12
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Selama beberapa abad sebelum terjadi perombakan besar-besaran di Rusia, Pemerintahan Rusia masih menggunakan sistem pemerintahan Feodalistik. Pemerintahan Feodalistik merupakan pemerintahan yang menitik beratkan kekuasaan pada golongan bangsawan. Kekuasaan kaum bangsawan secara evolutif merupakan hasil perubahan dari budaya pemikiran pra-agama (paganistik), penguasa dan agama merupakan dua elemen penting yang saling mendukung dalam membentuk dana mengatur sistem masyarakat Rusia. Tsar memiliki kekuasaan mutlak untuk mengatur Negara sebegai kehendak Tuhan, sedangkan gereja memiliki Hak Otoritas, Privilege dan kemandirian untuk mengatur urusan Gereja.
Pada Abad ke-17 banyak terjadi peristiwa penting dalam sejarah kebudayaan Dunia maupun sejarah Rusia. Pada abad ini terjadi pergantian dari abad pertengahan dan mulailah periode zaman baru dalam sejarah Rusia. Pada abad ini juga terjadi dua kali Perang Rakyat, serangkaian pemberontakan di kota-kota besar di pertengahan abad, pemberontakan Streletsky di akhir abad. Meletusnya perpecahan yang terjadi di tubuh gereja yang berkuasa. Proses demokrasi yang muncul membuat berkurangnya kekuasaan Gereja Ortodoks yang sebelumnya berperan sebagai sumber penyebaran ide dan nilai-nilai budaya. Hal ini diakibatkan oleh munculnya cita-cita dan pemahaman baru di masyarakat, norma-norma moral, dan estetis yang menentang Asketisme yang telah ditanamkan gereja.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ini meletakkan dasar-dasar kekuasaan penguasa untuk meningkatkan kekuasaannya dengan memperkuat aparat pemerintahan, hal ini mengakibatkan semakin kuatnya sentralisasi kekuasaan, gerakan evoltif menuju ke absolutisme.
Absolutisme memembentuk unsur-unsur borjuasi yang memulai tahapan baru perkembangan pemerintahan di Rusia, hingga mulai terbentuk hubungan ekonomi, dan bertambahnya kekuatan pemerintahan Negara yang ditandai dengan bergabungnya sejumlah masa dalam pasukan Negara, memungkinkan melemahnya semangat kesukuan dan timbul kesadaran kebangsaan.
Rumuasan Masalah
Apa itu Absolutisme?
Bagaimana Keadaan Pemerintahan Rusia dari Masa Peter I hingga Tsar Nikolas II?
Bagaimana Berakhirnya Pemerintahan Absolutisme?
Bagaimana dampak Absolutisme di Rusia?
Bab II
Absolutisme
Absolut dapat diartikan sebagai tidak terbatas, mutlak, atau sepenuhnya. Pemerintahan Absolut yang terbentuk di Rusia merupakan akibat dari terbukannya pemikiran-pemikiran masyarakat akan norma, demokrasi dan semangat kebangsaan. Realisasi dari pemerintahan Absolut adalah eksploitasi terhadap kekayaan alam dan rakyat untuk kepentingan Raja atau Tsar, keluarga, dan kelompok tertentu. Pemerintahan absolut di Rusia tidak terjadi secara langsung, melainkan memiliki latar belakang yang sangat panjang. Ciri dari pemerintahan ini adalah Raja berkuasa secara mutlak, dan sepenuhnya. Kekayaan alam dan rakyat untuk kepentingan Raja, keluarga, dan kelompok tertentu. Tsar atau Raja memerintah dengan perantara birokrasi yang kemudian menjadi autokrasi, hal ini terjadi disegala bidang dengan kekuasaan penuh atau mutlak.
Runtuhnya Feodalisme berakibat banyaknya masyarakat yang beralih profesi menjadi pedagang industri, hal ini didominasi oleh para petani yang tidak lagi menggarap sawahnya. Munculnya gerakan Renaisans. Gerakan ini membentuk masyarakat secara gelobal untuk kembali ke kebudayaan Romawi, Yunani Klasik yang memebrikan kebebasan untuk berkuasa dan tidak terpengaruh oleh kepentingan gereja. Dengan ini secara mutlak seorang Tsar berkuasa secara penuh.
