ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS I.
PENDAHULUAN
Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda kehidupan dalam rahim. Sedangkan abortus adalah berakhirnya kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus sendiri terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yag diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi. Abortus spontan sering disebut dengan keguguran. Sedangkan abortus provokatus adalah suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 1 Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus provokatus terapeutikus atau abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus medisinalis adalah pengguguran kandungan
menggunakan
alat-alat
medis
dengan
alasan
kehamilan
membahayakan dan dapat membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu mempunyai penyakit berat tertentu. Abortus medisinalis diizinkan menurut ketentuan profesional seorang dokter atas indikasi untuk menyelamatkan sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam abortus buatan legal. Sedangkan abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kandungan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang hukum karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam abortus buatan ilegal. Termasuk dalam abortus jenis ini adalah abortus yang terjadi terja di atas permintaan pihak perempuan, suami, atau pihak keluarga kepada seorang dokter untuk menggugurkan kandungannya. 1 1
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui bahwa penyebab kematian ibu yang paling tinggi adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negaranegara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. 2
II.
DEFENISI
Kata abortion dalam Blaks’s Law Dictionary, Dictionary, yang diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “ The spontaneous or artifcially induced expulsion of an embrio or featus. As used in illegal context refers to induced abortion. Keguguran dengan keluarnya embrio atau fetus tidak semata – semata – mata mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.
3
Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum, yang artinya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita hamil. Berbeda dengan abortus spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil yang gugur secara spontan. Untuk itu perlu dibedakan antara pengguguran kandungan dan keguguran. Pengguguran kandungan dilakukan dengan sengaja, sedangkan keguguran terjadi tidak disengaja. Untuk menunjukkan
2
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui bahwa penyebab kematian ibu yang paling tinggi adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negaranegara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. 2
II.
DEFENISI
Kata abortion dalam Blaks’s Law Dictionary, Dictionary, yang diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “ The spontaneous or artifcially induced expulsion of an embrio or featus. As used in illegal context refers to induced abortion. Keguguran dengan keluarnya embrio atau fetus tidak semata – semata – mata mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.
3
Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum, yang artinya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita hamil. Berbeda dengan abortus spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil yang gugur secara spontan. Untuk itu perlu dibedakan antara pengguguran kandungan dan keguguran. Pengguguran kandungan dilakukan dengan sengaja, sedangkan keguguran terjadi tidak disengaja. Untuk menunjukkan
2
pengguguran kandungan, istilah yang sering digunakan sekarang adalah aborsi. 3 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari kehamilan atau aborsi bisa didefinisikan pengguguran janin embrio setelah melebihi masa dua bulan kehamilan. Menurut perspektif medis aborsi adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus ( uterus)) sebelum usia janin ( fetus) fetus) mencapai 20 minggu.
3
Aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang – undangan undangan di Indonesia adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan dengan sengaja oleh seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan untuk itu. Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil atas kehendaknya ingin mengugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut KUHP dapat disuruh untuk lakukan itu adalah tabib, bidan atau juru obat. Pengguguran kandungan atau pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan obat yang diminum atau dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim wanita melalui lubang kemaluan wanita. 3 Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Aspek medis
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum masa kehamilan lengkap
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
Kedokteran Forensik : :
Keluarnya janin dari kandungan seorang wanita sebelum masa kehamilan lengkap tercapai.
Aspek hukum
Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungan
Sewaktu pengguguran dilakukan, kandungan masih hidup
Ada faktor kesengajaan. 3
III. INSIDEN
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian : 4 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura Antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia Antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina Antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand Sebanyak 83% dari seluruh kasus aborsi terjadi di negara berkembang dan 17% terjadi di negara maju. Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New York yang dimuat dalam International Family Planning Perspectives, Juni 1997, memberikan gambaran lebih lanjut tentang abortus di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Abortus di Indonesia dilakukan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan dan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu.
4
Tabel 1. Pelaku abortus di perkotaan dan pedesaan
4
Cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut – turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%), prostaglandin/suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%).4 Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada 4
wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30 – 46 tahun, 51% berusia antara 20 – 29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun. 4
IV. KLASIFIKASI ABORSI
Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi: 5 1. Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi, diantaranya:5
Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam ) : ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan: 5 o
Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama.
o
TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
o
Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
o
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
o
Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
o
Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens, jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam. 5
o
Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui keadaan
plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.
Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT. Ditandai dengan adanya:5 o
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
o
Robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
o
Terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
o
Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
o
Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh korion, dan bukan oleh fetus
o
Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum yang mati.
Abortus Kompletus : proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Tanda dan Gejala: 5 o
Serviks menutup.
o
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
o
Gejala kehamilan tidak ada. 6
o
Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Gejala Klinis:5 o
Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o
Sudah ada keluar fetus atau jaringan
o
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
“Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini dapat: 5 o
Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
o
Diresorbsi kembali sehingga hilang
o
Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
o
Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis :5 o
Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual dan muntah
o
Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
o
Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.
o
Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang menghilang.
7
o
Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
o
Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
o
Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
o
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
o
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir
dengan
keguguran
secara
berturut-turut.
Bishop
melaporkan kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.5 Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive), tetapi dekade belakangan ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi pengeluaran janin. Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 5,6 Pemeriksaan : 5,6
8
o
Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau anomali congenital.
o
BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
o
Psiko analisis
Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital. Diagnosis:5,6 o
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.
o
Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan sebagainya.
o
Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek disertai nyeri tekan.
“Septic Abortion” : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Diagnosis “septic abortion” ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.5,6
2. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 6,7 Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi: 6,7
Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa Ibu. Syarat-syaratnya adalah: 6,7 9
o
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
o
Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang berpengalaman.
o
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
o
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
o
Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
o
Prosedur tidak dirahasiakan.
o
Dokumen medik harus lengkap.
Abortus Provokatus Kriminalis Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik (ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obatobatan tertentu, atau dengan kekerasan mekanik lokal. 6,7 Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. 6,7,8 Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, aplikasi asam arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur, pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks, atau 10
manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus. 6,7,8 Pemecahan
selaput
amnion
dapat
dilakukan
dengan
memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson tipe syringe, sedangkan cai rannya adalah
air
sabun,
desinfektan
atau
air
biasa/air
panas.
Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara. 6,7,8 Obat / zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dankeadaan kandungannya (usia gestasi). 6,7,8 Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lainlain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata sangat
efektif.
Akhir-akhir
ini
dikenal
juga
sitostatika
(aminopterin) sebagai abortivum. 6,7,8
V.
TAHAP PERKEMBANGAN JANIN
Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari
11
tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.9
Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)
Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode germinal sampai periode terbentuknya fetus.8
1. Periode Germinal (Minggu 0 – 3) Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel – sel mulai berkembang dan hingga blastocyst tertanam pada endometrium. 8
2. Periode E mbrio (M inggu 3 – 8 ) Pada
minggu
keempat,
embrio
mulai
terbentuk
dan
memproduksi hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin hormone. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta. Proses terbentuknya sistem saraf pusat, organ – organ utama dan struktur anatomi seperti mata, mulut dan lidah, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah.8 Pada minggu kelima, terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas yang akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan kandung kemih. 8 Pada minggu keenam hingga kedelapan, sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, bagian wajah mulai terbentuk, anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna. 8
12
3. Periode F etus (M inggu 9 – 12) Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi. Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Janin mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram. Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pertukaran hasil metabolisme janin. 8
Gambar 1. Perkembangan Janin Trimester I
8
Trimester kedua (Minggu 12 – 24)
Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta. Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini sistem peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG) untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi.
