PRESENTASI KASUS ANASTESI PADA PASIEN PASIEN ANAK DENGAN ASMA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anatei Anatei !an Reanimai Di RS PKU Muhamma!iyah "#gyakarta
Diajukan Kepa!a "th $ !r% Ar!i Pram#n#& Sp An%& M%Ke
Diajukan 'leh $ Danita D(ityana Gamal(an )**+*,-**).
BAGIAN I/MU ANASTESI DAN REANIMASI UNI0ERSITAS MU1AMMADI"A1 "'G"AKARTA RS PKU P KU MU1AMMADI"A1 "'G"AKARTA "'G"AKARTA )*-.
/EMBAR PENGESA1AN
PRESENTASI KASUS ANASTESI PADA PASIEN PASIEN ANAK DENGAN ASMA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anatei Anatei !an Reanimai Di RS PKU Muhamma!iyah "#gyakarta
Diuun #leh $ Danita D(ityana Gamal(an )**+*,-**).
Mengetahui D#en Penguji Klinik
!r% Ar!i Pram#n#& Sp An%& M%Ke
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 2
/EMBAR PENGESA1AN
PRESENTASI KASUS ANASTESI PADA PASIEN PASIEN ANAK DENGAN ASMA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anatei Anatei !an Reanimai Di RS PKU Muhamma!iyah "#gyakarta
Diuun #leh $ Danita D(ityana Gamal(an )**+*,-**).
Mengetahui D#en Penguji Klinik
!r% Ar!i Pram#n#& Sp An%& M%Ke
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 2
BAB I PENDA1U/UAN
Peng Pengel elol olaa aan n
pasi pasien en deng dengan an peny penyak akit it asma asma sela selama ma
pemb pembed edah ahan an
membutuhkan terapi khusus berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium yang yang seks seksam amaa untu untuk k meng mengura urang ngii komp kompli lika kasi si selam selamaa dan dan pasc pascaa oper operasi asi.. Masalah Masalah paru adalah adalah penyeba penyebab b umum umum morbid morbiditas itas dan
mortal mortalitas itas selama selama
pembedahan. Berdasarkan frekuensinya, 1,2-4% pasien yang menalani prosedur bedah mayor dilaporkan
mempunyai penyakit asma. !omplikasi
pada pasien dengan penyakit paru telah didokumentasikan, hanya "% dari pasien dengan pra operasi normal fungsi paru yang akan berkembang menadi atelektasis atau pneumonia, sedangkan #$% dari pasien dengan penyakit paru obstru obstrukti ktiff kronik kronik dengan dengan perub perubaha ahan n fungsi fungsi paru paru akan akan menemu menemuii beberap beberapaa kesu kesuli lita tan. n. hni hnide derr melap melapor orka kan n bah& bah&aa ',(% ',(%
pasie pasien n tanp tanpaa geal gealaa asma asma
sebelum sebelumny nyaa menga mengalam lamii bronko bronkospas spasme me selama selama operasi operasi.. )old )old dan *elrich *elrich menemu menemukan kan 24% inside insiden n dari dari operasi operasi dan kompli komplikas kasii pasca pasca operasi operasi pada pada populasi asma, sangat berbeda keadiannya dengan 14% dalam kelompok kontrol. +sma +sma merupa merupakan kan kelain kelainan an yang yang banyak banyak teradi teradi pada pada (-#% (-#% popul populasi. asi. enisnya berupa inflamasi dan hipereaktiitas bronkus sebagai respon terhadap berbagai macam stimulasi. ecara klinis, asma dimanifestasikan sebagai episod episodee seranga serangan n sesak sesak nafas nafas yang yang reersi reersible ble akibat akibat kontrak kontraksi si otot otot polos polos bronkus, edema dan peningkatan sekresi. )eal )ealaa-ge geal alaa asma asma yang yang umum umum tera teradi di sepert sepertii sesak sesak napa napas, s, batu batuk, k, &heing, dan sampai sulit bernapas. Penyebab klasik yang memicu teradinya asma asma antara antara lain/ lain/ substan substansi si udara udara seperti seperti poluta polutan, n, serbuk serbuk sari, sari, debu, debu, dan beberapa uap kimia. timulasi psikologi 0seperti emosi, stres, cemas, cuaca, penggunaan obat +3 0seperti aspirin, ibuprofen, olah raga. 3nfeksi saluran napas oleh karena irus.2
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 3
BAB II /AP'RAN KASUS -%
IDENTITAS PASIEN
3%
-% ama
/ +n. 3
-% enis !elamin
/ 5aki-laki
)% 6mur
/ 12 tahun
,% +lamat
/ 7iireo, Pandak, Bantul
.% +gama
/ 3slam
2% Pekeraan
/ Pelaar
ANAMNESIS
!eluhan 6tama yeri pada siku tangan kiri 8i&ayat Penyakit ekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri pada siku tangan kiri, nyeri dirasakan seak 4 hari yang lalu setelah teratuh dari gerobak dengan posisi menahan tubuh dengan menggunakan siku tangan kiri. Pingsan 0- mual 0- muntah 0- 8i&ayat Penyakit ahulu
a. 8i&ayat *ipertensi b. 8i&ayat iabetes Mellitus c. 8i&ayat +sma d. 8i&ayat +lergi ;bat e. 8i&ayat operasi sebelumnya -%
8i&ayat Penyakit !eluarga
a. 8i&ayat *ipertensi b. 8i&ayat iabetes Mellitus c. 8i&ayat +sma d. 8i&ayat +lergi ;bat 4%
/ disangkal / disangkal / 09 serangan teradi 2: dlm sebulan terakhir / disangkal / disangkal
/ disangkal / disangkal / 09 ibu / disangkal
PEMERIKSAAN 5ISIK -%
tatus )eneralis !eadaan 6mum
/ Baik
)ii
/ Baik
Berat Badan
/ 4$ kg
/ 1($ cm
!esadaran
/ =ompos mentis
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 4
)%
,%
>ital ign
/ 12$?@$ mm*g
adi
/ AA kali?menit
8espirasi
/ 2$ kali?menit
uhu
/ "',( deraat celcius
tatus 5okalis -%