Setelah pemberlakuan pemerintahan absolut di Inggris dan Perancis, model pemerintahan Absolut segera menyebar ke daratan Eropa dan diadobsi oleh pemerintahan Negara-negara di Eropa tak terkecuali di Rusia. Meskipun di Rusia Golongan Kapitalis lebih sedikit namun bisa menguasai dan memimpin kaum proletar yang memiliki jumlah yang lebih banyak.
Sedangkan Absolutisme Rusia yaitu Tsar memiliki kekuasaan tertinggi dan mutlak. Dimana pemerintahan tertinggi Rusia berada ditangan Tsar yang dibantu oleh golongan Otokrasi Rusia. Pemerintahan Tsar dibantu oleh kabinet yang bertanggung jawab langsung terhadap Tsar. Tsar merupakan kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala Negara, sedangkan tugas-tugas administratif dilaksanakan oleh golongan Konserfatif.
Bab III
Pemerintahan Peter I hingga Masa Tsar Nikolas II
Peter yang Agung (1682-1725)
Pada Tahun 1701-1713, banyak Negara di Eropa yang terlibat dalam perang Suksesi Spanyol I, dengan tujuan agar bisa menguasai Spanyol dan kerajaannya. Akibat dari perang suksesi Spanyol I banyak Negara-negara Eropa yang mengalami kemajuan dimulai dari Britania dan diikuti oleh Negara-negara lain, begitu pula dengan Tsar Peter Agung yang meembawa Rusia menjadi kekuatan penting di Eropa.
Dinasti Romanov yang pertama kalinya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Rusia Modern adalah Peter Agung (Peter I). Peter I naik tahta ketika berumur 10 tahun ketika usianya masih sangat muda, bersama dengan saudara tirinya yaitu Ivan Alekseyevich, Peter dinobatkan menjadi Tsar Rusia.
Peter Agung bersama dengan saudara tirinya Ivan Alekseyevich mengubah Rusia dari Negara yang terasingkan dan tertinggal menjadi kekuatan Utama Eropa. Ilmu-ilmu yang didapat Peter selama melakukan perjalanan ke Eropa Barat membuatnya memiliki ide-ide yang dapat memperbaiki keadaan Rusia pada saat itu. Ia menggunakan ide-idenya sebagai dasar perubahan struktur institusi dan gaya hidup masyarakat Rusia. Peter Agung mengganti sistem pemerintahan yang lama dan memajukan pendidikan, mengorganisasikan kembali Gereja, dan meningkatkan pelayanan Pemerintahan. Peter agung memberikan kesempatan untuk penduduk muda Rusia untuk memepelajari bidang militer, kelautan, dan teknik industri ke Eropa. Peter Agung juga membentuk angkatan darat profesional yang terdiri dari tiga ratus ribu orang, dimana hal ini sama dengan angkatan laut pertama Rusia.
Pada masa Pemerintahan Peter Agung, pemerintahan Rusia dapat mengalahkan Swedia yang memberikan akses ke Laut Baltik, armada Peter mengalahkan angkatan laut Swedia dalam pertempurran Hago 1714. Sebelumnya Tahun 1703 Peter Agung membangun kota baru yang disebut St. Petersburg, kemudian menjadikannya ibukota Rusia.
Reformasi yang dilakukan oleh Peter Agung banyak merubah Rusia menjadi lebih baik, terutama dalam memperbaiki ekonomi dan memperbaiki sistem pertahanan. Namun, dalam beberapa hal Reformasi yang dilakukan Peter Agung memiliki kelemahan, yakni belum memiliki rencana yang cukup jelas. Upaya Peter hanya ditujukan pada kemiliteran saja, sedangkan untuk militer yang kuat juga membutuhkan dana yang besar. Pengeluaran militer akibat perang yang berkelanjutan menyebabkan Peter Agung meningkatkan pajak, banyak perubahan sistem administrasi Negara untuk menutupi pengeluaran tersebut.
Katerina I Alekseyevna (1725-1727)
Sepeninggalan Peter Agung , perebutan tahta terjadi di pemerintahan karena banyak golongan-golongan yang ingin berkuasa di Rusia. Katerina merupakan istri Peter I yang kemudian melanjutkan kepemimpinan Peter I. Meskipun Katerina I tidak pernah mendapatkan pendidikan formal dan buta huruf, urusan pemerintahan tetap dijalankannya, ia menyerahkan urusan-urusan kenegaraan kepada Dewan Rahasia Tertinggi yang dibentukknya. Dewan ini terdiri dari bangsawan terkemuka, yang memiliki mandat yang luas untuk membatasi kekuasaan Tsar.
