BAB I PENDAHULUAN
Pola defekasi yang normal umumnya dipandang sebagai petanda anak sehat. Sement Sementara ara orang orang tua sangat sangat memperh memperhatik atikan an frekuen frekuensi si defeka defekasi si dan karakt karakteris eristik tik anaknya. Konstipasi merupakan masalah yang biasa ditemukan pada anak sehingga memicu orang tua untuk memeriksakan anaknya. 1 Perubahan pola diet merupakan salah satu penyebab utama tingginya kejadian konsti konstipasi pasi.. Konsti Konstipasi pasi umumny umumnyaa memberi memberikan kan gejala gejala berupa berupa rasa cemas cemas sewakt sewaktu u defek defekasi asi kare karena na nyeri nyeri yang yang dira dirasak sakan an,, nyeri nyeri peru perutt beru berula lang ng,, sampai sampai kead keadaa aan n penurunan nafsu makan dan gangguan gangguan pertumbuhan. 2 Konstipasi Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak prevalensinya prevalensinya diperkirakan diperkirakan ,!" sampai sampai #". $enurut %a %an den &erg $$, prevalensi prevalensi konstipasi konstipasi ,'" ,'" sampai sampai 2(,)". 2(,)". Pada Pada studi studi retrosp retrospekti ektiff oleh oleh *oenin *oening+& g+&auc aucke ke tahun tahun 2 2 didapatkan didapatkan prevalensi prevalensi konstipasi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai mencapai 2,)" dan meningkat pada tahun kedua,yaitu sekitar 1,1". Sejumlah )'" kasus konstipasi anak disebabkan oleh konstipasi fungsional dengan kejadian yang sama antara laki+ laki dan perempuan. &ekkali -* mendapatkan usia anak yang menderita konstipasi fungsional dan rectal fecal impaction/0 berkisar antara 3+1( tahun. 2 Keluhan Keluhan konstipasi sering menjadi alasan orang tua membawa membawa anaknya anaknya berobat. berobat. Keluhan yang berhubungan dengan konstipasi ditemukan pada !" anak yang berobat ke pusat pelayanan primer dan 2" berobat ke spesialis 4astroenterologi. Konstipasi tidak tidak dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh status status sosial, sosial, ekonom ekonomii dan jumlah jumlah anak.K anak.Kons onstip tipasi asi harus harus dianggap suatu gejala, bukan diagnosis, keadaan ini merupakan manifestasi berbagai kelainan atau sebagai akibat sekunder dari suatu pengobatan. 2
1
Penyebab Penyebab konstipasi konstipasi bermacam+macan bermacam+macan dan perlu penanganan penanganan yang tepat. Kasus konsti konstipasi pasi ringan ringan yang yang memerlu memerlukan kan terapi terapi adekua adekuatt bebera beberapa pa kasus kasus memerlu memerlukan kan tindak tindakan an segera segera sement sementara ara kasus kasus konstip konstipasi asi kronis kronis memerl memerluka ukan n kesaba kesabaran ran dan penangan yang cermat.1
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi dan pola Buang Air Besar $ekanisme buang air besar dirangsang oleh gerakan peristaltik akibat adanya
masa tinja di dalam rektum. /angsangan sensori pada kanal anus akan menurunkan tonus sfingter anus internus, sehingga terjadilah proses defekasi. 2
GAMBAR 0isiologi kolon
5ua refleks defekasi yang terjadi6! /efleks defekasi intrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus unuk memulai gelombang peristaltik mendekati anus. &egitu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter anal interna tidak menutup dan bila sfingter ani e7terna tenang maka feses keluar. /efleks defekasi parasimpatis Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord sacrum 2+3 dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal+sinyal parasimpatis ini meningkatkan
3
gelombang
peristaltik
melemaskan
sfingter
anus
internal
dan
meningkatkan refleks defekasi intrinsik.
