ANALISIS FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk.
Disajikan dalam Mata Kuliah General Business Environment Dosen Pengampu : Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A
Disusun oleh Hariyanto 14/376128/PEK/20297 EKSEKUTIF B - ANGKATAN 29 C
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA JAKARTA 2017 Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 0
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Bank BTN merupakan salah satu perusahaan terbuka yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia sebesar 60% dan publik sebesar 40%. Perusahaan ini bergerak di dalam bidang perbankan dengan bisnis utamanya memberikan pembiayaan perumahan kepada masyarakat Indonesia. Sebagai Bank yang fokus dalam bidang pembiayaan perumahan, Bank BTN berkeinginan untuk membantu masyarakat Indonesia mewujudkan impian mereka yaitu memiliki rumah idaman. Keinginan ini diwujudkan dengan konsistensi perusahaan tersebut untuk menyediakan beragam produk dan layanan di bidang perumahan selama lebih dari enam dekade. Produk dan layanan tersebut, antara lain adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR), baik KPR subsidi untuk segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah maupun KPR non-subsidi untuk segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Adanya inovasi produk dan layanan yang berfokus pada pembiayaan perumahan selama ini telah membuat Bank BTN sukses mempertahankan posisi sebagai satu dari 10 (sepuluh) bank terbesar di Indonesia dari segi aset serta penyaluran kredit. Keberhasilan menempati posisi sebagai satu dari 10 bank terbesar di tanah air tersebut semakin memicu perusahaan untuk lebih berprestasi lagi. Perusahaan bercita-cita menjadi the world class company dengan tujuan memberikan hasil terbaik kepada para pemangku kepentingan.
Guna tujuan perusahaan tersebut, maka Bank BTN senantiasa konsisten dalam menekankan fokusnya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan. Di dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, persaingan bisnis diantara perusahaan semakin ketat. Adanya perubahan faktor-faktor lingkungan eksternal bisnis perusahaan di dalam era ini seperti perubahan regulasi, perkembangan ekonomi, perubahan demografi, perubahan sosial budaya, perkembangan politik dan pemerintahan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan alam, maka menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat menghasilkan kinerja yang unggul (excellent ) guna memenangkan persaingan. Demikian pula dengan Bank BTN, guna mengembangkan strategi perusahaan agar dapat mendukung pengembangan bisnisnya, maka Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 1
Bank BTN perlu mengidentifikasi ancaman dan peluang yang muncul di masa yang akan datang yang diakibatkan oleh adanya perubahan perubahan faktor-faktor lingkungan eksternal bisnis perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka di dalam penulisan laporan akhir ( final final report ) mata kuliah general business environment ini, Penulis menganalisis faktorfaktor lingkungan eksternal Bank BTN yang mempengaruhi bisnis perusahaan tersebut. Selanjutnya melakukan identifikasi dan menganalisis peluang dan ancaman faktor lingkungan eksternal tersebut dan implikasinya terhadap bisnis perusahaan. Sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak manajemen untuk mengembangkan strategi dan membuat keputusan bisnis yang bertujuan untuk keberlangsungan perusahaan dan kinerja yang lebih baik. Sesuai pembelajaran yang diperoleh di dalam kuliah pada mata kuliah general business environment , disampaikan bahwa terdapat 13 (tiga belas) faktor lingkungan
eksternal yang dianalisis yaitu : (1) Pembangunan ekonomi, (2) Regional ekonomi, (3) kebijakan Fiskal dan Moneter, (4) Lingkungan Industri dan Kebijakan Sektoral (5) Demografi, (6) Sosial, (7) budaya,
(8) Politik Domestik, (9) Politik Internasional,
(10) Lingkungan Pemerintahan, (11) Teknologi Informasi Komunikasi, (12) Teknologi Pemrosesan, (13) Alam (natural ). ). Selanjutnya dari 13 (tiga belas) faktor lingkungan eksternal yang dianalisis di atas, penulis mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang dominan mempengaruhi bisnis Bank BTN di masa yang akan datang. Sehingga hanya beberapa faktor lingkungan eksternal perusahaan yang dominan mempengaruhi bisnis Bank BTN yang dibahas di dalam laporan akhir ini, meliputi issue yang muncul karena pengaruh faktor lingkungan eksternal tersebut terhadap perusahaan, identifikasi peluang dan ancaman bagi perusahaan serta implikasinya bagi bisnis perusahaan di d i masa yang akan datang.
1.2. Maksud dan Tujuan.
Maksud dari penulisan laporan akhir final (final report ) mata kuliah general business ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor f aktor-faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh environment ini terhadap bisnis Bank BTN, sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan perusahaan untuk menyusun strategi maupun kebijakan dalam rangka mendorong daya saing dan meningkatkan kinerja perusahaan. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 2
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Tersedianya informasi tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi bisnis Bank BTN, sehingga terdapat gambaran kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktorfaktor eksternal. b. Mengidentikasi faktor-faktor eksternal yang berpengaruh dominan terhadap kinerja perusahaan. c. Menganalisis peluang dan ancaman dari faktor-faktor eksternal. d. Mengetahui implikasi terhadap bisnis perusahaan.
1.3. Manfaat Penulisan.
Manfaat dilakukannya penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam situasi nyata terutama mengenai lingkungan bisnis suatu perusahaan. b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pembelajaran tentang faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja dan keberlangsungan bisnis Bank BTN dan identifikasi mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Bank BTN serta implikasinya terhadap perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
Sebagai bahan masukan dalam menetapkan strategi dan kebijakan manajemen Bank BTN.
1.4. Metode Penelitian.
Metode penelitian dalam penulisan ini yaitu penulis mengumpulkan data sekunder mengenai industri perbankan dan lingkungan bisnis dari berbagai literatur baik dari buku, berbagai artikel dan data yang diperoleh dari media online, website resmi, publikasi ilmiah, surat kabar elektronik, materi mata kuliah General Business Environment (GBE) serta sumberEnvironment (GBE) sumber lainnya yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam penulisan ini. Selanjutnya penulis menganalisis pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan terhadap bisnis Bank BTN dengan menggunakan analisis peluang dan ancaman serta implikasinya bagi perusahaan karena adanya peluang dan ancaman tersebut.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Bank BTN
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN, memiliki sejarah yang sangat panjang di industri perbankan Indonesia. Perusahaan berdiri pada tahun 1897 dengan nama Postspaarbank . Di era kemerdekaan, yakni pada tahun 1950, Pemerintah Republik Indonesia mengubah nama Postspaarbank menjadi Bank Tabungan Pos. Kemudian nama tersebut berganti lagi menjadi Bank Tabungan Negara pada tahun 1963. Pada tahun 1974, Perusahaan ditunjuk Pemerintah sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi golongan masyarakat menengah ke bawah. Kebijakan itu sejalan dengan program Pemerintah yang tengah menggalakkan program perumahan untuk untu k rakyat. Dalam perkembangannya, pada tahun 1989, Bank Tabungan Negara memulai operasi sebagai bank komersial dan menerbitkan obligasi pertama. Sementara itu, pada tahun 1994, Perusahaan memperolah izin untuk beroperasi sebagai Bank Devisa. Selanjutnya pada tahun 2002, Bank Tabungan Negara ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada pembiayaan rumah komersial. komersi al. Perusahaan mencatatkan saham perdana pada tanggal 17 Desember 2009 di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan selanjutnya yaitu perusahaan melakukan Right Issue pada tahun 2012. Sehingga pada saat ini, Bank BTN merupakan salah satu perusahaan terbuka yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia sebesar 60% dan dimiliki oleh publik sebesar 40%. Disamping itu, Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan sekuritisasi aset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIK-EBA). 2.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Bank BTN sebagai Bank yang fokus pada pembiayaan perumhana menyatakan misinya sebagai berikut : a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha u saha kecil menengah. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 4
b. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini. c. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi. d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value.
e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan visi yang dinyatakan oleh Bank BTN yaitu “Menjadi bank yang terdepan dalam pembiayaan perumahan”. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2019 oleh
Bank BTN adalah menjadi “The Leading Housing Bank in Indonesia with World Class Service”.
2.3. Budaya Perusahaan
Budaya Perusahaan Bank BTN terdiri dari 5 (lima) nilai-nilai utama (core values) sebagai berikut : a. Sinergi (Synergi) Maknanya adalah membangun kerjasama yang sinergis dengan seluruh stakeholders dilandasi sikap tulus, terbuka dan mendorong kolaborasi yang produktif dengan menjunjung tinggi sikap saling percaya dan menghargai untuk mencapai tujuan bersama. b. Integritas ( Integrity) Maknanya adalah konsisten antara pikiran, perkataan dan tindakan sesuai dengan ketentuan perusahaan, kode etik profesi dan prinsip-prinsip kebenaran yang terpuji. c. Inovasi ( Innovation) Maknanya adalah senantiasa mengembangkan
gagasan baru dan penyempurnaan
berkelanjutan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. d. Profesionalisme ( Profesionalism) Maknanya adalah visioner, kompeten di bidangnya, selalu mengembangkan diri dengan teknologi terkini sehingga menghasilkan kinerja terbaik. e. Spirit mencapai Keunggulan (Strive for Excellence) Maknanya adalah menunjukkan semangat dan komitmen yang kuat untuk mencapai hasil terbaik serta memberikan pelayanan yang melebihi harapan pelanggan (internal dan
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 5
eksternal) dengan menempatkan pentingnya aspek kualitas disetiap kegiatan serta risiko yang telah diperhitungkan.
2.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Bank BTN dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Bank BTN (sumber : Bank BTN)
2.5. Nature of Business dan Model Bisnis Perusahaan
Sebagai institusi perbankan, Bank BTN berfungsi menjadi lembaga intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan dengan tujuan untuk Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 6
kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, sebagaimana bisnis usaha perbankan lainnya, Bank BTN juga memiliki model bisnis untuk menyediakan jasa layanan perbankan seperti kiriman uang, payment point dan jasa perbankan lainnya kepada masyarakat.
