ANALISIS RANTAI PASOK MIE INSTAN DI INDONESIA (Sutdi Kasus: PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.)
Makalah
Untuk memenuhi Tugas MK. Manajemen Operasi
Oleh: TRI JOKO PURWANTO (8236167043)
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA JAKARTA 2017 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….……..
1
1.1.Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
1.2.Tujuan Penelitian …………………………………………..
4
1.3.Sistematika Penulisan ……………………………………...
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….……
5
2.1. Tinjauan Pustaka …………..……………...…………..……
5
2.2. Penelitian Terdahulu ……………………...………………..
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………
10
3.1. Gambaran Umum Perusahaan………………………………
10
3.2. Hasil Penelitian…………………………………………..…
12
3.2.1. Pemasok Bahan Baku ………………………………. 13 3.3. Pembahasan…..…………………………………………..…
14
BAB IV PENUTUP …………………………………………………
20
4.1. Kesimpulan………………………………………………..… 20 DAFTAR PUSTAKA ………………………………..………….……
21
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Selama 50 tahun terakhir, perkembangan teknologi dan era liberalisasi perdagangan membuat adanya percepatan transformasi structural dalam sistem agrifood pada kecepatan yang belum pernah dialami sebelumnya (Reardon et al, 2008). Hal ini mengakibatkan perubahan budaya, tradisi makanan baru dan perilaku makan umum berubah dengan cepat dalam menghadapi munculnya produk baru, pemasaran, dan gaya hidup (Lang dan Heasman, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Stucler dkk (2012) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan olahan di negara berpenghasilan rendah dan menengah bahkan lebih cepat daripada yang terjadi secara historis di negara-negara berpenghasilan tinggi. Keadaan demikian membuat makanan olahan, instan dan cepat mulai muncul dan menempatkannya di dalam masyarakat global. Hingga saat ini, mie instan telah mendapatkan tempatnya sendiri dalam sistem pangan global. Mie Instan dianggap sebagai salah satu penemuan terbaik abad ke-20 di tahun 2000 oleh masyarakat Jepang, mengalahkan penemuan lainnya seperti karaoke, Walkman, kamera digital dan bahkan peluru (Philip, 2015). Penemuan mi instan terinspirasi oleh kelaparan yang menekan Negara Jepang sebagai akibat dari Perang Dunia II ketika Jepang harus mendapat kekalahan dari pihak lawan. Seorang penduduk Jepang bernama Momofuku Ando kemudian mulai menginvestasikan beberapa jenis makanan yang bisa membantu Jepang memberi makan seluruh penduduknya. Dengan kepercayaannya bahwa "kedamaian akan datang ke dunia saat semua orang memiliki cukup makanan" pada tahun 1958 ramen instan lahir dan menjadi tren industri makanan sampai hari ini (Leibowitz, 2011). Popularitas ramen instan di Jepang memicu meningkatnya konsumsi mi instan di seluruh dunia. Saat ini, mie instan tersedia di mana-mana, dari kafetaria makanan cepat saji Amerika Serikat hingga penjaja pinggir jalan di India dan Arab Saudi (Foodmag, 2015). Meski mie instan begitu populer, konsumsi mi instan telah mendapat beberapa ulasan kritis dari para ilmuwan. Pemikiran sebagian besar penelitian terkait dengan masalah kesehatan, isu lain seperti dampak sosial dan lingkungan mulai muncul. Mie instan juga sering dikritik sebagai jenis junk food yang tidak sehat. Di Nigeria, produksi industri mie instan terbukti mencemari Sungai Calabar dengan muatan mikroba berat (Akaniwor et al, 2007: 1).
1
Terlepas dari dampaknya, konsumsi mi instan ini terus meningkat. Berdasarkan data World Instant Noodles Association (WINA) tahun 2016, dalam rentang waktu lima tahun mulai 2011-2015, masyarakat di seluruh dunia mengkonsumsi 507,570 juta porsi mie instan, atau 101,514 juta porsi per tahun (lihat Gambar 1.1. di bawah).
