Penatalaksanaan yg tepat
Indonesia peringkat 3 dunia penderita TB, TB paru BTA + di wilayah kerja Puskesmas Sukowono April s/d Mei 2013 10 orang
Fungsi Biologis dan Reproduksi
Fungsi Psikologis
Fungsi Pendidikan
Anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat
Riwayat DM
Mempunyai 1 orang anak perempuan
Istri penderita tidak pernah keguguran dan anak lahir cukup bulan dalam keadaan sehat.
Istri penderita dulu menggunakan IUD sejak tahun 1994.
Hubungan dengan keluarga baik.
Masalah yang berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan musyawarah
Jika ada masalah pribadi dibicarakan dengan istri.
Penderita dan istri tamat SD, dan anak saat ini sedang kuliah di Akbid Swasta di Jember
Tidak terdapat perencanaan dan dana khusus untuk pendidikan anak.
Bentuk
keluarga inti tdd ayah, ibu, dan anak
Siklus keluarga
tahap family with children in school >penularan TBC ke anak
tahap orang tua usia menengah.
Mengenal TB
Pengambilan Keputusan Perawatan
Kemampuan Merawat
Modifikasi Lingkungan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Minum obat secara teratur sampai selesai,
Menutup mulut waktu bersin atau batuk,
Tidak meludah di sembarang tempat (meludah di tempat yang terkena sinar matahari/dalam wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun/lisol),
Jemur kasur setiap minggu, buka jendela agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
Keluarga yang mempunyai gejala TB paru smemeriksakan diri ke puskesmas
OAT Kombinasi
DOT o/ PMO
2 Tahap
Sistemik
Batuk-batuk >3 minggu
Khusus
Demam subfebris lama
Penurunan nafsu makan dan BB
Malaise
Efusi pleura>>keluhan sakit dada, dyspneu
Tulang >> infeksi tulang
Meningitis >> demam, penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Fungsi Sosial
Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Fungsi Religius
Tinggal di kawasan perkampungan yang padat penduduk
Hubungan dengan tetangga terjalin baik
Pedagang di Sukowono dengan rata-rata penghasilan perbulannya Rp 3.000.000,00.
Pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder dapat terpenuhi.
Aktivitas perekonomian dalam hal pembayaran lisrik, telepon, dan belanja harian dilakukan oleh istri.
Seluruh anggota keluarga melakukan ibadah di rumah
Penderita suka ikut pengajian, tapi sejak penderita sakit, sudah tidak datang lagi
Pola Konsumsi Makan Penderita dan Keluarga
Makan teratur 3 kali/hari.
Makanan diolah sendiri oleh istri antara lain: nasi, lauk (tahu, tempe, ayam, daging, telur), sayur (sup, lodeh, bayam, sayur kangkung, sayur asem, dll), serta buah
Penderita rutin mengkonsumsi susu 2 kali sehari.
Faktor Perilaku Keluarga
Jarang berolahraga, perokok 1 bungkus /hari
Berobat ke dokter praktik maupun puskesmas.
Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan dekat
Jarang membuka jendela dan pintu rumah, serta tidak ada jendela kamar
Pendanaan kesehatan melalui dana pribadi.
Penderita dan keluarga tidak pernah ikut serta pada program kesehatan
Saat waktu luang sebelum sakit, penderita suka menjaga toko, tetapi setelah sakit, tidak dilakukan
Puskesmas maupun tempat praktik dapat ditempuh dengan angkutan desa, /sepeda motor.
Pembiayaan pengobatan dgn dana pribadi.
Rumah di pemukiman yang padat
Ukuran 9x6 m2.
Tdd 1 ruang tamu 3x3 m2 2 ruang tidur (@ukuran 3x3 m2), dan 1 ruang keluarga ukuran 3x3,5 m2
Atap dari genteng, dinding dari tembok, lantai dari keramik.
Tata letak barang di dalam rumah cukup rapi.
luas lantai : jendela di ruang tamu >25%, di ruang keluarga dan ruang tidur <25%.
