ANALISA JURNAL KEPERAWATAN ANAK TENTANG HOSPITALISASI
Oleh : Alma Risa Fitriana
11161003
S1 Keperawatan Reg 9A
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina Bina Medika
Jalan Bintaro Raya No.10 Tanah Kusir-Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan TAHUN AJARAN 2017/2018
PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI
Sarifah M*, Arbianingsih**, Huriati** *Mahasiswa Program Studi Keperawatan UIN Alauddin **Dosen Program Studi Keperawatan UIN Alauddin **Dosen Program Studi Keperawatan UIN Alauddin Email:
[email protected]
ABSTRAK
Kecemasan pada hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun keluarga, sehingga
diperlukan
proses
penyesuaian
diri
untuk
mengurangi,
meminimalkan kecemasan supaya tidak berkembang menjadi krisis. Salah satu media terapi dalam menurunkan kecemasan adalah senam otak. Senam otak merupakan rangkaian gerakan sederhana yang merangsang kerja otak dan fungsi otak secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap kecemasan pada anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi. Metode: True Eksperimental pre test post test control group design. Tempat penelitian di RS Islam Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji Kota Makassar. Analisa data menggunakan uji statistic Independen T-test. Pengumpulan sampel menggunakan teknik Random Alokasi, diperoleh 14 sampel dengan 7 responden kelompok perlakuan dan responden sebagai kelompok kontrol. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0,000, yang berarti ada perbedaan bermakna tingkat kecemasan pretest dengan post test setelah dilakukan senam otak. Diskusi: Apabila seseorang mengalami kecemasan maka korteks cerebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus yang akan mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan. Metode yang digunakan untuk membantu menurunkan kecemasan dengan cara melakukan terapi senam otak.. Dengan gerakan – gerakan gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa senam otak berpengaruh terhadap penurunan kecemasan. Kata Kunci: Anak Usia Sekolah, Kecemasan, Senam Otak
ABSTRACT
Anxiety in hospitalization will lead to the uncomfortable feeli ng good in children and families, so that the necessary process of adjustment to reduce, minimizing the anxiety to not develop into a crisis. One of media treatment in i n lowering anxiety is brain gym . Brain gym is a series of simple gestures that simulates brain work and brain function optimally. Study aims to determine the influence of brain gym of anxiety in children of school age who have hospitalization. True Eksperimental pre test post test control group design. Research place at Islam Faisal hospital Makassar and Labuang Baji hospital Makassar. The data analysis used Independen T-test. The gathering samples using methods Random Allocation. Provided 14 samples with 7 respondents of intervention group and 7 of respondents as a control group. The result of test statistic obtained by velue = 0,000, then there was a meaningful level of anxiety pre-Test with post Test after use brain gym. If a person to experience anxiety anxiet y then the cortex cerebri to send a distress signal to hypothalamus thus resulting in tension in motoric, hyperactivity of aoutonomic nervous s ystem and raise awareness. The method used to help in lowering anxiety by doing brain gym. With movements brain gym can activate the neocotex and nervous parasympathetic reduce increase in the hormone adrenaline in body that can eas e the tension of phychological and physical strain. So, conclusion is brain gym effect on reducation of anxiety and therapy is able to be one alternative for children who have hospitalization. Key Word: School age Children, anxiety, brain gym
dan keluarganya terhadap sakit dan ke
PENDAHULUAN
Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut, karena mereka berfikir bahwa mereka akan disakiti. Stres pada
hospitalisasi
akan
menimbulkan
perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun
keluarga, sehingga diperlukan
proses penyesuaian penyesuaian diri untuk mengurangi, meminimalkan
stress
supaya
tidak
berkembang menjadi krisis. Reaksi anak
rumah sakit baik untuk rawat inap maupun rawat
jalan
kecemasan,
adalah stres
dalam
bentuk
hospitalisasi
dan
perubahan perilaku. (Wong, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres (Kain dkk. 2006 dalam Apriliawati,
2011).
Di
Indonesia
diperkirakan 35 per 1000 anak menjalani
kecemasan hospitalisasi. Namun, pada usia
hospitalisasi
(Sumaryoko,
dalam
sekolah tingkat kognitifnya lebih tinggi
Purwandari,
2009).
(angka
dibandingkan dengan anak usia pra sekolah
yang
sehingga anak usia sekolah lebih mudah
kesakitan)
2008
Prevalensi
gangguan
kecemasan
terjadi pada anak saat di rumah sakit
memahami
berkisar pada angka 60-80% dari populasi
dibandingkan dengan usia pra sekolah
umum. (Juwita, 2015). Proses hospitalisasi
(Widianti, 2011). Dampak
pada anak usia sekolah dapat berdampak
efek hospitalisasi
sangat serius. Hospitalisasi dapat membuat
terhadap upaya perawatan dan pengobatan
anak kehilangan kontrol terhadap diri anak
yang sedang dijalani pada anak. Reaksi
dan orang
pengalaman
yang dimunculkan dimunculkan pada anak akan berbeda
yang sangat traumatik dan penuh dengan
antara satu dengan lainnya. Anak yang
kecemasan, sehingga berdampak negatif
pernah mengalami perawatan di rumah
bagi anak (Sari, 2014). Dari data yang di
sakit tentu akan
dapat di rekam medik RS Islam Faisal kota
berbeda
Makassar, data rawat inap pasien anak usia
yang
sekolah
setiap
dirawat di rumah sakit telah memiliki
tahunnya. Pada tahun 2012 sebanyak 257,
pengalaman akan kegiatan yang ada di
tahun 2013 sebanyak 314, tahun 2014
rumah
sebanyak 401, sedangkan data dari rekam
berdampak terhadap tingkat
medik RS Labuang Baji Kota Makassar
yang
pada bulan April – September 2015, data
belum pernah dirawat mungkin mengalami
rawat inap anak usia sekolah sebanyak 186
kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan
anak.