Gambar 1.1. Konsumsi Mie Instan Dunia Sumber: World Instant Noodles Association, 2016. Bahkan Indonesia telah muncul sebagai salah satu konsumen mi instan terbesar di dunia. Pertumbuhan pasar mie di Indonesia sesuai dengan tren kenaikan tahunan 6% untuk produk domestik bruto, yang mencerminkan bagaimana meningkatnya pendapatan sekali pakai telah menciptakan pasar makanan yang sangat berbeda dimana produk seperti mie instan telah mencapai posisi yang tak terkalahkan (Sosland, 2013). Fakta ini didukung oleh Survei Rumah Tangga Sosial Ekonomi Nasional dari tahun 1996-2011 yang menyebutkan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk mi instan adalah 5,95% dari total pengeluaran (Ruslan 2015). Data yang dikeluarkan World Instant Noodles Association pada 2015, konsumsi mie instan di Indonesia mencapai 13,2 miliar bungkus dalam satu tahun. Dengan asumsi jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 260 juta orang, maka setiap orang Indonesia rata-rata mengonsumsi 51 bungkus mi instan setahun. Dengan konsumsi mi instan 13,2 miliar bungkus setahun, Indonesia masih berada di urutan kedua di dunia. Di posisi pertama, Cina dengan konsumsi mi instan lebih dari tiga kali lipat Indonesia. Konsumsi mi instan masyarakat Negeri Tirai Bambu lebih dari 40,4 miliar bungkus dalam setahun. Di posisi ketiga konsumsi mi instan terbesar adalah Jepang, diikuti Vietnam diposisi keempat. Sedangkan Amerika Serikat berada di posisi kelima dengan konsumsi mencapai 4,2 miliar bungkus. Umumnya, orang mengaitkan peningkatan konsumsi mi instan ini dengan harga murah, persiapan sederhana, dan cita rasa yang nikmat. Ditambah dengan kenyataan
2
adanya perubahan sosial dimana orang mulai semakin sibuk dan memiliki sedikit waktu untuk memasak (Asia Express, 2011).
Gambar 1.2. Konsumsi Mie Instan di Berbagai Negara (2015) Sumber: World Instant Noodles Association, 2016. Keterangan: Satuan Bungkus. Dalam proses produksinya, perusahaan penghasil mie instan memiliki banyak perusahaan pendamping sebagai bagian dari rantai pasoknya (suppy chain). Salah satu perusahaan penghasil mie instan terbesar di Indonesia adalah PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Hingga tahun 2017, Indofood Sukses Makmur menjadi penguasa pasar mi instan di Tanah Air. Berdasarkan data Bloomberg, Indofood Sukses Makmur menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen mi instan. Meskipun Mie Sedap (produksi Wingsfood) mulai mencuri perhatian penikmat mi instan lokal, namun pangsa pasarnya masih jauh di bawah Indomie keluaran Indofood (lihat Gambar 1.3.).
Gambar 1.3. Pangsa Pasar Mie Instan Domestik Triwulan III 2016 Sumber: World Instant Noodles Association, 2016. Keterangan: Satuan Bungkus. Maka, berdasarkan pemaparan data di atas, maka penelitian ini akan menganalisis Rantai Pasok Mie Instan di Indonesia; Sutdi Kasus: PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.)
3
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1.
Mengetahui konsep Manajemen Rantai Pasok
2.
Mengetahui sistem Manajemen Rantai Pasok pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
3.
Menganalisis proses Manajemen Rantai Pasok pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
1.3. Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan karya ilmiah dengan susunan sebagai berikut: 1.
Bab I Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
2.
Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri atas Tinjauan Pustaka, Penelitian Terdahulu.
3.
Bab III Hasil dan Pembahasan, terdiri atas Gambaran Umum Perusahaan, Hasil Penelitian, dan Pembahasan.
4.
Bab IV Penutup, yang memuat Kesimpulan penelitian.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka Rantai Pasok (supply chain) dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu rantai pasok terdiri dari perusahaan yang mengangkut bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Dalam rantai pasok ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu : 1.
Supplies
2.
Manufactures
3.
Distribution
4.
Retail Outlet
5.
Customers Rantai 1: Supplier. Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain. Rantai 1-2-3: Supplier-Manufactures-Distribution. Barang yang sudah dihasilkan oleh perusahaan penghasil produk sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasok. Rantai 1-2-3-4: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer.
5
Rantai 1-2-3-4-5: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet-Customer. Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warungwarung, dan lain-lain. Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam rantai pasok yaitu : 1.
Pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir.
2.
Kedua, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan
3.
Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Secara sederhana sebuah model struktur rantai pasok dapat disederhanakan seperti
nampak dalam Gambar 2.1. dibawah ini:
Gambar 2.1. Skema Manajemen Rantai Pasok Sederhana Sumber: Chopra, 2004. Hal-hal yang melatarbelakangi berkembangnya konsep Manajemen Rantai Pasok adalah akselerasi perubahan lingkungan bisnis disebabkan berkembangnya secara cepat faktor-faktor penting, antara lain: 1.
Tuntutan konsumen yang semakin kritis.
2.
Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi, dan perbankan yang semakin canggih memungkinkan berkembangnya model baru dalam aliran material / produk.
3.
Daur hidup produk sangat pendek seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.
4.
Kesadaran konsumen akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan dalam kehidupan, menuntut industri manufaktur memasukkan konsep-konsep ramah lingkungan mulai dari proses perancangan produk, proses produksi maupun proses distribusinya
6
Menurut Ross, F.D (2003), awal perkembangan konsep rantai pasok didasarkan pada dua fakta yaitu bahwa pada tahun 1960-an pabrikan dituntut untuk menurunkan biaya produksi dan perkembangan teknologi informasi khususnya internet yang mampu membantu merealisasikan suatu sistem terpadu sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya bukan saja pada lingkup satu perusahan saja. Rantai Pasok mencakup 3 bagian : 1.
Upstream Supply Chain Bagian ini mencakup supplier first-tier dari organisasi (dapat berupa perusahaan manufaktur atau asembling) dan suppliernya, yang didalamnya telah terbina suatu hubungan/relasi.
2.
Internal Supply Chain Bagian ini mencakup semua proses yang digunakan oleh organisasi dalam mengubah input yang dikirim oleh supplier menjadi output, mulai dari waktu material tersebut masuk pada perusahaan sampai pada produk tersebut didistribusikan, diluar perusahaan tersebut.
3.
Downstream Supply Chain Bagian ini mencakup semua proses yang terlibat dalam pengiriman produk pada customer akhir. Aktivitas Manajemen Rantai Pasokan antara lain:
1.
Meramalkan permintaan pelanggan
2.
Membuat jadwal produksi
3.
Menyiapkan jaringan transportasi
4.
Memesan persediaan pengganti dari para pemasok
5.
Mengelola persediaan: bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi
6.
Menjalankan produksi
7.
Menjamin kelancaran transportasi sumber daya kepada pelanggan
8.
Melacak aliran sumber daya material, jasa, informasi, dan keuangan dari pemasok, di dalam perusahaan, dan kepada pelanggan Adapun tujuan dari rantai pasok adalah:
1.
Penyerahan / pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen.
2.
Mengurangi biaya.
3.
Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu perusahaan).
4.
Mengurangi waktu
5.
Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.
7
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari melakukan manajemen rantai pasok yakni: 1.
Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2.
Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
4.
Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
5.
Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan manajemen rantai pasok.
6.
Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.
7.
Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
2.2. Penelitian Terdahulu Sumangkut (2013) melakukan penelitian yang berjudul Kinerja Supply Chain Management dan Strategi informasi pada PT. Multi food manado, Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja supply chain management dan strategi informasi baik, karena adanya interaksi dan komunikasi informasi yang terjalin secara lengkap dan efisien antar pelaku yang terlibat dalam kinerja supply chain management dan strategi informasi. Talumewo (2014) melakukan penelitian yang berjudul analisis rantai pasok ketersediaan bahan baku diindustri makanan cepat saji pada KFC multimart ranotana. Metode Penelitian ini 8
merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif populasi dan sampel yang di ambil adalah disebut informan. Penetapan informan ditentukan berdasarkan kajian penelitian yaitu pihak manajemen KFC cabang Multimart Manado. Manajemen rantai pasokan berdampak pada persediaan bahan baku yang cukup dan dibutuhkan serta berkualitas dimana dengan manajemen rantai pasok yang baik akan membuat persediaan akan selalu terjaga dan memenuhi kebutuhan dan permintaan saat diperlukan khususnya di KFC cabang Multimart Manado Theis (2013) melakukan penelitian yang berjudul pengelolaan rantai pasokan terhadap pemenuhan kebutuhan BBM pada SPBU kota manado. Metode penelitian deskriptif kualitatif.Tempat penelitian Depot Pertamina Bitung. Hasil penelitian menunjukkan Depot Pertamina Bitung menyalurkan BBM dalam jumlah besar setiap tahun sehingga konsumen secara khusus untuk SPBU di Manado tidak perlu khawatir dengan kelangkaan stok yang bisa mengganggu aktifitas masyarakat
9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (“ICBP”) merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha utama antara lain mie instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman. Guna mendukung kegiatan usaha utamanya, ICBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton. ICBP menawarkan berbagai pilihan produk solusi sehari-hari bagi konsumen di segala usia dan segmen pasar, melalui lebih dari 40 merek produk ICBP. Banyak di antara merekmerek tersebut merupakan merek terkemuka dengan posisi pasar yang signifikan di Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen selama bertahun-tahun. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang ekstensif dari perusahaan induk, sebagian besar produk ICBP telah tersedia di seluruh nusantara, dan ICBP juga dapat memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu dan lebih efisien. Kegiatan operasional yang dijalankan oleh lebih dari 50 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah utama di Indonesia, membantu ICBP untuk berada lebih dekat dengan permintaan dan dapat memastikan kesegaran produk-produk ICBP di pasar. Selain itu, produk-produk ICBP juga telah hadir di lebih dari 60 negara di dunia. Visi ICBP adalah Produsen Barang-Barang Konsumsi yang Terkemuka. Misi ICBP antara lain: 1.
Senantiasa melakukan Inovasi, fokus pada kebutuhan Pelanggan, menawarkan Merekmerek unggulan dengan Kinerja yang tidak tertandingi
2.
Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan
3.
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi.
4.
Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan
5.
Meningkatkan stakeholder's value secara berkesinambungan Struktur manajemen dari ICBP dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut:
10
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Sumber: ICBP, 2011. ICBP memproduksi mie instan yang berhasil menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia. Diawali dengan satu pabrik di daerah Ancol, Jakarta, Divisi Mi Instan Indofood CBP kini mengoperasikan 16 pabrik, yang saat ini mampu memproduksi lebih dari 15 miliar bungkus per tahun untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Melalui strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif, Indofood CBP telah dapat mempertahankan dan bahkan memperkuat merek-mereknya. Tidak hanya Indomie, yang telah menjadi merek iconic di Indonesia, merek-merek seperti Sarimi, Supermi, dan Pop Mie pun juga menjadi merek-merek favorit masyarakat Indonesia sejak lama. Melalui strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif, Indofood CBP telah dapat mempertahankan dan bahkan memperkuat merek-mereknya. Tidak hanya Indomie, yang telah menjadi merek iconic di Indonesia, merek-merek seperti Sarimi, Supermi, dan Pop Mie pun juga menjadi merek-merek favorit masyarakat Indonesia sejak lama. Menanggapi pertumbuhan pasar mi instan domestik dan internasional, Indofood CBP berkomitmen penuh untuk terus mengembangkan Divisi Mi Instan. Divisi Operasi International adalah lengan ekspor produk Indofood bermerek yang mencakup kegiatan penjualan dan pemasaran ke pasar internasional. Indofood mengekspor produknya ke lebih dari 60 negara.
11
Tujuan ekspor utama Indofood antara lain: Astralia, Irak, Papua nugini, Hong Kong, Timor Leste, Yordania, Arab Saudi, Amerika Serikat, Selandia Baru, Taiwan dan Negaranegara lain di Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Asia. Indofood menawarkan berbagai produk untuk ekspor seperti mie, saus dan bumbu instan dengan kualitas dan keunggulan rasa tingkat tinggi bagi konsumen. Semua produk Indofood telah bersertifikat halal. Adapun merek mie instan yang diproduksi oleh ICBP antara lain: 1.
Indomie
2.
Supermi
3.
Sarimi
4.
Pop Mie
5.
Sakura
6.
Pop Bihun
7.
Mi Telur Cap 3 Ayam.