Katerina I meninggal dua tahun setelah ia menjadi pemimpin, ia meninggalkan wasiat yang isinya menunjuk Peter II yang tidak lain cucu dari Peter Agung untuk menjalankan pemerintahan di Rusia.
Peter II (1727-1730)
Diusiannya yang masih 12 tahun ketika mendapatkan tahta Tsar, Peter II menjadi banyak sasaran pengaruh golongan bangsawan. Pengaruh-pengaruh yang datang seperti halnya dari Menshhikov dan keluarga Dolgoruki, banyak rencana-rencana perkawinan politik dengan tujuan kekuasaan. Tak terkecuali Peter II yang ditunangkan dengan Katerina, yaitu putri dari Pangeran Aleksey Dolgoruki. Namun, sehari sebelum rencana pernikahan, Peter II meninggal dunia karena sakit.
Anna Ivanovna (1730-1740)
Anna Ivanovna merupakan keponakan dari Peter I, ia ditunjuk oleh Dewan Rahasia Tinggi dengan prasarat selama menjadi Imperatritsa tidak boleh menikah, tidak berhak menunjuk keturunannya sebagai pengganti, mengumumkan perang dan menetapkan pajak. Namun, dalam perjalannnya, Anna merasa mendapat tekanan yang sangat berat dari kalangan bangsawan. Dengan pertimbangan untuk mempertahankan kekuasaan, Anna membubarkan Dewan Rahasia Tertinggi dan kemudian memebentuk Kabinet Menteri. Anna menunjuk keponakannya Ivan VI untuk meneruskan kepemimpinannya, dan mengangkat Bryon sebagai Regent hingga Ivan dewasa. Tidak lama setelah hal itu, terjadi kudeta yang dilakukan oleh Anna Leopoldovna (Ibu Ivan VI).
Anna Leopoldovna dan Ivan VI (1740-1741)
Setelah Anna Ivanovna meninggal, dan kudeta yang dilakukan oleh Anna Leopoldovna berhasil. Selanjutnya ia mengumumkan diri sebagai pemimpin Rusia dan membuang Byron ke daerah pembuangan. Kepemimpinan Anna dan Ivan VI tidak berlangsung lama, karena setahun setelah hal ini terjadi kudeta yang dilakukan oleh Putri Peter Agung yaitu Elizaveta Petrovna .
Elizaveta Petrovna (1741-1761)
Keberhasilan kudeta yang dilakukan oleh Elizaveta Petrovna tidak lepas dari dukungan sebagian perwira dan prajurit Prepbrazhenski. Keberhasilan ini ditandai dengan penandatanganan Manifes pengangkatan dirinya sebagai penguasa Rusia. Pada masa kepemimpinan Elizaveta, ia banyak mengungkap adanya konspirasi akibat ketidak puasan kalangan bangsawan terhadap keturunan Ivan V. untuk menyelamatkan garis keturunan Peter I, Elizaveta menyiapkan keponakannnya Charles Peter of Holstein untuk menggantikannya sebagai Peter III.
Petter III (1761-1762)
Peter III merupakan pewaris tahta kekaisaran Rusia pada pertengahan abad ke-18, meskipun masih keturunan Peter Agung, Petter III adalah seorang Lutheran yang begitu membanggakan Prussia. Peter III merupakan sosok yang lemah tetapi kasar, pada masa kepemimpinannya ia tidak memiliki kemampuan sebagai pemimpin sebuah Negara besar. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya selalu terpengaruh oleh keberpihakkanya terhadap Prussia. Hal ini terlihat jelas ketia ia membuat perjanjian perdamaian dengan Prussia. Peter III memberikan kesempatan kepada Prarussia untuk memperkuat diri, padahal Rusia berada diatas Prarussia pada masa pemerintahannya.
Peter III yang tidak begitu menguasa bahasa Rusia, dipaksa turun tahta oleh intrik yang dipersiapkan oleh Katerina II yang tidak lain Istrinnya. Kemudian Peter III dibunuh sebulan setelah diturunkan.