GAMBAR ! 0isiologi defekasi
/elaksasi otot puborektal yang menyebabkan mekanisme yang berperan dalam proses buang air besar. Selain itu proses buang air besar dirangsang oleh adanya gerak peristaltik akibat adanya masa tinja di dalam rektum. /angsangan sensori pada kanal anus akan menurunkan tonus sfingter anus internus sehingga terjadi proses defekasi. Proses diawali dengan relaksasi otot puborektal yang menyebabkan sudut anorektal melebar, diikuti oleh relaksasi otot levator yang menyebabkan pembukaan kanal anus. &uang air besar terjadi akibat adanya bantuan dari tekanan intra+abdominal yang meningkat akibat penutupan glottis, fiksasi diafragma, dan kontraksi otot abdomen. 0rekuensi &8& mempunyai korelasi dengan watu transit gastrointestinal. 8nak+anak dengan frekuensi &8& kurang dari 3 kali seminggu memiliki waktu transit lebih dari !! jam. Keadaan ini lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan anak yang mempunyai pola &8& normal. 1,2,! 4
GAMBAR * 0isiologi defekasi 0rekuensi &8& pada anak menurun seiring dengan pertambahan usia. &erikut ini
merupakan frekuensi normal defekasi pada anak6
Ta"el #re$uensi nor%al de#e$asi pada ana$ U%ur De#e$asi&%inggu ()* "ulan ASI +3 +2# For%ula +)! "ulan +2# 3+21 )* ,a'un -* ,a'un !+13
De#e$asi&'ari
2,) 2, 1,# 1,3 1,
5
. De#inisi
58 memiliki definisi konstipasi yaitu ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yang tercermin dari ! aspek yaitu, berkurangnya frekuensi berhajat biasanya, tinja lebih keras dari sebelumnya, dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja skibala dengan atau tanpa disertai enkopresis. Konstipasi adalah kesulitan defekasi atau berkurangnya frekuensi defekasi tanpa melihat apakah tinjanya keras atau tidak. Rogers. Konstipasi merupakan kesulitan defekasi yang terjadi menimbulkan nyeri dan distress pada anak. Lewis &Muir . Konstipasi adalah suatu perubahan dalam frekuensi dan konsistensi dibandingkan pola defekasi individu yang bersangkutan yaitu frekuensi berhajat lebih jarang dan tinja lebih keras dari biasanya. Abel . 5efinisi lainnya adalah buang air besar kurang dari ! kali per minggu atau riwayat buang air besar dengan tinja yang banyak dan keras. Steffen dan Loening Baucke. !. Epide%iologi
Sekitar !" kunjungan dan 1+1" ditangani oleh gastroenterologi anak merupakan kasus konstipasi kronis. )+)" merupakan konstipasi fungsional, hanya +1" yang mempunyai penyebab organik. Pada +1" bayi dan anak konstipasi disebabkan kelainan anatomis, neurologis, atau penyebab lain. 1 *. Pa,o#isiologi
Proses normal defekasi diawali dengan teregangnya dinding rektum. /egangan tersebut menimbulkan refleks relaksasi dari sfingter anus interna yang akan direspons sampai individu mencapai toilet. 9ntuk proses defekasi, sfingter anus eksterna dan muskulus puborektalis mengadakan relaksasi sedemikian rupa sehingga sudut antara kanal anus dan rektum terbuka, membentuk jalan lurus bagi tinja untuk keluar melalui anus. Kemudian mendorong tinja keluar melalui anus. Pada keadaan normal, epitel 6