3.2. Hasil Penelitian Divisi Noodle, ICBP menggunakan beberapa bahan baku dalam pembuatan mie instan. Bahan baku yang digunakan didatangkan dari beberapa perusahaan yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun bahan baku tersebut adalah: Tepung Terigu Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang digiling. Fungsi tepung terigu dalam pembuatan mie instan, antara lain memberi atau membentuk adonan selama proses pencampuran, menarik atau mengikat bahan lain dan mendistribusikan secara merata, mengikat gas selama proses penggorengan, membentuk struktur mie instan, serta sebagai sumber karbohidrat dan protein. Divisi Noodle ICBP menggunakan tiga jenis tepung terigu sebagai bahan baku utama, yaitu strong flour (tepung keras cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru) dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Ketiga jenis tepung tersebut bukan dianggap kelas-kelas mutu tepung, tetapi mempunyai klasifikasi khusus sehingga akan disesuaikan untuk tujuan penggunaan berbeda. Ketiga jenis tepung tersebut sudah mengandung telur sehingga mempunyai kadar protein tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penanganan dalam proses pembuatan mie instan. Adapun standar bahan baku tepung terigu dapat terlihat pada Tabel 3.1. Tepung terigu cap Cakra Kembar adalah terigu yang bermutu
12
paling baik untuk pembuatan roti dan mie karena memiliki kandungan protein yang paling tinggi, yaitu sebesar 13 % yang dihasilkan dari 100% hard wheat.
Tabel 3.1. Standar Bahan Baku Tepung Terigu No. Jenis Tepung 1 Cakra Kembar 2 Segitiga Biru 3 Segitiga Hijau Sumber: ICBP, 2011
pH 5,5-6,8 5,5-6,8 5,5-6,8
Kadar Air (%) 14,5 (max) 14 (max) 14 (max)
Gluten (%) 31 (min) 25 (min) 21 (min)
Protein (%) 13 10,5-11,5 9
Tepung Tapioka Tepung tapioka digunakan untuk membentuk tekstur mie menjadi lebih keras, sehingga adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Tepung tapioka yang baik digunakan untuk pembuatan mie instan adalah memiliki pH 4-8 dan kadar pati 80%. Tepung tapioka ini diperoleh dari perusahaan Darma Grindo, Lampung. Tepung tapioka ini dikemas dalam karung dengan berat per karung 50 kg. Sedangkan bahan baku penunjang yang dibutuhkan oleh ICBP antara lain: Air Air digunakan untuk membentuk tekstur adonan dan gluten, mengkontrol kepadatan dan suhu adonan, melarutkan garam dan bahan-bahan tambahan lainnya, sehingga bahan-bahan tersebut dapat tersebar secara merata dalam adonan. Air yang digunakan harus air bersih, baik secara kimiawi maupun mikro biologis dan berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM). Alkali Alkali merupakan campuran dari zat antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, pengental, pengembang, pewarna, mineral dan penguat rasa yang aman untuk dikonsumsi dan berfungsi untuk membuat bentuk, warna, rasa dan mutu mie instan lebih baik. Identifikasi kebutuhan bahan baku adalah penentuan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk produksi mendatang. Identifikasi tersebut dilakukan berdasarkan perkiraan penjualan produk mie instan yang dihasilkan perusahaan dan pemakaian bahan baku pada periode sebelumnya.
3.2.1. Pemasok Bahan Baku PT. Indofood Sukses Makmur TBK Bandung bekerja sama dengan beberapa pemasok (supplier) yang ditunjuk untuk pengadaan bahan baku (raw material) dan bahan pendukung
13
lainnya. Adapun supplier-supplier yang ditunjuk untuk pengadaan bahan baku dan bahan pendukung produksi mie instan dapat dilihat Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perusahaan Pemasok Bahan Mentah No. 1 2
Bahan Baku Tepung terigu Minyak goreng
3
Bumbu
4
Karton Packing
5
Etiket
Pemasok Bogasari Flour Mills Salim Ivomas PT. Food Ingredient Development Raci Pack Puri Nusa Supermova Prima Makmur Respati Cipta Kemas Abadi
Lokasi Jakarta Jakarta Cikampek Jakarta Bandung Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta
Sumber: ICBP, 2011 Sistem pembelian dan penerimaan bahan baku pada Divisi Noodle, ICBP melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan menurut fungsinya dalam perusahaan, yaitu Departemen ASP, PPIC, Purchasing (Pembelian), Ware House (Gudang), PDQC dan Finance and Accounting. Ke enam bagian ini memegang peranan penting dalam pengadaan bahan baku baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga produksi dapat berlangsung karena ketersediaan bahan baku tersebut.
