PENETAPAN PENETAPAN KADAR KADA R CRP C RP SECARA KUALITA KU ALITATIF TIF
Oleh : Nama Rombongan Kelompok
: : II :4
LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEUDA!AAN "#$" I% PENDA&ULUAN A% La'a( elakang
Reaksi terhadap kerusakan jaringan dimiliki oleh semua hewan, bahkan pada hewan avertebrata air yang berukuran sangat kecil pun mempunyai sel fagosit substansi antimikroba, termasuk lisozim. Sama halnya seperti sistem sirkulasi yang efisien, sistem pertahanan pun demikian. Sel fagosit seperti halnya protein plasma dapat bergerak dengan cepat ke jaringan saat melakukan penyerangan dan dapat menghadang jalannya patogen sepanjang sistem sirkulasi. Mekanisme yang digunakan untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup disebut sistem imun (Starr, !!!". #munitas adalah kemampuan tubuh untuk menolak substansi asing dan sel$ sel. Respon non spesifik merupakan garis pertahanan tubuh yang pertama. Respon yang sangat spesifik merupakan garis pertahanan tubuh yang tergerak yang mengunci setiap ancaman. Respon imun meliputi respon imun spesifik maupun non spesifik. Respon imun non spesifik memblokir masuknya dan menyebarnya gen$gen penyebab penyakit, sedangkan respon spesifik melibatkan dua jenis respon yaitu respon yang diperantarai antibodi dan sel. %R& (C-Reaktif Protein" merupakan salah satu protein fase akut yang akan meningkat kadarnya pada keadaan infeksi. %R& dapat meningkat '!! kali atau lebih dan berperan dalam imunitas non$spesifik yang dengan bantuan %a dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan bakteri atau jamur, sehingga mengaktifkan komplemen (jalur klasik". %R& juga mengikat protein % pneumococcus. )leh karena itu, %R& berupa opsonin yang memudahkan fagositosis. *danya %R& yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten (+aratawidjaya, !!". %R& dibentuk oleh badan pada saat infeksi. &eranannya ialah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. %R& dengan bantuan %a dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur. *ktivitas %R& beserta cy reseptor berperan dalam memerangi inflamasi dan melingdungi diri dari penyakit khusus autoimun (Supardi dan Sukamto, '---". Metode$metode yang lazim untuk mengukur %R& adalah aglutinasi, fiksasi komplemen,
antibodi
fluorescens,
presipitasi
dalam
cairan
atau
gel
dan
radioimmunoassay, penurunan kadar %R& serum dapat menunjukkan terapi yang berhasil pada pielonefritis akut. &eningkatan mendadak kadar %R& serum merupakan
indikasi penolakan jaringan transplan pada pasien$pasien dengan transpalatasi ginjal (Speicher and Smith, '--".
% T)*)an
/ujuan praktikum ini adalah mendeteksi keberadaan %R& dalam pemeriksaan serum darah, mengetahui kadar %R& dalam serum darah.
II%
TIN+AUAN PUSTAKA
Sistem imun non spesifik terdiri dari pertahanan humoral dan seluler. &ertahanan humoral dilakukan di luar sel (ekstraseluler", yaitu dalam sistem sirkulasi oleh antibodi, interferon, komplemen, dan %R& ( C-Reactive Protein". Sistem imun
non spesifik tidak diperoleh akibat adanya kontak dengan antigen. Sifatnya nonspesifik dan dapat melindungi tubuh dari banyak patogen potensial. Mekanisme tersebut tidak menunjukkan spesifitas dan tidak tergantung pengenalan spesifik bahan asing. /ermasuk dalam kelompok ini adalah pelindung tubuh dari penyebab infeksi, seperti kulit dan sistem mukosa, sel 01, mekanisme fagositosis dan inflamasi. aktor nonspesifik yang lain bervariasi, dipengaruhi oleh usia, faktor$ faktor hormonal atau aktivitas metabolisme (+rooks et al., !!'". 2immerman (!!