seperti ini diperlukan suatu tindakan yang
tua mengalami
semakin
Perbedaan
meningkat
tingkat
kecemasan
prosedur
yang
sangat
diberikan
negatif
dari
berpengaruh
menunjukkan reaksi
bila dibandingkan dengan anak
belum pernah. Anak yang pernah
sakit,
kemungkinan
dialami, sedangkan
kecemasan anak
yang
dapat
anak sekolah ditinjau dari segi umur
(Suryanti dkk. 2011). Beberapa penelitian
memang lebih menunjukkan bahwa anak
yang telah dilakukan untuk menurunkan
usia pra sekolah lebih cemas dibandingkan
stres dan kecemasan akibat hospitalisasi
dengan
ini
pada anak, yaitu Sari (2014) melakukan
dan
penelitian yang bertujuan untuk pengaruh
berdasarkan
usia
sekolah.
penelitian
Hal
mahat
sceloveno, 2003 yang menyatakan bahwa
terapi
semakin muda usia anak semakin tinggi
terhadap
tingkat
ini
karakteristik anak usia pra sekolah dengan
anak
menurunkan
hal
bermain dengan
kecemasan
teknik bercerita
tingkat kecemasan
akibat
hospitalisasi pada anak prasekolah. Jenis
Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah
Penelitian ini adalah pre eksperiment design
Sakit Panti Rapih Yogyakarta”. Penelitian Penelit ian
dengan menggunakan one group pre-post
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
test
design.
Hasil
penelitian
menunjukan bahwa mengalami
ini
53,6% responden
kecemasan
berat sebelum
terapi bermain, sedangkan setelah terapi bermain
menunjukan
mengalami Berdasarkan
53,6% responden
kecemasan uji
sedang
hipotesis wilcoxon,
menunjukan bahwa ada pengaruh terapi bermain dengan teknik bercerita terhadap tingkat
kecemasan
aikibat hospitalisasi
pada anak prasekolah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2014 dengan
nilai
ρ=0,000
dimana
ρ<0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
bahwa terapi
bermain
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan
pada
anak
prasekolah.
Diharapkan kepada praktek keperawatan, agar hasil penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi
meningkatkan
dalam
pelayanan
upaya kesehatan
khususnya pada anak akibat hospitalisasi . Selain
terapi
bermain,
musik,
dan
mewarnai,
mendengarkan senam
otak
merupakan salah satu terapi yang dapat menurunkan kecemasan, yang dibuktikan oleh Widianti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Senam Otak Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi
senam otak terhadap kecemasan akibat hospitalisasi.
Dari
hasil
analisis
data
ditemukan bahwa ada penurunan signifikan pada
skor
kecemasan
anak
setelah
dilakuakan senam otak. Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya
untuk
beragam
kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (As’ad, 2011). Senam otak ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, pendidik
yang di
merupakan
Amerika
pelopor
serikat
dalam
penerapan penelitian otak. Senam otak dengan pelatihan
metode
latihan
kinesis
menggunakan
Edu-K
(gerakan)
seluruh
otak
atau akan
melalui
pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka
bagian-bagian
otak
yang
sebelumnya
tertutup
atau
terhambat
kecemasan dan variabel independen berupa
(As’adi, 2011). Gerakan senam otak dibuat
senam otak. Instrumen penelitian disusun
untuk menstimulasi (dimensi lateralitas),
berdasarkan
meringankan (dimensi pemfokusan), atau
ZSRAS (Zung Sel-Rating Anxiety Scale)
merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa
dan T-AMS (Tailor Manifest Anxiety
yang terlibat dalam situasi belajar tertentu.
Scale). Penelitian ini dilakukan di RS Islam
Otak manusia seperti hologram, terdiri dari
Faisal Kota Makassar dan RS Labuang Baji
tiga dimensi dengan bagian-bagian yang
Kota Makassar. Intervensi yang dilakukan
saling berhubungan sebagai satu kesatuan.
yaitu terapi senam otak yang dilakukan
Pelajaran lebih mudah diterima apabila
selama 2 kali dalam sehari selama 2 hari.
mengaktifkan
Sebelum melakukan senam otak, responden
sejumlah
panca
indera
modifikasi
menjalani
daripada hanya diberikan secara abstrak
harus
saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik
energetis (PACE). Untuk menjalankan
tugasnya, untuk aplikasi senam otak dipakai
PACE ini, harus memulainya dengan
istilah dimensi lateralitas untuk belahan
energetis (minum air), clear (melakukan
otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan
pijat
untuk bagian belakang otak (batang otak
gerakan silang), positif (melakukan kiat
atau brainstem) dan bagian depan otak
rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-
(frontal lobes), serta dimensi pemusatan
gerakan
untuk sistem limbis (midbrain) dan otak
menurunkan kecemasan yaitu: Tombol
besar (cerebral cortex) (Purwanto, 2009).