sensorik di daerah anus rektum memberitahu individu mengenai sifat tinja, apakah padat, cair, gas, atau kombinasi ketiganya.1,2 Kolon berfungsi menyimpan dan mengeringkan tinja cair yang diterimanya dari ileum. $akan maupun minum merupakan stimulus terjadinya kontraksi kolon refleks gastrokolik yang diperantarai oleh neuropeptida pada sistem saraf usus dan koneksi saraf visera. Kandungan nutrisi tinja cair dari ileum yang masuk ke kolon akan menentukan frekuensi dan konsistensi tinja. Kurangnya asupan serat dietary fiber sebagai kerangka penyebab konstipasi. &erat tinja berkaitan dengan asupan serat makanan. :inja yang besar akan dievakuasi lebih sering. ;aktu singgah melalui saluran pencernaan lebih cepat apabila mengkonsumsi banyak serat. ;aktu singgah pada bayi berusia 1+! bulan adalah #, jam. ;aktu singgah meningkat dengan bertambahnya usia, dan pada dewasa berkisar antara !+3# jam. &erkurangnya aktivitas fisik pada individu yang sebelumnya aktif menjadi tidak aktif merupakan predisposisi. Stress dan perubahan aktivitas rutin sehari+hari dapat mengubah frekuensi defekasi, seperti liburan, berkemah, masuk sekolah kembali setelah liburan, ketersediaan toilet dan masalah psikososial, dapat menyebabkan konstipasi. 1 Kebiasaan menahan tinja retensi tinja yang berulang akan meregangkan rektum dan kemudian kolon sigmoid yang menampung bolus tinja berikutnya. :inja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorbsi air dan elektrolit dan membentuk skibala. Seluruh proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu tinja yang keras dan makin besar+nyeri waktu berhajat dan seterusnya. 3,
7
GAMBAR / Patofisiologi konstipasi
&ila konstipasi menjadi kronik, massa tinja berada di rektum, kolon sigmoid, dan kolon desenden dan bahkan seluruh kolon. 5istensi tinja kronis sebagai akibat retensi tinja menyebabkan menurunnya kemampuan sensor terhadap volume tinja, yang sebetulnya merupakan panggilan atau rangsangan untuk berhajat. 3 *ingkaran setan terus berlangsung6 tinja keras+nyeri waktu berhajat+retensi tinja+ tinja makin banyak+reabsorbsi air+tinja makin keras dan makin besar+nyeri waktu berhajat+dan seterusnya.1
8
GAMBAR 0 *ingkaran konstipasi
/. E,iologi
Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah 1 1. 0ungsional 2. 0isura ani !. nfeksi virus dengan ileus 3. 5iet .
9
=ika diet anak berubah juga akan mengakibatkan konstipasi akut, hal ini sering terjadi pada saat liburan. &ila diet mengandung banyak susu atau rendah buah dan sayuran, kemungkinan penyebab konstipasi adalah faktor diet. 5alam hal ini, modifikasi diet lebih diutamakan pada laksatif. Perubahan diet dari 8S ke formula ke susu penuh full cream pada anak usia 1 tahun dapat mebimbulkan konstipasi pada beberapa anak>bayi. Pada konstipasi kronis keluhan berlangsung lebih dari 1 bulan. Konstipasi kronis biasanya fungsional, tetapi perlu dipertimbangkan adanya penyakit ?irschprung karena berpotensi menimbulkan komplikasi yang serius. 3, Ta"el ! Pen1e"a" $ons,ipasi "erdasar$an u%ur Neona,us&Ba1i + Meconium plug + Pen1a$i, Hirs2'prung + Fi"rosis $is,i$ + Mal#or%asi anore$,al "a3aan4 ,er%asu$ anus i%per#ora,a4 s,enosis ani4 anal band + Chronic idiopatic intestinal pseudo-obstruction + Endo$rin5 'ipo,iroid + Alergi susu sapi + Me,a"oli$5 dia"e,es insipidus4 renal ,u"ular asidosis + Re,ensi ,in6a + Peru"a'an die, Toddler dan u%ur !)/ ,a'un 10
+ Fissura ani4 re,ensi ,in6a + Toilet refusal + Alergi susu sapi + Pen1a$i, Hirs2'prung seg%en pende$ + Pen1a$i, sara#5 sen,ral a,au %us$ular dengan 'ipo,oni + Medulla spinalis5 %eningo%ielo$el4 ,u%or4 tethered cord Usia se$ola' + Re,ensi ,in6a + Ke,ersediaan ,oile, ,er"a,as + Ke,er"a,asan $e%a%puan %engenali rangsang #isiologis + Preo$upasi dengan $egia,an lain + Tethered cord Adolesen + Irritabel bowel syndrome + Je6as %edulla spinalis 7$e2ela$aan4 ,rau%a8 + Die, + Anore$sia + Ke'a%ilan + Laxative abuse Segala usia + e#e$ sa%ping o"a,4 peru"a'an die,4 pas$a operasi + ri3a1a, operasi anal)re$,u% + re,ensi ,in6a dan en$oporesis a$i"a, dis,ensi ,in6a $ronis + peru"a'an a$,i9i,as #isi$4 de'idrasi + 'ipo,iroid