-", menambahkan bahwa sistem imun innate merespon dengan cepat dibandingkan dengan system kekebalan tubuh adaftif yang dapat berlangsung beberapa hari untuk diaktifkan. Membutuhkan sebelumnya paparan antigen untuk melakukan respon imunologi penuh, memanfaatkan kedua respon yang diperantarai sel dan humoral. C-Reactive Protein (%R&" merupakan serum protein fase akut dan merupakan anggota dari kelompok protein pentraksin yaitu protein yang berperan dalam pertahanan yang mendahului fungsi adaptif sistem imun. #nteraksi %R& dengan komplemen dan cy reseptor memiliki peranan penting untuk menambah apresiasi dari aliran regulatori %R& dalam inflamasi dan autoimunitas. *ktivitas %R& beserta cy reseptor berperan dalam memerangi inflamasi dan melingdungi diri dari penyakit khusus autoimun. %R& diketahui bahwa mempunyai peran penting dalam proses atherosklerosis (Stuveling et al., !!!". %R& dibentuk oleh badan pada saat infeksi. &eranannya ialah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen (Supardi dan Sukamto, '---". Sistem komplemen secara langsung membunuh mikroba, respon suplemen inflamatori dan bekerja dengan respon ini. Respon komplemen melengkapi kerja sistem imun. &rotein$protein komplemen dibentuk dalam hati dan menjadi aktif dalam suatu tahapan (%' mengaktifasi % dan seterusnya" contohnya %R& (3uyton, '--!". %R& adalah suatu indikator peradangan yang dini dan lebih dapat diandalkan dibanding reaktan$reaktan fase akut serum lainnya. 4ari diagnosis banding pneumonia bacterial versus virus, %R& serum dilaporkan bermanfaat karena kadarnya meningkat secara dramatik pada infeksi bakteri (Speiser dan Smith, '--". %R& biasanya ditemukan dalam konsentrasi rendah dalam serum, yang kadarnya cepat meningkat dalam beberapa jam setelah infeksi, kerusakan jaringan. 4i samping bersifat imunosupresif, %R& dapat meningkatkan fagositosis, menghambat fungsi trombosit dan mengaktivasi komplemen. ungsinya tidak diketahui, tetapi telah
disarankan bahwa %R& mencegah terjadinya autoimunitas terhadap antigen intraseluler yang dikeluarkan oleh jaringan rusak (/izard, '-5". C-Reactive Protein (%R&" yang merupakan protein yang disintesis di hati sebagai respon terhadap berbagai rangsang inflamasi (Susanto dan *dam, !!-". Respon inflamatori sering kali sangat kuat untuk menghentikan penyebaran agen$ agen penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan fungi. Responnya dimulai dengan pelepasan sinyal kimiawi dan mengaktifasi dengan pembersihan oleh sel monosit. 6ika sistem ini tidak cukup kuat menahan penyakit maka sistem komplemen dan respon imun akan bekerja (3anong, '-57".
% Pembaha,an
8asil praktikum menunjukkan bahwa sampel serum kontrol negatif yang diuji atau pada lingkaran ' tidak terbentuk gumpalan$gumpalan putih (aglutinasi" sehingga menunjukkan hasil negatif. 9ingkaran ditetesi dengan sampel kontrol positif, terjadi aglutinasi sehingga dapat diketahui bahwa kontrol mengandung konsentrasi %R& dalam batas normal di dalamnya. 9ingkaran ke$7 ditetesi dengan sampel plasma ! :l tidak terbentuk gumpalan$gumpalan putih (tidak terjadi aglutinasi". 8al ini berarti bahwa di dalam plasma tidak mengandung konsentrasi %R& yang menandakan tidak terjadinya peradangan infeksi atau kerusakan jaringan. Menurut Speicher dan Smith ('--", dalam konsentrasi %R& dalam keadaan normal adalah
!,!!!5$!,!!; g<9 atau !,!5$; mg
Sensitifitasnya yang tinggi menyebabkan pemeriksaan 8s$%R& dapat digunakan untuk memperkirakan resiko penyakit kardiovaskular dan memperkirakan adanya inflamasi aktif akibat infeksi bakteri atau virus dan trauma. &enelitian epidemiologis
melaporkan
bahwa
risiko penyakit
kardio
vaskuler
(%>4"
