BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN SPIP SUB UNSUR REVIU ATAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (3.1)
NOMOR : PER-1326/K/LB/2009 TANGGAL : 7 DESEMBER 2009
KATA PENGANTAR Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP)
merupakan
tanggung
jawab
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem
pengendalian
intern,
yang
menjadi
tanggung
jawab
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masingmasing. Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan tanggung jawab BPKP tersebut meliputi: 1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP; 2. sosialisasi SPIP; 3. pendidikan dan pelatihan SPIP; 4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan 5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah. Kelima
kegiatan
dimaksud
diarahkan
dalam
rangka
penerapan unsur-unsur SPIP, yaitu: 1. lingkungan pengendalian; 2. penilaian risiko; 3. kegiatan pengendalian; 4. informasi dan komunikasi; dan 5. pemantauan pengendalian intern. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
i
Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,
BPKP
telah
menyusun
Pedoman
Teknis
Umum
Penyelenggaraan SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam penyelenggaraan sub unsur SPIP. Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Sub Unsur Reviu atas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
pada
unsur
Kegiatan
Pengendalian merupakan acuan yang memberikan arah bagi instansi pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan sub unsur tersebut, dan dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut. Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, Desember 2009 Plt. Kepala,
Kuswono Soeseno NIP 19500910 197511 1 001
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………....
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………....
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………....…
1
B. Sistematika Pedoman …………………………….......
2
BAB II GAMBARAN UMUM A. Pengertian ………………………………………….......
5
B. Tujuan dan Manfaat ………………………………....... 10 C. Peraturan Perundang-undangan Terkait ………....... 11 D. Parameter Penerapan .....…………………………….. 11
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN A. Tahap Persiapan ….....……………………………….. 14 B. Tahap Pelaksanaan ......………………………………. 19 C. Tahap Pelaporan …......……………………………….. 33
BAB IV PENUTUP
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
iii
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu Pemerintah
unsur pengendalian dalam Peraturan
Nomor
60
Tahun
2008
adalah
kegiatan
pengendalian, yaitu kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan arahan pimpinan dilaksanakan, serta tindakan yang perlu
dilakukan
untuk
mengendalikan
risiko
yang
telah
diidentifikasi dalam rangka pencapaian tujuan instansi. Salah satu sub unsur dari kegiatan pengendalian adalah reviu atas kinerja instansi pemerintah. Reviu diartikan sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah hasil kegiatan telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reviu kinerja instansi pemerintah, meliputi reviu terhadap pencapaian hasil, kegiatan, program, kebijakan, dan keselarasan tujuan dengan misi dan visi instansi, penganggaran, keuangan, pelaporan,
dan
ketaatan
terhadap
peraturan
perundang-
undangan. Reviu
dilakukan
pada
tingkat
pimpinan
instansi
pemerintah dan reviu pada tingkat kegiatan. Reviu pada tingkat pimpinan meliputi reviu terhadap kesesuaian rencana strategis, kebijakan, pengukuran, serta pelaporan hasil kinerja yang dicapai dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Adapun reviu mengetahui
pada tingkat kegiatan ditujukan untuk
kesesuaian
antara
hasil
kinerja
keuangan,
anggaran, dan operasional dengan hasil yang direncanakan. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
1
Pedoman ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP. Pedoman disusun dengan tujuan agar tersedia sebuah acuan yang memberikan arah kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tentang penyelenggaraan reviu kinerja instansi. Dalam penerapannya,
pedoman ini
dapat
disesuaikan
dengan
karakteristik masing-masing instansi yang dapat meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.
B. Sistematika Pedoman Pedoman ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut Bab I
Pendahuluan. Bab ini
menguraikan latar belakang
SPIP, tujuan
penyusunan pedoman, dan deskripsi singkat pedoman. Bab II
Gambaran Umum Bab
ini
menjelaskan
secara
singkat
pengertian
kegiatan pengendalian berikut sub unsur reviu, serta kaitannya dengan penilaian risiko. Demikian pula, uraian mengenai perlunya kegiatan pengendalian dituangkan dalam bentuk kebijakan dan prosedur. Pada bagian akhir, dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat
reviu
kinerja
instansi
pemerintah,
serta
peraturan-peraturan terkait serta parameter penerapan sub unsur ini.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
2
Bab III
Langkah-Langkah Penyelenggaraan Bab ini menjelaskan langkah-langkah implementasi reviu kinerja instansi pemerintah, yaitu mulai dari tahap persiapan
yang
kemudian
tahap
meliputi
knowing
pelaksanaan
dan
mapping,
meliputi
kegiatan
norming, forming dan performing. Bab IV
Penutup Bab ini merupakan penutup, yang berisi hal-hal yang perlu diperhatikan dan penjelasan atas penggunaan pedoman.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
3
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
4
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Sesuai dengan pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dinyatakan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, serta sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan Kegiatan pengendalian, merupakan unsur ketiga dari lima unsur
yang
terdapat
dalam
sistem
pengendalian
intern
pemerintah. Kegiatan pengendalian intern adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko, serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Dalam
menetapkan
kegiatan
pengendalian,
harus
dipertimbangkan hubungannya dengan proses penilaian risiko dan kecukupan kegiatan pengendalian. Hubungan kegiatan pengendalian dengan penilaian risiko ditunjukkan seperti gambar di bawah ini.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
5
7
Tim SPI Pusat BPKP
Gambar 1.1