bumi (Earth buttons), Tombol imbang
saklar
positif,
pengukuran
otak),
senam
active,
active
otak
clear,
(melakukan
yang
dapat
(Balance buttons), Tombol angkasa (Space
BAHAN DAN METODE
buttons), Pasang Telinga ( The thinking Penelitian ini menggunakan metode True
cap), Menguap berenergi (The energetic
Eksperimental dengan pendekatan pre test
yown).
post test control group design dengan sampel sebanyak 14 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 7 responden sebagai responden
kelompok
perlakuan
dan
7
sebagai
kelompok
kontrol,
pemilihan sampel mengggunakan teknik Random Alokasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen berupa
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien anak yang dirawat di ruang perawatan anak Rumah Sakit, pasien anak yang berusia 6-12 tahun, pasien anak dan keluarga yang bersedia menjadi responden, dan pasien anak yang mengikuti intervensi 2 kali dalam sehari selama 2 hari.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah,
ke dalam tabel frekuensi dan distribusi serta
pasien
penjelasan dalam bentuk narasi.
usia
sekolah
yang
mengalami
kelemahan dan keterbatasan gerak, seperti fraktur, parese, cerebral palsy, dan pasien anak dan keluarga yang tidak kooperatif. Dalam rancangan penelitian ini mengambil jenis “pre test pos test control group design” dimana kelompok perlakuan diberikan pretest
sebelum
diberi
perlakuan
yang
kemudian diukur dengan post test setelah perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tanpa dilakukan perlakuan. pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan kuisioner ZSRAS (Zung SelRating Anxiety Scale)
dan
T-AMS
(Tailor
Manifest
Anxiety Scale). Pertama-tama dilakukan inform concent dan pre test maka keesokan harinya
pada
kelompok
perlakuan
di
berikan senam otak, terapi ini dilakukan sebanyak 4 kali selama 2 hari, namun pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan selama 2 hari, dan keesokan harinya diberikan post test kepada responden, terkhusus pada kelompok kontrol setelah post test, peneliti memberikan leaflet tentang
terapi
responden
senam
kelompok
otak,
sehingga
kontrol
dan
keluarganya dapat mengetahui terapi senam otak.
Pengolahan
data
menggunakan
software statistik dengan uji Independent ttest, Fisher’s Exact Test, dan Kolmogorof Smirnow. Hasil pengolahan pengolahan data disajikan disajikan
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel
sedikit pengalaman yang ke empat kali
umur pada anak usia sekolah yang dirawat
yaitu
pada kelompok perlakuan paling banyak
pengalaman yang pertama p ertama kali dan ke dua
anak
sebanyak
kali adalah sama rata sebanyak 21,43 %.
35,71,29%, sedangkan anak berumur 6-9
Pada kelompok kontrol pengalaman masuk
tahun sebanyak 14,29 %. Pada kelompok
rumah sakit yang pertama kali sebanyak
kontrol paling banyak anak berumur 10-12
28,57 %, sedangkan pengalaman yang
tahun sebanyak 28,57 %, sedangkan anak
kedua kali sebanyak 21,43 % . Analisis
berumur 6-9 tahun sebanyak 21,43 %.
selanjutnya menunjukkan bahwa variabel
Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa
pengalaman masuk rumah sakit
variabel
kelompok
berumur
umur
perlakuan
10-12
anak
antara
kelompok
perlakuan
%,
dan
sedangkan
pada
kontrol
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada
perbedaan yang bermakna (p value = 1,000
perbedaan yang bermakna (p value = 1,000
α = 0,05). Variabel lama hari rawat pada
α = 0,05). Variabel Jenis kelamin pada anak
anak usia sekolah yang di rawat pada
usia sekolah yang dirawat pada kelompok
kelompok perlakuan paling banyak lama
perlakuan paling banyak anak berjenis
hari rawat selama 2 hari sebanyak 35,71 %,
kelamin
perempuan
kelompok
7,14
kontrol
sedangkan
dan
tahun
sebanyak
laki-laki
sebanyak
28,57%,
sedangkan lama hari rawat selama 1 hari
yang
berjenis
kelamin
sebanyak 14,29 %. Pada kelompok kontrol
sebanyak
Pada
paling banyak banyak lama hari rawat selama 2 hari
kelompok kontrol paling banyak anak
sebanyak 42,86 %, sedangkan lama hari
berjenis kelamin lakilaki sebanyak sebanyak 42,86 42,86 %,
rawat selama 1 hari sebanyak 7,14 %..
sedangkan
kelamin
Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa
perempaun sebanyak 7,14 %. Analisis
variabel lama hari rawat pada kelompok
selanjutnya menunjukkan bahwa variabel
perlakuan
jenis
kelompok
kesetaraan atau tidak ada perbedaan yang
kontrol
bermakna (p value = 1,000 α = 0,05). Tabel
menunjukkan kesetaraan atau tidak ada
4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok
perbedaan yang bermakna (p value = 0,559
perlakuan tidak ada anak yang mengalami
α = 0,05). Variabel pengalaman masuk
cemas ringan, dan cemas sedang sebanyak
rumah sakit pada anak usia sekolah yang
7 orang (50%). Sedangkan pada kelompok
dirawat pada kelompok perlakuan paling
kontrol anak yang mengalami cemas ringan
yang
kelamin
perlakuan
dan
21,43
berjenis
anak
antara
kelompok
%.