Katerina II Agung (1762-1796)
Pada masa pemerintahan Tsaritsa Katerina II, ia memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Rusia. Katerina Agung membentuk Komisi Militer yang bertugas menyelenggarakan reformasi pasukan bersenjata. Komisi ini dibentuk akibat dari reformasi militer yang dilaksanakan rezim sebelumnya. Katerina Agung lebih mengedepankan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, seperti membentuk kolega kesehatan dan kalega ekonomi untuk menurunkan inflasi akibat peperangan Rusia melawan Turki.
Masa kepemimpinan Tsaritsa Katerina II, ia banyak menghadapi masalah, mulai dari peperangan Turki yang membuatnya membentuk koalisi utara untuk melawan Turki yang terdiri dari Polandia, Prussia, dan Inggris. Kemudian, terjadi pemberontakan yang di lakukan oleh bangsa Kosak. Dimana pemberontakan ini kemudia berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Katerina II. Kebijakan Katerina yang terakhir adalah memberi tambahan hak-hak istimewa bangsawan dengan tujuan memperkuat kekuasaan monarki, sebaliknya hal ini justru merugikan rakyat kecil.
Pavel I (1796-1801)
Pavel merupakan satu-satunnya putra Katerina II bersama Peter III. Pavel dibesarkan dengan keadaan yang tidak seimbang, ia tumbuh di rumah Katrina II. Masa pertumuhan Pavel terbayangi oleh pembunuhan Peter III yang tidaklain adalah ayahnya, dimana pemunuhan tersebut berkaitan dengan tahta yang dimiliki ibunya. Dalam pemerintahan Pavel I, rusia berada ada ketidakstabilan akibat masalah intern dalam keluarganya (istrinya). Dalam masa pemerintahan Pavel banyak terpengaruh oleh orang-orang kepercayaannya seperti A.A.A. Arakcheyev dan I.P Kutaisov.
Aleksandr I Pavlovich (1801-1825)
Tsar Alexander I merupakan Putra Pertama Paul I dengan Imperatrich Maria Feodorovna. Tsar Aleksandr naik tahta setelah terjadi kudeta dan pembunuhan ayahya Paul I. pada masa permerintahannya, Aleksander melupakan kebijakan-kebijakan terdahulu seperti pembebasan petani dan budak, liberal, serta konstitusi yang sudah ada tidak dijalannkan. Masa pemerintahan Tsar Aleksader I terfokus pada masalah penting dalam upaya Rusia memperkuat Hegemoninya di Eropa, terutama ketika Rusia berperang melawan Napoleon. Pada akhir pemerintahannya, ia mengikuti politik Metternich, politik Intervensi yang dilancarkan terhadap gerakan-gerakan revolusioner. Oposisi yang datang kebanyakan dari opsir-opsir muda yang telah mengenal liberalism dari Barat.
Nikolai I Pavlovich (1825-1855)
Nikolai I naik tahta setelah kematian kakaknya Aleksandr I, secara mendadak pada tahun 1825, dan ini merupakan langkah yang diambil setelah putra mahkota menolak untuk menduduki tahta tertinggi Imperium Rusia. Pada awal kepemimpinannya Nikola I membentuk komite rahasia dengan tujjuan untuk memperkuat kekuasaan pemerintahan dan meningkatkan peran kepolisian Negara. Sedangkan untuk menangani masalah gerakan Revolusioner, Nikola I membuat kebijakan yang dikenal dengan "kerakyatan resmi". Karena setiap gerakan dianggap melawan Tsar, semua kritik terhadap gereja (Ortodoks) dianggap sebagai gerakan menentang kepentingan azasi Rakyat. Permasalahan tersebut mendorong diresmikannnya undang-undang sensorship yang dikenal dengan "chugun".
Aleksandr II Nikolayevich (1855-1881) dan Aleksandr III (1881-1894)
Aleksandr II merupakan putra tertua dari Nikolai I, ia dinobatkan sebagai Imperior Rusia sehari setelah kematian Nikolai I. Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, cakap, dan menguasai persoalan-persoalan pemerintahan. Ia dikenal sebagai reformator, salah kebijakannya yang sangat penting adalah penghapusan perbudakan (1861). Masa pemerintahan Aleksandr II, Rusia memperkuat pengaruhnya terhadap Balkan, melanjutkan peperangan terhhadap Turki, berhasil menguasai Kaukasus, dan menggabungkan daerah-daerah Cina Timur ke dalam wilayah kedaulatan Rusia dengan cara mengadakan perjanjian (Perjanjian Aigun 1858, Perjanjian Peking 1860).