!epala dan leher Mata
/ konungtia anemis 0-?-, sklera ikterik 09?9
*idung
/ sekret 0-
Mulut
/ sianosis 0-, gigi goyah ? palsu 0-
/ sekret 0-, pendengaran baik
5eher
/ glandula thyroid di tengah, pembesaran limfonodi 0-,
>P tidak meningkat, deiasi trakea 0- )%
3 / Pengembangan paru kanan kiri P / Cremitus raba kanan kiri P / onor - onor +/ uara dasar esikuler 09?9 uara tambahan / &heeing 0-
antung
3 / 3ctus cordis tidak tampak P / 3ctus cordis teraba P / =ardiomegali + / Bunyi antung 3-33 intensitas normal, reguler, bisin0-
+bdomen
3
/ tidak ada tanda peradangan, scar 0- , distended 0-
+
/ Peristaltik usus 09 normal
P /< D09 P / hipertympani, hepatomegali 0- Pemeriksaan ekstremitas uperior
/
3nferior
/ pucat 0-?-, hiperpigmentasi 0-?-, palmar eritem 0-?-, edem 0-?-, akral hangat 09?9 , =8< E 2 detik
.%
PEMERIKSAAN PENUN6ANG
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 5
a% Pemeriksaan arah Pemerikaan 5ekosit *emoglobin *ematokrit
R#ntgen elb#( AP7/ R#ntgen Th#ra: PA 2%
1ail A2$$ 14,4 41 "((.$$$ 1",@ "2,( ; egatie @@
$ Tampak gari 8raktur upra9#n!iler humeri initra $ Dalam Bata N#rmal
DIAGN'SIS •
=losed Craktur upracondiler *umeri inistra
•
+sma Bronkiale 3ntermitten
KESIMPU/AN
+nak laki-laki usia 12 tahun dengan diagnosis closed fraktur supracondiler humeri sinistra dengan asma bronkiale intermitten tidak dalan serangan, ++ 33.
;%
PENATA/AKSANAAN
8encana ;83C
/AP'RAN ANASTESI
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 6
P8D;PD8+<3C •
Daluasi pre-operasi/ Puasa 09, ri&ayat asma 09 +lergi obat 0-
•
!lasifikasi ++ 33
•
)eneral +nestesi 5aryngeal Mask +ir&ay
•
!6 sebelum op/ =M. </ 12$?@$, suhu/ "',2 adi / AA :?menit, 8espirasi 1A:?menit. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
•
5ama operasi/ 11.4( F 12."$ 04( menit
•
+lat monitoring/ line.
P8DMD3!+3 •
am 11."$/ Morfin 1$ mg
3<8+;PD8+<3C •
3nduksi / Propofol '$ mg
•
isungkupkan halothan " ol 9 oksigen G 2$ 01/1
•
Bagging selama 2 menit
•
Pemasangan 5M+
•
ialirkan *alothan " ol% 9 oksigen 9 2$ sebagai anestesi rumatan
•
>entilasi dilakukan dengan bagging
•
;perasi mulai
•
3neksi e:amethason ( mg
•
3neksi ;ndancetron 4 mg
•
3neksi ceftria:on 2 gr
•
;perasi berakhir 12."$ dengan tanda ital tensi 11#?'( mm*g, nadi 'A kali,saturasi 1$$ %
•
Perdarahan saat operasi sangat minimal
P;<;PD8+<3C •
;perasi berakhir pukul 12."$ 73B.
•
elesai operasi pasien dipindahkan ke 8uang Pemulihan 0 Recovery Room, pasien segera diberi bantuan oksigenasi melalui =anul ; 2 " lt?menit, melanutkan pemberian cairan, dan diobserasi terus dipantau setiap 1( menit dinilai pernafasan, tekanan darah, dan nadi.
•
3nstruksi Post ;perasi /
•
Pasien dira&at dengan infus 85 2$ tpm, ketorolac ":"$ mg, ika mual muntah beri ondansentron. BAB III
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 7
PEMBA1ASAN
*iperesponsif alan napas, gangguan aliran udara dan hipersekresi mukosa pada penderita asma merupakan faktor predisposisi timbulnya komplikasi respirasi selama dan sesudah tindakan bedah. !omplikasi pembedahan pada asma tergantung pada beberapa faktor yaitu berat penyakit saat pembedahan, enis pembedahan 0bedah toraks dan abdomen bagian atas mempunyai risiko lebih tinggi dan enis anestesi 0anestesi umum dan penggunaan pipa endotrakeal mempunyai risiko lebih tinggi. Caktor-faktor tersebut perlu dinilai? ealuasi termasuk pemeriksaan spirometri. ika memungkinkan ealuasi penilaian tersebut dilakukan beberapa hari sebelum operasi, untuk memberikan kesempatan pengobatan tambahan. Bila didapatkan >DP1 E A$% nilai terbaik? prediksi, maka pemberian kortikosteroid akan mengurangi obstruksi alan napas 0bukti =. Pada penderita yang mendapat kortikosteroid sistemik dalam ' bulan terakhir, sebaiknya diberikan kortikosteroid sistemik selama operasi yaitu hidrokortison 3> 1$$ mg atau ekialennya setiap A am dan segera diturunkan dalam 24 am pembedahan. *arus diperhatikan pemberian kortikosteroid angka lama dapat menghambat penyembuhan luka 0bukti =. 6ntuk penderita asma stabil yang akan di bedah dianurkan pemberian aminofillin infus 4 am sebelum operasi dan kortikostroid ineksi 2 am sebelum pembedahan untuk mencegah teradi bronkospasme. ari anamnesis dapat ditentukan bah&a pasien ini termasuk dalam klasifikasi ++ 33. Menentukan status fisik dengan klasifikasi ++ 0+merican ociety +nesthesiology/ •
++ 3 / Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,
•
biokimia&i, dan psikiatris. +ngka mortalitas 2%. ++ 33 / Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang
•
sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. +ngka mortalitas 1'%. ++ 333/ Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktiitas harian
•
terbatas. +ngka mortalitas "A%. ++ 3>/ Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam i&a, tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal / insufisiensi fungsi organ, angina menetap.