dan
kontrol
menunjukkan
sebanyak 2 orang (14,2%) dan cemas
pada post-test kelompok perlakuan dan
sedang sebanyak 5 orang (35,7%). Setelah
kelompok kontrol didapatkan p value =
dilakukan
dengan
0,000 atau p < 0,05 berarti terdapat
Test
perbedaan bermakna tingkat kecemasan
menunjukkan bahwa data berdistribusi
post-test antara kelompok perlakuan dengan
normal dengan nilai p value = > 0,05,
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan
sehingga pada tabel 4.3 menggunakan uji
bahwa ada pengaruh senam otak terhadap
statistik dengan Independent T-Test pada
kecemasan anak usia sekolah.
uji
menggunkan
normalitas Shapiro-Wilk
pre-test kelompok perlakuan dan kelompok
PEMBAHASAN
kontrol didapatkan p value = 0,218 atau p > 0,05
berarti
bermakna Pretest
tidak
antara kelompok
perbedaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kecemasan
terdapat perbedaan yang bermakna terhadap
terdapat Tingkat
perlakuan
dengan
kecemasan sebelum dan sesudah senam
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan
otak.
bahwa kedua kelompok tidak berbeda
otak
sebelum
sehingga
menunjukkan bahwa tidak ada anak yang
perbedaannya terjadi setelah intervensi
mengalami cemas ringan sedangkan pada
dapat disesuaikan akibat pengaruh senam
cemas sedang sebanyak 7 orang (50%).
otak. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat
Setelah senam otak yang dilaksanakan
kecemasan anak usia sekolah setelah senam
selama 4 kali selama 2 hari terjadi
otak pada kelompok perlakuan sebanyak 7
penurunan
orang (50%) mengalami cemas ringan.
responden dimana sebanyak 7 orang (50%)
Sedangkan
pada
mengalami cemas ringan. Pada kelompok
orang
kontrol anak yang mengalami cemas ringan
(14,29%) mengalami cemas ringan, dan
sebanyak 2 orang (14,2%) dan cemas
sebanyak 5 orang (35,71) mengalami cemas
sedang sebanyak 5 orang (35,7%). Setelah
sedang. Setelah dilakukan uji normalitas
4 kali perlakuan selama 2 hari, kecemasan
dengan menggunkan Shapiro-Wilk Test
pada kelompok kontrol sebanyak 2 orang
menunjukkan bahwa data berdistribusi
(14,2%) cemas ringan, dan sebanyak 5
normal dengan nilai p value
> 0,05,
orang mengalami cemas sedang (35,7%).
sehingga pada tabel tabel 4.5 menggunakan
Dilihat dari jumalah cemas ringan dan
uji statistik dengan Independent T-Test
sedang
kelompok
diberikan
tingkat kontrol
intervensi
kecemasan sebanyak
2
Dimana sebelum dilakukan senam pada
kelompok
kecemasan
pada
perlakuan
pada
kelompok
semua
kontrol
menunjukkan bahwa kelompok kontrol
pada pre dan post tidak ada perubahan,
kelompok perlakuan lebih rendah daripada
namun
kelompok kontrol. Skor rerata cemas
sebagian
responden
ada
yang
menurun kecemasannya dan adapula yang
menunjukkan
meningkat. Berdasarkan hasil observasi
kecemasan pada anak usia sekolah yang
skor cemas didapatkan bahwa kelompok
melakukan senam otak, sehingga terdapat
responden nomor 03K dan 06K mengalami
pengaruh senam otak terhadap kecemasan
peningkatan skor kecemasan. Berdasarkan
pada anak usia sekolah yang mengalami
wawancara dan pengamatan dari peneliti,
hospitalisasi. Hospitalisasi adalah peristiwa
bahwa responden 03K mengatakan selalu
yang tidak menyenangkan akibat dirawat di
ingin pulang, dan pada responden nomor
rumah sakit. Hospitilasasi dapat terjadi
06K dikarenakan responden terkadang
akibat dari tindakan emergency atau trauma
mengeluh kesakitan pada bekas luka oprasi
selama dirawat di rumah sakit, yang
pada bagian perutnya dan responden tidak
menjadikan cemas pada anak semua usia
suka dengan lingkungan rumah sakit. Hasil
dan keluarganya. Mereka berada pada
penelitian kecemasan sebelum senam otak
lingkungan asing yang tidak diketahuinya,
menunjukkan bahwa nilai mean pada
dikelilingi orang-orang asing, peralatan,
kelompok
dan
perlakuan
sebesar
18.71.
adanya
pemandangan
penurunan
sekitar
yang
Sedangkan nilai mean pada kelompok
menakutkan. (Ball & Bindler, 2003, dalam
control sebesar 15,43. Berdasarkan hal
Solikhah, 2011). Hospitalisasi juga dapat
tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
diartikan sebagai suatu proses dimana
perbedaan mean antara antara kelompok perlakuan
karena
dengan kelompok kontrol, dimana pada
mengharuskan anak untuk tinggal di RS,
kelompok perlakuan lebih tinggi daripada
menjalani
kelompok
pemulangannya
kecemasan
kontrol. setelah
Hasil
penelitian
senam
otak
alasan
tertentu
terapi
Hospitalisasi
atau
perawatan kembali
adalah
darurat
sampai
ke
rumah.
bentuk
stressor
menunjukkan bahwa nilai mean pada
individu yang berlangsung selama individu
kelompok
6,57.
tersebut dirawat di rumah sakit. Menurut
Sedangkan nilai mean pada kelompok
WHO, hospitalisasi merupakan pengalaman
control sebesar 15,29. Berdasarkan hal
yang mengancam ketika anak menjalani
tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
hospitalisasi karena stressor yang dihadapi
perbedaan mean antara antara kelompok perlakuan
dapat menimbulkan perasaan tidak aman
dengan kelompok kontrol, dimana pada
(Utami,
perlakuan
sebesar
2014).