Banyak golongan revolusioner yang tidak suka dengan pemerintahan Aleksandr II, sehingga banyak percobaan pembunuhan yang ditujukan untuk Aleksandr II, Ia pun meninggal ditangan para golongan revolusioner pada I Maret 1881. Pemerintahan selanjutnya, Imperator Aleksandr III, yang tidak lain adalah anak dari Aleksandr II. Pada masa pemerintahannya, ia mengeluarkan manifesto untuk menguatkan Otokrasi, mengangkat Dmitry Tolstoy sebagai Mendagri yang menciptakan kebijakan reaksioner terbuka. Kebijakan selanjutnya adalah memperkuat hak-hak gubernur, pengetatan sensor, menambang kekuasaan kaum bangsawan atas kaum pekerja, dan membentuk kepala wilayah dari kalangan bangsawan dengan tugas mengatur organisasi-organisasi petani.
Aleksandr III melakukan berbagai perubahan kebijakan didalam maupun luar negeri, salah satunya yang paling nyata adalah Russifikasi yaitu kebijakan domestic. Ia memperkuat hubungannya dengan Perancis dan membentuk Uni Russo-Perancis (1891-1893). Aleksandr III meninggal dunia karena sakit pada Tahun 1894.
Nikolai II (1894-1917)
Sepeninggalnya Aleksandr III, Nikolai II menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Tsar Rusia. Nikolai II mewarisi pemerintahan Ayahnya dimana sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh Tsar Nikolai II merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan Aleksandr III. Sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem pemerintahan absolut. Tsar Nikolai II adalah sosok raja yang sangat percaya dan yakin bahwa otokrasi merupakan sesuatu yang sangat tinggi dan dibutuhkan Negara Rusia.
Pada masa pemerintahan Nikolai II, banyak mengalami masalah pemerintahan domestik maupun internasional. Pergerakan revolusioner yang sangat menentang sistem monarki semakin mejadi-jadi, kaum revolusioner selalu menuntut perubahan tatanan masyarakat. Dalam kondisi yang begitu rumit, tahta kekaisaran Dinasti Rumanov dibawah Nikolai II mengalami guncangan hebat dan akhirnya Runtuh oleh desakan masyarakat sebagai akibat dari ketidakpercayaan yang semakin terlihat.
Dalam perkembangan pemerintahan Nikolai II, ada dua golongan yang memotori perubahan yang pertama adalah golongan Liberal dan golongan menengah, dimana keduannya bergabung dalam Constitutional Democratic Party dan kelompok yang kedua adalah golongan orang-orang Intelektual yang menganut ajaran Karl Max (Russian Social Democratic Party). Kedua golongan ini yang kemudian mendorong munculnya partai-partai, seperti sosialis, partai buruh sosial demokratik, partai sosialis revolusioner. Partai-partai inilah yang nantinya menuntut agar diadakanya berbagai pembaharuan.
Nikolai II secara resmi mundur dari tahta kekaisaran Rusia pada tanggal 2 Maret 1917 sebagai akibat dari Revolusi Februari 1917, dan meninggal dalam pembantaian masal oleh orang Bolshevik.
Bab IV
Revolusi Rusia
Kekalahan Rusia dalam perang Rusia-Jepang (1904-1905) membuka gerbang Revolusi Rusia. Banyak pemogokan yang digerakkan oleh golongan Menshevik dari partai Sosial Demokratik. Dibawah pengaruh berlangsungnya Revolusi 1905, Tsar mengeluarkan Manifesto yang berisi perjanjian pembentukan parlemen Duma untuk mendampingi Tsar dalam menjalankan roda pemerintahan.
Gelombang revolusi menuntut perubahan Rusia secara Radikal yang di motori oleh golongan Bolshevik. Penggulingan otokrasi dan pembentukan republic demokrasi, serta penghapusan struktur kelas bangsawan. Ada tiga tahapan penting dalam revolusi Rusia yaitu peristiwa minggu berdarah januari 1905, pemogokan umum oktober 1905, dan pemberontakan bersenjata desember 1905.