Fee + Interest Margin
Masyarakat yang menggunakan jasa layanandi Bank BTN
Partner (Pengembang, vendor IT, PLN, PDAM, Telkom, Universitas, dll)
Masyarakat YangMenyimpan Dananyadi Bank BTN
Bank B T N s ebagai I nter mediarydan Penyedia J asa Layanan Perbankan
Masyarakat Yang MemerlukanDana dari Bank BTN untuk Pembiayaan Konstruksi, KPR, dll (Borrower)
Gambar 2.2 : Model Bisnis Bank BTN Sebagai sebuah perusahaan BUMN yang mengemban tugas menjadi agen pembangunan (agent of development ) dari Pemerintah, maka sesuai dengan core businessnya Bank BTN ditunjuk oleh Pemerintah sebagai Lembaga Pembiayaan Kredit Perumahan untuk membantu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Guna mendukung program Pemerintah tersebut, Bank BTN secara konsisten menjadi salah satu bank penyalur KPR Sejahtera dengan share yang terbesar. Nature of Business Bank BTN lebih memfokuskan bidang usahanya kepada
pemberian kredit perumahan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.
2.6. Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Di dalam menjalankan bisnisnya, Bank BTN mengemban tugas sebagai agen pembangunan (agent of development ) dari Pemerintah. Dengan demikian pemangku kepentingan yang pertama adalah Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh :
Kementrian Keuangan RI.
Kementrian BUMN.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 7
Bank Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan.
Bursa Efek Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (Bidang Keuangan dan Perbankan).
Berkaitan dengan pemangku kepentingan tersebut, Bank BTN mendapat tugas untuk mendukung dan mensukseskan program pembangunan sejuta rumah dari Pemerintah. Pemangku kepentingan yang kedua adalah masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat bisa berposisi sebagai nasabah dana yang menyimpan dananya di Bank BTN dalam bentuk giro, tabungan atau deposito. Di sisi lainnya, masyarakat juga bisa berposisi sebagai debitur yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan dari Bank BTN dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau untuk produk kredit yang lainnya. Pemangku kepentingan yang ketiga adalah Pengembang (Developer ). Dalam hal ini, developer berperan sebagai pengembang yang membangun kawasan perumahan. Developer tersebut. di dalam menjual produk unit rumahnya kepada konsumen (masyarakat) akan mengajukan kerjasama dukungan KPR kepada BTN agar masyarakat yang membeli unit rumah kepada developer tersebut bisa memperoleh fasilitas pembiayaan KPR dari Bank BTN dengan agunan berupa sertifikat tanah dan bangunan yang dibeli oleh konsumen dari developer. Pemangku kepentingan keempat adalah pihak-pihak pendukung lainnya yang terlibat di dalam bisnis Bank BTN, yaitu antara lain Organisasi Real Estate Indonesia (REI), Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI), Notaris, Appraisal (jasa penilai). Pemangku kepentingan selanjutnya adalah pegawai, penyedia barang dan jasa, pesaing, mitra kerja, media massa, organisasi profesi dan masyarakat luas lainnya sebagai nasabah Bank BTN.
2.7. Produk dan Layanan
Bank BTN memiliki beragam produk dan layanan yang meliputi produk dana atau simpanan, produk kredit baik konsumer maupun komersial, dan produk layanan kepada masyarakat, dengan uraian sebagai berikut: Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 8
a. Produk dana meliputi giro, deposito dan tabungan sebagai berikut:
Giro BTN, yaitu produk simpanan dengan fleksibilitas tinggi yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek/BG atau media lainya.
Deposito BTN, yaitu simpanan berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Tabungan, yaitu produk simpanan di Bank BTN dengan jenis produk sebagai berikut: Nama Produk 1. Tabungan BTN Batara 2. Tabungan BTN Prima 3. Tabungan BTN Payroll
4. Tabungan BTN Junior 5. Tabungan BTN Batara Pensiunan 6. Tabungan BTN Haji 7. Tabungan BTN Batara 8. Tabungan BTN Prima 9. Tabungan BTN Payroll
Keterangan Diposisikan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan transaksi untuk menunjang aktivitas keuangannya. Diposisikan untuk nasabah yang menginginkan Investasi dengan berbagai keuntungan Diposisikan untuk perusahaan/instansi yang menginginkan produk yang dapat melayani penggajian Karyawan perusahaan/instansi Diposisikan untuk para pelajar yang menginginkan menabung Diposisikan untuk para pensiunan yang menginginkan produk yang dapat melayani pembayaran manfaat pensiun Diposisikan untuk para calon jemaah haji yang bermaksud menabung untuk menunaikan ibadah haji Diposisikan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan transaksi untuk menunjang aktivitas keuangannya. Diposisikan untuk nasabah yang menginginkan Investasi dengan berbagai keuntungan Diposisikan untuk perusahaan/instansi yang menginginkan produk yang dapat melayani penggajian Karyawan perusahaan/instansi
Tabel 2.1. Produk Dana Bank BTN b. Produk kredit meliputi:
Produk kredit konsumer. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Produk KPR BTN Sejahtera FLPP KPR BTN Platinum Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) BTN Kredit Agunan Rumah Kredit Ringan BTN Kredit Ruko BTN Pembiayaan KPR BTN iB
Target Masyarakat berpenghasilan rendah Masyarakat berpenghasilan menengah ke atas Masyarakat yang ingin mengikuti perkembangan lifestyle dalam memilih jenis hunian Masyarakat konsumtif Karyawan perusahaan/instansi Pengusaha Nasabah yang menginginkan pembiayaan KPR berbasis syariah
Tabel 2.2. Produk Kredit Konsumer Bank BTN
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 9
Produk kredit komersial
Nama Produk 1. Kredit Konstruksi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Investasi 4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) 5. Kredit Linkage
Target Developer (pengembang) Perusahaan usaha industri perdagangan dan jasa Perseroan Terbatas, CV, Koperasi, Yayasan dan Perorangan Pengusaha mikro, kecil dan menengah guna pembiayaan usaha produktif Koperasi / BPR
Tabel 2.3. Produk Kredit Komersial Bank BTN c. Produk Jasa dan Layanan, meliputi: Nama Produk Jasa & Layanan 1. Bank Garansi
2. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)
3. BTN Payroll
4. Inkaso / Clean Collection
5. Payment Point
6. SPP Online Perguruan Tinggi
Positioning
Merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan nasabah untuk menjamin resiko tertentu yang timbul apabila nasabah tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik kepada pihak yang menerima jaminan. Pemohon adalah koperasi atau badan usaha telah menjadi nasabah Bank BTN. Jaminannya yaitu uang tunai, tanah, bangunan, deposito Bank BTN/Bank lain, garansi bank lain, cek. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau yang sering disebut dengan LC lokal adalah janji tertulis dan tidak dapat dibatalkan (irrevocable) yang diterbitkan oleh Bank Pembuka (Issuing Bank) atas instruksi dari Pemohon ( Applicant ) untuk membayar sejumlah uang kepada Penerima ( Beneficiary) sepanjang syarat dan kondisi yang tercantum di dalam SKBDN terpenuhi. Merupakan layanan Bank BTN bagi Pengguna Jasa (Perusahaan, Perorangan, Lembaga) dalam mengelola pembayaran gaji, THR dan Bonus serta kebutuhan finansial lainnya yang bersifat rutin bagi karyawan pengguna jasa. adalah jasa penagihan warkat / cek dalam mata uang asing. Melalui layanan ini, nasabah dapat memanfaatkan jasa BTN untuk menagihkan pencairan / penguangan warkat / cek luar negeri. Merupakan fasilitas layanan bagi nasabah untuk memudahkan dalam membayar tagihan rutin seperti telepon, listrik, PAM, dll. Merupakan layanan Bank BTN bagi Perguruan Tinggi/Sekolah dalam menyediakan delivery channel menerima Setoran Biaya-biaya Pendidikan secara online.
Tabel 2.4. Produk Jasa dan Layanan Bank BTN Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 10
2.8. Sumber Daya Internal dan Kapabilitas Perusahaan
Bank BTN memiliki core business dan core competency dalam bidang pembiayaan KPR. Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam menjalankan bisnisnya Bank BTN didukung dengan sumber daya internal dan kapabilitas perusahaan sebagai berikut: Tabel 2.5. Sumber Daya Internal dan Kapabilitas Bank BTN
Tabel 2.6. Sumber Daya Manusia Bank BTN per 31 Desember 2015
Tabel 2.7. Jaringan Kantor Bank BTN per 31 Desember 2015
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 11
2.9. Kinerja Bisnis Bank BTN.
Selama periode tahun 2011 s/d 2015 perkembangan bisnis Bank BTN menunjukkan pertumbuhan yang bagus baik dari sisi aset maupun laba perusahaan. Adapun Ikhtisar perkembangan kinerja bisnis Bank BTN dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 2.8. Ikhtisar operasional Bank BTN
Tabel 2.9. Ikhtisar perkembangan dan liabilitas Bank BTN
Sumber : Annual Report Bank BTN Tahun 2015 Selanjutnya pada lampiran 1 menggambarkan posisi Bank BTN dibandingkan dengan perbankan nasional di awal tahun 2016 yaitu berada di peringkat 6 berdasarkan aset, peringkat 6 berdasarkan kredit yang disalurkan, peringkat 8 berdasarkan Dana Pihak Ketiga (DPK), peringkat 7 berdasarkan rasio CASA dan peringkat 6 berdasarkan laba. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 12
BAB III ANALISIS LINGKUNGAN
Di dalam analisis lingkungan pada penulisan laporan akhir General Business Environment ini, Penulis menganalisis bahwa dari 13 (tiga belas) faktor lingkungan eksternal
yang mempengaruhi bisnis Bank BTN, terdapat 7 (tujuh) faktor lingkungan eksternal yang dominan mempengaruhi bisnis perusahaan tersebut, yaitu: (1) lingkungan Pembangunan ekonomi, (2) lingkungan Regional ekonomi, (3) lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter, (4) lingkungan Politik Dalam Negeri (5) lingkungan Demografi, (6) lingkungan Politik Internasional, (7) lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi.