0. Ge6ala Klinis
Penyebab tersering konstipasi adalah menahan defekasi akibat pengalaman nyeri pada defekasi sebelumnya, biasanya disertai fissura ani. Pada anamnesis didapatkan riwayat berkurangnya frekuensi defekasi. &ila konstipasi menjadi kronik, jumlah defekasi per hari atau per minggu mungkin bukan indikator terpercaya untuk konstipasi pada anak. 8walnya ditandai dengan gejala pola defekasi yang jarang dan sudah berjalan beberapa bulan atau tahunan. &iasanya timbul gejala lainnya seperti distensi abdomen yang hilang sesudah defekasi, tinja keras, dan atau sangat besar yang menyumbat, tinja yang cair diantara yang keras. 8noreksia dan kurangnya kenaikan berat badan yang akan membaik jika konstipasi sudah diatasi. &erbagai posisi menahan tinja dapat pula diamati pada anak+anak seperti menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan kiri bergantian kedepan dan ke belakang seperti 11
berdansa merupakan manuver untuk menahan tinja yang jika diamati kadang menyerupai kejang.1,2,3, nkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi pada anak. Kadangkala, retensi urin, megakistik, dan refluks vesikoureter ditemukan pada anak dengan kostipasi kronis. 1 Pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen dengan bising usus normal, meningkat, atau berkurang. $assa abdomen dapat teraba atau pada kasus yang kronis didapatkan massa tinja di daerah epigastrium. 0issura ani serta ampula rekti yang besar dan lebar merupakan tanda penting pada konstipasi. Ta"el * Pe%eri$saan #isi$ pada ana$ dengan $ons,ipasi 8bdomen
+ 5istensi + ?ati dan limpa + $assa tinja nspeksi anus + Posisi + 8danya tinja di sekitar anus atau celana + @ritema sekitar anus + Skin tags + 0issura ani Aolok dubur + Kedutan anus + :onus anus + $assa tinja + 8danya tinja + Konsistensi + 8dakah massa lain + :inja menyemprot bila jari dicabut + 5arah dalam tinja Punggung dan spina + *esung + &erkas rambut -eurologi + + +
:onus Kekuatan /efleks kremaster 12
+
/efleks tendon
Ta"el / ,e%uan pada pe%eri$saan #isi$ 1ang %e%"eda$an $ons,ipasi organi$ dari #ungsional + 4agal tumbuh + 5istensi abdomen + ?ilangnya lengkung lumbosakral + Pilonidal dimple covered by a tuft hair + Kelainan pigmentasi di garis tengah spina lumbosakral + 8genesis sakrum + &okong datar + *etak anus di depan + Patulous anus + 8mpula rekti kosong padahal teraba massa tinja pada palpasi abdomen + :inja menyemprot bila telunjuk dicabut pada pemeriksaan colok dubur + 5arah dalam tinja + ?ilangnya kedutan anus + ?ilangnya reflek kremaster + :onus dan kekuatan otot ekstremitas bawah turun + ?ilang atau menurunnya fase relaksasi refleks tendon ekstremitas bawah
Pada
pemeriksaan
manometri
anak
dengan
konstipasi
kronis
adalah
meningkatnya ambang rangsang sensasi rektum. 5engan pengobatan jangka panjang, hal ini dapat kembali normal. Pada sebagian kasus yang sembuh meninggalkan sensasi rektum yang abnormal sehingga memicu kekambuhan. Kontraksi puborektalis paradoksal merupakan kontraksi sfingter ani eksterna dan m.puborektalis yang kurang selama upaya defekasi, merupakan temuan yang biasa pada pemeriksaan manometri anorektum anak dengan konstipasi kronis.