Anak
usia
sekolah
membayangkan dirawat di rumah sakit
subyektif dialami dan dikomunikasikan
merupakan suatu hukuman, dipisahkan
secara interpersonal. Kecemasan adalah
merasa tidak aman dan kemandiriannya
kebingungan, kekuatiran pada sesuatu yang
terlambat. Mereka menjadi ingin tahu dan
akan terjadi dengan penyebab yang tidak
bingung, anak bertanya kenapa orang itu,
jelas
mengapa berada di rumah sakit, berbagai
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
macam pertanyaan dilontarkan karena anak
(Bolin, 2011). Untuk mengetahui hasil uji
tidak mengetahui yang sedang terjadi
perbandingan pada kelompok perlakuan
(Wong, 2004). Anak yang dirawat di rumah
dan kelompok kontrol sebelum senam otak
sakit menunjukkan reaksi menangis karena
dilakukan uji statistik dengan uji Indepedet
kesakitan
Penyebab
T-Tes karena data berdistribusi normal
penurunan mood antara lain perubahan
sehingga didapatkan nilai p = 0,218 atau p
status kesehatan dan lingkungan yang jauh
> 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan
dari
serta
bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
keterbatasan koping mekanisme anak dalam
kecemasan pada kelompok kontrol dengan
memecahkan
anak
kelompok perlakuan. Untuk mengetahui
terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh
hasil uji perbandingan pada kelompok
faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan,
perlakuan dan kelompok kontrol setelah
pengalaman
sakit,
senam otak dilakukan uji Independet T-tes
pembawaan anak, keterampilan koping,
karena data berdistribusi normal sehingga
kegawatan diagnosa, dan support sistem
didapatkan nilai p = 0,000 atau p < 0,05
(Hockenberry & Wilson, 2009, dalam
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Widianti, 2011). Kecemasan merupakan
terdapat perbedaan bermakna kecemasan
reaksi yang tidak menyenangkan yang
post test antara kelompok perlakuan perlakuan dengan
ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut
kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian
itu timbul karena adanya ancaman atau
yang telah dilakukan dimana hasil yang
gangguan terhadap sesuatu objek yang
didapatkan sebelum senam otak dan setelah
masih abstrak dan juga takut yang bersifat
senam otak pada kelompok perlakuan
subjektif yang ditandai adanya perasaan
dimana p = 0,000 atau p < 0,05 sehingga Ha
tegang, khawatir dan sebagainya (Purwanto
diterima yang artinya terdapat perbedaan
dkk. 2009). Kecemasan adalah respon
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
senam otak pada anak usia sekolah yang
dan
hospitalisasi.
rutinitasnya
sehari-hari
masalah.
dirawat
di
Reaksi
rumah
dan
dapat
dihubungkan dengan
mengalami hospitalisasi. Hal ini sesuai
Terjemahnya: “Dan “Dan apabila aku sakit, Dia-
dengan penelitian yang dilakukan oleh
lah yang menyembuhkan aku”.
Widianti (2011) yang berjudul “Pengaruh
(QS. Asy-Syu’ Asy-Syu’ ara/80).
Senam Otak Terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah
Makna hal itu berarti jika aku menderita
Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
sakit maka tidak ada seorangpun yang kuasa
Dari hasi analisis data ditemukan bahwa ada
menyembuhkanku
penurunan signifikan pada pa da skor kecemasan
takdirnya yang dikarenakan oleh sebab
anak setelah dilakukan senam otak pada
yang menyampaikannya (Katsir, 2005).
kelompok intervensi bila dibandingkan
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian, maka
dengan kelompok kontrol. Penelitian yang
penurunan kecemasan yang terjadi pada
serupa juga dengan penelitian yang telah
responden, maka itu dikembalikan kepada
dilakukan adalah penelitian yang dilakukan
Yang
oleh Nurul Chosiyah dkk. (2013) yang
terapis, kita hanya sebagai wasilah dan
berjudul “Pengaruh Senam Otak Terhadap
harus diyakinkan kembali kepada orang
Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat
yang
Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi
semata-mata dariNya. Pada awalnya, senam
Waluyo Ungaran. Tujuan penelitian ini
otak sudah dikenal sejak tahun 80-an.
adalah mengetahui pengaruh senam otak
Namun, saat itu masih terbatas untuk orang
terhadap penurunan kecemasan mahasiswa
dewasa saja. Selanjutnya memasuki tahun
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
2000-an, senam otak dikembangkan untuk
Waluyo Ungaran tahun 2012/2013. Analisis
membantu meningkatkan kecerdasan anak-
data yang digunakan dependent T test dan
anak sekolah atau bisa juga untuk bayi.
independent
Gerakangerakan
T
test.
Hasil
penelitian
Maha
selainNya
sesuai
Menyembuhkan.
diterapi
bahwa
kesembuhan
senam
otak
kecemasan
melalui olah tangan dan kaki yang dapat
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan
memberikan rangsangan atau stimulus ke
Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun
otak.