3.1. Lingkungan Pembangunan Ekonomi 3.1.1. Isu Lingkungan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh masingmasing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan (Bappenas, 2014). Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 (lampiran 2), Bappenas menyusun rencana pembangunan Indonesia sebagai berikut : a. Prospek ekonomi 2015-2019 yang diperkirakan akan dapat tercapai dengan asumsi: (1) perekonomian dunia terus mengalami pemulihan; (2) tidak ada gejolak dan krisis ekonomi dunia baru yang terjadi pada periode tahun 2015-2019; serta (3) berbagai kebijakan yang telah ditetapkan dalam agenda pembangunan dapat terlaksana. b. Dengan berbagai kebijakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat tajam sejak tahun 2016, menjadi 7,1 persen pada tahun 2017, dan terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5 persen dan 8,0 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp. 47,8 Juta (USD3.918,3) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp. 72,2 Juta (USD 6.018,1) pada tahun 2019. Catatan : sesuai pidato yang disampaikan Menteri Keuangan menyatakan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,3% (bergeser dari RPJMN). Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 13
c. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, tingkat kemiskinan diupayakan terus menurun dan mencapai sekitar 7,0-8,0 persen pada akhir tahun 2019, dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,0 – 5,0 persen pada akhir tahun 2019. d. Untuk mencapai sasaran pertumbuhan yang telah ditetapkan kebutuhan investasi selama lima tahun sebesar Rp. 26.557,9 triliun (harga berlaku) atau meningkat dengan rata-rata 14,8 persen per tahun. Peranan investasi masyarakat meningkat dari 29,2 persen PNB pada tahun 2015 menjadi 31,0 persen PNB pada tahun 2019, sedangkan peranan investasi pemerintah pusat dan daerah diproyeksikan meningkat sebesar rata-rata 5,4 persen pada periode yang sama. Dengan demikian, jumlah investasi pemerintah pusat dan daerah pada tahun 2015-2019 diperkirakan akan mencapai Rp. 4.023,8 triliun. e. Dari sisi pembiayaan, institusi keuangan untuk membiayai investasi masyarakat dikategorikan sebagai berikut: (i) peran perbankan akan meningkat dari 6,4 persen PNB pada tahun 2015 menjadi 8,8 persen PNB pada tahun 2019, sejalan dengan upaya BI untuk meningkatkan likuiditas ke masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi; (ii) peran luar negeri selama lima tahun meningkat menjadi 5,6 persen PNB tahun 2019, sejalan dengan masuknya aliran modal; (iii) peran saham akan naik dari 0,6 persen PNB pada tahun 2015 menjadi 1,2 persen PNB pada tahun 2019, peran obligasi akan naik dari 3,7 persen PNB pada tahun 2015 hingga mencapai 5,0 persen PNB pada tahun 2019; dan (iv) peran dana internal perusahaan (returned earning) dalam berinvestasi akan semakin berkurang, yaitu dari 13,2 persen PNB pada tahun 2015 hingga menjadi 10,5 persen PNB pada tahun 2019 karena peran lembaga keuangan yang semakin baik. Pada tahun 2015 yang lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu sebesar 4,79 persen (melambat dibanding tahun 2014 sebesar 5,02 persen). Grafik dan tabel pada lampiran 3 dan lampiran 4 menggambarkan tentang
pertumbuhan ekonomi dan struktur
perekonomian Indonesia pada tahun 2015 sebagai berikut : a. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2015 tumbuh sebesar 4,79 persen terjadi pada hampir semua lapangan usaha ekonomi, kecuali Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,06 persen dan diikuti oleh Jasa Keuangan dan Asuransi serta Jasa Lainnya yang masing-masing tumbuh sebesar 8,53 persen dan 8,08 persen. Lapangan usaha konstruksi tumbuh 6,65 persen dan real estat tumbuh 4,82 persen.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 14
b. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,20 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,24 persen, Pulau Kalimantan 8,00 persen, dan Pulau Sulawesi 6,01 persen, dan sisanya 5,55 persen di pulau-pulau lainnya. Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan IV-2015 menurut kelompok provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total kontribusi sebesar 53,20 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masing-masing sebesar 6,48 persen, 5,94 persen, 5,23 persen, dan 6,08 persen. 3.1.2. Analisis Peluang Lingkungan Pembangunan Ekonomi
Faktor pembangunan ekonomi di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif pada tahun 2016 s/d 2019, akan menciptakan kebutuhan Investasi yang sangat besar. Hal ini merupakan peluang bisnis yang dapat ditangkap oleh Bank BTN dengan cara turut memberikan pembiayaan investasi atau memberikan kredit untuk sektor-sektor pembangunan yang bersinggungan dengan bisnis inti Bank BTN yaitu pembiayaan untuk lapangan kerja konstruksi dan real estat. b. Program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, merupakan peluang bisnis yang sangat besar bagi Bank BTN untuk memberikan fasilitas pembiayaan perumahan kepada masyarakat melalui produk kredit kepemilikan rumah. c. Meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Indonesia serta menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran terbuka sebagai hasil dari pembangunan, akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Selanjutnya dengan memberikan edukasi tentang pentingnya menabung kepada masyarakat tersebut, maka akan menciptakan peluang pasar bagi Bank BTN untuk menjual produk tabungan, deposito dan jasa perbankan lainnya. d. Meningkatnya jumlah kelas menengah Indonesia di masa yang akan datang, merupakan peluang bisnis bagi Bank BTN untuk memasarkan produk-produk konsumernya seperti consumer funding dan consumer lending .
e. Pertumbuhan PDB yang tinggi di jasa lapangan usaha Informasi, merupakan peluang bisnis bagi Bank BTN untuk mengembangkan portofolio kreditnya untuk para pelaku usaha di jasa lapangan usaha Informasi.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 15
3.1.3. Analisis Ancaman Lingkungan Pembangunan Ekonomi
Sebaliknya faktor pembangunan ekonomi di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Perkembangan ekonomi global dan mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean yang dinamis dikhawatirkan dapat mempengaruhi perekonomian nasional. Sehingga jika terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat karena faktor eksternal tersebut, maka dapat berdampak pada hilangnya peluang bisnis di atas bagi Bank BTN. b. Persaingan yang semakin ketat, khususnya penetrasi bank pesaing yang agresif dalam pembiayaan perumahan segmen menengah dengan cost of fund yang lebih rendah. c. Persaingan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang semakin ketat di antara bank-bank yang ada di Indonesia.
3.1.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor pembangunan ekonomi Indonesia bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Di dalam pengembangan bisnisnya, sebaiknya Bank BTN mengembangkan jaringannya (melakukan pembukaan kantor cabang dan outlet baru) dan melakukan penjualan produknya dengan cara memfokuskan pengembangan bisnis tersebut pada empat provinsi penyumbang PDB Indonesia di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. b. Selain memberikan pembiayaan pada lapangan usaha konstruksi, real estat dan perumahan yang telah menjadi bisnis intinya, maka sebaiknya Bank BTN dapat mengembangkan portofolio bisnis pembiayaannya pada lapangan usaha Informasi karena sektor tersebut memiliki pertumbuhan PDB tertinggi dibandingkan sektor lainnya sehingga peluang dan prospek bisnisnya bagus.
3.2. Lingkungan Regional Ekonomi 3.2.1. Isu Lingkungan Regional Ekonomi
Uraian di bawah ini menggambarkan ekonomi regional di Indonesia berdasarkan data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik, sebagai berikut : a. Pertumbuhan Ekonomi dan Produk Domestik Bruto Indonesia.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 16
Selama 3 tahun terakhir Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,56%, tahun 2014 sebesar 5,02% dan tahun 2015 sebesar 4,79%. Selanjutnya Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 sebesar 5,3%. Di sisi lain dalam kurun waktu 2010-2015, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp28,8 juta (tahun 2010), sebesar Rp32,4 juta (tahun 2011), sebesar Rp35,1 juta (tahun 2012), sebesar Rp38,4 juta (tahun 2013), sebesar Rp41,9 juta (tahun 2014), dan pada tahun 2015 sebesar Rp45,2 juta (lampiran 5). b. Tingkat Inflasi di Indonesia. Selama 3 tahun terakhir, Indonesia mengalami tingkat inflasi tahunan yang menurun yaitu pada tahun 2013 sebesar 8,38%, pada tahun 2014 sebesar 8.36% dan pada tahun 2015 sebesar 3,35%. Kota Samarinda, Depok, Sibloga, Padang dan Serang merupakan kota dengan tingkat inflasi tinggi di banding kota lainnya (lampiran 6). c. Ketenagakerjaan di Indonesia. DKI Jakarta, Papua, Kaltim, Sumsel dan Sulsel merupakan provinsi dengan upah minimum provinsi yang tinggi. Sedangkan Jabar, Jateng dan Jatim merupakan provinsi dengan upah minimum provinsi yang rendah (lampiran 7). d. Kependudukan di Indonesia. Jabar, Jatim dan Jateng merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak. Sementara Papua, Kepulauan Riau, Kaltim, Papua Barat dan Riau merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi selama kurun waktu tahun 2000 s/d 2010 (lampiran 8). e. Kesenjangan di Indonesia. Secara umum kesenjangan – rasio Gini per provinsi di Indonesia masih tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kesenjangan antara penduduk kaya dengan penduduk miskin di setiap provinsi masih tinggi atau tidak merata (lampiran 9). f. Investasi di Indonesia. DKI Jakarta, Jabar, Banten dan Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki realisasi investasi luar negeri tertinggi. Sedangkan investasi dalam negeri tertinggi ditempati provinsi Jawa Timur, Kaltim, Jateng, Jabar dan DKI Jakarta (lampiran 10).