Ventilasi di ruang tamu uk 2x1m2, di ruang keluarga 1x1 m2 ,di ruang tidur penderita tidak terdapat lubang ventilasi
Ruangan terasa lembab & Penerangan di dalam rumah tidak terlalu terang.
Sumber air minum, cuci, dan masak dari sumur pompa listrik
KM ada 1 ukuran 2x2 m2, jamban leher angsa. jarak septik tank dengan sumber air minum + 3 meter.
Limbah rumah tangga dialirkan ke ke sungai tepat di belakang rumah, serta tempat sampah di luar rumah tidak tertutup.
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
Penularan melalui droplet nuclei
3.2 Saran
Kepada keluarga untuk selalu melakukan pengawasan minum obat dan memberikan dukungan moral kepada penderita.
Untuk pembinaan selanjutnya agar dilakukan pemantauan dan pembinaan yang berkesinambungan terhadap masalah-masalah kesehatan pasien.
Kepada tenaga kesehatan untuk juga melakukan pendekatan kedokteran keluarga dalam menangani kasus TB paru
Gambar . Genogram
2.7 Bentuk dan Siklus Keluarga
2.8 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
BERKAS KELUARGA
2.6 PROFIL KELUARGA
1. Karakteristik Keluarga
Anggota keluarga serumah
Nama
Kedudukan dalam keluarga
Gender
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
1.
Tn. M.A
Kepala Kel.
L
47 th
SD
Pedagang
2.
Ny. N
Istri
P
42 th
SD
Pedagang
3.
Nn. H.S
Anak
P
20 th
SMA
Mahasiswa
2.4. Diagnosis: Tuberkulosis Paru BTA +
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada tanggal 8 April 2013 pasien melakukan pemeriksaan dahak sewaktu - pagi- sewaktu dengan masing- masing hasilnya +,,+ serta foto Thorax hasil + TB Paru.
8. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berada di tingkatan sosial ekonomi menengah. Pasien memilik toko didepan yang terpisah dengan rumahnya dengan penghasilan yang tidak pasti setiap harinya. Sehingga pasien merasa biaya hidup cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien tinggal bersama istri dan seorang anak perempuannya.
9. Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu merokok di dalam rumah. Pasien mengaku merokok satu bungkus untuk satu sampai dua hari. Berat badan pasien saat ini 52 kg dengan berat badan sebelumnya 65 kg. Namun sejak terdiagnosis TB Paru, pasien berhenti merokok.
2.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital sign
Kesadaran : Kompos Mentis
GCS : 15
Tek. Darah : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/menit
Frek Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
BB : 52 kg
Tinggi Badan : 172 cm
3. Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pupil bulat, isokor
- THT : Dalam Batas Normal
- Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-), trakea berada di tengah
- Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus raba simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki halus (+/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi :
batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dextra
batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra
batas pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : simetris, datar, kelainan kulit (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)
- 4 Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
4. Status Lokalis : -
2.9 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
2.10 Identifikasi Lingkungan Rumah
2.10.1 Gambaran Lingkungan
PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanationam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan Tn.M.A terdiri dari empat hal yaitu faktor genetik, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah perilaku yaitu Tn.M.A dan keluarganya jarang membuka pintu dan jendela.
Keluarga memiliki peranan dalam proses kesembuhan pasien TB paru, terutama dalam hal pengawasan minum obat dan memberikan dukungan moral kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani dan Mahastuti. 2007. Hubungan Kondisi Rumah dengan Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II Kabupaten Gunung Kidul tahun 2003~2007. Yogyakarta: Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.
Bachtiar, Ibrahim, dan Ruslan. 2012. Hubungan Perilaku dan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian TB Paru di Kota Bima Provinsi NTB. Makasar: Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Gerdunas TB.
Werdhani Retno Asti. 2008. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI.