13
GAMBAR + Konstipasi dengan enkopresis
+. Diagnosis
$enentukan diagnosis konstipasi minimal didapatkan salah satu gejala berikut 2 1 5efekasi kurang dari ! kali seminggu 2 -yeri saat &8& ! mpaksi rektum 3 8danya massa feses di abdomen Kriteria untuk anak berusia diatas 3 tahun agak berbeda, digunakan kriteria sebagai berikut62 1 0rekuensi &8& kurang atau sama dengan dua kali seminggu tanpa menggunakan laksatif 2 5ua kali atau lebih episode soiling>enkopresis dalam seminggu ! :eraba masa feses di abdomen atau rektum pada pemeriksaan fisik. Konstipasi dikatakan akut jika keluhan berlangsung kurang dari 1+3 minggu dan dikatakan kronis bila berlangsung lebih dari 1 bulan. Pada konstipasi akut dikatakan mengancam nyawa apabila tampak tanda obstruksi usus, dehidrasi dan botulisme infantil. Penyebab tersering konstipasi akut adalah infeksi virus yang menyebabkan berkurangnya frekuensi defekasi dan ileus nonspesifik.1,2
14
Petunjuk penting dari konstipasi adalah umur pada saat awitan gejala timbul. =ika gejala didapatkan sejak lahir kemungkinan disebabkan penyakit ?irschprung. &ila gejala timbul pada saat usia toilet training B 2 tahun kemungkinan penyebabnya fungsional. *ebih dari )" konstipasi pada anak tergolong konstipasi fungsional, beberapa etiologinya merupakan multifaktorial.
GAMBAR : Kteria roma untuk menentukan konstipasi fungsional
15
GAMBAR ; Perbedaan konstipasi fungsional dan penyakit ?irschprung :. Ko%pli$asi
-yeri
perut
atau
rektum
dan
enkopresis
atau
kebocoran
tidak
disengajaCinvoluntary tinja cair atau lembek di sekitar massa tinja merupakan komplikasi primer konstipasi pada anak, hal inilah yang mendorong orang tua membawa anaknya ke dokter. @nuresis terjadi lebih dari 3" anak dengan enkorporesis. &eberapa kasus enuresis menghilang apabila massa tinja dievakuasi sehingga memungkinkan kandung kemih mengembang. Kompilikasi urologis lainnya adalah dilatasi kolon distal sehingga meningkatkan frekuensi miksi dan obstruksi ureter kiri, kemudian dapat menyebabkan berkurangnya tonus kolon yang mengakibatkan invaginasi, yang dapat bermanifestasi prolaps rekti setelah defekasi. Prolaps kolon ringan yang berlangsung lama dapat berakibat ulkus iskemik pada dinding mukosa rektum ulkus soliter yang secara klinis tampak sebagai tinja yang
16
berlendir dan berdarah apapun konsistensi tinjanya. ritasi difus pada kolon akibat tinja yang amat keras bahkan dapat menyebabkan proteinlosing enteropathy.3,,( Sindrom stasis terlihat pada pseudo+obstruksi. Stigma sosial yang berkaitan dengan sering flatus dan kecepirit yang menimbulkan bau tidak sedap dapat mempengaruhi anak. Sebagian besar anak dengan enkorporesis kronis akan menyangkal bila ditanyakan mengenai masalah enkorporesisnya dan bahkan sering menyembunyikan celana dalamnya karena kecepirit. ( Ta"el 0 Ko%pli$asi $ons,ipasi $ronis pada ana$ + -yeri6 anus atau abdomen + 0issura ani + @nkopresis + @nuresis + nfeksi salurah kemih>obstruksi ureter + Prolaps rektum + 9lkus soliter + Sindrom stasis &akteri tumbuh lampau 0ermentasi karbohidrat, maldigesti 5ekonjugasi asam empedu steatorea
;. Pe%eri$saan Penun6ang
Pemeriksaan dilakukan pada kasus tertentu yang dicurigai mempunyai penyebab organik.1,2,3,,( 1. 0oto polos abdomen $elihat kaliber kolon dan massa tinja di kolon. &ila rectal toucher tidak dapat dilakukan atau tidak teraba adanya distensi rektum oleh massa tinja. 2. &arium enema $encari penyebab seperti $orbus ?irschprung dan obstruksi usus.