13
Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm. 8
Gambar 2. Perkembangan Janin Trimester II
7
Trimester ketiga (Minggu 24 -40)
Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin
menunjukkan
aktivitas
motorik
yang
terkoordinasi
seperti
menendang serta sudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. paru – paru berkembang pesat menjadi sempurna. Pada bulan ke – 9 ini, janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 – 3,5 kg dengan panjang 50 cm. 8
VI. METODE
PELAKSANAAN
ABORTUS
PROVOKATUS
MEDISINALIS DAN EFEK SAMPINGNYA Trimester Pertama
Metode Penyedotan (Suction Curettage) Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan 14
menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi. 10
Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendara han rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing. 10
Gambar 3. Dilatasi dan Evakuasi Pada Aborsi 11 15
PIL RU 486 Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486. 10,12 Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). 10,12 Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung. Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486 tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang 16
berlangsung, tetapi juga dapat mempengaruhi kehamilan selanj utnya, yaitu kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang dikandung. 10,12
Suntikan Methotrexate (MTX) Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga
menekan
pertumbuhan pesat
trophoblastoid
-
selaput
yang
menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup' untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran. 10,12,13 MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX 17
karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi. 10,12,13 Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, "kematian pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX", dan pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efekefek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah. 10,12,13
Trimester Kedua
Metode Dilatasi dan Evakuasi Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu. Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat dikeluarkan dari rahim. Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang sering melakukan D&E mengatakan, hal ini sering membuat masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan kekuatiran akan efek 18
D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga melihat trauma yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan, "tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik. 10,12,13
Metode Racun Garam (Saline) Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. 10,12,13 Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah. 10,12,13
Urea Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya
harus
dibarengi
dengan
asupan
hormon
oxytocin
atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah 19
perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim.
Antara
1-2%
dari
pasien
pengguna
metode
ini
terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim. 10,12,13
Prostaglandin Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim. 10,12
Partial Birth Abortion Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setela itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar. 10,12,13
Histerektomi (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga) Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil 20
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertin ggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini. 10,12,13
VII.
KOMPLIKASI ABORSI
Komplikasi yang dapat terjadi karena aborsi adalah: 14 1. Perdarahan (hemorrhage) 2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun. 3. Infeksi dan tetanus 4. Gagal ginjal akut 5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh: o
Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
o
Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
6. DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation) Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar: 15 1. Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan komplikasi perdarahan. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Infeksi Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri
21
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan peritonium. 3. Kerusakan organ-organ
VIII. ASPEK
MEDIKOLEGAL
ABORTUS
PROVOKATUS
MEDICINALIS
KODEKI BAB II butir 7d
“Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.”
16
Sumpah Hiprocates
“Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan”. 16
Lafal Sumpah Kedokteran
“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”. 16
Deklarasi Oslo (1970) 16
-
Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
-
Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten. 22
Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah
-
suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil ti ndakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.
Hukum
UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77 16 1. Pasal 75
-
Setiap orang dilarang melakukan aborsi
-
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
-
setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 2. Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
-
Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
-
Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
-
Dengan persetujuan ibu hamil.
-
Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan
-
Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri. 23
3. Pasal 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan per- Undang-undang-an.
KUHP
16
Pasal 299, 1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya ditambah sepertiga. 3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346 “Seorang wanita
yang
sengaja
menggugurkan
atau
mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
Pasal 347 1. Barang
siapa
dengan
sengaja
menggugurkan
atau
mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 24
Pasal 348 1. Barang
siapa
dengan
sengaja
menggunakan
atau
mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasar kan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan 16,17
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut : Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan”. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Ayat (2)
Butir (a) : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar – benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir (b) : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk 25
melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir (c) : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya. Butir (d) : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan – ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yakni harus memenuhi hal sebagai berikut :
16,17
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, maka tindakan aborsi tidak diperbolehkan apapun alasannya di luar alasan medis. Ketentuan dalam KUHP Bab XIX Pasal 346, 347, 348, 349 dan Pasal 299 tersebut dilandasi suatu pemikiran atau paradigma bahwa anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Selain itu, apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak untuk hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga pengakhiran kandungan (aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang mengedepankan hak anak ( pro-life). Oleh karena itu 26
dalam KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Adapun yang dapat dikenai sanksi pidana berkaitan dengan perbuatan aborsi adalah perempuan yang menggugurkan kandungannya itu sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam proses terjadinya aborsi seperti dokter, bidan atau juru obat.16 Aborsi apabila ditinjau dari prespektif hak perempuan diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Ada kasus-kasus tertentu yang membuat perempuan hamil harus memutuskan untuk melakukan aborsi. Sebagai contoh hamil karena perbuatan kriminal yaitu akibat terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki karena perkosaan. Hal ini juga didukung dengan pasal 15 ayat (1) dan (2) UndangUndang Kesehatan Nomor 13 tahun 1992 dipahami sebagai wujud adanya perlindungan terhadap hak perempuan, maka logikanya alasan medis sebagai upaya untuk meyelamatkan jiwa ibu hamil harus dapat pula diberikan kepada perempuan yang mengalami trauma psikis akibat kejahatan seksual. 16,17 Bila Undang – Undang Kesehatan memberikan kewenangan tenaga kesehatan untuk menyatakan seorang perempuan yang sedang hamil harus diaborsi dengan alasan medis dan untuk pelaksanaannya harus dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan, suami atau keluarganya, maka tentunya perempuan itu sendiri sebagai orang yang mempunyai hak atas fungsi reproduksinya juga berwenang untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri apabila dirasakan kehamilan itu membawa penderitaan atau trauma berkepanjangan. Keputusan untuk melakukan aborsi dalam kasus seperti ini baru dapat dikatakan legal atau dibenarkan oleh hukum apabila ada persetujuan dari tenaga ahli seperti Psikiater atau Psikolog. 16,17
IX.