•
+ngka mortalitas 'A%. ++ > / Pasien dengan kemungkinan hidup kecil.
•
operasi. +ngka mortalitas @A%. ++ >3/ Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil 0didonorkan
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 8
•
6ntuk operasi cito, ++ ditambah huruf D 0Dmergency terdiri dari kega&atan otak, antung, paru, ibu dan anak.
Pemberian obat premedikasi bertuuan/ a Menimbulkan rasa nyaman pada pasien 0menghilangkan kekha&atiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi b Memudahkan?memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi c Mengurangi umlah obat-obatan anestesi d Mengurangi timbulnya hipersaliasi, bradikardi, mual, dan muntah pasca anestesi e Mengurangi stress fisiologis 0takikardia, nafas cepat, dll f Mengurangi keasaman lambung ;bat premedikasi yang di pilih pada pasien ini adalah morfin. osis premedikasi de&asa (-1$ mg 0$,1-$,2 mg?kgBB intramuskular. iberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menelang operasi, dan agar anestesi beralan dengan tenang dan dalam. !emudian dilanutkan dengan propofol '$ mg. Bentuk cairan, emulsi isotonik, &arna putih seperti susu dengan bahan pelarut minyak kedelai G postasida telur yang dimurnikan. -
propolol H arang pada anak karena sakit G iritasi pd saat pemberian -
+nalgetik tidak kuat
-
apat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance
-
;bat setelah diberikan H didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.
-
Metabolisme di lier dan metabolit tidak aktif dikeluarkan le&at ginal.
-
aat dipakai untuk induksi uga dapat teradi hipotensi karena asodilatasi
dan apnea seenak Dfek amping/ Bradikardi, ausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar, Dkstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan. osis berlebihan dapat mendepresi antung dan pernapasan. ebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan alan napas, ginal, lier, syok hipoolemik.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 9
elanutnya di berikan e:amethason 0kortikosteroid. Mekanisme keranya kemungkinan dengan menurunkan inflamasi, edema, sekresi mukosa, kontriksi otot polos, stabilisasi membran mast sel. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya membutuhkan &aktu beberapa am. teroid dapat diberikan melalui inhalasi. teroid intraena yang sering digunakan meliputi hidrokortisone 1$$ mg tiap A am dan metilpredisolon $,( mg?kg setiap ' am pada asma bronkiale dan dosis lebih besar pada eksaserbasi asma berat. !ortikosteroid dapat meningkatkan efek langsung pada otot polos, kortikosteroid uga meningkatkan umlah reseptor beta 2 adrenergik dan responnya terhadap agonis beta 2 adrenergik. Penggunaan laryngeal mask air&ay 05M+ menurunkan bronkospasme, tapi tidak menghilangkan resiko bronkospasme sebagai akibat dari tindakan laringkoskopi. 8esiko tambahan pada penggunaan 5M+ ketidak mampuan untuk entilasi selama bronkospasme karena tekanan inspirasi dapat menambah penutupan 5M+ pada laring. Iang paling bagus 5M+ proseal yang dapat mengatasi keterbatasan itu. +gent inhalasi anestesi seperti halothan akan menyebabkan bronkodilatasi dan dapat digunakan untuk mencegah teradinya bronkospasme. *alothan berpengaruh pada diameter air&ay dengan cara memblok reflek air&ay dan efek langsung relaksasi otot polos air&ay. amun hati-hati dalam penggunaannya pada pasien dengan gangguan antung karena efek depresi miokardial dan efek aritmianya. 3sofluran dan desfluran dapat pula menimbulkan bronkodilator dengan deraat yang setara tetapi harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya iritasi ringan di alan napas. eofluran tidak terlalu berbau 0tidak menusuk dan memiliki efek bronkodilator serta sifatnya tidak iritasi di alan napas. +gen inhalasi halothane lebih efektif sebagai bronkodilator dibandingkan dengan isoflurane, namun bila dibandingkan dengan desfluran, desflurane dapat menyebabkan batuk dan dapat mencetus bronkospasme. amun halotan tidak ideal pada pasien yang menderita kelainan antung karena halotan dapat mengakibatkan disaritmia karena efek katekolamin release. +lternatif lain untuk
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 10
menurunkan reflek pada alan nafas dapat diberikan 1,( mg?kg i. 1-" menit sebelum intubasi. Pada saat intraoperatif sampai post operatif tidak ada kelainan atau penyulit yang bermakna, pada saat post operatif kondisi pasien cukup dalam keadaan baik. ;perasi berakhir pada pukul 1$.4( dengan tanda ital tensi 11(?'(
mm*g, nadi ('
kali,saturasi 1$$ %. elesai operasi pasien dipindahkan ke 8uang Pemulihan 0 Recovery Room, pasien segera diberi bantuan oksigenasi melalui =anul ; 2 " lt?menit, melanutkan
pemberian cairan, dan diobserasi terus dipantau setiap 1( menit dinilai pernafasan, tekanan darah, dan nadi. 3nstruksi Post ;perasi / Pasien dira&at dengan infus 85 2$ tpm, ketorolac ":"$ mg , ika mual muntah beri ondansentron. Pera&atan pasien pasca operasi sudah tepat pasien diberikan manaemen terapi cairan dengan 85 sebagai cairan resusitasi dan ketorolac sebagai obat analgetik yang berfungsi untuk meredakan rasa nyeri pasca operasi.