Unsur kegiatan pengendalian terdiri dari sebelas sub unsur, yaitu: 1. Reviu atas kinerja Instansi pemerintah yang bersangkutan; 2. Pembinaan sumber daya manusia; 3. Pengendalian pengelolaan sistem informasi; 4. Pengendalian fisik atas aset; 5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; 6. Pemisahan fungsi; 7. Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting; 8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; 9. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; 10. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan 11. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern, serta transaksi dan kejadian penting. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
6
Untuk
mengelola
risiko
yang
berkaitan
dengan
pencapaian tujuan masing-masing kegiatan, pimpinan instansi pemerintah harus selalu fokus pada kegiatan pengendalian yang telah ditetapkan. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan dengan baik untuk membantu meyakinkan, bahwa tindakan-tindakan yang diidentifikasi oleh manajemen, diperlukan untuk pencapaian tujuan secara efektif. Kebijakan dibuat untuk mengarahkan apa yang seharusnya dikerjakan dan berfungsi sebagai dasar bagi penyusunan prosedur. Prosedur adalah rangkaian urut-urutan tindakan, yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang, dengan peralatan dan waktu tertentu dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Kebijakan dan prosedur tertulis harus ditetapkan oleh manajemen sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pengendalian. Pengertian yang lebih luas dari
kegiatan
pengendalian
juga
mencakup
teknik
dan
mekanisme, bukan hanya kebijakan dan prosedur. Teknik merupakan penjelasan lebih rinci dari prosedur, sedangkan mekanisme
merupakan
penjelasan
mengenai
siapa
dan
bagaimana teknik tersebut dilakukan. Penyelenggaraan
kegiatan
pengendalian
sekurang-
kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi pemerintah. b. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko. c. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus instansi pemerintah. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
7
d. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis. e. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan secara tertulis. f. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Reviu atas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu sub unsur dari unsur kegiatan pengendalian. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan, untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan,
sesuai
dengan
program dan kebijakan yang ditetapkan. Dengan demikian, reviu kinerja merupakan kegiatan penelaahan kembali capaian kinerja instansi pemerintah, dengan cara membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan. Tolok ukur kinerja antara lain berbentuk target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu. Reviu atas kinerja instansi pemerintah dapat dilakukan melalui dua tingkatan, yaitu:
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
8
1. Reviu pada Tingkat Pimpinan Reviu pada tingkat pimpinan merupakan upaya pimpinan instansi pemerintah memantau pencapaian kinerja instansi pemerintah tersebut dibandingkan dengan rencana sebagai tolok ukur dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pimpinan instansi pemerintah terlibat dalam penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan; b. Pimpinan instansi pemerintah terlibat dalam pengukuran dan pelaporan hasil yang dicapai; c. Pimpinan instansi pemerintah secara berkala mereviu kinerja dibandingkan rencana; d. Inisiatif
signifikan
dari
instansi
pemerintah
dipantau
pencapaian targetnya dan tindak lanjut yang telah diambil. Pimpinan adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Bab I pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. 2. Reviu Manajemen pada Tingkat Kegiatan Pimpinan instansi pemerintah mereviu kinerja dibandingkan tolok
ukur
kinerja,
dengan
mempertimbangkan
hal-hal
sebagai berikut: a. Pimpinan instansi pemerintah pada setiap tingkat kegiatan mereviu laporan kinerja, menganalisis kecenderungan (trend), dan mengukur hasil dibandingkan dengan target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu; b. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional
mereviu
serta
membandingkan
kinerja
keuangan, anggaran, dan operasional dengan hasil yang direncanakan atau diharapkan;
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
9
c. Kegiatan pengendalian yang tepat telah dilaksanakan, antara lain
rekonsiliasi, dan pengecekan ketepatan
informasi melalui pengamatan operasi lapangan. Pimpinan pada tingkat kegiatan adalah penanggung jawab untuk masing-masing kegiatan, yang kedudukannya berada di bawah tingkat pimpinan instansi pemerintah, sampai dengan tingkat yang terendah. B. Tujuan dan Manfaat Tujuan dilakukan reviu adalah untuk mengetahui apakah hasil pencapaian kinerja
instansi pemerintah
telah sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditentukan, dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Reviu
dilakukan terhadap
seluruh kegiatan instansi pemerintah, yang meliputi kinerja kegiatan, kinerja program, kinerja kebijakan, penganggaran, keuangan, dan pelaporan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui sasaran sebagai berikut : 1. Tersusun, tersosialisasi, dan diterapkannya kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan reviu atas kinerja Instansi pemerintah. 2. Tertanganinya risiko semua tujuan yang relevan dan kegiatan penting lainnya. 3. Terlaksananya kegiatan pengendalian instansi pemerintah dengan efisien dan efektif. Manfaat dari sub unsur ini antara lain membantu dan memastikan bahwa arahan dari pimpinan instansi pemerintah telah dilaksanakan, sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
10
C. Peraturan Perundangan-undangan Terkait Peraturan yang berkaitan dengan reviu kinerja instansi pemerintah adalah: 1. Peraturan
Pemerintah
Nomor
8
Tahun
2006
tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. 3. Peraturan
Pemerintah
Nomor
6
Tahun
2008
tentang
Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 4. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/1X/6/8/2003 Tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman
Penyusunan
Pelaporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi Pemerintah.