17
!. &iopsi hisap rektum $elihat adanya ganglion mukosa rektum secara histopatologis untuk memastikan adanya penyakit ?irschprung. 3. $anometri $enilai motilitas kolon . *ainnya, mencari penyebab organik lain, seperti hipotiroidisme, ultrasonografi abdomen, $/
GAMBAR < 0oto polos abdomen
<. Ta,ala$sana
:atalaksana konstipasi fungsional meliputi6 1. @dukasi orangtua 8nak dianjurkan banyak minum dan mengkonsumsi karbohidrat dan serat. &uah+buahan seperti pepaya, semangka, bengkuang, dan melon yang mengandung banyak serat dan air betujuan untuk melunakkan tinja. Serat dan sorbitol banyak didapatkan pada prune, pear, dan apel dapat dikonsumsi dalam bentuk jus untuk meningkatkan frekuensi defekasi dan melunakkan tinja. 1,' 18
$akanan berserat akan mudah dihancurkan oleh bakteri di dalam usus. $akanan serat dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu insoluble fibre dan soluble fibre. Selain itu serat dapat meningkatkan retensi air shingga dapat melunakkan tinja, mempercepat waktu singgah di dalam kolon dan meningkatkan frekuensi &8&. 2,' 2. @vakuasi tinja disimpaction !ecal impaction adalah massa tinja skibala yang teraba pada regio abdomen bawah, rektum yang dilatasi dan penuh dengan tinja yang ditemukan pada rectal toucher atau tinja yang berlebihan dalam kolon yang terlihat pada foto abdomen. 1 @vakuasi perlu dilakukan sebelum terapi rumatan, dilakukan dengan obat oral atau rektal. Program dilakukan selama 2+ hari sampai evakuasi lengkap dan sempurna.1 Pada terapi per oral, digunakan mineral oil parafin liDuid dosis 1+! ml>tahun umur maksimal 23ml per hari kecuali bayi. *arutan polietilen glikol P@4 2 ml>kg>jam maksimal 1 ml>jam diberikan dengan pipa nasogstrik selama 3 jam per hari.1 evakuasi dengan obat per rektal menggunakan enema fosfat hipertonik ! ml>kg 2 kali sehari maksimal ( kali enema, enema garam fisiologis (+1 ml atau 12 ml mineral oil. Pada bayi digunakan suposituria>enema gliserin 2+ ml.1 !. :erapi rumatan1 Setelah evakuasi berhasil terapi dilanjutkan untuk mencegah kekambuhan. :erapi rumatan meliputi intervensi diet, modifikasi perilaku dan pemberian laksatif untuk menjamin interval defekasi yang normal dengan evakuasi tinja yang sempurna. 3. $odifikasi perilaku 19
"oilet training segera setelah makan pagi dan malam, anak dianjurkan untuk buang air besar. &erikan waktu 1+1 menit bagi anak untuk &8&. &ila dilakukan secara teratur mengembangkan refleks gastrokolik pada anak berhasil melakukan defekasi. Sebaiknya berikan pujian pada anak disetiap usahanya untuk &8&. ( 8nak dilatih
untuk
meningkatkan sensasi
rektum, menguatkan dan