2012/2013, dengan nilai pvalue sebesar
meningkatkan
0,017 (α = 0,05). Allah swt. berfirman
misalnya kewaspadaan, konsentrasi, dan
dalam QS. Asy-Syu’ara Asy-Syu’ara / 80
kecepatan dalam proses belajar, serta
Stimulus
memori, kreatifitas.
itulah
otak,
yang
dilakukan
penurunan
senam
ringan
itu
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam terhadap
dalam
Sebagai
yang
kemampuan
pemecahan Mulanya
masalah, senam
seperti
dapat kognitif,
ataupun otak
dimanfaatkan untuk anak yang mengalami
keseimbangan tubuh, meningkatkan daya
gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit
ingat dan pengulangan kembali terhadap
konsentrasi dan depresi. Akan tetapi, dalam
huruf/angka (dalam waktu 10 minggu),
perkembangannya
meningkatkan ketajaman pendengaran dan
setiap
orang
bisa
memanfaatkannya untu beragam kegunaan.
penglihatan,
Selain dapat meningkatkan kemampuan
membaca,
belajar, senam otak dapat memberikan
komperhensif
beberapa manfaat yaitu berupa: stress
gangguan
emosional berkurang dan pikiran lebih
meningkatkan respon terhadap rangsangan
jernih, hubungan antarmanusia dan suasana
visual (Ayinosa, 2009 dalam Purwanto
belajar/kerja
2009).
lebih relaks dan senang,
mengurangi memori, pada
dan
kemampuan
kelompok
dengan
hingga
mampu
bahasa,
Apabila
kesalahan
seseorang
mengalami
kemampuan berbahasa dan daya ingat
kecemasan maka korteks cerebri (bagian
meningkat,
lebih
berpikir dari otak) mengirimkan tanda
bersemangat, lebih kreatif dan efisien,
bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi
orang merasa lebih sehat karena stress
sistem saraf simpatis (bagian dari system
berkurang, dan prestasi p restasi belajar dan bekerja
saraf otonom yang berfungsi menghasilkan
meningkat. Banyak manfaat yang bisa
energi).
diperoleh dengan melakukan senam otak.
menghasilkan
Gerakangerakan ringan dengan permainan
meningkatkan hormon adrenalin (epinefrin
melalui
dapat
dan norepinefrin). Sehingga mengakibatkan
memberikan rangsangan atau stimulus pada
ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem
otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
saraf
itulah
rang
olah
yang
kemampuan
tangan
menjadi
dan
kaki
Sistem energi
otonom
dapat
meningkatkan
kewaspadaan.
kognitif
(kewaspadaan,
bermanisfetasi
saraf
simpatik
dengan
dan
meningkatnya
Ketegangan sebagai
cara
sakit
motorik kepala,
konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar,
gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas
memori,
sistem
pemecahan
masalah
dan
saraf
otonom
berupa
jantung
kreativitas), menyelaraskan kemampuan
berdebar-debar, nafas pendek, berkeringat
beraktivitas dan berfikir pada saat yang
banyak,
bersamaan, meningkatkan keseimbangan
pencernaan. Meningkatnya kewaspadaan
atau harmonisasi antara kontrol emosi dan
ditandai dengan adanya perasaan mudah
logika, mengoptimalkan fungsi kinerja
marah dan mudah terkejut, serta tidak dapat
panca indera, menjaga kelenturan dan
tidur.
dan
Metode
berbagai
yang
gejala
digunakan
sistem
untuk
membantu
menurunkan
kecemasan
dengan
gangguan
cara
melakukan
pelatihan senam otak dengan menggunakan menggunakan gerakan minum air, gerakan silang, tombol bumi,
tombol
angkasa,
keperawatan pada anak usia sekolah yang mengalami
hospitalisasi
sehingga
bisa
mengurangi kecemasan anak. DAFTAR PUSTAKA
tombol
keseimbangan, kait relaks, dan menguap
Angriani,
Wahid
Kahar,
Nurhidayah.
berenergi. Dengan gerakan – gerakan
Pengaruh Program Bermain Terhadap
senam otak dapat mengaktifkan neocortex
Respon Penerimaan Pemberian Obat
dan saraf parasimpatik untuk mengurangi
Pada Anak Usia Pra Sekolah. Poltekkes
peningkatan hormon adrenalin adrenalin dalam tubuh
Kemenkes Makassar. Volume 5 Nomor.
yang dapat meredakan ketegangan psikis
4.
maupun ketegangan fisik. Sehingga jiwa
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
dan tubuh menjadi relaks dan seimbang.
1/14/elibrary%20stikes%20nani%20
Gerakan
hasanuddin--sriangrian-676-154145075-
senam
otak
diatas
apabila
dilakukan secara teratur dapat menurunkan kecemasan,
dan
dapat
menenangkan
(Purwanto, dkk, 2009).
2014.
1.pdf. (12 Mei 2015). Ariffiani, Mamiek. Hubungan Orientasi Ruangan Yang Dilakukan Oleh Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Di Ruang Parikest
SIMPULAN DAN SARAN
RSUD
Kota
Semarang.
Universitas
Senam otak efektif terhadap penurunan
Muhammadiya
tingkat kecemasan pada anak usia sekolah
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?m
yang mengalami hospitalisasi, dengan nilai
od=browse&op=read&id=jtptunimus
p=0,000 (p<0,05). Sehingga terapi ini
gdl-mamiekarif-5164. (13 Juni 2015)
menjadi salah satu alternatif bagi anak usia sekolah
yang
mengalami
kecemasan.
Mengingat hasil dari penelitian ini sangat bermakna
terhadap
penurunan
tingkat
kecemasan yang dialami oleh anak usia sekolah
yang
mengalami
Semarang.