BAB I0 TIN6UAN PUSTAKA
DE5INISI ASMA
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 11
Penyakit asma adalah penyakit kronik yang merupakan gangguan inflamasi
saluran
pernafasan
yang
dihubungkan
dengan
hiperesponsif,
keterbatasan aliran udara yang reersible dan geala pernafasan. Menurut )3+ 0)lobal 3nitiatie for +sma asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas respiratorik dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit <. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode &heeing berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya malam hari atau dini hari. )eala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan saluran respiratorik yang luas namun berariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reersibel baik secara spontan maupun
dengan
pengobatan.
3nflamasi
ini
uga
berhubungan
dengan
hiperaktiitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan. +sma adalah penyakit saluran napas kronik akibat teradinya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita yang peka hal ini menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi, banyak dahak, sesak napas, dan tidak enak didada terutama pada malam hari atau pagi hari. +sma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensiitas cabang-cabang tracheobronchial terhadap pelbagai enis rangsang. !eadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodik dan reersibel akibat bronkospasme. Pat#8ii#l#gi Ama Pathofisiologi asma melibatkan pelepasan mediator kimia&i ke alan napas dan mungkin pula adanya aktiitas yang berlebihan dari sistem saraf parasimpatis. ubstansi yang terhirup dapat menimbulkan bronkospasme melalui respon imun spencifik dan non spencifik oleh daya degranulai sel mast bronkial. Pada asma alergi yang klasik antigen berikatan dengan 3g D di permukaan sel mast dan menyebabkan degranulasi, bronkokontriksi merupakan hasil dari pelepasan histamin berikutnya / bradikninJ leukotrien =, , dan DJ platelet actiating-factor, prostaglandin 0P), P)D2, P)C2 alfa, dan P)2J dan factor netrofil eosinofil kemotaktik.2 edikitnya ada 2 enis <-helper 0
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 12
=C,
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 13
remondeling, hiperplasia dan hipertropi kronis otot polos, askuler dan sel-sel sekretori serta deposisi matrik pada diding saluran respiratorik. elain itu hambatan saluran respiratorik uga bertambah akibat produksi sekret yang banyak, kental, dan lengket oleh sel goblet dan kelenar submukosa, protein plasma yang keluar melalui mikroaskuler bronkus dan debris seluler.1' Peran serotonin, suatu bronkokonstriktor, belum diketahui pada manusia. istim saraf parasimpatik memainkan peran penting dalam menaga tonus normal bronkial. +ktifasi reflek agal teradi pada bronkokontriksi yang dimediasi oleh peningkatan siklik guanosin monofosfat intraseluler 0c)MP. 2 elama serangan asma, bronkokontriksi, oedem mukosa, dan sekresi yang teradi akan meningkatkan tahanan aliran gas disetiap tempat alan napas yang lebih rendah.
)ambar 2. Bronkus ormal dan Bronkus +smatik
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 14
Eti#l#gi Ama • *erediter • !ebiasaan / polusi udara, stress, makanan • +lergi / rokok, udara dingin, aning, kucing, debu • ;bat / obat nyeri seperti +3 Gejala !an tan!a ama • Mengi saat ekspirasi • Batu berat pada malam hari dada sesak yang teradi berulang dan nafas
•
tersengal-sengal. *ambatan pernafasan yang reersibel secara berariasi selama siang hari. +danya peningkatan geala pada saat olah raga, infeksi irus, paparan
•
terhadap alergan, dan peruahan musim.
•
Klai8ikai Ama Berdasarkan etiologi / • +sma intrinsik +sma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan. • +sma ekstrinsik Penyakit asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi genetik yang
berhubungan dengan 3gD sel mast dan respon eosinofil terhadap alergan. Ditinjau !ari berat ringannya penyakit
D8++<
)D+5+
)D+5+ M+5+M
C6)3 P+86
+M+
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 15
3
• • • •
)eala E 1:?minggu
E 2 kali sebulan
>DP1 atau +PD O A
%$normal di luar serangan. PD83
•
)eala O 1:?minggu tapi E
O 2 kali seminggu
>DP1 atau +PD O
•
1:?hari erangan dapat mengganggu
>DP1 atau +PD O
•
)eala harian O sekali Menggunakan obat setiap hari seminggu erangan mengganggu aktiitas
•
dan tidur erangan 2:?minggu, bisa
A$% normal
aktiitas dan tidur. PD83
• •
'$% tetapi E A$% normal
berhari F hari PD83
•
)eala terus menerus
!ontinu
•
+ktiitas fisik terbatas
•
ering serangan
ering
>DP1 atau +PD E A$% normal
umber / Perhimpunan okter Paru 3ndonesia, +sma Pedoman G Penatalaksanaan di 3ndonesia, 2$$4
Ditinjau Dari Gejala Klini -% Serangan asma ringan : dengan geala batuk, mengi dan kadang-kadang