Kekalahan Rusia dalam perang Dunia I terhadap Jerman sekaligus membawa kehancuran bagi rezim Tsar Nikolas II, memberikan kesempatan terhadap golongan revolusioner. Pada kenyataannnya antara golongan Menshevik dan Bolshevik hanya terdapat sedikit perbedaan ideologi saja. Pada awal 1917, rasa tidak puas yang semakin meluas karena terjadi peperangan, kekurangan makanan, dan harga mahal menjadi alasan utama terjadinya pemogokan besar-besaran serta demokrasi yang diwarnai kekerasan. Tsar Nikolai II yang menyadari kekacauan di sekitarnya, dan tidak mampu meminta kesetiaan pasukannya, akhirnya turun tahta pada Maret 1917, kemudian dibentuk pemerintahan liberal (sementara).
Bab V
Dampak Absolutisme di Rusia
Selama pemerintahan Tsar Nikolai II, banyak golongan-golongan yang ingin menjatuhkan kepemimpinnnya, hingga pada akhirnya, ia dijatuhkan oleh partai sosialis. Dimana partai ini pecah menjadi dua bagian yaitu Menshevik dan Bolshevik. Menshevik merupakan golongan sosialis radikal yang menginginkan perubahan secara radikal. Sedangngkan Bolsevik merupakan golongan yang menghendaki perubahan secara Moderat, golongan ini dipimpin oleh Lenin, Stalin, dan Trostki. Ketidak sukaan terhadap kaum borjuis yang absolut menjadi dasar penggerak revolusi yang dilakukan Lenin. Revolusi 1917 yang berhasil menurunkan Tsar sebagai penguasa mutlak di Rusia. Kemudian pemerintahan digantikan dengan sebuah pemerintahan proposional yang dipimpin oleh sosialis moderat. Sehingga sejak saat itu juga pemerintahan Rusia yang semula kekaisaran berubah menjadi Republik.
Daftar Pustaka
A. Fahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Hayes, Calton, History Of Europen, New York: The Macmillan Company,-
Simon Adams, Sejarah Dunia: Dari Mesir Kuno Hingga Tsunami Asia- Panduan Utama Tentang Sejarah Dunia, Jakarta: Erlangga, 2007.
Julius Siboro, Sejarah Eropa: Dari Masa Menjelang Perang Dunia Sampai Masa Antarbellum, Yogyakarta: Ombak, 2012.
Robert Gellately, Lenin, Stalin, dan Hitler, Jakarta: Gramedia, 2011.
Lampiran I
Ket: wilayah Negara Rusia
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-tcaJtwH86R8/TrLodawgY_I/AAAAAAAADkg/GtYHVJQ6Pgc/s1600/division-politica-de-rusia.jpg, diakses pada tanggal 20/9/2016, pada jam 18.32 WIB.
Lampiran II
Ket: Garis keturunan Dinasti Rumanov hingga Nicolai II
Sumber: A. Fahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 200, hlm 106.
A. Fahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hlm. 65.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Masa Renaisans, di Eropa kebangkitan (Renaisans) dalam bidang seni dan ilmu, yang dimulai dari wilayah selatan pada akhir abda ke-13 dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Penyebaran ini disebabkan oleh bangkitnya perekonomian dan pengenalan alat cetak yang mudah dibawa yang menyebabkan informasi menyebar lebih cepat.
A. Fahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hlm. 67.
Simon Adams, Sejarah Dunia: Dari Mesir Kuno Hingga Tsunami Asia- Panduan Utama Tentang Sejarah Dunia, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 226
A. Fahrurodji, op. cit., hlm 79.
Ibid, hlm 80.
Bangsa kosak merupakan lapisan msyarakat militer yang diambil dari penduduk beberapa daerah Rusia. Kebanyakan mereka adalah penduduk yang melarikan diri dan tinggal di pinggiran wilayah Rusia. Pemerintahan Rusia memanfaatkan masyarakat Kosak untuk menjaga perbatasan Rusia. Pada masa Peter bangsawan dari kalangan ini mendapat kebebasan pajak dan ha katas tanah. Sedangkan pada masa imperium Rusia, bangsa Kosak menjadi lapisan Elit dari tentara Rusia.
Ibid, hlm 94.
Julius Siboro, Sejarah Eropa: Dari Masa Menjelang Perang Dunia Sampai Masa Antarbellum, Yogyakarta: Ombak, 2012, hlm 133.
Menshevik kelompok sosial yang sangat menghendaki perubahan secara moderat.
Bolshevik merupakan kelompok sosialis radikal yang menginginkan adanya perubahan secara radikal.
Robert Gellately, Lenin, Stalin, dan Hitler, Jakarta: Gramedia, 2011, hlm. 28.