2009
-
As’adi, Muhammad. Dahsyatnya Senam Otak. Jogjakarta. Diva Press. 2011. Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik:
Prinsip-Prinsip
Pengajaran
Dan Pembelajaran. Jakarta: EGC. 2002.
hospitalisasi dapat
Bolin. Hubungan Penerapan Atraumatic
dimanfaatkan dalam pemberian asuhan
Care dalam Pemasangan Infus terhadap
sehingga
peneliti
menyarankan
Respon Kecemasan Pemasangan Infus
Dan
terhadap Respon Kecemasan pada Anak
Kecemasan Pada Anak Usia Toddler Di
yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang
Ruang Ar- Rahman RSU Haji Makassar.
Irna D Anak Rumah Sakit Dr. M. Djamil
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Padang. Tesis. Fakultas Keperawatan:
Alauddin Makassar. 2015.
Universitas Andalas. 2011.
Penuruna
Mahasiswa
Kecemasan
Tingkat
Akhir
S1
Keperawatan STIKES Ngudi Mulyo Ungaran.
2013.
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah /documents/3423.pdf. (12 Mei 2015) Hidayah, N. dkk. Perawatan Holistik Pada Anak Dalam Perspektif Islam. Makassar: Andira Publisher. 2015.
Teknik
Analis
Data.
Jakarta:
Salemba Medika. 2009. Humayasari,
Andi.
Tingkat
(Tafsir Ibnu Katsir Jilid VI), terj. M. Abdul Ghoffar. Cet. IV; Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’I, asy-Syafi’I, 2005. Nursalam.
Konsep
Metodologi
dan
Penerapan
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Purwandari. Pengaruh Terapi Seni dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Usia
Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan
Terhadap
Katsir. Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir
Chosiyah, N. dkk. Pengaruh Senam Otak Terhadap
Origami
Sekolah
yang
Menjalani
Hospitalisasi di Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. 2009.
Pengaruh
Terapi
Purwanto, S., & Widyaswati, R. Manfaat
Bermain Terhadap Respon Penerimaan
Senam
Pemberian Obat Injeksi Pada Anak Usia
Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada
Sekolah di RSUD H. PADJONGA DG.
Anak
NGALLE.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstre
Takalar.
2013.
Otak
(Brain
Gym)
Dalam
Sekolah.
2009.
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
am/handle/11617/2068/9.pdf?sequ
1/5/elibrary%20stikes%20nani%20hasa
ence=1. (13 Juni 2015)
nu ddin--junaidi-203-1-artikel-0.pdf. (12 Mei 2015) Juwita,
Helmi.
Ramdaniati,
Sri.
Analisis
Determinan
Kejadian Takut Pada Anak Pra Sekolah Efektivitas
Intervensi
Multimodal Terapi Bermain: Mewarnai
dan
Sekolah
yang
Mengalami
Hospitalisasi di Ruang Rawat Anak RSU
Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok:
Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai
Fakultas Ilmu Keperawatan Program
Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Magister
Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng
Keperawatan
Universitas
Indonesia. 2011.
Tarunadibrata
Sari, E. Pengaruh Terapi Bermain Dengan Teknik
Bercerita
Terhadap
Tingkat
Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah Di Ruang Rawat Inap Anak Di Rsi Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi. 2014.
Purbalingga.
Jurnal
Kesehatan Samudra Ilmu, 3. 2012. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16 /jhptump-a-suryantiso-761-1pengaruh.pdf. (12 Mei 2015) Tafsir Al-Misbah Volume 6. Jakarta: LenteraHati. 2009.
http://jurnal.umsb.ac.id/wpcontent/uplo ads/2014/09/pdfJURNA L.pdf. (12 Mei 2015)
Utami. “Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak”. Jurnal Ilmiah WYDIA
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G.
Vol
2,
no.
2
(2015).
http://download.portalgaruda.org/article
Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah
.php?article=250294&val=
Brunner & Suddarth. Vol. 3. Jakarta :
6690&title=DAMPAK%20HOSPIT
EGC. 2002
ALISASI%20TERHADAP%20PERKE
Solikhah, Umi. Pengaruh Therapeutik Peer Play
Terhadap
Kecemasan
Dan
MBANGAN%20ANAK. MBANGAN%20ANA K. (6 Juni J uni 2015). Widianti, C. R. Pengaruh Senam Otak
Kemandirian Anak Usia Sekolah Selama
Terhadap
Kecemasan
Hospitalisasi Di Rumah Sakit Wilayah
Hospitalisasi
Pada
Banyumas. Tesis. Fakultas Keperawatn:
Sekolah Di Rumah Sakit Pantih Rapih
Universitas Indonesia. 2011
Yogyakarta.
Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi Methods).
Tesis. Universitas
Usia
Pra
Fakultas Indonesia.
2011.
5. Jakarta: EGC. 2006.
(Mixed
Keperawatan:
Anak
Akibat
Bandung:
Alfabeta.2014.
Wijayanti, Pradita Dwi. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Regresi Anak Prasekolah Saat Hospitalisasi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Suryanti, S., & Yulistiani, M. Pengaruh
Jakarta. Skripsi. Jakarta: Program Studi
Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2009. Wong. D.L. Pedoman Klinis Keperawatan P ediatrik. (Edisi 4). (Monica Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC. 2004.
ANALISA JURNAL
1. Judul Jurnal Pengaruh Senam Otak Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi 2. Kata Kunci Anak Usia Sekolah, Kecemasan, Senam Otak 3. Penulis Jurnal Sarifah M Arbianingsih Huriati 4. Latar Belakang Masalah Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut, karena me reka berfikir bahwa mereka akan disakiti.