mengontrol sfingter anus, serta meningkatkan koordinasi kontraksi dan relaksasi otot secara benar. &eberapa penulis mengemukakan bahwa latihan ini berguna untuk konstipasi kronis dan enkopresis, namum beberapa laporan terakhir meragukan efektifitasnya, karena mereka tidak menemukan hasil yang berbeda dengan terapi konvensional. Pada anak dengan soiling akibat nonretensi tinja, penambahan laksatif pada terapi biofeedback training juga tidak memperlihatkan hasil yang berbeda dibanding terapi biofeedback training saja. Peran pembedahan pada kasus konstipasi pada anak hanya pada kasus tertentu, seperti obstruksi pelvic outlet , inersia kolon, atau kombinasi keduanya. 2,' &ila cara diatas tidak berhasil, perlu dikonsulkan ke ahli psikiatri anak. &erikut ini kriteria untuk merujuk anak dengan konstipasi kepada psikiatri antara lain6 1 Kecurigaan kearah psikopatologi primer 2 Psikopatologi sekunder yang berhubungan dengan konstipasi ! :idak responsif terhadap terapi yang telah diberikan dengan alasan yang tidak jelas . $edika mentosa kg&&>hari dalam 2 kali pemberian. $ineral oil parafin li#uid diberikan 1+! ml>kg&&>hari, tetapi tidak diberikan pada bayi dan anak dengan gangguan ginjal. &ila respon terapi belum memadai, mungkin 20
perlu ditambahkan cisapride ,2 mg>kg&&>kali untuk !+3 kali per hari selama 3+ minggu. :erapi rumatan dapat dikurangi kemudian dihentikan. Pengamatan masih perlu dilakukan karena angka kekambuhan tinggi, dan pada pengamatan jangka panjang banyak anak yang masih memerlukan terapi rumatan sampai adolesen. 1 (. Konsultasi Evidence based medicine dan konstipasi
)
Re$o%endasi u%u% 8namnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan cermat merupakan bagian
penting dari evaluasi komperhensif bayi atau anak dengan konstipasi III. ) $elakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan cermat ternyata cukup untuk mendiagnosis konstipasi fungsional pada banyak kasus
)
III. 9ji darah samar dalam tinja dianjurkan pada semua bayi dengan konstipasi dan pada anak dengan konstipasi yang juga mengalami sakit perut, gagal tumbuh, diare atau riwayat keluarga menderita polip atau kanker kolorektal
)
III. Pada kasus tertentu, pemeriksaan foto polos abdomen, bila diinterpretasi
)
dengan benar, dapat bermanfaat dalam mendiagnosis fecal impaction II)!. &iopsi rektum dengan pemeriksaan histopatologis dan manometri rektum merupakan satu+satunya cara yang akurat untuk menyingkirkan penyakit
)
?irschsprung II). Pada kasus tertentu, pengukuran waktu singgah dengan petanda radioopak dapat menentukan apakah terdapat konstipasi II)*.
Re$o%endasi un,u$ "a1i
+
Pada bayi, evakuasi feses dapat dilakukan dengan supositoria gliserin. @nema
+
harus dihindari II)*. Pada bayi, jus yang mengandung sorbitol, seperti jus prune, pear , dan apel, dapat mengurangi konstipasi II)*.
