRAKTIKUM
ANESTESI PADA KELINCI
OLEH : 1. DEA NURAENI
( 30312056 )
2. FIJANATIN HEMA S.
( 30312057 )
3. FRESTI TRI P.
( 30312058 )
4. INTAN DWI MEI P.
( 30312059 )
5. YOGI TRI PRASETYO
( 30312037 )
PRODI DIII FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui cara anestesi umum menggunakan eter pada binatang percobaan. 2. Mengetahui secara langsung efek obat anestesi pada hewan coba secara visual. 3. Mengetahui stadium anestesi yang terjadi melalui parameter – parameter antara lain : respon nyeri, lebar pupil, jenis pernafasan, frekuensi jantung dan tonus. 4. Menjelaskan stadium – stadium anestesi.
1.2. Latar Belakang Istilah anestesi dikemukakan pertama kali pada tahun 1846 oleh O.W. Holmes Sr yang berasal dari bahasa Yunani anaisthesia (an = tanpa, aisthetos = persepsi,kemampuan merasa), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi berdasarkan tempat aksi ada dua yaitu : anestesi umum dan anestesi lokal.
Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit dengan disertai hilangnya kesadaran. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran.
Obat Anestesi Umum dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : Anestetik gas, anestetik yang menguap, anestetik yang diberikan secara intra vena/parenteral. Anastetik menguap dibagi menjadi 2, yaitu : Golongan eter ( dietil eter dan vinil eter ), dan Golongan hidrokarbon ( a.l kloroform, halotan, methoksifuran, Enfluran, Isofluran, Sevofluran).
Pada praktikum ini kami akan melihat pengaruh pemberian anastesi umum (inhalasi) dengan menggunakan obat anastesi menguap yaitu eter terhadap perubahan kondisi fisiologis hewan coba (kelinci) yang diamati dengan beberapa parameter penting.
BAB II CARA PERCOBAAN
2.1
Bahan dan Alat a. Bahan : 1. Kelinci 2. eter
b. Alat : 1. Corong 2. Pipet kecil 3. Pipet besar 4. Beaker glass 5. Plastik penutup beaker glass 6. Kertas koran 7. Penggaris 8. Senter 9. stopwatch
2.2
Cara Kerja 1. Tata kertas koran sebagai alas 2. Siapkan kelinci yang sehat 3. Amati dan catat :
Keadaan pernafasan : frekuensi, jenis pernafasan
Keadaan mata : lebar pupil kanan dan kiri, reflek kornea, gerakan mata
Kadar saliva
Rasa nyeri
Lain – lain : warna telinga, muntah
4. Pasang corong anestesi pada kelinci dan mulai meneteskan eter lewat corong dengan kecepatan ± 60 tetes per menit. Catat waktu mulai meneteskan eter, adanya tanda
–
tanda dan tiap stadium, keadaan
dimana binatang coba sudah berada pada kondisi yang siap untuk mulai operasi. 5. Bila keadaan stadium of anaesthesia sudah tercapai, pertahankanlah keadaan ini untuk beberapa menit (5 menit). Amatilah keadaan kelinci tanpa menambah eter lagi. Biarkanlah kelinci bangun dan catatlah waktu kelinci bangun. 6. Setelah 10-15 menit, percobaan dapat diulangi kembali. Selama percobaan amati dan catatlah hal – hal yang perlu, perhatikan baik
–
baik keadaan setiap stadium anestesi. Hitunglah jumlah eter yang diperlukan.
BAB III HASIL PEMERIKSAAN Irama
Jenis pernafasan
Lebar pupil kanan
Lebar pupil kiri
Reflek kornea
Cepat
Teratur
Dada
0,4 cm
0,4 cm
Ada
10”
Cepat
Teratur
Dada
0,4 cm
0,4 cm
Ada
20”
Cepat
Tidak teratur
Perut
0,5 cm
0,5 cm
Tidak ada
30”
Lemah
Teratur
Dada
0,45 cm 0,45 cm
40”
Cepat
Tidak teratur
Perut
0,6 cm
0,6 cm
Tidak ada
50”
Lemah
Teratur
Dada
0,5 cm
0,5 cm
Ada
60”
Cepat
Teratur
Dada
0,4 cm
0,4 cm
Ada
Menit Ke -
Keadaan Saliva
Rasa Nyeri
Warna Telinga
Stadium
Pergerakan Mata
0”
Sedikit
Ada
Merah
I
Terkendali
10”
Sedikit
Ada
Merah
I
Terkendali
20”
Lebih Banyak
Tidak ada
Merah
II
Tidak terkendali
30”
Hipersalivasi
Ada
Merah
I
Terkendali
40”
Hipersalivasi
Tidak ada
Biru
II
Tidak terkendali
50”
Sedikit
Ada
Biru
I
Terkendali
60”
Sedikit
Ada
Merah
I
Terkendali
Menit ke -
Frekuensi pernafasan
0”
Ada
BAB IV PEMBAHASAN
Anastesi inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Keuntungannya adalah resorpsi yang cepat melalui paru – paru, seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) dan biasanya dalam keadaan utuh. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam otak
Menurut hasil dari pemberian eter pada hewan coba tersebut, efek farmakologinya tidak stabil. Pemberian pada menit ke 0-10, hewan coba perlahan memberikan reaksi kesadaran yang semakin menurun dan mendekati fase berikutnya meskipun belum maksimal. Kemudian menit 20 hewan keadaannya coba mulai naik lagi memasuki stadium ke II dengan gejala hilangnya kesadaran/rasa sakit, mengecilnya pupil mata, pergerakan mata yang tidak terkendali, pernafasan perut yang semakin cepat serata irama yang tidak teratur.
Namun setelah beberapa menit kemudian hewan coba mulai mendapatkan kesadarannya. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya tanda
–
tanda mulai kembalinya reflek saat telinganya dicubit (ada rasa
nyeri), pupil pada kedua mata yang semakin mengecil,dan pergerakan yang mualai dapat dikendalikan. Setelah kesadaran mulai kembali pada menit 26 dilakukan lagi anestesi dan reaksi penurunan kesadaran semakin cepat dari sebelumnya. Pada menit ke 30 hewan coba memasuki stadium ke II. Tanda – tandanya
sama seperti menit ke 20 bedanya pupil pada kelinci lebih besar
dari pada menit ke 20, selain itu keadaan salivanya juga semakin banyak (hipersalivasi). Telinga kelinci berubah menjadi warna biru dikarenakan eter yang diberikan terlalu banyak.
BAB V KESIMPULAN
1.
Eter merupakan cairan tidak bewarna, mudah menguap, berbau dan mudah terbakar.
2.
Jumlah eter yang diperlukan tergantung dari berat dan kondisi dari penderita, kebutuhan, kebutuhan dalamnya, anestesia dan teknik yang digunakan.
3.
Waktu yang diperlukan hewan coba untuk bereaksi terhadap pemberian anestesi menit pertama dan seterusnya tidak sama. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kondisi pertahanan hewan coba dan beberapa faktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ikemega39.blogspot.com/2010/12/anestesi-lokal.html
.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pemberian anestesi dengan inhalasi
Gambar 2. Anastesi stadium I
Gambar 3. Pupil kelinci mulai membesar
Gambar 3. Anastesi stadium II