D. Parameter Penerapan Parameter penerapan sub unsur reviu atas kinerja instansi pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Reviu pada tingkat puncak–pimpinan instansi pemerintah memantau pencapaian kinerja instansi pemerintah tersebut dibandingkan dengan rencana sebagai tolok ukur kinerja. Halhal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. Pimpinan instansi pemerintah terlibat dalam penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan; b. Pimpinan instansi pemerintah terlibat dalam pengukuran dan pelaporan hasil yang dicapai;
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
11
c. Pimpinan instansi pemerintah secara berkala mereviu kinerja dibandingkan dengan rencana; d. Inisiatif
signifikan
dari
instansi
pemerintah
dipantau
pencapaian targetnya dan tindak lanjut yang telah diambil. 2. Reviu manajemen pada tingkat kegiatan–pimpinan instansi pemerintah mereviu kinerja dibandingkan dengan tolok ukur kinerja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. Pimpinan instansi pemerintah pada setiap tingkatan kegiatan
mereviu
laporan
kinerja,
menganalisis
kecenderungan, dan mengukur hasil dibandingkan dengan target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu; b. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional
mereviu
serta
membandingkan
kinerja
keuangan, anggaran, dan operasional dengan hasil yang direncanakan atau diharapkan; c. Kegiatan pengendalian yang tepat telah dilaksanakan, antara lain seperti rekonsiliasi dan pengecekan ketepatan informasi.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
12
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN Reviu atas kinerja instansi pemerintah merupakan bagian dari suatu sistem manajemen berbasis kinerja, sehingga untuk dapat menerapkan secara efektif perlu dibangun suatu model yang komprehensif yang menggambarkan bahwa proses reviu atas kinerja,
mulai
dari
penyusunan
rencana
strategis
instansi
pemerintah dan berakhir dengan adanya pemanfaatan hasil reviu untuk perbaikan kinerja instansi pemerintah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penerapan sub unsur reviu atas kinerja instansi pemerintah terdiri dari : 1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang ditujukan untuk memberikan pemahaman atau kesadaran yang lebih baik serta pemetaan kebutuhan penerapan. 2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur dan internalisasi, serta upaya pengembangan yang berkelanjutan. 3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap pelaporan kegiatan. Dalam langkahnya
pelaksanaannya, dapat
dilakukan
tahapan secara
berikut bersamaan
langkahdengan
pelaksanaan penyelenggaraan unsur/sub unsur lainnya. Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan reviu kinerja instansi pemerintah di setiap tahapan.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
13
A. Tahap Persiapan 1. Penyiapan
Peraturan,
Sumber
Daya
Manusia
dan
Rencana Penyelenggaraan Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah membuat
rencana
penyelenggaraan
yang
antara
lain
memuat: jadwal pelaksanaan kegiatan; waktu yang dibutuhkan; dana yang dibutuhkan; dan pihak-pihak yang terlibat. Berdasarkan peraturan tersebut, satuan tugas SPIP yang dibentuk antara lain akan menyusun rancangan manajemen berbasis
kinerja,
memfasilitasi
penyamaan
pemahaman
mengenai manajemen berbasis kinerja, dan melakukan survei dalam rangka menyiapkan penerapan manajemen berbasis kinerja pada instansi pemerintah. Oleh karena itu, Tim Satgas tersebut terlebih dulu diberi pelatihan tentang SPIP, khususnya terkait dengan manajemen kinerja agar dapat mengawal penyelenggaraan reviu kinerja dengan baik. 2. Pemahaman (Knowing) Tahap pemahaman sangat penting dalam menerapkan suatu reviu atas kinerja instansi pemerintah sebagai bagian dari suatu program manajemen berbasis kinerja. Dalam tahap pemahaman ini, terdapat dua hal yang perlu menjadi perhatian, yaitu: 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
14
a. Komitmen Semua orang yang terlibat dalam proses reviu atas kinerja instansi pemerintah, khususnya yang berada pada tingkat pimpinan
perlu
mempunyai
komitmen
terhadap
manajemen berbasis kinerja. Tingkat komitmen terhadap manajemen berbasis kinerja akan menentukan tingkat sukses dari kegiatan reviu atas kinerja instansi pemerintah. Komitmen juga harus terus dijaga, karena memudarnya komitmen akan menggagalkan kegiatan yang sudah direncanakan. b. Keterlibatan Reviu atas kinerja instansi pemerintah merupakan proses yang bersifat inklusif, bukan eksklusif. Oleh karena itu, harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam organisasi, meliputi pejabat, para pegawai, dan pemakai hasil reviu lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui mengenai apa yang dipikirkan, diinginkan, atau diperlukan para pemangku kepentingan. Satuan Tugas SPIP harus dapat merancang proses pemberian
pemahaman
yang
efektif
kepada
pemangku kepentingan dalam organisasi. disampaikan
untuk
meningkatkan
seluruh
Materi yang
pemahaman
mereka