21
+ Barley malt e$tract , corn syrup, latulosa atau sorbitol laksatif osmotik dapat digunakan sebagai pelunak tinja III. + Mineral oil parafin dan laksatif stimulan tidak dianjurkan pada bayi III. Re$o%endasi un,u$ ana$ + Pada anak, evakuasi tinja dapat dilakukan dengan pengobatan peroral atau
+
rektal termasuk enema II)*. Pada anak, diet seimbang yang mengandung whole grains, buah dan sayuran
+
dianjurkan sebagai bagian pengobatan konstipasi III. Pemakaian obat+obatan dikombinasikan dengan modifikasi perilaku dapat
mengurangi waktu remisi pada anak dengan konstipasi fungsional I. + Mineral oil pelicin dan magnesium hidroksida, laktulosa dan sorbitol
+
laksatif osmotik merupakan obat yang aman dan efektif I. :erapi emergensi dengan pemberian laksatif stimulan dapat dilakukan pada
+
kasus+kasus tertentu II)*. Senna dan bisakodil laksatif stimulan dapat bermanfaat pada kasus tertentu
+
yang sulit ditangani II). Aisapride telah terbukti bermanfaat sebagai laksatif pada beberapa penelitian
+
walaupun tidak semua dan dapat digunakan pada kasus tertentu I. *arutan elektrolit polietilen glikol P@4, diberikan dalam dosis rendah dalam waktu lama, mungkin merupakan alternatif pengobatan efektif pada konstipasi yang sulit diatasi III.
Aatatan6 Kategori kualitas bukti adalah sebagai berikut6
&ukti diperoleh dari minimal satu penelitian /A:
+1 &ukti diperoleh dari penelitian kohort atau kasus+kontrol tanpa randomisasi +2 &ukti diperoleh dari penelitian kohort atau kasus+kontrol, terutama pada lebih dari 1 senter atau pusat penelitian +! &ukti penelitian dari laporan kasus berkala dan multipel dengan atau tanpa intervensi
22
Pendapat ahli yang didasarkan pada pengalaman klinis, penelitian deskriptif, atau laporan komite ahli
Kegagalan Terapi!
Kegagalan terapi terjadi pada 2" anak dengan konstipasi fungsional. 8nak yang cenderung mengalami kegagalan terapi umumnya adalah mereka yang telah mengambil keuntungan di balik keadaan konstipasinya, misalnya mendapatkan perhatian orangtua yang sebelumnya tidak didapatkannya.
23
BAB I= KESIMPULAN
Konstipasi sering ditemukan pada anak, baik yang akut maupun kronis. Sebagian besar )" konstipasi pada anak merupakan konstipasi fungsional. Pada sebagian besar kasus, anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sudah cukup memadai untuk penatalaksanaan anak dengan konstipasi. Pada sebagian kecil kasus, yang diduga penyebabnya organik, beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan penyebabnya. Pengobatan konstipasi terdiri dari evakuasi tinja bila terjadi skibala dan dilanjutkan dengan terapi rumatan yang terdiri dari obat, modifikasi perilaku, edukasi pada orangtua dan konsultasi. :erapi memerlukan waktu lama berbulan+bulan dan memerlukan kerjasama yang baik dengan orangtua. Prognosis umumnya baik sepanjang orangtua dan anak dapat mengikuti program terapi dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. 0irmansyah 8% onstipasi pada anak . 5alam6 =uffrie $, Soenarto SSE,
Eusri.
onstipasi
pada
Anak .
Kalbemed.
0rom
web
http6>>www.kalbemed.com>Portals>(>)F2Konstipasi"28nak.pdf . 5iakses 2 maret 21. !. @ndyarni &, Syarif ? &adriul. onstipasi !ungsional .Sari Pediatri, %ol. (, -o. 2, September 23. '+) 3. 4uyton G ?all. 0isiologi Kedokteran. =akarta6 @A4 . ;yllie /. Aonstipation. 5alam 6 Kliegman /$, &ehrman /@, =enson ?&, Stanton &0, penyunting. 'elson "e$t Book of Pediatrics. 1#thed. Philadelphia6 Saunders @lsevier, 2'. h.12+( (. (onstipation
in
children.
5iunduh
dari6
http)**www%emedicinehealth%com*constipation+in+chldren*article+em%htm%5iakse s 1 maret 21 '. ;orld 4astroenterology
S.
(onstipation.
5iunduh
http6>>emedicine.medscape.com>article>)2#1#+overview.5iakses
dari6 2#
februari
21
25