sesak, a ;2 @(% udara ruangan, PDC8 lebih dari 2$$ liter per menit, CD> 1 lebih dari 2 liter, sesak nafas dapat dikontrol dengan bronkodilator dan faktor pencetus dapat dikurangi, dan penderita tidak terganggu melakukan aktiitas normal sehari-hari. )% Serangan asma sedang $ dengan geala batuk, mengi dan sesak nafas &alaupun timbulnya periodik, retraksi interkostal dan suprasternal, a; 2 @2@(% udara ruangan, PDC8 antara A$-2$$ liter per menit, CD> 1 antara 1-2 liter, sesak nafas kadang mengganggu aktiitas normal sehari-hari. ,% Serangan asma berat $ dengan geala sesak nafas telah mengganggu aktiitas sehari-hari secara serius, disertai kesulitan untuk berbicara dan atau kesulitan untuk makan, bahkan dapat teradi serangan asma yang mengancam i&a Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 16
yang dikenal dengan status asmatikus. +sma berat bila a; 2 @1%, PDC8 A$ liter per menit, CD>1 $,#( liter dan terdapat tanda-tanda obstruksi alan nafas berat seperti pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal dan suprasternal, pulsus paradoskus 2$ mm*g, berkurang atau hilangnya suara nafas dan mengi ekspirasi yang elas. Terapi $ • on Carmakologi yaitu melalui pencegahan • Carmakologi dengan menggunakan obat hort acting L2 agonsts 0salbutamol, terbutalin o o +ntiklinergik o !ortikosteroid PENANGANAN ANESTESI PRE'PERATI5 E
penting untuk mencegah ataupun mengendalikan keadian asma attack, baik intraoperatif maupun postoperatif. Maka diperlukan ealuasi yang meliputi ri&ayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan fungsi paru-paru, dan analisa gas darah, foto rontgen thora:. 1' 1. 8i&ayat Penyakit Meliputi lama penyakitnya, frek&ensi serangan, lama serangan atau berat serangan, faktor-faktor yang memperngaruhi serangan, ri&ayat penggunaan obatobatan dan hasilnya, ri&ayat pera&atan dirumah sakit, ri&ayat alergi 0makanan, obat, minuman, 8i&ayat serangan terakhir, beratnya, dan pengobatannya.4 Bila baru-baru ini mendapat infeksi saluran napas atas dan menimbulkan serangan maka operasi elektif sebaiknya ditunda 4-( minggu untuk mencegah reaktifitas alan napas." 2. Pemeriksaan Cisik
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 17
sedikit atau tidak ada &heing 0alan napas tertutup, sedikit gerakan udara, dan &heing menurun. ( ". Pemeriksaan 5aboratorium Pada asma eosinofil total dalam darah sering meningkat. umlah eosinofil ini selain untuk menilai cukup tidaknya dosis terapi kortikosteroid dan dapat uga untuk membedakan asma dengan bronchitis khronis. Pada pemeriksaan sputum selain didapatkan eosinofil, uga dapat ditemukan adanya kristal charcat leyden, spiral churschman dan mungkin uga miselium aspergilus fumigates. 4 4. Pemeriksaan 8ontgen 1 dan arus puncak ekspirasi 0PDC8. 5ebih bagus lagi bila dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelumnya. ormalnya nilai olum ekspirasi paksa 0CD>1 untuk laki-laki adalah lebih dari " liter dan lebih 2 liter untuk &anita. ilai normal arus puncak ekspirasi 0PDC8 adalah lebih dari 2$$ 5?.mnt 0 pada laki-laki de&asa muda lebih dari ($$ 5?mnt. ilai PDC8 kurang dari 2$$ 5?mnt pada pria 0 E 1($ 5?mnt pada &anita menunukkan gangguan efektiitas batuk dan akan meningkatkan komplikasi pasca bedah. *asil CD>1 atau PDC8 E ($% menunukan asma sedang sampai berat. ilai PDC8 E 12$ l?mnt atau CD>1 1 liter menuukan obstruksi berat. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena sering teradi ketidaksesuaian gambaran klinis asma dengan fungsi paru. Penderita yang baru sembuh dari serangan akut atau penderita asma kronik sering tidak mengeluh, tetapi setelah diperiksa ternyata obstruksi saluran napas. Pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien-pasien yang menderita penyakit paru-paru sedang sampai
berat
yang
menalani
operasi
yang
berdampak
pada
sistem
respirasi.Pemeriksaan ini uga dapat memprediksi terhadap resiko komplikasi paru postoperatif dan memprediksi kebutuhan bantuan entilasi dan respon pengobatan Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 18
0Bronkodilator. '. Pemeriksaan +nalisa gas darah Pemeriksaaan analisa gas darah biasanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma yang berat. !eadaaan ini bisa teradi hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis respiratorik. !ondisi yang berat akan meningkatkan resiko komplikasi paru-paru. #. Cisioterapi dada. Merupakan istilah umum yang dipakai untuk membersihkan alan napas. 3ndikasi fisoterapi dada dapat akut dan sebagai profilaksis. !eadaan akut untuk dilakukan fisioterapi adalah pada pasien- pasien dengan retensi sputum yang berlebihan atau abnormal akibat batuk yang terus menerus atau pada pasien yang batuknya sangat lemah.