dirancang sedemikian sehingga meningkatkan pemahaman akan pentingnya reviu kinerja. Materi yang diberikan terkait dengan manajemen berbasis kinerja, yakni suatu pendekatan secara sistematik untuk meningkatkan kinerja melalui proses berkelanjutan, yang terdiri dari: 1) Mendefinisikan misi organisasi dan tujuan strategis; 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
15
2) Menetapkan
suatu
sistem
pengukuran
kinerja
yang
terintegrasi; 3) Menetapkan akuntabilitas kinerja; 4) Menetapkan suatu proses/sistem untuk mengumpulkan data kinerja; 5) Menetapkan suatu proses/sistem untuk menganalisis, mereviu, dan melaporkan data kinerja; dan 6) Menetapkan proses/sistem untuk menggunakan informasi kinerja dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Pemberian
pemahaman
dapat
dilakukan
media
komunikasi
melalui
berbagai media, antara lain: a. Sosialisasi,
menggunakan
yang
dilakukan dengan tatap muka, seperti ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja, dan diskusi kelompok secara terfokus. b. Website, memiliki cakupan yang lebih luas dengan tujuan agar dapat dipahami lebih luas baik, oleh pimpinan maupun setiap pegawai. c. Multimedia,
media
ini
bersifat
lebih
interaktif
dan
bermanfaat untuk memperoleh sebaran yang lebih luas. d. Majalah, merupakan media komunikasi dalam bentuk cetakan yang diterbitkan secara reguler dan dapat memberikan contoh-contoh yang konkret. e. Akses
ke
jaringan,
misalnya
dengan
menggunakan
password yang harus dijawab dengan benar oleh pegawai, sebelum masuk ke dalam jaringan. Pemilihan media tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya tidak semua wewenang dan tanggung 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
16
jawab yang didelegasikan perlu diketahui oleh pihak lain secara luas. Jika informasi tersebut hanya untuk diketahui oleh pihak internal, tidak perlu menggunakan website, tetapi cukup menggunakan jaringan internal instansi.
3. Pemetaan (Mapping) Tahap pemetaan diperlukan dalam rangka mengetahui sejauhmana pemahaman pemangku kepentingan terhadap reviu atas kinerja instansi pemerintah, dan menganalisis kesiapan sumber daya organisasi dalam menerapkan reviu atas
kinerja
instansi
pemerintah.
Pemetaan
dilakukan
terhadap hal-hal sebagai berikut: a. Kegiatan utama dari instansi pemerintah; b. Masukan (Input) dari organisasi dan sumbernya; c. Keluaran (Output)/produk dan jasa layanan organisasi; d. Pemakai produk dan layanan organisasi; e. Hasil (Outcome) untuk masing-masing kegiatan; f. Fungsi pendukung yang penting dalam pelaksanaan reviu atas kinerja instansi pemerintah. Selain itu, dilakukan pemetaan atas keberadaan dan implementasi dari kebijakan dan prosedur terkait reviu kinerja. Hal-hal yang harus diketahui dari pemetaan adalah sebagai berikut:
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
17
a. Reviu kinerja telah memiliki peraturan yang melandasinya; b. Peraturan/kebijakan yang ada tersebut telah sesuai dengan ketentuan di atasnya, yang mengatur pelaksanaan reviu kinerja c. Peraturan/kebijakan tersebut telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Standard Operating Procedures (SOP) atau pedoman untuk dapat melaksanakan peraturan tersebut; d. SOP atau pedoman dimaksud telah sesuai dengan peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun; e. SOP atau pedoman pelaksanaan kegiatan atau bagian dari kegiatan
tersebut
telah
dilaksanakan/diterapkan
dan
didokumentasikan dengan baik. Hasil pemetaan adalah berupa gap antara kondisi ideal organisasi untuk dapat melakukan reviu atas kinerja dengan baik dan kondisi organisasi sekarang. Dengan mengetahui gap, maka akan dapat dianalisis risiko yang akan dihadapi oleh organisasi, sehingga dapat direncanakan langkahlangkah untuk membangun kebijakan dan prosedur, serta infrastruktur
lainnya
dalam
rangka
mengurangi
risiko
organisasi terhadap kegiatan reviu atas kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan
hasil
pemetaan
pemahaman
akan
diketahui pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih teknis untuk pelaksanaan kegiatan. Adapun dari hasil pemetaan infrastruktur, akan diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki dan dibangun (area of improvement). B. Tahap Pelaksanaan 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
18
Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu: membangun
infrastruktur
pedoman)
berdasarkan
(kebijakan hasil
dan
prosedur
pemetaan,
serta
kemudian
menginternalisasikan atau menerapkan kebijakan yang telah dibangun ataupun disempurnakan tersebut. Setelah internalisasi atau penerapan ini berjalan perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan terus menerus terhadap pendokumentasian yang baik agar sesuai dengan tujuan pengendalian intern yang diinginkan. 1. Membangun Infrastruktur (Norming) Berdasarkan hasil dari survei/pemetaan pemahaman tersebut, diketahui pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih teknis untuk pelaksanaan kegiatan. Pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan berbeda sesuai dengan tingkat keterlibatan pejabat/pegawai yang menerima
latihan.