digolongkan ke dalam rendah, sedang, dan tinggi jika kadar high sensitivity Creactive protein (hs%R&" masing masing ?' mg<9, ' @ 7 mg<9, dan A 7 mg<9 (Susanto dan *dam, !!-". Bakatsuki et al. (!!" menambahkan bahwa uji %R& juga dapat digunakan dalam terapi estrogen pada wanita menopause. #nduksi estrogen akan meningkatkan %R& karena terdapat perubahan secara bebas interleukin$ (#9$" dimana terjadi stimulasi dari sekresi hati. Substansi % atau polisakarida adalah antigen somatik dimana spesies spesifik asam teichoic polimer mengandung phosporilcolin sebagai determinan antigen terbesar dan presipitasinya dengan serum non$spesifik beta globulin disebut %$Reactive &rotein (%R&". %R& mningkat pada individu yang mengalami gangguan inflamatori akut. Substansi % pada %R& mengaktivasi presipitasi komplemen melalui jalan pintas yang berfungsi sebagai opsonin untuk memfasilitasi fagositosis secara cepat pada infeksi pneumococcal (Cotis dan riedman, !!'". #ndikator adanya antigen % untuk pneumococcal ditunjukkan dengan adanya %R& pada serum pasien dengan infeksi akut dan penyakit lainnya. Dji %R& digunakan untuk indikator non$ spesifik adanya proses patologi yang pasti. %R& bukan merupakan antibodi dan reaksinya dengan substansi % tidak menggambarkan reaksi antigen$antibodi (Rose et al., '-=-". Sistem komplemen protein berikatan dengan bacterium yang menyebabkan terbukanya lubang dalam membran sistemnya sehingga cairan dan garam bergerak masuk membengkakannya dan memecahkan sel. 9ima protein akhir membentuk suatu kelompok kompleks membrane attack yang membenamkan dirinya sendiri ke dalam membran plasma penyerangnya. 3aram$garam akan memasuki penyerangnya, membantu air menyeberang membran pembengkakannya dan memecahkan sel mikroba. 1omplemen juga berfungsi dalam respon imun dengan penandaan bagian permukaan luar penyerang sehingga mudah diserang oleh fagosit (+aratawijaya, !!".
-%
KESIMPULAN DAN SARAN A% Ke,.mp)lan
+erdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwaE '.
1adar %R& meningkat saat terjadi infeksi, peradangan akut ataupun kerusakan jaringan.
.
/erjadinya aglutinasi saat pencampuran antara reagen %R& dengan antigen dalam serum.menunjukkan kadar %R& yang tinggi (di atas kadar normal"
7.
Reaksi dalam %R& merupakan reaksi sekunder imunologik humoral
% Sa(an
Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya pendampingan yang lebih mengenai pengamatan aglutinasi %R& ini.
DAFTAR REFERENSI
+aratawidjaya, 1.3. !!. #munologi 4asar Fdisi 1etiga. akultas 1edokteran D#, 6akarta. 3anong, B. . '-57. isiologi 1edokteran. F3%, 6akarta. 3uyton, *. %. '--!. 8uman &hysiology and Mechanism of 4isease 7 rd Fdition. *cademic &ress #nc, 0ew Cork. 1reirer, 6.& and R.6 Mortensen.'--!. #nection, Resistance and #mmunity. 8arper and Row &ublishers #nc, 0ew Cork. Rose, 0.R, Milgrom, and %.6.> )ss. '-=-. &rinciples of #munology. Macmillan &ublishing %o. #nc, 0ew Cork. 2hang, S. M., 6ennifer 9in, 0ancy R. %ook, #$Min 9ee, 6o*nn F. Manson, 6ulie F. +uring, and &aul M. Ridker. !!=. %$Reactive &rotein and Risk of +reast %ancer. J Natl Cancer Inst , -- E 5-! @ 5-;. Soebandrio, *, Suharto, dan Sujudi. '--!. +uku *jar Mikrobiologi 1edokteran Fdisi Revisi. D# &ress, 6akarta. Speicher, F.% dan 6.B Smith 6r. '--. &emilihan Dji laboratorium yang Ffektif. F%3, 6akarta. Stuveling, F. M, 8illage, 8. 9, +akker, S. 6, 3ans R), 4e 6ong &F, and 4e 2eeuw 4. !!!. %$Reactive &rotein is *ssociated Bith Renal unction *bnormalities #n * 0on$4iabetic &opulation, httpE<eteriner. *irlangga Dniversity &ress, Surabaya. Bakatsuki, *, 0 #kenoue, 1 shinonara, 1 Batanabe, and / fukaya. !!. Fffect of 9ower 4osage of )ral %onjugated FGuine Fstrogen on #nflamatory markers and Fndothelia unction in 8ealthy &ostmenopausal Bomen. 4epartment of )bstretics and 3ynecology. 1ochi Medical School, 1ochi. Cotis, B. B. and 8. riedman. !!'. *ppleton and 9angeHs Review of Microbiology fourth Fdition. Mc3raw$8ill %ompanies #nc, 0ew Cork.
2immerman, 9. M. >ogel, 9. * and +owden, R. M, !!-. Dnderstanding the vertebrate immune systemE insights from the reptilian perspective. School of +iological Sciences, #llinois State Dniversity, 0ormal, #9 '=-!$;'!, DS*. The Journal of #$perimental %iology '7, '$='.