Pengel#laan pre#perati8
5angkah pertama persiapan penderita dengan gangguan pernapasan yang menalani pembedahan adalah menentukan reersibilitas kelainan. Proses obstruksi yang reersible adalah bronkospasme, sekresi terkumpul dan proses inflamasi alan napas. ;bstruksi yang tidak reersible dengan bronkodilator misalnya adalah empisema, tumor. Pasien dengan bronkospasme yang frekuen harus diobati dengan preparat bronkodilator yang berisi L-adenergik agonis, dosis terapi teopilin dan kortikosteroid.2 Pada pasien dengan serangan asma balans cairan dan elektrolit perlu dipelihara, pada kondisi ini pasien sering mengalami dehidrasi. Terapi me!i Preparat yang digunakan untuk asma adalah sebagai berikut /
a. impatomimetik, atau beta 2 adrenergik agonis, menyebabkan bronkodilatasi melalui relaksasi otot polos yang diperantarai oleh =yclic adenosine monophosphate 0c+MP. ;bat-obat ini uga menghambat antihistamin dan uga neurotransmiter kolinergik. 1 ;bat dengan selectie beta 2 adrenergik. Misalnya albuterol0entolin 2 puffs atau lebih dengan M3 setiap "-4 am atau $,(m5?2m5 salin setiap
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 19
4-' am. almeterol0sereent 2 puff dengan M3 setiap 12 am dan metaproterenol0+lupent 2 atau lebih puffs dengan M3 setiap "-4 am atau $,(m5?2m5 salin setiap 4-' am. Pasien-pasien yang menggunakan terapi L-bloker hendaknya L bloker yang tidak menimbulkan spasme bronkus seperti atenolol atsumetropolol atau esmolol." 2 ;bat dengan campuran beta 1 dan beta 2 adrenergik meliputi epinefrin 0adrenalin dan isoproteronol. Potensi kronotropik dan aritmogenik obatobat ini perlu diperhatikan pada pasien dengan penyakit antung. Pemberian interena dosis kecil epinefrin 01µg?mt dipertimbangkan pada pasien bronkospasme. Pada dosis $,2(-1 µg?mt efek agonis beta 2 dominan, dengan meningkatkan denyut antung akibat stimulasi betal adrenergik. Pada dosis tinggi epinefrin, efek alfa adrenergic menadi dominan, dengan peningkatan tekanan darah sistemik. b. Parasimpatolitik Mempunyai efek bronkodilatasi langsung dengan memblok kera asetilkolin pada second messenger seperti c)MP. ;bat-obat ini meningkatkan CD>1 pada pasien PP;! bila diberikan secara inhalasi. 3pratropium bromide, merupakan obat aksi singkat yang diberikan dengan
inhaler dosis terukur atau dengan nebulier. ulfas atropine, $,2-$,A mg perlu diprtimbangkan karena dapat menyebabkan takikardi.
c. Metil:antin Menyebabkan bronkodilatasi melalui hambatan fosfodiesterase, suatu enim yang bertanggung a&ab pada pemecahan c+MP. Dfek pulmoner obat ini lebih komplek termasuk pelepasan katekolamin, blockade pelepasan histamine, dan stimulasi diafragma.
diberikan Mekanisme
pada
pasien
keranya
yang
tidak
kemungkinan
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
berespon dengan
terhadap
menurunkan Page 20
inflamasi, edema, sekresi mukosa, kontriksi otot polos, stabilisasi membran mast sel. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya membutuhkan &aktu beberapa am. teroid dapat diberikan melalui inhalasi. teroid intraena yang sering digunakan meliputi hidrokortisone 1$$ mg tiap A am dan metilpredisolon $,( mg?kg setiap ' am pada asma bronkiale dan dosis lebih besar pada eksaserbasi asma berat. !ortikosteroid dapat meningkatkan efek langsung pada otot polos, kortikosteroid uga meningkatkan umlah reseptor beta 2 adrenergik dan responnya terhadap agonis beta 2 adrenergik. e. !romolin, merupakan obat inhalasi yang digunakan untuk profilaksis pada asma. Bekera dengan menstabilisasi membrane sel mast dan mengumpulkan pelesan akut mediator bronkoaktif. ;bat ini tidak berguna pada serangan akut bronkospasme. f. Mukolitik
+setilsitein, diberikan melalui nebulisasi, dapat menurunkan iskositas
mucus dengan memecahkan ikatan disulfide pada mukoprotein. Preme!ikai
reflek
bronkonstriksi terhadap iritasi alan nafas. a. Beberapa am sebelum operasi sedasi yang diinginkan pada pasien asma dapat diberikan untuk operasi elektif pada pasien terutama penyakit yang memiliki komponen emosional. ecara umum, benodiaepin adalah agen yang paling aman untuk premedication. edatif 0 Benodiaepin adalah efektif untuk an:iolitik tetapi pada pasien dengan asma berat dapat menyebabkan depresi pernapasan. edasi ini penting diberikan pada pasien dengan ri&ayat asma yang dipicu oleh emosional. b. arcotik0;pioid. Penggunaan sebagai analgesia dan sedasi sebaiknya dipilih yang tidak mempunyai efek pelepasan histamin misalnya fentanil, sufentanil14 c. +gen antikolinergik tidak diberikan kecuali pemberian dilakukan ika terdapat sekresi
berlebihan
atau
penggunaan ketamin
sebagai
agen induksi.