Keahlian
pengukuran
dan
analisis
merupakan kebutuhan utama bagi pejabat/pegawai yang melakukan reviu. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan di bidang teknik pengukuran dan analisis, yang materinya memuat mengenai instrumen statistik, teknik manajemen, etika, dan ISO. Satuan
Tugas
SPIP
perlu
membuat
model
pengembangan manajemen berbasis kinerja karena reviu atas kinerja merupakan bagian dari manajemen berbasis kinerja. Model tersebut sebagaimana gambar di bawah ini:
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
19
Tahap 6: Menetapkan suatu proses untuk menggunakan informasi kinerja dalam mendorong perbaikan
Tahap 1: Mendefinisikan misi dan tujuan strategis organisasi
Tahap 3: Menetapkan akuntabilitas terhadap kinerja
Tahap 5: Menetapkan suatu proses untuk menganalisis, meriviu dan melaporkan data kinerja
Tahap 4: Menetapkan suatu proses untuk mengumpulkan data dan menilai kinerja
Tahap 2: Menetapkan suatu sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi
Gambar 3.1 Model Pengembangan Manajemen Berbasis Kinerja
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Mendefinisikan misi organisasi dan tujuan strategis Pernyataan misi dibuat dalam rangka menjelaskan tujuan organisasi yang mudah dipahami bagi orang yang berada di dalam dan di luar organisasi.
Pernyataan misi harus
menjelaskan mengenai produk yang diberikan kepada mitra
dan
jenis
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
menghasilkan produk tersebut. Dalam mendefinisikan misi organisasi perlu dilakukan focus group discussion yang difasilitasi oleh satgas SPIP. Pertanyaan-pertanyaan yang didiskusikan adalah sebagai berikut: a) Apakah pernyataan misi jelas bagi setiap orang yang ada di dalam dan di luar organisasi?; b) Apakah pernyataan misi mengenai kegiatan anggota organisasi, dan bagaimana cara melaksanakannya?; 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
20
c) Apakah telah jelas siapa mitra kita?; d) Apakah fokus utama organisasi telah jelas? Apakah hal ini mencerminkan kompetensi khusus organisasi?; e) Apakah pernyataan misi mencerminkan nilai dasar, filosofi, dan keyakinan organisasi? Apakah pernyataan tersebut
menggerakkan,
mendorong,
dan
membangkitkan organisasi?; serta f) Apakah pernyataan tersebut singkat, sehingga mudah diingat oleh setiap orang? 2) Membangun sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi Dalam membangun sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi, komponen yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a) Rencana strategis; b) Proses kegiatan utama; c) Kebutuhan-kebutuhan pemangku kepentingan; d) Keterlibatan pimpinan; dan e) Keterlibatan Pegawai. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam memilih kerangka kerja pengukuran kinerja: a. Akuntabilitas untuk ukuran-ukuran yang digunakan; b. Kerangka kerja konseptual, seperti pengukuran kinerja organisasi
dapat
dihubungkan
dengan
proses
perencanaan strategis; dan c. Komunikasi sangat penting untuk menetapkan dan memelihara sistem pengukuran kinerja. Dalam membangun sistem pengukuran kinerja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
21
a. Menggunakan
proses
kolaborasi,
pengukuran-pengukuran
mengembangkan
menggunakan
proses
kolaborasi terdiri dari kelompok orang yang akan diukur kinerjanya dan kelompok orang yang akan menerapkan proses pengukuran; b. Menguraikan
proses
organisasi,
yaitu
dengan
mengembangkan suatu model proses arus atau bagan input/output
yang
mendefinisikan
kegiatan-kegiatan
utama organisasi; c. Merancang pengukuran kinerja untuk menunjukkan perkembangan dalam pencapaian tujuan strategis dan jangka pendek seperti yang tercantum dalam rencana strategis organisasi; d. Mengumpulkan data Pengukuran
hanya
bermanfaat
jika
menghasilkan
informasi yang berkualitas (valid). Oleh karena itu, kualitas data harus dipastikan karena sangat penting dalam menyampaikan informasi yang bermanfaat; e. Menggunakan data Data yang telah dikumpulkan diproses dan disajikan dengan cara yang mudah dimengerti oleh pengguna; f. Proses pengukuran diperbaiki secara berkelanjutan Dimungkinkan pengukuran
perubahan dalam
ukuran
rangka
dan
menjawab
proses
perubahan
kebutuhan dan prioritas. Perlu diterapkan konsep perbaikan
terus-menerus
atas
sistem
pengukuran
kinerja untuk menjamin bahwa pengukuran dilakukan atas sesuatu yang benar. 3) Membangun akuntabilitas kinerja
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
22
Untuk dapat membangun akuntabilitas kinerja dengan baik, diperlukan suatu kerangka kerja terkait dengan individu atau organisasi
yang
memeroleh kewenangan atau
mendelegasikan tanggung jawabnya. Kerangka kerja ini dibuat dalam bentuk siklus, mulai dari adanya suatu rencana,
melaksanakan
rencana,
mengukur,
dan
melaporkan hasil-hasil yang dicapai dibandingkan dengan rencana yang dibuat. Penerima laporan memberikan umpan balik, kemudian siklus mulai dari awal lagi.