Pyridoxin 100 mg/hari
RENCANA PENATALAKSANAAN
2.11 Diagram Realita yang Ada pada Keluarga
2.10.2 Denah Rumah
2.10.3 Peta Rumah dari Layanan Kesehatan
Jln. Untung Suropati
Jln. A.Yani
MTS
Rumah Tn. M.A
Puskesmas
Sukowono
TERIMA KASIH
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat DM sejak 13 tahun yang lalu
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Asma Bronkial disangkal
6. Riwayat Pengobatan
Pasien minum OAT tahap awal 3 tablet/hari sejak 10 April 2013 dan obat DM Glibenklamid sejak 13 tahun
7. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan seperti pasien
- Tidak ada kelurga yang mempunyai Asma Bronkial dan atau DM
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik di Puskesmas Sukowono, pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak dan foto Rontgen di RSD dr. Soebandi Jember untuk mendapatkan diagnosis pasti. Setelah pemeriksaan dahak sewaktu, pagi, dan sewaktu, reaksi dari pemeriksaan dahak tersebut hasilnya (+,,+), dan foto rontgen thorax dinyatakan (+) oleh dokter di RSD dr. Soebandi.
Alur Diagnostik TB Paru
Prinsip Pengobatan TB
Patofisiologi
Tanda dan Gejala
Faktor Risiko
ANALISIS KASUS
TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
Nora Damayanti, S.Ked
NIM 082011101068
Pembimbing:
dr. Andy Maulana
PUSKESMAS SUKOWONO - FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
MeiJuni, 2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Teori
Tbc
Dokter menjelaskan dan menganjurkan pasien untuk mendapat pengobatan selama 6 bulan dan harus kontrol untuk melihat perkembangan pengobatannya. Pasien seminggu sekali mengambil obat di Puskesmas Sukowono.
4.Riwayat Imunisasi: pasien tidak mengetahui mengenai status imunisasinya baik Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, maupun Campak . Pasien lahir di dukun.
Paduan OAT
Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk Paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 1
OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Dosis KDT untuk Sisipan
Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Sisipan
Prinsip Intervensi Keluarga dengan Tuberkulosis
BAB 2. ANALISIS KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M. A.
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Alamat : Jalan Untung Suropati No.13 RT 02 RW 02, Sukowono
No. RM : -- -- --
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 23 Mei 2013 pukul 12.30 WIB
1. Keluhan Utama : Batuk lama
2. Keluhan Tambahan : Pasien merasa lemas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki berusia 47 tahun datang ke Puskesmas Sukowono untuk kontrol TB Paru yang sudah diderita kira-kira dua bulan yang lalu. Saat ini pasien mengeluh terasa lemas. Pasien mengatakan, awalnya berobat ke Puskesmas dikarenakan batuk berdahak selama satu bulan. Dahak berwarna kuning dan kental disertai darah. Bersamaan dengan batuk, pasien sering merasakan badannya demam dan selalu berkeringat dingin pada malam hari. Hal ini menyebabkan pasien sulit untuk tidur.
Sejak pasien mengalami keluhan tersebut, nafsu makan pasien pun berkurang sehingga pasien mengalami penurunan berat badan yaitu dari 65 kg menjadi 52 kg selama satu bulan. Pasien sering merasa dadanya sakit apabila pasien sedang batuk. Di keluarga tidak ada yang memiliki sakit yang sama dengan pasien. Sebelum berobat ke Puskesmas Sukowono, pasien sebelumnya sudah berobat ke bidan dan setelah meminum obat yang diberikan oleh bidan pasien merasa tidak ada perbaikan. Karena merasa tidak ada perbaikan, pasien berobat ke Puskesmas Sukowono.
Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 2
Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2
Pencegahan
Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis
Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya
Efek Samping Ringan OAT (Depkes RI, 2007)
Efek Samping Berat OAT (Depkes RI, 2007)
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
47
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
4
Click to edit Master title style
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
6/5/2013
#
OAT Kombinasi
DOT o/ PMO
2 Tahap
Penatalaksanaan yg tepat
Indonesia peringkat 3 dunia penderita TB, TB paru BTA + di wilayah kerja Puskesmas Sukowono April s/d Mei 2013 10 orang
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
Penularan melalui droplet nuclei
Batuk-batuk >3 minggu
Demam subfebris lama
Penurunan nafsu makan dan BB
Malaise
Sistemik
Efusi pleura>>keluhan sakit dada, dyspneu
Tulang >> infeksi tulang
Meningitis >> demam, penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Khusus
Jarang berolahraga, perokok 1 bungkus /hari
Jarang membuka jendela dan pintu rumah, serta tidak ada jendela kamar
Berobat ke dokter praktik maupun puskesmas.