3.2.2. Analisis Peluang Lingkungan Regional Ekonomi
Faktor regional ekonomi di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut :
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 17
a. Pertumbuhan ekonomi dan PDB Indonesia yang positif selama beberapa tahun terakhir, telah menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja di Indonesia. Sehingga seiring dengan peningkatan taraf hidup para pekerja tersebut, maka terdapat harapan bagi para pekerja untuk memenuhi kebutuhan primernya yaitu memiliki rumah. Hal ini merupakan potensi dan peluang pasar bagi Bank BTN untuk menjual dan menyalurkan pembiayaan perumahan melalui KPR BTN. b. Jumlah penduduk yang besar di beberapa provinsi di Indonesia seperti Jabar, Jatim dan Jateng merupakan pasar yang potensial bagi Bank BTN untuk memasarkan produk dana, produk kredit dan jasa layanan perbankan. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di provinsi Papua, Kepulauan Riau, Kaltim, Papua Barat dan Riau juga merupakan potensi pasar yang menjanjikan bagi Bank BTN untuk masa yang akan datang yang didorong oleh kekayaam sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut. c. Realisasi investasi yang cukup besar di beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jatim, Jateng dan Kaltim, merupakan peluang bagi Bank BTN untuk turut memberikan pembiayaan investasi atau memberikan kredit untuk sektor-sektor pembangunan yang bersinggungan dengan bisnis inti Bank BTN yaitu pembiayaan untuk konstruksi, real estat dan perumahan. 3.2.3. Analisis Ancaman Lingkungan Regional Ekonomi
Sebaliknya faktor regional ekonomi di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Tingkat inflasi di Indonesia yang cenderung menurun bisa mengindikasikan menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini merupakan ancaman bagi Bank BTN di dalam memasarkan KPR dan produk-produk consumer lending misal produk kredit agunan rumah yang diperuntukkan untuk membiayai konsumsi masyarakat untuk membeli perlengkapan rumah. Selain itu, hal ini juga merupakan ancaman di dalam bagi Bank BTN di dalam menghimpun dana masyarakat melalui produk tabungan sebagai akibat menurunnya kemampuan masyarakat. b. Masih tingginya kesenjangan antara penduduk kaya dengan penduduk miskin yang tercermin pada rasio Gini per provinsi di Indonesia, bisa menjadi ancaman untuk keamanan bisnis perbankan bagi Bank BTN, karena dapat mendorong timbulnya kriminalitas.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 18
3.2.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor regional ekonomi Indonesia bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Di dalam pengembangan bisnisnya, sebaiknya Bank BTN dapat melakukan ekspansi bisnisnya dengan fokus dan prioritas pada beberapa daerah dengan kriteria memiliki jumlah pendudukan yang besar, memilki PDB relatif tinggi dan memiliki tingkat realisasi investasi yang tinggi. Daerah tersebut yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Kaltim. b. Guna merealisasikan ekspansi bisnis pada butir 1 di atas, Bank BTN dapat memulainya dengan menyusun action plan yang meliputi tahapan melakukan pemetaan (mapping ) potensi pasar dan potensi daerah setempat, menyusun strategi bisnis dan pemasaran, menyiapkan jaringan kantor cabang dan sumber daya manusia serta melakukan eksekusi dari strategi yang telah disusun tersebut.
3.3. Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter 3.3.1. Isu Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumeninstrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Pada bulan Juni 2016, Bank Indonesia mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik melalui bauran pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial. Seiring Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 19
dengan laju inflasi, defisit transaksi berjalan dan nilai tukar yang terkendali, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,5%. Bank Indonesia juga menurunkan deposit facility 25 basis poin menjadi 4,5% dan lending facility turun 25 basis poin menjadi 7,0% berlaku mulai 17 Juni 2017. Di samping itu, Bank Indonesia memberikan kelonggaran di bidang makroprudensial melalui relaksasi ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) dan Financing to Value Ratio bagi kredit atau pembiayaan properti. Secara umum pelonggaran makroprudensial LTV meliputi 2 (dua) hal yaitu penurunan pembayaran uang muka (down payment ) dan juga penurunan tiering untuk rumah pertama, kedua dam seterusnya. Bank Indonesia menurunkan down payment sebesar 5% pada Bank Konvensional menjadi menjadi 15%. Sementara itu untuk
Bank Syariah, pembayaran down payment ditetapkan minimal sebesar 10%. Selain itu tiering kredit pemilikan rumah juga diturunkan 5% dari sebelumnya 10%. Sementara itu, dari sisi kebijakan fiskal, pada tahun 2016 pemerintah Indonesia membuat kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty), yang mengatur sebagai berikut : a. Untuk wajib pajak usaha kecil menengah yang mengungkapkan harta sampai Rp10 miliar akan dikenai tarif tebusan sebesar 0,5%, sedangkan yang mengungkapkan lebih dari Rp 10 miliar dikenai 2%. b. Untuk wajib pajak yang bersedia merepatriasi asetnya di luar negeri akan diberikan tarif tebusan sebesar 2% untuk Juli-September 2016, 3% untuk periode Oktober-Desember 2016, dan 5% untuk periode 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017. c. Untuk wajib pajak yang mendeklarasikan asetnya di luar negeri tanpa repatriasi akan dikenai tarif 4% untuk periode Juli-September 2016, 6% untuk periode OktoberDesember 2016, dan 10% untuk periode Januari-Maret 2017. Kebijakan tax amnesty berdimensi luas, karena selain menambah penerimaan negara, aturan ini juga mendorong perekonomian dan terwujudnya postur APBN yang lebih baik. Repatriasi aset menjadi pembuka jalan masuknya modal ke dalam negeri. 3.3.2. Analisis Peluang Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Faktor kebijakan fiskal dan moneter di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Kebijakan penurunan BI rate menjadi 6,5% dan pelonggaran makroprudensial LTV berupa penurunan down payment dan tiering kredit pemilikan rumah, maka akan mendorong permintaan properti baik rumah maupun apartemen. Hal ini merupakan
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 20
peluang bagi Bank BTN untuk menjual produk consumer lending seperti KPR (kredit kepemilikan rumah dan KPA (kredit kepemilikan apartemen). b. Mengingat sektor properti di atas mempunyai dampak ke sektor lainnya seperti konstruksi, maka Bank BTN juga mendapatkan peluang untuk memasarkan produk kredit konstruksi kepada para developer dan kredit modal kerja kepada para kontraktor atau sub kontraktor yang melakukan pembangunan kawasan perumahan dan apartemen. c. Secara cross selling , dari prospek customer KPR dan KPA di atas, maka Bank BTN akan mendapatkan prospek untuk menjual produk simpanannya seperti tabungan dan deposito. Sedangkan dari prospek developer dan kontraktor, maka Bank BTN mendapatkan prospek untuk menjual produk giro. d. Dengan adanya kebijakan tax amnesty, maka diharapkan akan terjadi modal masuk ke Indonesia dari para wajib pajak yang merepatriasi asetnya di luar negeri. Dengan adanya aliran dana tersebut merupakan peluang bagi Bank BTN untuk memasarkan produknya baik yang konvensional seperti deposito maupun produk wealth management seperti reksadana dan bank assurance. 3.3.3. Analisis Ancaman Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Sebaliknya kebijakan fiskal dan moneter di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Persaingan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang semakin ketat di antara bank-bank yang ada di Indonesia. b. Persaingan penyaluran KPR (kredit kepemilikan rumah dan KPA (kredit kepemilikan apartemen) yang semakin ketat di antara bank-bank yang ada di Indonesia. c. Persaingan dalam melayani tax amnesty dengan bank-bank lain yang ditunjuk pemerintah seperti Mandiri, BRI, BNI, BCA, Danamon, Bank Permata, CIMB, dll. 3.3.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor Fiskaf dan moneter bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Bank BTN perlu merespon penurunan BI rate dengan melakukan penyesuaian suku bunga simpanan dan suku bunga kreditnya agar kompetitif dengan bank pesaing. b. Bank BTN perlu menjalin kerjasama yang lebih baik dengan developer dan mendorong developer untuk membangun rumah guna merealisasikan kebijakan pelonggaran LTV.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 21
c. Bank BTN perlu menyiapkan skema produk, SDM dan infrastruktur untuk melayani aliran dana dari kebijakan tax amnesty.
3.4. Lingkungan Politik Dalam Negeri 3.4.1. Isu Lingkungan Politik Dalam Negeri
Dalam UUD 1945 pasal 28 dijelaskan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh layanan kesehatan”. Pasal ini menjelaskan bahwa memiliki tempat tinggal
merupakan hak setiap orang. Pembangunan sejuta rumah bagi masyarakat merupakan bentuk pemenuhan janji presiden Jokowi yang termaktub dalam Nawacita demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Jika kebijakan ini terealisasi maka pemerintahan Jokowi akan memperoleh diapresiasi, karena pembangunan sejuta rumah akan membantu masyarakat yang belum memiliki rumah. Pembangunan rumah bagi masyarakat miskin sebagai bentuk pelaksanaan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tentang tujuan negara yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut presiden Jokowi target pembangunan rumah akan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Pencanangan pembangunan sejuta rumah dimulai dari Ungaran, Jawa Tengah pada tanggal 29 April 2015 yang lalu, kemudian direncanakan diikuti 18 provinsi ditempat lain yang siap bangun yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara. Dalam program ini, pemerintah menyediakan rumah subsidi dengan harga dan cicilan yang sangat terjangkau. Rumah yang dibangun ini merupakan kategori rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau lebih sering disebut sebagai rumah subsidi. Sehingga, semua Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), seperti nelayan dan buruh dapat segera memiliki rumah. Karena, angka kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan tempat tinggal di Indonesia saat ini mencapai 13,5 juta rumah. Artinya masih ada 13,5 juta kebutuhan rumah layak huni yang belum bisa terpenuhi oleh pemerintah. Pada tahun 2015 lalu, anggaran untuk perumahan sebesar Rp 7,7 triliun, kemudian pada 2016 anggaran meningkat menjadi Rp 8,1 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah semakin Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 22
konsen
pada
perumahan.