Tetapkan Tujuan dan Tanggung Jawab yang Dapat Diukur
Mengevaluasi Hasilhasil dan Memberikan Umpan Balik
Rencanakan Apa yang Harus Dilakukan Untuk Mencapai Tujuan
Laksanakan Pekerjaan dan Memantau Kemajuannya
Melaporkan Hasilhasilnya
Gambar 3.2 Siklus Akuntabilitas Kinerja
Karena akuntabilitas memerlukan pelaporan, fokus dari alat akuntabilitas adalah terhadap pelaporan atas kinerja dari sisi tujuan dan hasil-hasil. Alat-alat akuntabilitas antara lain terdiri dari: a) Rencana strategis; 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
23
b) Rencana Kinerja; c) Kesepakatan Kinerja; d) Laporan Akuntabilitas; e) Kontrak berbasis kinerja; f) Penilaian sendiri; g) Reviu Kinerja; h) Pengendalian Manajemen; dan i) Pertemuan membahas akuntabilitas. 4) Membangun proses/sistem untuk mengumpulkan data dalam rangka menilai kinerja Program
pengumpulan
data
sangat
penting
untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan mendukung keseluruhan tujuan program pengukuran kinerja dan memberikan
rincian
untuk
mendukung
pengambilan
keputusan oleh pemakai informasi. Dalam pengembangan program pengumpulan data, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) Pernyataan mengenai kebutuhan informasi Program
pengumpulan
data
harus
secara
jelas
mendefinisikan kebutuhan informasi dalam rangka program pengukuran kinerja. Harus ada hubungan yang jelas antara kebutuhan data dan tujuan pengukuran kinerja.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
24
b) Pernyataan
mengenai
sumber
informasi
dalam
pengumpulan data Program
pengumpulan
data
harus
secara
jelas
mendefinisikan hubungan antara ukuran kinerja, tujuan kinerja, metode evaluasi kinerja, dan sumber data. Identifikasi
ini,
termasuk
penjelasan
mengenai
ketersediaan, biaya, keandalan, dan kualitas sumber data. c) Proses pengumpulan data Dalam setiap kegiatan pengumpulan data, sangatlah penting
untuk
menetapkan
maksud
dan
tujuan
pengumpulan data, jangka waktu pengumpulan data, dan bentuk analisis yang akan digunakan terhadap data yang telah dikumpulkan. Hal ini akan membantu dalam menentukan
jenis
data
yang
akan
dikumpulkan,
bagaimana cara mengumpulkan dan menyimpan data, dan jenis analisis apa yang akan digunakan. 5) Membangun proses untuk menganalisis, mereviu, dan melaporkan data kinerja Tujuan dari analisis dan reviu data adalah untuk mengubah data
mentah
menjadi
informasi
dan
pengetahuan
mengenai kinerja. Data yang telah dikumpulkan diproses dan diikhtisarkan sehingga organisasi terinformasikan mengenai hal yang sedang terjadi, mengapa berbeda dengan yang diharapkan, dan tindakan korektif yang diperlukan. Model dari analisis data terdiri dari empat komponen: 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
25
a) Merumuskan secara jelas pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab; b) Mengumpulkan serta mengorganisasikan data dan fakta terkait dengan pertanyaan tersebut; c) Menganalisis
data
untuk
menentukan
jawaban
berdasarkan fakta terhadap pertanyaan-pertanyaan; dan d) Menyajikan data dengan cara yang jelas dalam mengomunikasikan
jawaban
terhadap
pertanyaan-
pertanyaan di atas. Kebutuhan Informasi
Pertanyaan-Pertanyaan
Komunikasi
Data
Analisis
Gambar 3.3 Proses Menghasilkan Informasi
Dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1)Reviu pertanyaan Siklus dari
berawal
dari
mendefinisikan
rencana
awal
pertanyaan.
yang
dimulai
Setelah
itu,
dipertimbangkan bagaimana cara mengomunikasikan jawaban dan jenis analisis apa yang akan dilakukan. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
26
Langkah
awal
dalam
analisis
dan
reviu
adalah
berdasarkan pada dokumen perencanaan, berkaitan dengan pertanyaan mengenai kinerja apa yang akan dijawab?, apakah program pengumpulan dan analisis data?, dan apakah jalur dan format pelaporan telah ditentukan? Program analisis data membantu dalam menentukan data yang dibutuhkan dan menjelaskan karakteristik dari data yang paling penting. Dengan pemahaman seperti ini sebagai dasar, program ini harus dikaitkan dengan “dimana”, “siapa”, dan “bagaimana” pengumpulan data dilakukan. Ketika memulai langkah pertama dalam menghasilkan informasi
yang
bermanfaat,
beberapa
pertanyaan
berikut perlu dipertimbangkan: (a) Bagaimana kinerja aktual dibandingkan dengan tujuan atau standar?; (b) Jika ada penyimpangan yang signifikan, apakah tindakan koreksi yang penting untuk dilakukan?; (c) Apakah tujuan-tujuan atau ukuran-ukuran baru diperlukan?; (d) Bagaimana perubahan yang telah terjadi pada kondisi sekarang?