Pendanaan kesehatan melalui dana pribadi.
Penderita dan keluarga tidak pernah ikut serta pada program kesehatan
Saat waktu luang sebelum sakit, penderita suka menjaga toko, tetapi setelah sakit, tidak dilakukan
Faktor Perilaku Keluarga
Sarana kesehatan dekat
Puskesmas maupun tempat praktik dapat ditempuh dengan angkutan desa, /sepeda motor.
Pembiayaan pengobatan dgn dana pribadi.
Faktor Non-Perilaku
Ukuran 9x6 m2.
Tdd 1 ruang tamu 3x3 m2 2 ruang tidur (@ukuran 3x3 m2), dan 1 ruang keluarga ukuran 3x3,5 m2
Rumah di pemukiman yang padat
Atap dari genteng, dinding dari tembok, lantai dari keramik.
Ventilasi di ruang tamu uk 2x1m2, di ruang keluarga 1x1 m2 ,di ruang tidur penderita tidak terdapat lubang ventilasi
luas lantai : jendela di ruang tamu >25%, di ruang keluarga dan ruang tidur <25%.
Ruangan terasa lembab & Penerangan di dalam rumah tidak terlalu terang.
Tata letak barang di dalam rumah cukup rapi.
Sumber air minum, cuci, dan masak dari sumur pompa listrik
KM ada 1 ukuran 2x2 m2, jamban leher angsa. jarak septik tank dengan sumber air minum + 3 meter.
Limbah rumah tangga dialirkan ke ke sungai tepat di belakang rumah, serta tempat sampah di luar rumah tidak tertutup.
Anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat
Riwayat DM
Mempunyai 1 orang anak perempuan
Istri penderita tidak pernah keguguran dan anak lahir cukup bulan dalam keadaan sehat.
Istri penderita dulu menggunakan IUD sejak tahun 1994.
Fungsi Biologis dan Reproduksi
Hubungan dengan keluarga baik.
Masalah yang berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan musyawarah
Jika ada masalah pribadi dibicarakan dengan istri.
Fungsi Psikologis
Penderita dan istri tamat SD, dan anak saat ini sedang kuliah di Akbid Swasta di Jember
Tidak terdapat perencanaan dan dana khusus untuk pendidikan anak.
Fungsi Pendidikan
Tinggal di kawasan perkampungan yang padat penduduk
Hubungan dengan tetangga terjalin baik
Fungsi Sosial
Pedagang di Sukowono dengan rata-rata penghasilan perbulannya Rp 3.000.000,00.
Pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder dapat terpenuhi.
Aktivitas perekonomian dalam hal pembayaran lisrik, telepon, dan belanja harian dilakukan oleh istri.
Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Seluruh anggota keluarga melakukan ibadah di rumah
Penderita suka ikut pengajian, tapi sejak penderita sakit, sudah tidak datang lagi
Fungsi Religius
Makan teratur 3 kali/hari.
Makanan diolah sendiri oleh istri antara lain: nasi, lauk (tahu, tempe, ayam, daging, telur), sayur (sup, lodeh, bayam, sayur kangkung, sayur asem, dll), serta buah
Penderita rutin mengkonsumsi susu 2 kali sehari.
Pola Konsumsi Makan Penderita dan Keluarga
Minum obat secara teratur sampai selesai,
Menutup mulut waktu bersin atau batuk,
Tidak meludah di sembarang tempat (meludah di tempat yang terkena sinar matahari/dalam wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun/lisol),
Jemur kasur setiap minggu, buka jendela agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
Keluarga yang mempunyai gejala TB paru smemeriksakan diri ke puskesmas
Mengenal TB
Pengambilan Keputusan Perawatan
Kemampuan Merawat
Modifikasi Lingkungan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
6/5/2013
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
#
Bentuk
keluarga inti tdd ayah, ibu, dan anak
Siklus keluarga
tahap family with children in school >penularan TBC ke anak
tahap orang tua usia menengah.