+ntikolinergik tidak efektif untuk mencegah reflek bronkospasme oleh karena tindakan intubasi.2 d. *2 antagonis 0=imetidin, 8anitidin penggunaan agen pemblok *2 secara teori dapat mengganggu, karena aktiasi reseptor *2 secara normal akan
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 21
menyebabkan bronkodilatasi dengan adanya pelepasan histamin, aktiitas *1 yang
tanpa
hambatan
dengan
blokade
*2
dapat
menimbulkan
bronkokonstriksi.2 e. Pada pasien asma yang sudah menggunakan bronkodilator inheler atau kortikosteroid inheler obat-obat ini perlu diba&a masuk ke ruang operasi. ianurkan pemberian kortikosteroid parenteral 0 Methilprednisolon 4$-A$ mg 1-2 am sebelum induksi anestesi. ' Bronkodilator harus diberikan sampai proses
pembedahan
selesai,
pasien
yang
mendapatkan
terapi
lama
glukokortikoid harus diberikan tambahan untuk mengkompensasi supresi adrenal. *idrokortison ($-1$$ mg sebelum operasi dan 1$$mg?A am selama 1-" hari post operasi. 2,@ f. Pada penderita asma intubasi dapat diberikan lidocain 1-1,( mg?kgBB atau Centanyl 1-2 mcg?kgBB dapat menurunkan reaktifitas laring terhadap D<<. Pemberian anestesi inhalasi menggunakan halothan?enfluran pada stadium dalam dapat mengatasi spasme bronkial berat yang refrakter.@,1$ PENANGANAN ANESTESI INTRA'PERATI5
esuai dengan bidang kecabangan anestesi, suatu pemahaman masalah pathofisiologi yang mendasar adalah lebih penting pada pilihan tehnik anestesi khusus atau obat. Pilihan tekhnik bisa regional anestesi saa, dengan pasien tetap sadar, mampu mengontrol sistem napasnya sendiri, dan pada situasi lain diperlukan kombinasi general anestesi dengan regional anestesi, karena pertimbangan atau untuk mengendalian nyeri postoperatif. A% Regi#nal Anetei
pinal anestesi atau epidural adalah pilihan pada pembedah ektrimitas ba&ah. Pada pasien asma pernapasannya tergantung pada penggunaan otot-otot tambahan 0intercostal untuk inspirasi, otot perut untuk ekspirasi paksa. pinal anestesi dapat memperburuk kondisi ika hambatan motorik menurunkan C8=, mengurangi kemampuan untuk batuk dan membersihkan lendir atau memicu gangguan respirasi atau bahkan teradi gagal napas. pinal tinggi atau epidural anestesi dapat memperburuk bronkokontriksi karena terhambatnya tonus simpatis
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 22
pada alan napas ba&ah0<1-<4 dan menyebabkan aktifitas parasimpatis tidak terhambat. !ombinasi tehnik epidural dan anestesi umum dapat menamin kontrol alan napas, entilasi adekuat, dapat mencegah hypo:emia dan atelectasi. Pada prosedur pembedahan perifer yang panang sebaiknya dilakukan dengan general anestesi. Caktor-faktor penting yang menghalangi keberhasilan penggunaan regional anestesi seperti pasien tidak tahan berbaring lama dimea operasi dalam &aktu lama, batuk spontan dan tidak terkendali dapat membahayakan yaitu pada tahap kritis pembedahan. B% Anetei Umum
7aktu paling kritis pada pasien asma yang dianestesi adalah selama instrumentasi alan napas. yeri, stress, emosional atau rangsangan selama anestesi dangkal dapat menimbulkan bronkospasme. ;bat-obatan yang sering dihubungkan dengan pelepasan histamin 0seperti curare, atracurium, miacurium, morfin, meperidin harus dicegah atau diberikan dengan sangat lambat ika digunakan.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 23
deraat yang setara tetapi harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya iritasi ringan di alan napas. eofluran tidak terlalu berbau 0tidak menusuk dan memiliki efek bronkodilator serta sifatnya tidak iritasi di alan napas. +gen inhalasi halothane lebih efektif sebagai bronkodilator dibandingkan dengan isoflurane, namun bila dibandingkan dengan desfluran, desflurane dapat menyebabkan batuk dan dapat mencetus bronkospasme. amun halotan tidak ideal pada pasien yang menderita kelainan antung karena halotan dapat mengakibatkan disaritmia karena efek katekolamin release. +lternatif lain untuk menurunkan reflek pada alan nafas dapat diberikan 1,( mg?kg i. 1-" menit sebelum intubasi. 2. ;bat-;bat 3nduksi 3ntraena 6ntuk induksi anestesi dapat digunakan obat-obat yang mempunyai onset kera yang cepat. =ontoh obat induksi yang dapat digunakan adalah thiopenton, propofol, dan ketamin. !etamin, satu-satunya agen intraena dengan kemampuan bronkodilatasi, dengan menghambat re-uptake nonadrenalin pada uung syaraf simpatis sehingga berefek bronkodilatasi.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 24
cepat dan akhit cepat pula. 1' !etamin mempunyai efek bronkodilatasi selain efek analgesik untuk menghindari efek depresi respirasi, ketamin diberikan dengan pelan-pelan, ketamin uga mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenar salia dan tracheobronchial. Dfek ini dapat dicegah dengan menggunakan antisialogogue seperti atropin ataupun gycopyrrolate. 1# 8eflek brokospasme dapat dicegah sebelum intubasi dengan pemberian tambahan tiopenton 1-2 mg?kgBB, pasien dientilasi dengan 2-" M+= agen olatil selama ( menit atau diberikan lidocain intraena atau intratracheal 1-2 mg?kgBB.
muscle
rela:an
short
acting.
Meskipun
suksinilkolin
dapat
menyebabkan pelepasan histamin tetapi secara umum dapat digunakan dengan aman pada kebanyakan pasien asma. ;bat muscle relaksan selama maintenance sering digunakan adalah non depolarisasi, dimana dihindari obat yang histamine release seperti atrakurium. ecara teori obat antagonis non depolarisasi neuromuscular
menghambat
antikolinesterase
yang
akan
mengakibatkan
bronkospasme.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 25
Terapi Br#nk#pame Intra#perati8
Bronkospasme pada intraoperatif ditunukan dengan &heeing, munculnya penurunan olume tidal ekshalasi atau munculnya suatu kenaikan pelan dari gelombang dicapnograf, hal ini dapat diatasi dengan mendalamkan anestesinya. ika tidak hilang maka perlu dipikirkan hal lain seperti sumbatan tube endotracheal dari kekakuan, balon yang terlalu keras, intubasi endobronchial, tarikan aktif karena anestesi dangkal, oedem pulmo atau emboli dan pneumothorak semua dapat menyebabkan bronkospasme. 2 Bronkospasme harus ditangani dengan suatu beta adrenergik agonist baik secara aerosol atau inheler kedalam alur inspirasi dari sirkuit napas 0gas pemba&a yang menggunakan dosis terukur
dapat
berinterferensi
dengan
pembacaan
massa
spectrometer.
