STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA PT. NUSA HALMAHERA MINERAL (PT. NHM) HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Menya Menyada dari ri akan akan damp dampak ak yang yang akan akan diti ditimb mbul ulka kan n dari dari sebu sebuah ah kegi kegiat atan an pen penam amba bang ngan an,,
Peme Pemeri rint ntah ah
mene meneta tapk pkan an
kebi kebija jaks ksan anaa aan n
pena penamb mban anga gan n
yang yang
berwaw berwawasa asan n lingku lingkunga ngan. n. Peneta Penetapan pan standa standarr parame parameter ter lingku lingkunga ngan n bagi bagi operas operasii penambangan juga semakin berkembang dan diharapkan kegiatan penambangan dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan baik sejak saat perencanaan, produksi maupun pasca tambangnya. PT. NHM adalah Perusahaan Perusahaan Modal Asing Asing (PMA) yang beroperasi beroperasi di bagian utara dari pulau Halmahera Provinsi Maluku Utara. Saat ini luas kontrak karya PT. NHM NHM adalah adalah 29.622 29.622 Ha dengan dengan sistem sistem tamban tambang g terbuk terbukaa berska berskala la kecil kecil dengan dengan kapasitas produksi 300.000 ton biji kering/tahun.
1.2. Tujuan Kegiatan
Kajian ini merupakan merupakan salah satu syarat untuk memenuhi memenuhi kredit kredit dalam rangka memper memperole oleh h pangka pangkatt akadem akademik ik dosen dosen.. Secara Secara umum umum kajian kajian ini merupa merupakan kan studi studi peman pemantau tauan an penamb penambang angan an emas emas dan perak perak PT. NHM serta serta memant memantau au parame parameter ter ling lingku kung ngan an
yang yang
terk terken enaa
damp dampak ak
kegi kegiat atan an,,
meni mening ngka katk tkan an
efek efekti tivi vita tass
dan dan
merumuskan perbaikan upaya pengelolaan lingkungan sehingga kualitas lingkungan terjaga baik.
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan
Stud Studii peng pengel elol olaa aan n ling lingku kung ngan an ini ini dila dilaku kuka kan n di Desa Desa Tabo Tabobo bo Kec. Kec. Kao Kao Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara (gambar 1).
1
2. Metode dan Sistematika Pekerjaan
Metode yang digunakan dalam kajian ini berupa studi literature dan lapangan dengan melakukan proses inventarisasi serta evaluasi data sekunder dan primer yang berasal dari laporan-laporan dari instansi terkait maupun investigasi langsung serta Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan PT. NHM maupun dari Dinas Pertambangan daerah setempat. Secara umum lingkup pekerjaan dalam kajian ini dibagi dalam 6 (enam) bagian utama yaitu : 1. Pemantauan pembukaan lahan dan pengelolaan tanah pucuk 2. Pemantauan daerah tambang dan kemajuan tambang 3. Pemantauan pabrik pengolahan 4. Pemantauan pengelolaan oli bekas 5. Pemantauan reklamasi 6. Pemantauan nursery (pembibitan tanaman) Sedangkan secara lebih terperinci sistematika pekerjaan ini adalah : 1. Studi literature yang juga meliputi inventarisasi data sekunder 2. Evaluasi data sekunder 3. Uji petik lapangan untuk data-data penting yang tidak tersedia serta membutuhkan inventarisasi langsung 4. Pengelompokan daerah pemantauan 5. Evaluasi akhir, pembuatan laporan
3. Pelaksanaan Pemantauan Pengelolaan Lingkungan 3.1. Pemantauan Pembukaan Lahan Dan Pengelolaan Tanah Pucuk
Pada triwulan IV (Oktober – Desember) 2009, PT. NHM tidak melakukan pembukaan lahan baru. Dengan demikian total lahan yang telah dibuka hingga akhir triwulan IV tahun 2009 134,14 Ha.
3.2. Pemantauan Daerah Tambang Dan Kemajuan Tambang 3.2.1. Pemantauan Kemajuan Tambang
Total kemajuan waste dan ore selama triwulan IV tahun 2009 adalah sepanjang 2.139 meter dan sejak awal tahap percobaan produksi sampai saat ini adalah sepanjang 25.017 meter.
2
Aktivitas pengisian ulang (backfill ) telah dilakukan dengan total material pengisian ulang sebanyak 30.388 m 3.
3.2.2. Pemantauan Pengelolaan Air Asam Tambang
Semua aliran air baik dari permukaan dan bawah tanah dari bekas areal penambangan dan penimbunan batuan penutup dialirkan ke dalam 5 (lima) buah kolam pengendapan yang tersusun seri. Berdasarkan hasi pemantauan, belum terdapat indikasi terjadinya air asam tambang. Konstruksi timbunan batuan penutup dibangun dengan metode inkapsulasi. Khusus di Gosowong tetap dilakukan pemantauan kualitas air permukaan di bekas lubang tambang dan kolam pengendapan. Tingkat pH air cukup stabil dengan angka > 6, sementara di bekas lubang tambang masih belum stabil karena adanya sumber asam di dinding bagian selatan. Pengapuran dilakukan bila pH air kurang dari angka 6, agar air yang keluar dari bekas lubang tambang sesuai dengan baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh pemerintah. Penirisan air tambang dari dalam tambang Gosowong Selatan menggunakan sistem pompa sebanyak 3 (tiga) unit dengan kapasitas maksimum pompa 60 liter/detik.