(sumber
kementrian
pekerjaan
umum
dan
perumahan,
http://www.pu.go.id/) 3.4.2. Analisis Peluang Lingkungan Politik Dalam Negeri
Faktor politik dalam negeri di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Peran Bank BTN dalam membantu pemerintah untuk menyelesaikan backlog perumahan sangat strategis terutama dalam pemberian kredit kepada masyarakat untuk memiliki rumah dan pemberian kredit kepada pengembang dalam memproduksi rumah. b. Potensi sektor perumahan masih besar dengan adanya backlog perumahan, sehingga merupakan prospek untuk pasar KPR ke depan. c. Adanya rencana kebijakan tentang tabungan perumahan dari Pemerintah merupakan potensi sumber dana murah bagi Bank BTN ke depan. 3.4.3. Analisis Ancaman Lingkungan Politik Dalam Negeri
Sebaliknya faktor politik dalam negeri di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Keengganan para pengembang untuk membangun rumah sederhana yang dikarenakan oleh proses perizinan yang panjang dan mahal, berbiaya tinggi, serta harga tanah yang makin tinggi. b. Terbatasnya anggaran FLPP dari pemerintah, sehingga apabila anggaran FLPP tersebut telah terserap habis di pertengahan tahun, maka akan mengancam kelangsungan pemberian KPR subsidi oleh Bank BTN di sisa tahun berjalan. c. Adanya keinginan dan persaingan di antara Bank BUMN untuk mengelola tabungan perumahan. 3.4.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor politik dalam negeri bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Bank BTN harus senantiasa mendorong pengembang agar bersedia membangun rumah sederhana. b. Bank BTN harus dapat meyakinkan pemerintah agar pengelolaan tabungan perumahan dapat ditempatkan di Bank BTN guna mendukung program sejuta rumah dari pemerintah.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 23
3.5. Lingkungan Demografi 3.5.1. Isu Lingkungan Demografi
Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati ‘bonus demografi’, yaitu
percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply ), tabungan ( saving ), dan kualitas sumber daya manusia (human capital ). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyampaikan bahwa proyeksi penduduk Indonesia periode 2010 – 2035 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Proyeksi Penduduk Indonesia
Sumber : Bappenas, 2015
Berdasarkan data proyeksi pada tabel di atas digambarkan bahwa khusus untuk penduduk pada Usia Kerja (15-64 tahun) awalnya berjumlah sebanyak 158,5 juta jiwa pada tahun 2010, meningkat menjadi sebanyak 171,9 juta jiwa pada tahun 2015, kemudian meningkat kembali menjadi 183,5 juta jiwa pada tahun 2020, selanjutnya menjadi 193,5 juta jiwa pada tahun 2025, lalu menjadi 201,8 juta jiwa pada tahun 2030 dan menjadi 207,5 juta jiwa pada tahun 2035. Besarnya jumlah penduduk Usia Kerja di atas merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi bisnis Bank BTN di masa mendatang khususnya dalam memasarkan produk pembiayaan atau kredit pemilikan rumah (KPR). Sebagai gambaran berdasarkan data BPS tahun 2010, dari 61,6 juta keluarga (KK) terdapat sebanyak 78% dari total keluarga telah tinggal di rumah sendiri sedangkan sisanya sebanyak 10% tinggal di rumah sewa dan sebanyak 12 % tinggal menumpang di rumah orang tua, kerabat dan lainnya. Dengan demikian terdapat stok rumah sebanyak 54,4 juta rumah atau setara dengan 88% dari total kebutuhan rumah, baik rumah milik sendiri ataupun sewa, sedangkan sisanya sebanyak Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 24
7,2 juta unit merupakan
backlog rumah. Pada tahun 2014, diprediksi backlog rumah
meningkat menjadi 7,6 juta unit. Data tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan rumah (housing ownership rate ) Indonesia adalah sebesar 78%. Berikut skema diagram kepemilikan rumah dan backlog tersebut. 3.5.2. Analisis Peluang Lingkungan Demografi
Faktor demografi di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Bonus demografi Indonesia dengan jumlah penduduk Usia Kerja sebesar 171,9 juta jiwa pada tahun 2015 dan diproyeksikan sebesar 183,5 juta jiwa pada tahun 2020, merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi bisnis pembiayaan perumahan bagi Bank BTN. Terlebih bila mengingat penyelesaian backlog kebutuhan rumah yang besar di Indonesia. b. Selain di atas, bonus demografi yang dinikmati Indonesia turut menciptakan meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply) dan tabungan ( saving ). Hal ini merupakan peluang binis bagi Bank BTN untuk memasarkan produk-produk simpanan berupa tabungan dan deposito serta memasarkan layanan jasa perbankan lainnya seperti kiriman uang, pembayaran ( payment point ) dan produk lainnya yang memberikan keuntungan bisnis bagi Bank BTN. 3.5.3. Analisis Ancaman Lingkungan Demografi
Sebaliknya demografi di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Kurangnya pasokan rumah dari pengembang untuk merespon besarnya pasar KPR sebagai akibat dari bonus demografi. b. Bank pesaing yang masuk ke bisnis KPR menjadi ancaman bagi bisnis Bank BTN di dalam memberikan pembiayaan perumahan sebagaimana di atas. c. Bank pesaing yang memiliki jaringan lebih luas dan teknologi informasi perbankan yang lebih canggih dari Bank BTN, merupakan ancaman bagi bisnis Bank BTN dalam memasarkan produk-produk simpanan dan memasarkan layanan jasa perbankan. 3.5.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor demografi bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Bank BTN perlu mengembangkan strategi untuk bersinergi dengan REI, APERSI dan pemangku kepentingan lainnya dalam bidang perumahan agar kekurangan pasokan unit rumah bisa terbangun. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 25
b. Bank BTN harus menyiapkan kredit atau pembiayaan untuk memenuhi besarnya permintaan KPR akibat bonus demografi. 3.6. Lingkungan Politik Internasional 3.6.1. Isu Lingkungan Politik Internasional
Dengan pergeseran gravitasi geo-strategi dunia ke Asia Pasifik, kawasan ini menjadi pengendali kunci politik global karena kurang lebih 41 persen penduduk dunia berada di kawasan ini dan 50 persen transaksi dunia terjadi di kawasan ini. Di dalam aliansi kekuatan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang tergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP), Amerika Serikat berperan dalam meningkatkan volume perdagangan dengan negara di Asia Pasifik.
Gambar 3.1. Negara-negara anggota Trans Pacific Partnership Demi menekan bea dagang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan Indonesia akan tergabung dalam beberapa blok dagang seperti konvensi kemitraan negara-negara di kawasan pasifik, atau yang dikenal dengan Trans Pacific Partnership (TPP). Putusan ini diambil demi menghindari adanya pengenaan pajak sebesar 15 persen sampai 20 persen untuk setiap produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara anggota TPP. (sumber : CNN Indonesia, 2016). Apabila rencana bergabungnya Indonesia dalam Trans Pacific Partnership (TPP) tersebut terealisasi, maka akan memiliki pengaruh terhadap bisnis di Indonesia sebagai berikut : a. Produk-produk ekspor dari Indonesia akan diterima di negara-negara anggota Trans Pacific Partnership (TPP) tanpa adanya pengenaan pajak sebesar 15 persen sampai
20 persen, sehingga barang produk Indonesia memiliki daya saing dan dapat Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 26
mengakibatkan meningkatnya volume ekspor produk dari Indonesia ke luar negeri. Hal ini memberikan pengaruh yang positif bagi industri di dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk sesuai standar perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP) dan meningkatkan kapasitas produksinya sesuai permintaan pasar karena terbukanya wilayah perdagangan ke luar negeri yang lebih luas. b. Sebaliknya Indonesia juga akan dibanjiri produk-produk impor dari negara anggota Trans Pacific Partnership (TPP) yang memberikan pengaruh negatif atau tekanan terhadap
produk dalam negeri untuk bersaing dengan produk-produk impor tersebut di negeri sendiri. Namun meskipun memiliki sisi negatif tersebut, di sisi lain juga memberikan pengaruh positif yaitu meningkatnya aktifitas dan transaksi bisnis di Indonesia. 3.6.2. Analisis Peluang Lingkungan Politik Internasional
Faktor politik internasional di atas, memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Apabila Indonesia bergabung dengan blok perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP), maka hal tersebut dapat meningkatkan volume perdagangan Indonesia baik volume ekspor maupun volume impor. Dengan meningkatnya volume produk ekspor tersebut, maka akan menggerakkan industri yang berbasis ekspor di dalam negeri. Perusahaan perusahaan yang memproduksi barang ekspor tersebut memerlukan modal kerja untuk meningkatkan produksinya dan memerlukan biaya investasi untuk mengembangkan kapasitas mesin produksinya. Hal ini merupakan peluang bisnis bagi Bank BTN untuk memasarkan produk kreditnya bagi perusahaan tersebut, baik berupa kredit dan investasi maupun kredit modal kerja. c. Di sisi lain dengan meningkatnya volume impor maka mengindikasikan adanya perusahaan di Indonesia yang memerlukan pembiayaan untuk mengimpor barang dari luar negeri. Hal ini merupakan peluang bisnis bagi Bank BTN untuk memasarkan produk letter of credit (L/C) kepada perusahaan yang memerlukan dukungan untuk pembiayaan
impor. 3.6.3. Analisis Ancaman Lingkungan Politik Internasional
Sebaliknya faktor politik internasional di atas, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Bank pesaing yang memiliki produk serupa yaitu kredit investasi, kredit modal kerja dan letter of credit (L/C) menjadi ancaman bagi bisnis Bank BTN di dalam memberikan
skema kredit dan pembiayaan sebagaimana di atas. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 27
b. Adanya Bank Ekspor Indonesia (BEI) yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan pembiayaan ekspor nasional menjadi ancaman bagi bisnis Bank BTN di dalam memberikan pembiayaan ekspor baik berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. 3.6.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor politik internasional bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Bank BTN dapat mengembangkan business plan yang memasukkan asumsi masuknya Indonesia bergabungnya Indonesia di dalam Trans Pacific Partnership (TPP). b. Bank BTN perlu menggarap lebih serius produk letter of credit (L/C) untuk meningkatkan fee base income dan mengantisipasi bergabungnya Indonesia di dalam Trans Pacific Partnership (TPP).