*idrokortison interena 01,(-2 mg ? kg dapat diberikan, terutama pada pasien dengan ri&ayat terapi glukokortikoid.2
ml, ketamin 2 mg?kg magnesium 2 gr i. secara lambat *idrokortison 2$$ mg i.. Penurunan diameter air&ay yang disebabkan bronkokontriksi yang berat
dapat mempengaruhi distribusi gas dalam paru. ampak akibat penurunan entilasi pada beberapa unit paru-paru dengan rasio entilasi dan perfusi yang lebih rendah dapat menyebabkan hipoksemia arterial. >asodilatasi pulmoner Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 26
akibat pemberian beberapa bronkodilator dapat memperberat rasio entilasi perfusi yang sudah rendah ini. ;leh karena itu pada pasien-pasien yang teranestesi, yang penting adalah meningkatkan konsentrasi gas oksigen inspirasi menadi 1$$% pada saat teradi bronbkospasme. *al ini tidak hanya meminimalkan deraat hipoksia arteial tetapi uga meyakinkan tekanan partial oksigen dalam aleoli.14 Pada akhir pembedahan sebaiknya pasien sudah bebas &heeing, aksi pelemas otot nondepolarisasi perlu direese dengan anticholin esterase yang tidak memacu teradinya bronkospasme, bila sebelumnya diberikan antikolinergik dengan dosis sesuai. Dkstubasi dalam perlu dilakukan sebelum teradi pulihnya reflek alan napas normal untuk mencegah brokospasme atau setelah pasien asma sadar penuh. 5idocain bolus 1,(-2 mg? kgBB diberikan intraena atau dengan kontinue dosis 1-2 mg? mnt dapat menekan reflek alan napas. 2 PENANGANAN P'ST 'PERATI5
!ontrol nyeri post operasi yang bagus adalah epidural analgesia. +3 harus dihindari karena dapat mencetus teradinya bronkospasme. ;ksigenasi harus tetap diberikan. Pasien asma yang selesai menalani operasi pemberian bronkodilator dilanutkan lagi sesegera mungkin pada pasca pembedahan. Pemberian bronkodilator melalui nebulator atau sungkup muka. ampai pasien mampu menggunakan M3 0Meteroid ose 3nheler sendiri secara benar.",1" 1. 2. ". 4. (.
Buka penutup dan pegang inheler tegak !ocok inhaler +ngkat sedikit kepala kebelakang dan ekshalasi sampai frc
"-( detik '.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 27
Pasien akan memperoleh manfaat dari terapi M3 specer bila memenuhi kriteria sebagai berikutJ" 1. Crekuensi pernapasan E 2( kali?menit 2. Mampu menahan napas selama ( detik atau lebih ". !apasitas ital O 1( ml?kgbb 4. Mampu komunikasi erbal dan mengikuti instruksi (. !oordinasi tangan-mulut-inspirasi memadai '. PDC8 Q 1($ 5t?menit untuk &anita dan O 2$$ 5t?menit untuk pria Pada akhir pembedahan pasien harus bebas &heing, 8eersal pemblok neuromuskular nondepolarising dengan antikolinesterase tidak menimbulkan brokospasme ika diberikan dosis antikolinergik yang tepat. Pasien yang teridentifikasi resiko tinggi perlu dimasukkan ke unit monitoring post operatif, dimana fisioterapi dada dan suction dapat dilakukan. Penanganan nyeri post operatif adalah hal yang penting menurunkan bronkospasme. 1# Masalah berikut yang teradi pasca bedah adalah penurunan olume paru akibat anestesi dan pembedahan. ecara fisiologi hal tersebut oleh karena teradi penurunan >+ 0>entilasi +leolar dan C8= 0Cunctional 8esidual =apacity. Penurunan >+ diaebabkan oleh penurunan olume semenit atau >D atau oleh peningkatn dead speace 0>. Penurunan >D pada pasca bedah disebabkan pengaruh anestesi, narkotik, sedasi, pelemas otot atau penyakit neuromuskuler, atau myesthenia grais, )uillain Barre, lesi pada medula spinalis serikalis, cedera pada neerus phrenicus. Peningkatan > teradi oleh emboli paru, penurunan curah antung, bronkospasme. Penurunan C8= biasanya disebabkan oleh atelektasis, edema paru, dan pneumonia. Penyebab atelektasis oleh karena entilasi tidak adekuat,intubasi endobronkhial, penekanan atau traksi pembedahan, pelemas otot, efusi pleura, cedera nerus phrenicus. Penurunan C8= pada posisi tegak ke posisi terlentang merupakan predisposisi timbulnya atelektasis sehingga mobilisasi dini akan menurunkan angka keadian komplikasi ini. 5atihan napas dalam dan incentie spirometry merupakan cara yang sama efektifnya untuk mengembangkan paru dan mempertahankan C8= atau dengan continous positie air&ay pressure 0=P+P dapat menghindarkan atelektasis sama baiknya dengan latihan napas dalam.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 28
isamping itu pengendalian nyeri secara adekuat seak a&al pasca bedah akan mengurangi hambatan batuk dan napas dalam serta mempermudah mobilisasi. " +dapun !riteria untuk pera&atan di 3=6 / 1. 2. ". 4.
Pasien yang butuh bantuan >entilatory upport CD> atau PD> E ($% P=;2 O ($ mm*g P;2 E ($ mm*
BAB 0 KESIMPU/AN
1. +sma adalah satu keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang penyempitan
bronkus yang reersible, biasanya diantara episode terdapat
pernapasan yang lebih normal.
Danita Dwityana Gamalwan (20090310024)
Page 29