3.3. Pembahasan Berikut akan dipaparkan Sistem Persediaan Bahan Baku dalam Manajemen Rantai Pasok yang dilakukan oleh ICBP. Penyimpanan bahan baku berada pada wewenang Departemen Warehouse (Gudang). Dalam manajemen gudang bahan baku Divisi Noodle , ICBP terdapat penanganan bahan baku, yaitu : Penerimaan Sebelum masuk gudang, bagian penerimaan barang digudang akan mengontrol jumlah yang diterima berdasarkan pesanan (Purcashe Order) dan selanjutnya Departemen Quality Control akan mengambil contoh untuk memeriksa mutu yang telah ditetapkan. Perhitungan jumlah bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka akan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Divisi Noodle, ICBP Tepung tapioka mempunyai berat 50 kg per zak, dan perusahaan telah memperhitungkan rendemen, sehingga berat per zak 49,85 kg. Sedangkan
14
untuk tepung terigu, berat per zaknya 25 kg dan perusahaan juga telah memperhitungkan rendemennya sehingga berat per zak 24,55-24,85 kg. Penyusunan Kegiatan pengeluaran bahan baku untuk jenis tepung dilakukan dengan cara diangkat oleh kuli angkut. Setelah bahan baku diturunkan dari truk atau kontainer, bahan baku terlebih dahulu ditumpuk secara bersilang agar saling mengunci antar satu lapisan dengan lapisan lainnya di atas palet, sehingga bahan baku tidak terkontak langsung dengan lantai. Tinggi tumpukan maksimal tepung adalah 10 zak per palet. Pengeluaran Bahan baku yang dikeluarkan mengikuti sistem First In First Out (FIFO) yaitu bahan baku yang pertama masuk ke gudang dikeluarkan lebih dahulu dari gudang untuk proses produksi. Hal ini berkaitan dengan sifat bahan baku yang mempunyai batas kadaluarsa dan kerugian akibat penyimpanan yang terlalu lama. Bahan baku tepung terigu mempunyai batas penyimpanan di gudang bahan baku, yaitu satu bulan. Pada cuaca panas, penyimpanan melebihi satu bulan akan menimbulkan kutu pada tepung terigu. Kemudian berikut akan dipaparkan proses produksi dalam ICBP. Proses pembuatan mie instan terdiri dari delapan tahap, yaitu mixing (pencampuran), pressing (pengepresan), slitting (pembentukan untaian), steaming (pengukusan), cutting and folder (pemotongan dan pencetakan), frying (penggorengan), cooling (pendinginan) dan packing (pengemasan). Proses yang terjadi pada setiap tahap adalah: Mixing atau Pencampuran Proses mixing adalah proses pencampuran dan pengadukan material-material yang terdiri dari material tepung dan air alkali (campuran antara air dan beberapa ingredient yang ditentukan) sehingga diperoleh adonan yang merata atau homogen. Mutu adonan yang baik adalah yang tidak lembek dan tidak perau atau dengan kata lain memiliki kadar air sebesar 32% sampai dengan 34%. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit dengan suhu 35oC. Pressing atau Pengepresan Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam mesin pengepres adonan. Di dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami peregangan pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga terbentuk lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan ketebalan tertentu. Tebal lembaran yang
15
dihasilkan bergantung dengan jenis mesin yang digunakan. Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah 1,12 – 1,18 mm. Slitting atau Pembentukan Untaian Suatu proses pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mie dan kemudian siap dibentuk gelombang mie. Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam suatu laluan berbentuk segi empat yang disebut waving net, sehingga terbentuk gelombang mie yang merata dan terbagi dalam beberapa jalur. Streaming atau Pengukusan Proses selanjutnya adalah proses pegukusan untaian mie yang keluar dari slitter secara kontinu dengan menggunakan istream box atau mesin yang memiliki tekanan upa yang cukup tinggi dengan suhu tertentu. Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dengan suhu pemanasan ± 65oC. Tujuannya adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat fisik padat. Dalam proses streaming ini akan terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak, elastis, dan terlindungi dari penyerapan minyak yang terlalu banyak pada proses penggorengan atau frying. Cutting and Folder atau Pemotongan dan Pencetakan Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses memotong lajur mie pada ukuran tertentu dan melipat menjadi dua bagian sama panjang, kemudian mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar. Frying atau Penggorengan Proses penggorengan adalah suatu proses merapikan mie didalam mangkok pengorengan, kemudian merendamnya di dalam media penghantar panas. Dalam hal ini minyak olein atau minyak goreng pada suhu tertentu dalam waktu tertentu. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku dan awet. Cooling atau Pendinginan Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong yang terdiri dari sejumlah kipas untuk menghembuskan udara segar ke mie-mie yang dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan proses pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses penggorengan hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum dikemas dengan etiket. Dengan diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari penguapan air yang kemudian 16
menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit. Sehingga secara sistematis alur proses produksi mie instan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar. 3.2. Diagram Alur Produksi Mie Instan Sumber: Penulis Sumber daya yang terlibat dalam proses produksi pembuatan mie instan ini tidak terlalu membutuhkan sumber daya manusia yang terlalu banyak karena pengerjaan produksi dilakukan oleh teknologi mesin sehingga SDM yang dibutuhkan pada proses produksi sebatas pengawas jalannya produksi. Karakteristik perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi yang dimiliki ICBP yakni bersifat mass production, yaitu jenis barang yang diproduksi relatif sedikit tetapi dengan volume produksi yang besar, permintaan produk tetap/stabil demikian juga desain produk jarang sekali berubah bentuk dalam jangka waktu pendek atau menengah. ICBP memiliki orientasi pasar, dimana produksi yang dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan permintaan pasar. Perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam kuantitas maupun kualitas produk. Oleh karena itu, perusahaan selalu mengembangkan inovasi guna memenuhi kepuasan pelanggan, khususnya selera konsumen. Produk yang dihasilkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. divisi mi instan terdiri dari 2 kelompok besar yaitu : 1.
Bag Noodle, yaitu mie instan dalam kemasan bungkus; dan
2.
Mie telor, yaitu mi yang dalam proses pembuatannya tidak digoreng melainkan dikeringkan. 17
Pengemasan mie adalah proses penyatuan dan pembungkusan mie, bumbu, minyak bumbu dan solid ingredient lainya dengan menggunakan etiket sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari proses pengemasan adalah untuk melindungi mie dari kemungkinan-kemungkinan tercemar atau rusak sehingga mie tidak mengalami penurunan mutu ketika sampai kepada konsumen. Setelah dikemas, selanjutnya mie tersebut akan dimasukkan ke dalam karton. Setelah mie dimasukkan ke dalam karton seluruhnya, karton akan direkatkan dan kemudian menuju gudang untuk disalurkan. Pada strategi pemasaran dan pendistribusian hingga ke tangan konsumen, ICBP memiliki strategi dalam menghadapi persaingan di pasar. ICBP menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin. Sedangkan dalam proses pendistribusian, ICBP melakukan proses yang kompleks yakni: 1.
manufaktur → konsumen,
2.
manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
3.
manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
4.
manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen ICBP mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan
distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional. Dalam kegiatan penjualan produknya kepada masyarakat, ICBP melakukan berbagai alternatif antara lain: 1.
penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan sendiri yang beroperasi di DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
2.
penjualan tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia. Dilakukan lewat distributor lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
3.
lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik. Dari pemaparan pemasok bahan baku hingga mie instan dapat diterima oleh konsumen
di atas, maka penggambaran rantai pasok pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk nampak pada Gambar 3.3. berikut:
18
Gambar. 3.3. Diagram Alur Produksi Mie Instan Sumber: Penulis
19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 1.
Adanya manajemen rantai pasok dalam perusahaan dimungkinkan peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelian bahan baku, pemenuhan pesanan pelanggan serta proses distribusi barang jadi.
2.
Penerapan manajemen rantai pasok di masa seperti ini cocok di terapkan, karena sistem ini memiliki kelebihan dimana mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasok.
3.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk menerapkan manajemen rantai pasok yang kompleks dan matang sehingga ketersediaan bahan baku hingga produksi mie instan dapat dilakukan dengan hambatan seminimal mungkin.