3.7. Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi 3.7.1. Isu Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi
Seiring dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup yang semakin mengarah pada penggunaan media komunikasi seperti internet dan telepon pintar, saat ini media interaksi bank dengan nasabah semakin berkembang, tidak terbatas pada interaksi fisik melalui kantor cabang maupun mesin ATM. Dengan tingkat kebutuhan terhadap jasa keuangan yang semakin berkembang seperti keperluan transaksi dan pembayaran, pihak bank memiliki keterbatasan dalam menjangkau cakupan nasabah yang lebih luas. Penyediaan sarana fisik seperti kantor cabang dan mesin ATM memiliki keterbatasan dalam hal cakupan geografis, jam operasional dan biaya operasional. Meskipun keberadaan kantor cabang dan mesin ATM tetap diperlukan, bank perlu mengembangkan media interaksi lainnya yang tidak hanya mampu meningkatkan jangkauan layanan secara geografis dan jam operasional, namun juga mampu meningkatkan frekuensi jumlah transaksi dan pembayaran melalui teknologi yang tersedia, yaitu internet banking dan mobile banking .
Oleh karena itu, guna mendukung proses bisnisnya saat ini, maka Bank dapat mengembangkan saluran distribusi berupa branch, ATM, Phone, Internet dan Mobile. Selain saluran distribusi tersebut, media sosial dari internet maupun mobile seperti facebook dan twitter juga merupakan saluran yang bermanfaat bagi bank dalam berinteraksi dengan Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 28
nasabahnya secara lebih interaktif. Tidak hanya bermanfaat dalam hal mengantisipasi isu-isu negatif yang berkembang namun juga efektif dalam hal penyelesaian komplain masalah yang dihadapi oleh nasabah. Lebih jauh lagi, media sosial juga dapat digunakan untuk menarik calon nasabah potensial melalui penawaran produk dan layanan yang lebih terkastemisasi sesuai dengan profil, perilaku, dan minat mereka. Hasil review serta testimoni nasabah terhadap suatu produk dan layanan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi suatu calon nasabah potensial. Di sisi lain kehadiran dan perkembangan perusahaan startup financial technology ( fintech) di Indonesia, memiliki posisi strategis untuk mendorong program financial inclusion yang kini menjadi salah satu program pemerintah dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dikarenakan fintech memberikan layanan teknologi finansial yang inovatif dan inklusif untuk merangkul jutaan warga Indonesia masuk ke dalam sektor jasa keuangan. Teknologi tersebut dapat menjadi jembatan akses dan menciptakan kondisi inklusif yang penting buat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun manfaat fintech tersebut bagi masyarakat adalah sebagai berikut :
Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Contoh
terdapat
perusahaan startup yang
kemudian
membuat
inovasi
untuk
menghadirkan merchant dimana merchant tersebut menerima sistem pembayaran dengan kartu debit dan kredit dengan biaya rendah.
Dapat mengurangi jumlah pinjaman yang berbunga tinggi. Masyarakat tentu merasa cukup tersiksa dengan kehadiran pemilik modal yang memberikan pinjaman dengan beban bunga cukup tinggi pada setiap pinjamannya. Dengan adanya fintech maka menjawab permintaan sistem peminjaman uang yang lebih transparan serta dapat dinikmati semua masyarakat. Bagi mereka yang sudah menggunakan fintech, tentu merasakan sekali manfaatnya dan perbedaannya ketika belum dan sudah menggunakan fintech.
Layanan fintech menawarkan kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma dan proses online, keputusan kredit bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 29
3.7.2. Analisis Peluang Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi
Faktor teknologi informasi komunikasi memberikan peluang bagi Bank BTN sebagai berikut: a. Dukungan teknologi informasi dalam industri perbankan menciptakan peluang bisnis bagi Bank BTN untuk mempercepat waktu proses dan mengurangi beban administrasi pengelolaan bank menjadi lebih efesien dan efektif, meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah bank serta mempertahankan loyalitas pelanggan. Sehingga dengan adanya loyalitas nasabah dan penambahan jumlah nasabah, maka diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bisnis perusahaan secara berkelanjutan. b. Bank BTN berpeluang untuk memperoleh fee base income melalui transaksi-transaksi yang berbasis digital banking seperti transaksi payment point dan transfer melalui ATM, internet banking dan mobile banking . 3.7.3. Analisis Ancaman Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi
Sebaliknya faktor teknologi informasi komunikasi, dapat memberikan ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut : a. Beberapa Bank pesaing telah menerapkan teknologi informasi yang lebih canggih dari Bank BTN, sehingga dapat mengakibatkan nasabah beralih ke bank lain tersebut karena pertimbangan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi. b. Kehadiran perusahaan startup financial technology yang menawarkan berbagai jasa mulai dari Peer-to-Peer (P2P) lending (simpan pinjam dan permodalan), crowdfunding (penghimpunan dana), payment gateway, e-money (uang elektronik), e-wallet (dompet elektronik) memberikan solusi dan kecepatan proses kepada masyarakat yang tidak ditawarkan oleh perbankan konvensional. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi bisnis Bank BTN. 3.7.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN
Berdasarkan peluang dan ancaman di atas, maka implikasi faktor teknologi informasi komunukasi bagi Bank BTN adalah sebagai berikut : a. Bank BTN perlu mengembangkan digital banking dan financial technology secara konsisten dengan dukungan teknologi informasi terkini agar lebih kompetitif. b. Bank BTN perlu mengembangkan SDMnya agar memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi, sehingga SDM tersebut dapat memberikan nilai tambah sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini dan kebutuhan perusahaan ke depan.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 30
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Terdapat 7 (tujuh) faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh dominan terhadap bisnis Bank BTN yaitu : (1) Pembangunan ekonomi, (2) Regional ekonomi, (3) Kebijakan Fiskal dan Moneter, (4) Politik Dalam Negeri (5) Demografi, (6) Politik Internasional, (7) Teknologi Informasi Komunikasi. b. Sesuai dengan pembahasan 7 (tujuh) faktor lingkungan eksternal yang berpengaruh dominan terhadap bisnis Bank BTN di atas, dapat dirangkum beberapa Peluang dan Ancaman bagi Bank BTN sebagai berikut:
Peluang
Peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia merupakan potensi market yang potensial untuk produk KPR BTN.
Program sejuta rumah dari Pemerintah menciptakan peluang untuk produk KPR FLPP (subsidi) bagi Bank BTN dalam jangka panjang.
Kebijakan pemerintah pada sektor perumahan serta rencana Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) merupakan alternatfi sumber dana murah bagi Bank BTN dalam bentuk simpanan.
Rencana Pemerintah bergabung dengan blok perdagangan Trans Pacific Partnership merupakan peluang untuk menggarap lebih serius produk letter of credit (L/C) guna meningkatkan fee base income.
Perkembangan
teknologi
dengan
layanan
berbasis
teknologi
digital
merupakan peluang untuk menciptakan fee base income bagi Bank BTN.
Ancaman
Kemungkinan
terjadinya
perlambatan
ekonomi
bisa
mempengaruhi
purchasing power dan repayment capacity debitur KPR segmen bawah serta
mempengaruhi keputusan investasi dari pengembang.
Persaingan penghimpunan DPK yang semakin ketat dengan bank pesaing.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 31
Penetrasi bank pesaing yang agresif dalam pembiayaan perumahan segmen menengah dengan cost of fund yang lebih rendah.
Kehadiran
perusahaan startup
financial
technology
(fintech) yang
menawarkan berbagai jasa seperti Peer-to-Peer (P2P) lending (simpan pinjam
dan
permodalan), crowdfunding
(penghimpunan
dana)
bisa
mengancam market share produk Bank BTN baik produk simpanan maupun produk kredit yang bersinggungan dengan produk fintech tersebut.
4.2. Rekomendasi
Berdasarkan ancaman dan peluang tersebut di atas, Penulis merekomendasikan kepada Bank BTN sebagai berikut :
Perusahaan tetap memfokuskan bisnisnya pada pembiayaan perumahan untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi Bank terdepan di dalam pembiayaan perumahan.
Melakukan aliansi strategis dengan lembaga negara, BUMN dan Pemerintah Daerah dan mengembangkan kerjasama dengan institusi pemilik dana besar untuk mendukung pembiayaan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan program sejuta rumah dari pemerintah.
Meningkatkan penjualan produk kredit yang memberi kontribusi peningkatan NIM (nett interest margin) khususnya kepada debitur KPR eksisting kelas menengah.
Menggunakan customer base nasabah KPR untuk memperoleh dana murah yang semakin ketat diperebutkan oleh bank-bank pesaing dalam rangka penghimpunan dana pihak ketiga.
Memanfaatkan relationship dengan stakeholder perumahan untuk menghadapi persaingan bisnis pembiayaan perumahan.
Mengembangkan
layanan
dan
produk
berbasis
digital
khususnya
untuk
meningkatkan penghimpunan dana murah serta fee based income.
Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi persaingan bisnis pembiayaan perumahan.
Memperkuat infrastruktur perusahaan terutama teknlogi informasi dan komunikasi untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 32
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Akbar Susamto, PhD., Materi Kulian GBE Economic Development, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2016. Akhmad Akbar Susamto, PhD., Materi Kulian GBE Regional Economy, Tinjauan Singkat Perekonomian Regional Indonesia, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2016. Annual Report PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Tahun 2015. Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/moneter/ Hempry Suyatna, Ph.D., Materi Kuliah GBE – Domestic Political Environment, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2016. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 70 Maret 2016, Badan Pusat Statistik, 2016. M. Edhie Purnawan, M.A., Dr., Materi Kuliah GBE - Monetery and Fiscal Policies, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2016. Majalah SWA (2016), Gelombang Dahsyat Fintech Menyerbu Bisnis Keuangan, SWA edisi ke 32, 13-26 Oktober 2016. Mohtar Mas'oed, M.A., Ph.D., Prof., Materi Kuliah GBE – International Political Environment, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2016. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014. Susi Daryanti, M.Sc., Dr. Cand., Materi Kuliah GBE – Information Technology, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2016 Tadjuddin Noer Effendi, MA., Dr., Prof, Materi Kuliah GBE – Demographical Environment, Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta, 2016.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 33
LAMPIRAN Lampiran 1
Posisi Bank BTN dibandingkan Perbankan Nasional Tahun 2016 Peringkat 6 PerbankanNasional Berdasarkan Aset
Peringkat6 Perbankan Nasional Berdasarkan KreditYang Disalurkan
Peringkat 8 Perbankan Nasional Berdasarkan DPK
Peringkat 7 Perbankan Nasional Berdasarkan Rasio CASA
Peringkat6 Perbankan Nasional Berdasarkan Laba
Sumber data: Bank BTN Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 34
Lampiran 2
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
Sumber : Bappenas, RPJMN 2015-2019 Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 35
Lampiran 3
Laju Pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 – 2015 (persen)
Sumber : Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 70 Maret 2016, Badan Pusat Statistik .