3.2.3. Pemantauan Pengelolaan Kualitas Air Permukaan
Berdasarkan pemantauan di PT. NHM praktek pengelolaan air permukaan adalah sebagai berikut: •
Memelihara drainase lateral di setiap jenjang untuk menghindari aliran meluap.
•
Revegetasi areal terganggu
•
Pemeliharaan areal reklamasi
•
Pengalihan arah aliran air dari daerah tambang ke kolam pengendapan yang tersusun berseri sebelum mengalir ke perairan umum.
•
Pengalihan arah aliran air dari daerah tidak terganggu keluar dari daerah tambang.
3
a. Pemantauan Daerah Gosowong
Sebagian aliran air larian permukaan ( surface run off water ) yang berasal dari jalan akses diarahkan masuk ke bekas lubang tanbang gosowong. Sedangkan aliran air larian yang berasal dari penumpukan bijih kadar rendah utama dan lokasi timbunan batuan penutup utama diarahkan menuju kolam pengendapan utama. Kualitas air di bekas kolam sedimentasi relatif stabil seiring dengan perkembangan vegetasi hasil kegiatan reklamasi lahan di lokasi timbunan batuan penutup utama Gosowong. Keberhasilan inkapsulasi dan revegetasi pada timbunan batuan penutup, pemeliharaan, tanaman air serta vegetasi di sekitar kolam dan jalan air keluar ( spillway ) turut berperan dalam menstabilkan wilayah tersebut.
b. Pemantauan Daerah Toguraci
Pengelolaan aliran air larian permukaan dari jalan tambang menuju ke tambang telah diarahkan menuju lubang tambang, dengan tujuan agar massa air dapat terkonsentrasi sehingga memudahkan pengelolaan. Aliran air larian permukaan dari areal sekitar tambang dan lokasi timbunan bagian penutup dialirkan ke fasilitas kolam pengendapan.
c. Pemantauan Daerah Gosowong Selatan
Air larian permukaan dari fasilitas tambang dan dari areal sekitar lokasi timbunan batuan penutup dialirkan ke fasilitas kolam perangkap sedimen.
3.2.4. Pemantauan Pengendalian Erosi
Fasilitas pengendalian erosi di Gosowong yang sudah ada sebelumnya dilakukan pemeliharaan saja. Disamping itu, keadaan vegetasi penutup yang sudah cukup rapat turut membantu mengurangi tingkat erosi. Penggunaan jerami padi sebagai mulsa pada lokasi yang siap direvegetasi, dengan tujuan untuk membantu menekan potensi erosi, perbaikan kualitas tanah serta meningkatkan kesuburan tanah.
3.2.5. Pemantauan Pengontrolan Debu
Pada waktu penelitian/pemantauan curah hujan sedang dengan jumlah hari hujan relatif merata sehingga permasalahan debu jalan angkutan relatif rendah. Debu diatasi dengan penyiraman badan jalan menggunakan 2 unit truck tangki air, 4
berkapasitas masing-masing
38.000 liter dan 20.000 liter. Sumber air untuk
penyiraman jalan berasal dari penggunaan kembali (re-using) air dari kolam pengendapan tambang dalam Goaowong Selatan, yang telah ditawas.
3.3 Pemantauan Pabrik Pengolahan 3.3.1. Pemantauan Kegiatan Pengolahan Bijih
Total dari pabrik pengolahan selama triwulan IV/2009 (sampai pada saat pemantauan) mencapai 91.288 oz emas dan 49.153 oz perak. Untuk memproduksi sejumlah mineral tersebut, telah dipergunakan bahan kimia/reagen sehingga proses ekstraksi emas dan mineral pengikutnya dapat berjalan sesuai dengan target. Tabel Penggunaan bahan kimia utama selama triwulan IV/2009 Jenis Bahan 1. Sodium Cyanida 2. Hidrated Lime 3. Na Metabisulphite 4. Copper Sulphate
Oktober 38,00 3,00 127,60 10,00
Jumlah Pemakaian (Ton) per Bulan November Desember 42,00 13,00 12,00 29,00 97,90 166,10 19,00 13,00
Total 93,00 44,00 391,60 42,00
3.3.2. Pemantauan Pengelolaan Tailing dan Air Limbah
Material tailing yang berbentuk slurry yang merupakan buangan akhir dari pabrik, masuk ke dalam tangki detoksifikasi untuk diturunkan kadar sianidanya, selajutnya dipompakan ke kolam tailing. Sesuai dengan target internal yang ingin dicapai oleh PT. NHM, kadar WAD ( Weak Acid Dissociable ) sianida pada effluent dari sistem detoksifikasi harus lebih kecil dari 20 ppm sebelum masuk ke kolam tailing. Tabel Volume tailing yang dialirkan ke kolam tailing, triwulan IV/2009 Tailing Tailing Basah, Slurry (ton) Rerata % Padatan Tailing Kering, Solid (ton)
Jumlah Pemakaian (Ton) Per Bulan Oktober November Desember Total 51,120 47,471 46,764 145,355 43,12 39,59 41,22 41,31 118,562 119,908 113,444 351,915
Berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 202/2004, baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri mengharuskan effluent dari air limbah < 0,5 mg/l untuk free CN dan < 2 mg/l untuk total Cu.