SYARAT-SYARAT ABORSI DILEGALKAN
Berdasarkan deklarasi OSLO 1970 16 -
Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan 27
prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga. Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
-
nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten. Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah
-
suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.
Berdasarkan UU. NO. 36 tahun 2009 pasal 75 16 -
Setiap orang dilarang melakukan aborsi
-
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.
-
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
28
Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : 16 -
Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
-
Oleh
tenaga
kesehatan
yang
memiliki
keterampilan
dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
-
Dengan persetujuan ibu hamil.
-
Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan
-
Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.
Menurut AC OG indikasi medis untuk aborsi therapeutik adalah: 16 -
Kehamilan akan sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental ibu
-
Anak yang
lahir adalah cenderung memiliki
cacat fisik
dan
mental kuburan
X.
Kehamilan itu adalah hasil dari pemerkosaan atau incest
PEMBUKTIAN KASUS ABORSI
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk-petunjuk: 18 1. Adanya kehamilan 2. Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian medis 3. Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian 4. Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat kematian
29
5. Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai dengan metode yang dipergunakan 6. Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri
Pemeriksaan Korban Hidup
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG. 18 Untuk
menentukan
tanda-tanda
sisa
kehamilan
diusahakan
melakukan anamnesis secara teliti dan pemeriksaan fisik berupa adanya payudara yang membesar dan pengeluaran ASI serta dijumpai adanya kolustrum pada pemeriksaan laboratorium, Warna kehitaman disekitar payudara, uterus masih membesar, dijumpai adanya striae, lochia dari vagina, dan perlukaan pada portio. 18 Untuk menentukan usaha penghentian kehamilan dilakukan pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan PA jaringan hasil aborsi atau sisa plasenta yang tertinggal dirahim, luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubungan ibu dan janin. 18
Pemeriksaan Korban Mati
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada:
18
Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk ini diperiksa : o
Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis
o
Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik 30
o
Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua
Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan o
Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
o
Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril. Jika digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama atau cavum uteri dapat ditemukan zat-zat tersebut.
o
Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obatobatan tersebut akan dapat dilacak melalui pemeriksaan toksi kologik.
Menentukan sebab kematian. Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka dapat diketahui penyebab kematiannya: o
Vagal refleks : komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan pada permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian khas terjadi di meja operasi.
o
Perdarahan : terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus sehingga menyebabkan perdarahan yang masif.
o
Emboli udara : komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat semprot. Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan dapat menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri otak. Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10 mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli sebanyak 100 mililiter.
o
Sepsis : dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril, uterus tidak bersih, dan robeknya usus besar.
31
XI.
ABORSI DIPANDANG DARI SEGI ETIKA DAN AGAMA Aspek Etika Profesi Kedokteran
-
Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingatkan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).19
Aspek Agama
Pandangan agama islam tentang aborsi adalah sebagai berikut :
20
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayatayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. 1. Pertama: Manusia
berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang
mulia. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70) 2. Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan
satu
nyawa
sama
artinya
dengan
menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah:
“Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia 32
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32) 3. Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31) 4. Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36) 5. Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal
kita.
Al-Quran
menyatakan:”Dia
lebih
mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah 33
dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi. 6. Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. AlQuran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5)
Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa. 7. Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.”
Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun
34