Stres pada hospitalisasi akan menimbulkan
perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun keluarga, keluar ga, sehingga diperlukan proses penyesuaian diri untuk mengurangi, meminimalkan stress supaya tidak berkembang menjadi krisis. Reaksi anak dan keluarganya terhadap sakit dan ke rumah sakit baik untuk rawat inap maupun rawat jalan adalah dalam bentuk kecemasan, stres hospitalisasi dan perubahan perilaku. (Wong, 2004). Salah satu media terapi dalam menurunkan kecemasan adalah senam otak. Senam otak merupakan rangkaian gerakan sederhana yang merangsang kerja otak dan fungsi otak secara maksimal. Senam otak ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor pendidik di Amerika serikat dalam penerapan peneliti an otak. Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian- bagian bagian otak yang sebelumnya sebelumnya tertutup atau terhambat (As’adi, 2011). 5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap kecemasan pada anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi. hospitalisasi. 6. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode True Eksperimental dengan pendekatan pretest post test control group design dengan sampel sebanyak 14 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 7 responden sebagai kelompok perlakuan dan 7 responden sebagai
kelompok kontrol, pemilihan sampel mengggunakan teknik Random Alokasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen berupa kecemasan dan variabel independen berupa senam otak. Instrumen penelitian disusun berdasarkan modifikasi pengukuran ZSRAS (Zung Sel-Rating Anxiety Scale) dan T-AMS (Tailor Manifest Anxiety Scale).
Kriteria Inklusi: 1) Pasien anak yang dirawat di ruang perawatan anak Rumah Sakit. 2) Pasien anak yang berusia 6-12 tahun. 3) Pasien anak dan keluarga yang bersedia menjadi responden. 4) Pasien anak yang mengikuti intervensi 2 kali dalam sehari selama 2 har i.
Kriteria Eksklusi: 1) Pasien usia sekolah yang mengalami kelemahan dan keterbatasan gerak, seperti fraktur, parese, cerebral palsy. 2) Pasien anak dan keluarga yang tidak kooperatif.
Dalam rancangan penelitian ini mengambil jenis “pr etest pos test control group design” dimana kelompok perlakuan diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan yang kemudian diukur dengan post test setelah perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tanpa dilakukan perlakuan. pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan kuisioner ZSRAS (Zung SelRating Anxiety Scale) dan T-AMS (Tailor Manifest Anxiety Scale). Pertama-tama dilakukan inform concent dan pretest maka keesokan harinya pada kelompok perlakuan di berikan senam otak, terapi ini dil akukan sebanyak 4 kali selama 2 hari, namun pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan selama 2 hari, dan keesokan harinya diberikan post test kepada responden, terkhusus pada kelompok kontrol setelah post test, peneliti memberikan leaflet tentang terapi senam otak, sehingga responden kelompok kontrol dan keluarganya dapat mengetahui terapi senam otak. Pengolahan data menggunakan software statistik dengan uji Independent ttest, Fisher’s Exact Test, dan Kolmogorof Smirnow. Hasil pengolahan data disajikan ke dalam tabel frekuensi dan distribusi serta penjelasan dalam bentuk narasi. 7. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kecemasan sebelum dan sesudah senam otak. Dimana sebelum dilakukan senam otak
pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada anak yang mengalami cemas ringan sedangkan pada cemas sedang sebanyak 7 orang. Setelah senam otak yang dilaksanakan selama 4 kali selama 2 hari terjadi penurunan kecemasan pada semua responden dimana sebanyak 7 mengalami cemas ringan. Pada kelompok kontrol anak yang mengalami cemas ringan sebanyak 2 orang dan cemas sedang sebanyak 5 orang. Setelah 4 kali perlakuan selama 2 hari, kecemasan pada kelompok kontrol sebanyak 2 orang cemas ringan, dan sebanyak 5 orang mengalami cemas sedang. Kelompok kontrol pada pre dan post tidak ti dak ada perubahan, namun sebagian responden ada yang menurun kecemasannya dan adapula yang meningkat. Berdasarkan hasil observasi skor cemas didapatkan ada 2 responden yang mengalami peningkatan kecemasan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan dari peneliti, bahwa responden 1 mengatakan selalu ingin pulang, dan pada responden 2 dikarenakan responden terkadang mengeluh kesakitan pada bekas luka oprasi pada bagian perutnya dan responden tidak suka dengan lingkungan rumah sakit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dimana hasil yang didapatkan sebelum senam otak dan setelah senam otak pada kelompok perlakuan dimana terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/join/article/view/1993 (Google (Google Schoolar). https://googleweblight.com/?lite_url=https://prelo.co.id/blog/cara-menganalisa-jurnal-artikeldengan-baik-dan-benar/&ei=TWVsu7pM&lc=idID&s=1&m=176&host=www.google.co.id&ts=1519532408&sig=A ID&s=1&m=176&host=www.goog le.co.id&ts=1519532408&sig=AOyes_TErJBFMeC36BZ Oyes_TErJBFMeC36BZ ql4_dseGaAOS3bA https://googleweblight.com/?lite_url=https://akhmad315.wordpress.com/2013/06/13/contohanalisa-jurnal-keperawatan/&ei=T_9U4z4C&lc=idID&S=1&m=176&host=www.google.co.id&ts=15195324 ID&S=1&m=176&host=www.g oogle.co.id&ts=1519532408&sig=AOyes_S23v6XGq 08&sig=AOyes_S23v6XGqhVgdo hVgdo GgOk_Syjn4JC3vg