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
27
(2)Pengumpulan dan organisasi data Suatu perkataan populer “Garbage In, Garbage Out” (masuk sampah keluar sampah), merupakan sesuatu yang
mengingatkan
bahwa
kualitas
dari
analisis
tergantung dari kualitas informasi yang dianalisis. Sebelum analisis dan pengambilan kesimpulan dari data, perlu dilakukan pengumpulan data dan verifikasi data untuk memastikan bahwa proses pengumpulan data telah memenuhi tujuan dan lengkap. (3)Analisis Data Ada dua kategori alat analisis, terdiri atas alat analisis data kinerja, serta alat untuk mengidentifikasikan akar permasalahan, dan merancang perbaikan. Contoh dari kedua kategori alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Alat Analisis Kinerja
Alat Untuk Mengidentifikasi Penyebab dan Merancang Perbaikan
• Daftar Uji • Analisis statistik • Flow Chart • Decision Tree • Scatter Plot Scattered plothubungan hubungan antar antar variabel variabel
• Curah Pendapat • Diagram Sebab Akibat • Analisis Kualitas Biaya • Gap Analysis • Analisis Kegagalan dan Akibatnya
Tabel 3.1 Alat Analisis Data
(4)Penyajian Data Sebelum menyajikan informasi, adalah bermanfaat untuk mengevaluasi dan memahami hal-hal sebagai berikut:
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
28
(a) Siapakah yang menghadiri penyajian?; (b) Apakah maksud penggunaan data? Apakah data tersebut
akan
digunakan
untuk
pengambilan
keputusan atau hanya sebagai alat pemantauan kinerja?; (c) Apakah pesan dasar yang dikomunikasikan?; (d) Apakah bentuk penyajiannya?; (e) Apakah asumsi-asumsi yang digunakan?. 6) Membangun proses yang mampu untuk menggunakan informasi kinerja dalam rangka perbaikan kinerja Muara dari reviu kinerja instansi pemerintah adalah kemampuan untuk menggunakan informasi kinerja dalam rangka perbaikan kinerja. Tiga bidang yang memerlukan perhatian: a) Mengarahkan perbaikan kinerja; b) Melaksanakan benchmarking/membandingkan dengan kinerja organisasi lain; dan c) Mengubah proses manajemen melalui perekayasaan, perbaikan terus menerus, dan proses perbaikan.
Dari hasil pemetaan infrastruktur diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki
dan
dibangun
(area
of
improvement).
Penyempurnaan atau pembuatan kebijakan dan prosedur atas reviu kinerja instansi pemerintah ditetapkan oleh pimpinan organisasi.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
29
Kebijakan dan prosedur reviu mengatur mengenai: 1) Pengumpulan dan organisasi data a) Pengumpulan data Data dikumpulkan dari semua sumber yang mungkin dapat memberikan data. Rencana analisis harus menunjukkan
bahwa
data
telah
dikumpulkan
berdasarkan berbagai aspek atau dari mana data diperoleh, seperti: (1)Data dasar; (2)Pengukuran kinerja; (3)Kesesuaian
dengan
kajian
ilmiah
yang
telah
dilakukan; (4)Asumsi-asumsi berkaitan dengan pengaruh faktor eksternal; dan (5)Sumber-sumber dari dalam dan luar organisasi. b) Pengecekan kualitas data Pengecekan
kualitas
data
terdiri
dari
akurasi,
konsistensi, bias, sampling error, keterbandingan, dan content analysis. c) Pengorganisasian data Pengorganisasian menggunakan
data
scorecard,
dapat expert
dilakukan
dengan
judgement,
meta
analysis dan evaluation synthesis, normalisasi, dan indeks kinerja.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
30
2) Analisis Data Analisis data terdiri dari: a) Instrumen analisis yang digunakan; b) Membandingkan antara kinerja aktual dengan standar; c) Melakukan analisis penyimpangan dari standar.