Diskripsi : Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2015 meningkat sebesar 4,79 persen terjadi pada hampir semua lapangan usaha ekonomi, kecuali Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,06 persen dan diikuti oleh Jasa Keuangan dan Asuransi serta Jasa Lainnya yang masing-masing tumbuh sebesar 8,53 persen dan 8,08 persen. Lapangan usaha konstruksi tumbuh 6,65 persen dan real estat tumbuh 4,82 persen. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 36
Lampiran 4
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan IV-2015 (persen)
Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Indonesia Secara Spasial Triwulan IV-2015 (persen)
Sumber : Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 70 Maret 2016, Badan Pusat Statistik .
Diskripsi : Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,20 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,24 persen, Pulau Kalimantan 8,00 persen, dan Pulau Sulawesi 6,01 persen, dan sisanya 5,55 persen di pulau-pulau lainnya. Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan IV-2015 menurut kelompok provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total kontribusi sebesar 53,20 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masing-masing sebesar 6,48 persen, 5,94 persen, 5,23 persen, dan 6,08 persen. Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 37
Lampiran 5
Pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Bruto Indonesia
Laju Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2013 – 2015 (persen)
PDB Per Kapita Indonesia Tahun 2010 – 2015
Sumber : Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Edisi 70 Maret 2016, Badan Pusat Statistik
Deskripsi : Selama 3 tahun terakhir Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,56%, tahun 2014 sebesar 5,02% dan tahun 2015 sebesar 4,79%. Selanjutnya Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 sebesar 5,3%. Di sisi lain dalam kurun waktu 2010-2015, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp28,8 juta (tahun 2010), sebesar Rp32,4 juta (tahun 2011), sebesar Rp35,1 juta (tahun 2012), sebesar Rp38,4 juta (tahun 2013), sebesar Rp41,9 juta (tahun 2014), dan sebesar Rp45,2 juta (tahun 2015). Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 38
Lampiran 6
Tingkat Inflasi di Indonesia
Grafik Inflasi (%) masing-masing Kota Dihitung Menggunakan IHK (2007=100) 2012 2013 12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
-
g h a g n a n e l c o d a d e a A b a i M P d S n a B
i g g u a a n n l t u r m a a k a n b g k u i a D P m n J e e g l n a B u P j n a T
i n k g m o o n u b p a b e e r e a r k i D S u C S
n a t o r g a e k l i a C r u S
l r i o a a e i r y g b d g a g b e n a T m e l i K o r e J u b S o r P
t n a o u k i l m e a p i s d a a r n n d a P r e i a m a i n a r m a m t u t S r a a a a n a m M j o M M P a n S a B
i r j u i r e r a a t a s s u d a n w a m n r k k a e e o a M K T n M a M
Sumber : Badan Pusat Statistik Deskripsi : Selama 3 tahun terakhir, Indonesia mengalami tingkat inflasi tahunan yang menurun yaitu pada tahun 2013 sebesar 8,38%, pada tahun 2014 sebesar 8.36% dan pada tahun 2015 sebesar 3,35%. Kota Samarinda, Depok, Sibloga, Padang dan Serang merupakan kota dengan tingkat inflasi tinggi di banding kota lainnya.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 39
Lampiran 7
Ketenagakerjaan di Indonesia Grafik Upah Minimum Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2,000.0 1,800.0 1,600.0 1,400.0 1,200.0 1,000.0 800.0 600.0 400.0 200.0 0.0
i l u g l u a r g a r n l l i t a t g l r u b g l o r u a h t e l n e a t a n t u e a B T r e a a a k a g m u n e r a e u b n s i l s n s a i r r u T i r u b T t l l a b b b t e e c m R m k u a e t B e u a l l l a p u t a l m a t t t a t n u m R a i a N N a l K a S l S l n u a U B a A u m J g p B . k J J a k u P a u u a a o T S S u K K S m . p S n y a B M u a S r K S e a p e J u I g k e o B L K K o w u p K l a a G Y a P D I J M D
Sumber : Badan Pusat Statistik
Deskripsi : DKI Jakarta, Papua, Kaltim, Sumsel dan Sulsel merupakan provinsi dengan upah minimum provinsi yang tinggi. Sedangkan Jabar, Jateng dan Jatim merupakan provinsi dengan upah minimum provinsi yang rendah.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 40
Lampiran 8
Kependudukan di Indonesia
Grafik Jumlah Penduduk per Provinsi, 2010 50,000,000 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0
Grafik % Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Provinsi, 2000-2010 6 5 4 3 2 1 0
Sumber : Badan Pusat Statistik
Deskripsi : Jabar, Jatim dan Jateng merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak. Sementara Papua, Kepulauan Riau, Kaltim, Papua Barat dan Riau merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi selama kurun waktu tahun 2000 s/d 2010.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 41
Lampiran 9
Kesenjangan di Indonesia
Grafik Rasio Gini per Provinsi 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik
Deskripsi : Secara umum kesenjangan – rasio Gini per provinsi di Indonesia masih tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kesenjangan antara penduduk kaya dengan penduduk miskin di setiap provinsi masih tinggi atau tidak merata.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 42
Lampiran 10
Investasi di Indonesia
Realisasi Investasi Luar Negeri, juta US$ 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0
2009
2010
2011
2012
2013
Realisasi Investasi Dalam Negeri, Milyar Rupiah 40,000 35,000
30,000 25,000
20,000 15,000
10,000 5,000
0
20 11
2 01 2
2 01 3
Sumber : Badan Pusat Statistik
Deskripsi : DKI Jakarta, Jabar, Banten dan Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki realisasi investasi luar negeri tertinggi. Sedangkan investasi dalam negeri tertinggi ditempati provinsi Jawa Timur, Kaltim, Jateng, Jabar dan DKI Jakarta.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 43
Lampiran 11
Perusahaan Financial Technology di Indonesia
Kategori e-money / e- wallet , yaitu :
Doku (diluncurkan oleh PT. Nusa Satu Inti Artha tahun 2007).
Dompetku (diluncurkan oleh PT. Indosat Ooredoo tahun 2010).
XL Tunai (diluncurkan oleh PT. XL Axiata Tbk tahun 2012).
T-Cash (diluncurkan oleh Telkomsel tahun 2015).
Kategori Loan Based Crowdfunding atau Lending , yaitu :
Modalku (diluncurkan oleh PT. Mitra Usaha Indonesia Grup tahun 2016).
UangTeman (diluncurkan oleh PT. Digital Alpha Indonesia tahun 2014).
Taralite (diluncurkan oleh PT. Indonesia Bara Sejahtera tahun 2015).
KreditGogo (diluncurkan oleh PT. Kredit Gogo Informatika tahun 2014).
Investree (diluncurkan oleh PT. Investree Radhika Jaya tahun 2015).
Kategori Gadai, yaitu :
Kategori Reward dan Donation Based Crowdfunding , yaitu :
Koinworks (diluncurkan oleh PT. Lunaria Annua Teknologi tahun 2106).
Wecare (diluncurkan oleh yayasan Pelita Cakrawala Informasi tahun 2015).
Kategori Financial Planning, yaitu :
Pinjam (diluncurkan oleh PT. Bersama Pinjam Indonesia tahun 2015).
DompetSehat (diluncurkan oleh PT. Indiva Finansia Teknologi tahun 2013). Jurnal (diluncurkan oleh PT. Jurnal Consulting Indonesia tahun 2015).
Kategori Pasar Modal, yaitu :
Bareksa (diluncurkan oleh PT. Bareksa Portal Investasi tahun 2013).
Stockbit (diluncurkan oleh PT. Trenologi Indonesia tahun 2012).
Ipotku (diluncurkan oleh PT. Indo Premier Securities tahun 2003).
Kategori Pembayaran, yaitu :
Kartuku (diluncurkan oleh PT. Multi Adiprakarsa Manunggal tahun 2001).
Veritrans (diluncurkan oleh PT. Midtrans tahun 2012).
Finnet (diluncurkan oleh PT. Finnet Indonesis tahun 2005).
Kesles (diluncurkan oleh PT. Maximillian Kesles tahun 2015).
Dimo Pay (diluncurkan oleh PT. Dimo Pay Indonesia tahun 2014).
iPaymu (diluncurkan oleh PT. Inti Prima Mandiri Utama tahun 2012).
Paymon (diluncurkan oleh PT. EPIN tahun 2014). Sumber : Majalah SWA (2016), Gelombang Dahsyat Fintech Menyerbu Bisnis Keuangan, SWA edisi ke 32, 13-26 Oktober 2016.
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 44
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk.
Disajikan dalam Mata Kuliah General Business Environment Dosen Pengampu : Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A
Disusun oleh Hariyanto 14/376128/PEK/20297 EKSEKUTIF B - ANGKATAN 29 C
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA JAKARTA 2017 Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
i
Hal 45
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal PT. Bank Tabungan Negara (Persero Tbk)”, yang merupakan tugas wajib dalam mata kuliah General Business Environment pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan, dukungan dari berbagai pihak antara lain: 1. Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A., selaku dosen pengampu mata kuliah General Business Environment MM UGM Kampus Jakarta kelas Eksekutif B - 29C.