4.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memasok bahan baku dari beberapa perusahaan besar yang membuat ketersediaan bahan baku selalu terjamin kualitas dan kuantitasnya.
5.
Sedangkan dalam proses pendistribusiannya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melakukan beberapa alternatif alur distribusi dan didukung oleh banyak armada distributor sehingga produk mie instan dapat diterima masyarakat dengan mudah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Akaniwor, J.O, Anosike E.O and Egwim.O. 2007. Effect Of Indomie Industrial Effluent Discharge On Microbial Properties Of New Calabar River, Scientific Research and Essay 2(1): 001-005. Asia Express. 2011. Noodles: Think globally, eat locally. Diakses 10 May 2016 < https://ssl.aip-global.com/EN/asia_express/archives/279>. Chopra, Sunil, Meindl, Peter. 2004. Supply chain Management: Strategy, Planning, and Operations, 2nd edition. Prentice-Hall, New Jersey Deasy Christiana Dewi. 2009, Sistem Informasi Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Widya Mandala, Madiun Didiek
S.
Wiyono
&
Yusep
Rosmansyah.
2008.
Review
Peranan
Teknologi
Informasi/Information Technology (IT) dalam Manajemen Rantai Pasok/SupplyChain Management (SCM) Hesti Maheswari. 2008. Manajemen Rantai Pasokan, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercubuana, Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta. Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain :Strategi Mengelola anajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern diIndonesia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Indri Gautama & Djoko Raditya Dian, 2009. Analisis dan Perancangan Stratefi E-Supply Chain management Pada PT. Ina, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Damn Bisnis, BINUSUniversity. Lang, Tim and Michael Heasman. 2015. Food Wars Second Edition. New York: Routledge. Leibowitz, Karen .2011. The Humble Origin of Instant Ramen: From Ending World Hunger to Space Noodles Gizmodo. Diakses 2 Mei 2016. < http://gizmodo.com/5814099/thehumble-origins-of-instantramen- from-ending-world-hunger-to-space-noodles >. Philip, J.L. (2015) ‘Instant Ramen as Forrest Gump: Postwar Japan in Food’, Master Thesis. Connecticut: Wesleyan University. Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply ChainManagement, Edisi Pertama. Guna Widya, Surabaya Reardon, T. Barrett. C, Berdegue, J and Swinnen, J. 2009. Agrifood Industry Transformation and Small Farmers Developing Contries, World Development 37(11): 1717-1727. Ross, F. D. 2003. Introduction to e-supply chain management:engaging technology to build market-winning businesspartnership. United States of America: ST. Lucie Press.
21
Ruslan. 2015. Konsumsi Mie Instan Masyarakat Indonesia. Diakses 13 Mei 2016 < http://www.kompasiana.com/kadirsaja/konsumsi-mieinstan-masyarakatindonesia_54f36ad4745513902b6c743b>. Sosland. 2013. Instant noodles as Single Product Success. Diakses 13 May 2016 < http://www.world-grain.com/news/news50 home/commentary/2013/1/instant-noodlesas-single-productsuccess. aspx>. Sumangkut, Angelia. 2013. Kinerja Supply Chain Manajemen dan Strategi pada PT. Multy Food
Manado.
Jurnal
EMBA
Vol.1
No.
3
Juni
2014.
http:/ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1900. Diakses pada 21 Agustus 2014. Hal. 914-920. Talumewo, Pingkan. 2014. Analisis rantai pasok ketersediaan bahan baku di industri makanan cepat saji pada Kfc Multimart ranotana. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September 2014. http://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/emba/articel/download/5918/5450. Diakses pada 22 November 2014. Hal. 1584-1591. Theis, Reyza. 2013, Pengelolaan Rantai Pasokan Terhadap Pemenuhan Kebutuhan BBM pada SPBU
di
Kota
Manado.
Jurnal
Emba
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/
Vol.1.
No.3
September
issue/view/420/showToc.
2013.
Diakses
14
Oktober 2014. Hal. 821-828. Turban et al. 2004, Information technology for management 4th edition, John Wiley & Sons, Inc. Situs lainnya: http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/30/indofood-kuasai-71-pasar-mi-instanindonesia http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/strategi-pemasaran-pt-indofood/ http://www.indofoodcbp.com/brand/noodles
22