2. Internalisasi (Forming) Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk mewujudkan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan operasional seharihari. Perwujudan dapat tercermin dalam konteks seberapa jauh proses internalisasi memengaruhi pimpinan instansi pemerintah mengambil keputusan dan memengaruhi perilaku para pegawai dalam melaksanakan kegiatan. Kegiatan
internalisasi
dalam
sub
unsur
ini
bertujuan
membangun kesadaran: a. Pimpinan instansi pemerintah ikut terlibat dan mereviu penyusunan
rencana
strategis
serta
rencana
kerja
tahunan; b. Pimpinan instansi pemerintah ikut terlibat dan mereviu pengukuran serta pelaporan hasil yang dicapai; c. Pimpinan instansi pemerintah secara berkala mereviu kinerja dibandingkan dengan rencana; d. Pimpinan instansi pemerintah memantau pencapaian target dan tindak lanjut dari adanya inisiatif signifikan; e. Pimpinan instansi pemerintah pada setiap tingkatan kegiatan
mereviu
laporan
kinerja,
menganalisis
kecenderungan, dan mengukur hasil; 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
31
f. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional mereviu, serta membandingkan dengan target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu; g. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional
mereviu,
serta
membandingkan
kinerja
keuangan, anggaran, dan operasional dengan hasil yang direncanakan atau diharapkan; h. Kegiatan pengendalian yang tepat telah dilaksanakan, antara lain seperti rekonsiliasi dan pengecekan ketepatan informasi. 3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing) Pengembangan berkelanjutan dilakukan melalui evaluasi dan pemantauan dengan: a. Memanfaatkan informasi kinerja untuk perbaikan kinerja organisasi; b. Membandingkan
dengan
kinerja
organisasi
lain
(Benchmarking); c. Perbaikan proses reviu atas kinerja instansi pemerintah. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi antara lain: a. Setiap langkah-langkah persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi perlu didokumentasikan agar mudah dilakukan dalam penelusuran kembali. b. Setiap langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan perlu dipantau
atau
memiliki
mekanisme
yang
memiliki
pemantauan (built-in monitoring). c. Dilakukan
evaluasi/assessment
terhadap
efektivitas
penerapan SPI secara berkala. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
32
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi diperoleh area-area yang
perlu
perbaikan
sebagai
umpan
balik
untuk
mengembangkan dan meningkatkan sistem secara lebih lanjut. C. Tahap Pelaporan Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan penyelenggaraan
sub
unsur
perlu
didokumentasikan.
Pendokumentasian ini merupakan satu kesatuan (bagian yang tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan berkala dan tahunan penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian dimaksud meliputi: 1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri atas: a. Peningkatan
pemahaman,
yang
mencakup
kegiatan
sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja, dan focus group) mengenai pentingnya penerapan reviu kinerja instansi
pemerintah,
serta
kegiatan
penyampaian
pemahaman melalui website, multimedia, literatur, dan media lainnya. b. Pemetaan infrastruktur dan penerapan, yang mencakup penjelasan mengenai pentingnya penerapan sub unsur reviu
atas
kinerja
instansi
pemerintah,
persiapan
penyusunan kebijakan, pedoman, mekanisme reviu kinerja instansi pemerintah yang efektif, serta pemberian masukan atas
rencana tindak
yang tepat untuk
internalisasi
penerapan reviu kinerja instansi pemerintah c. Kegiatan
pembangunan
infrastruktur,
yang
mencakup
penyusunan kebijakan, pedoman, mekanisme reviu atas kinerja instansi pemerintah, serta penyusunan kebijakan, pedoman, mekanisme reviu atas kinerja instansi pemerintah. 3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
33
d. Pelaksanaan internalisasi, yang mencakup kegiatan dalam rangka pemantapan penerapan reviu kinerja instansi pemerintah dalam kegiatan operasional di lingkungan instansi pemerintah masing-masing. e. Pengembangan berkelanjutan, yang mencakup kegiatan pemantauan, usaha meningkatkan kualitas komunikasi, baik kepada internal maupun eksternal secara efektif, serta usaha meningkatkan kualitas sarana komunikasi. 2. Hambatan kegiatan Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya target/tujuan kegiatan tersebut, agar dijelaskan sebab-sebab terjadinya hambatan kegiatan. 3. Saran Saran
diberikan
pelaksanaan masalah agar
berkaitan
kegiatan
dengan
yang
adanya
memerlukan
hambatan pemecahan
kejadian serupa tidak berulang, dan guna
peningkatan pencapaian tujuan. Saran/rekomendasi yang diberikan agar realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan. 4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya Bagian ini melaporkan tindak lanjut yang telah dilakukan atas saran/rekomendasi yang diberikan pada kegiatan periode sebelumnya.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
34
Dokumentasi penyusunan
ini
laporan
merupakan berkala
bahan
dan
dukungan
tahunan
bagi
(penjelasan
penyusunan laporan dapat dilihat pada buku Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan
pendokumentasian
menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan yang hasilnya disampaikan kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas, melalui satuan tugas penyelenggaraan SPIP (Satgas SPIP) di instansi pemerintah yang bersangkutan.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
35
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
36
BAB IV PENUTUP
Salah satu unsur pengendalian dalam SPIP adalah kegiatan pengendalian, yaitu berupa kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk mengurangi risiko yang diidentifikasi dalam proses penilaian risiko. Salah satu sub unsur dalam kegiatan pengendalian tersebut adalah reviu kinerja instansi pemerintah, yaitu reviu yang harus dilaksanakan oleh pimpinan secara berkala terhadap
kebijakan,
prosedur, kegiatan, program, keuangan serta pelaporan . Hal-hal yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan mendasar yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi pemerintah, yang minimal harus dipenuhi dalam menerapkan reviu kinerja instansi pemerintah, serta tidak mengatur secara spesifik bagi instansi tertentu. Instansi pemerintah hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang perlu diambil sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik sistem pengendalian intern, pedoman ini dapat disesuaikan dikemudian hari.
3.1 Reviu Kinerja Instansi Pemerintah
37