2. Seluruh dosen pemberi materi kuliah general General Business Environment yaitu Prof. Lincolin Arsyad, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Djoko Suryo, M.A., Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi, M.A., Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P., Prof. Zuprizal, Ph.D., Prof. Mohtar Mas'oed, M.A., Ph.D., Anggito Abimanyu, M.B.A, Ph.D., Dr. M. Edhie Purnawan, M.A., Susi Daryanti, M.Sc., Dr. Cand., Dr. Andhika Puspito Nugroho, M.Si., Hempri Suyatna, Ph.D., Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D. dan Dr. Avin Fadila, M.Si. yang telah memberikan ilmunya pada kuliah General Business Environment kepada mahasiswa kelas Eksekutif B - 29C pada hari Selasa - Jumat,
tanggal 15 - 18 Maret 2016 di kampus MM UGM Yogyakarta. 3. Rekan-rekan di MM UGM Kampus Jakarta kelas Eksekutif B – 29 C serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan akhi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan akhir General Business Environment ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga bermanfaat untuk penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Jakarta, 4 Maret 2017 Penulis Hariyanto
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
ii
Hal 46
ABSTRAK Sebagai Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung pembiayaan dalam bidang perumahan rakyat, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (selanjutnya disebut Bank BTN) memiliki tanggung jawab besar sebagai agen pembangunan (agent of development ) dalam menyukseskan program sejuta rumah bagi masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan suistainable bisnisnya ke depan, Bank BTN memerlukan analisis faktor-faktor lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang, ancaman dan implikasinya terhadap bisnis perusahaan. Penulis menganalisis bahwa dari 13 (tiga belas) faktor lingkungan eksternal bisnis Bank BTN, terdapat 7 (tujuh) faktor lingkungan eksternal yang paling berpengaruh terhadap bisnis Bank BTN yaitu: (1) Pembangunan ekonomi. (2) Regional ekonomi. (3) Kebijakan Fiskal dan Moneter. (4) Politik Dalam Negeri. (5) Demografi. (6) Politik Internasional. (7) Teknologi Informasi Komunikasi. Berdasarkan analisis tersebut, peluang bagi Bank BTN ke depan adalah: (1) Potensi pasar yang besar untuk produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) karena terjadinya peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia dan adanya kebijakan program sejuta rumah dari Pemerintah. (2) Potensi sumber dana murah bagi Bank BTN karena adanya kebijakan pemerintah tentang rencana Tabungan Perumahan Rakyat. (3) Potensi peningkatan fee base income karena perkembangan teknologi dengan layanan berbasis digital banking . Sebaliknya ancaman bagi Bank BTN adalah: (1) Adanya kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi, sehingga bisa mempengaruhi purchasing power dan repayment capacity debitur KPR segmen bawah serta mempengaruhi keputusan investasi dari pengembang. (2) Persaingan penghimpunan dana pihak ketiga yang semakin ketat dengan bank pesaing. (3) Penetrasi bank pesaing yang agresif dalam pembiayaan perumahan segmen menengah dengan cost of fund yang lebih rendah. (4) Kehadiran perusahaan startup financial technology ( fintech) yang bisa mengancam market share produk Bank BTN yang bersinggungan dengan produk fintech tersebut. Dalam menghadapi peluang dan ancaman di atas, Penulis merekomendasikan kepada Bank BTN yaitu: (1) Perusahaan tetap memfokuskan bisnisnya pada pembiayaan perumahan (2) Melakukan aliansi strategis dengan lembaga negara, BUMN dan Pemerintah Daerah dan mengembangkan kerjasama dengan institusi pemilik dana besar untuk mendukung pembiayaan program sejuta rumah dari pemerintah. (3) Mengoptimalkan customer base nasabah KPR untuk memperoleh dana murah. (4) Memanfaatkan relationship dengan stakeholder perumahan untuk menghadapi persaingan bisnis pembiayaan perumahan. (5) Mengembangkan layanan dan produk berbasis digital untuk meningkatkan penghimpunan dana murah serta fee based income. (6) Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi persaingan bisnis. (7) Memperkuat infrastruktur perusahaan terutama teknlogi informasi komunikasi untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan. Untuk menghadapi perubahan-perubahan pada lingkungan eksternal tersebut, Bank BTN memerlukan perencanaan, implementasi dan pengendalian dalam mengembangkan strategi di setiap unit bisnisnya serta memerlukan komitmen dan keterlibatan seluruh jajaran manajemen dan seluruh karyawan dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana strategis perusahaan. Keynote: Bank BTN, Faktor-faktor lingkungan eksternal, peluang, ancaman, implikasi . Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
iii
Hal 47
DAFTAR ISI
Halaman Judul …...………..…………………...…………………………………………….
i
Kata Pengantar …………..………………….....…………………………………………….
ii
Abstrak …………………..……………..……...…………………………………………….
iii
Daftar Isi …………………..…………………...…………………………………………….
iv
Daftar Table …………..…………………...……...………………………………………….
vii
Daftar Gambar …………..…………………...…...………………………………………….
viii
Daftar Lampiran …………..…………………...…………………………………………….
ix
Bab I Pendahuluan ………………………….………………..………………………………
1
1.1. Latar Belakang ………….....................……………………………….……….…
1
1.2. Maksud dan Tujuan …………......................…………………………….…….…
2
1.3. Manfaat Penulisan ………….......................……………………………….….…
3
1.4. Metode Penelitian …….………………………….……………….…………...…
3
Bab II Profil Perusahaan …………………………….…….…………..………..……………
4
2.1. Sejarah Bank BTN …………...................………………………….………….…
4
2.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan …………………………………...……….…
4
2.3. Budaya Perusahaan …….....................…………………………………….….…
5
2.4. Struktur Organisasi Perusahaan ……………….………………..…………….…
6
2.5. Nature of Business dan Model Bisnis Perusahaan ………………....……………
6
2.6. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) ………..……………….……………..…
7
2.7. Produk dan Layanan ………….…………………..………..…………………..…
8
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
iv
Hal 48
2.8. Sumber Daya Internal dan Kapabilitas Perusahaan …..……………..………..…
11
2.9. Kinerja Bisnis Perusahaan ……………….………………..…………………..…
12
Bab III Analisis Lingkungan …………………………………….……….…….....…………
13
3.1. Lingkungan Pembangunan Ekonomi ……............................……………….……
13
3.1.1. Isu Lingkungan Pembangunan Ekonomi ……………………………….…
13
3.1.2. Analisis Peluang Lingkungan Pembangunan Ekonomi ………....…..….…
15
3.1.3. Analisis Ancaman Lingkungan Pembangunan Ekonomi ………...…….…
16
3.1.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
16
3.2. Lingkungan Regional Ekonomi ……..................…………..…………….………
16
3.2.1. Isu Lingkungan Regional Ekonomi …………………………………….…
16
3.2.2. Analisis Peluang Lingkungan Regional Ekonomi ………............…..….…
17
3.2.3. Analisis Ancaman Lingkungan Regional Ekonomi ………...........…….…
18
3.2.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
19
3.3. Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter .............……………...…...…………
19
3.3.1. Isu Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter ……………………….…
19
3.3.2. Analisis Peluang Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter ………...…
20
3.3.3. Analisis Ancaman Lingkungan Kebijakan Fiskal dan Moneter ……….…
21
3.3.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
21
3.4. Lingkungan Politik Dalam Negeri ……..................………..…………….………
22
3.4.1. Isu Lingkungan Politik Dalam Negeri …………………...…………….…
22
3.4.2. Analisis Peluang Lingkungan Politik Dalam Negeri …………...…..….…
23
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
v
Hal 49
3.4.3. Analisis Ancaman Lingkungan Politik Dalam Negeri ………...…...….…
23
3.4.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
23
3.5. Lingkungan Demografi ……........................................…..……...…….…………
24
3.5.1. Isu Lingkungan Demografi ……………………………….…………….…
24
3.5.2. Analisis Peluang Lingkungan Demografi ………...………………....….…
25
3.5.3. Analisis Ancaman Lingkungan Demografi ……………………...…….…
25
3.5.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
25
3.6. Lingkungan Politik Internasional ...........................................……………………
26
3.6.1. Isu Lingkungan Politik Internasional ………………………………….…
26
3.6.2. Analisis Peluang Lingkungan Politik Internasional ………..............….…
27
3.6.3. Analisis Ancaman Lingkungan Politik Internasional ………...……….…
27
3.6.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………...….…
28
3.7. Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi ............……………….…………
28
3.7.1. Isu Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi .…………..……….…
28
3.7.2. Analisis Peluang Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi .…….…
30
3.7.3. Analisis Ancaman Lingkungan Teknologi Informasi Komunikasi .….…
30
3.7.4. Implikasi Terhadap Bisnis Bank BTN ……………………………....….…
30
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi ……………..……………………………………….
31
4.1. Kesimpulan …………...…...................……………………………………….…
31
4.2. Rekomendasi …………………………………...………………..…………...…
32
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………
33
Lampiran ……….……………………………………………………………………………
34
vi Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
Hal 50
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Produk Dana Bank BTN ……………...………………………………………….
9
Tabel 2.2. Produk Kredit Konsumer Bank BTN ……………………………..…………….
9
Tabel 2.3. Produk Kredit Komersial Bank BTN……………...…………………….……….
10
Tabel 2.4. Produk Jasa dan Layanan Bank BTN……………...…………………….……….
10
Tabel 2.5. Sumber Daya Internal dan Kapabilitas Bank BTN……………...……………….
11
Tabel 2.6. Sumber Daya Manusia Bank BTN per 31 Desember 2015 ……………….....….
11
Tabel 2.7. Jaringan Kantor Bank BTN per 31 Desember 2015……………...………..…….
11
Tabel 2.8. Ikhtisar operasional Bank BTN……………...…………………………..……….
12
Tabel 2.9. Ikhtisar perkembangan dan liabilitas Bank BTN……………...……….…..…….
12
Tabel 3.1. Proyeksi Penduduk Indonesia ……………...…………………………………….
24
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
vii
Hal 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Bank BTN ……………...……………………………….
6
Gambar 2.2. Model Bisnis Bank BTN ………………………………...…………….
7
Gambar 3.1. Negara-negara anggota Trans Pacific Partnership ……………...…………….
Laporan_Akhir_GBE_Hariyanto Klas Eksekutif B 29C
viii
Hal 52
26