5
Selama pemantauan ini volume tailing basah yang masuk ke kolam penampungan tailing mencapai 281.581 ton dan bila kondisi kering mencapai 118.004 ton dengan perbandingan padatan dan cairan adalah 42 : 58. Pada pemantauan ini, uji LD 50 juga dilakukan pada sample material tailing. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa tingkat dosis toksisitas sample-sampel tersebut antara 45,766 – 54,045 mg/kg BW. Sesuai dengan PP RI. Nomor 74/2001 sampel-sampel tersebut masuk dalam dosis kategori kurang dari 15.000 mg/kg BW. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sample-sampel material tailing tersebut mempunyai tingkat toksisitas relatif tidak membahayakan.
3.3.3. Pemantauan Pengelolaan Limbah Padat
Pemisahan sampah dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, yakni organik, non organic dan B3. a. Sampah organik (sisa makanan dan lainnya) diolah dengan bioreactor menjadi kompos. b. Sampah non organik (plastic, kertas, bekas kemasan non B3) sebagian didaur ulang, sebagian lainnya dibakar dengan incinerator non B3. Kemasan botol mineral dicincang menjadi potongan plastic berdiameter 0,5 cm – 1 cm. c. Sampah B3 (bekas kemasan bahan B3, bekas bahan uji bijih, accu, filter kendaraan, kain majun) sebagian diolah kembali (dalam rangka recovery), sebagian disimpan di tempat penyimpanan sementara, sedangkan yang lainnya diolah dengan incinerator B3.
3.3.4. Pemantauan Kebisingan
Daerah-daerah yang mempunyai tingkat kebisingan di atas 85 db (A) telah teridentifikasi oleh bagian keselamatan kerja ( savety coordinator ) dan telah dipasang
6
tanda-tanda keselamatan kerja dan poster-poster seperti; generator ( power station) lokasi pengeboran (drilling ) dan mesin penghancur plastik. Karyawan yang bekerja pada daerah-daerah tersebut harus memakai alat pelindung pendengaran ( air plugs ).
3.4. Pemantauan Pengelolaan Oli Bekas
Oli bekas yang dihasilkan dari kegiatan di bengkel, pabrik dan kontraktor tambang dikumpulkan dengan cara dimasukkan ke dalam drum-drum berkapasitas 200 l serta tangki 2 lapis berkapasitas 5.000 l dan dikirim ke pengumpul resmi di Bitung.
3.5. Reklamasi
Reklamasi dilakukan di areal timbunan batuan penutup dari tambang dalam dengan jenis batuan tidak berpotensi membentuk air asam tambang. Timbunan batuan penutup ini difungsikan sebagai tempat untuk barang-barang logistik. Luas areal total yang telah direklamasi sampai dengan Desember 2009 adalah 138,14 ha.
3.6. Nurseri
Kegiatan pembibitan tanaman (nursery) yang mendukung kegiatan reklamasi di lapangan meliputi pengembangan tanaman pohon baik lokal maupun non lokal dan beberapa jenis legume penutup tanah serta penyediaan benih rerumputan. Kegiatan pembibitan pada waktu pemantauan ini lebih difokuskan pada kegiatan pemeliharaan stok bibit yang ada. Persediaan akhir bibit mencapai 268 batang bibit golongan I, 1.228 batang golongan II, 355 batang bibit golongan III, serta golongan IV 271 bibit.
4. Hasil Kajian
7
Berdasarkan hasil pemantauan lapangan dan evalausi data-data yang ada, pengelolaan di PT. Nusa Halmahera Mineral sudah relatif bagus, memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan untuk reklamasi khususnya, daerah lereng yang terjal yang biasanya tidak berhasil ditanami cover crop (tanaman penutup), telah berhasil mereka tanami, sehingga run off yang timbul akibat air hujan tdk ikut mengikis tanah. Daftar Pustaka
Tim Lingkungan PT. NHM, 2009. Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Prof. Siti sundari-Unair 2009. Perlindungan Hukum dalam Pengelolaan Lingkungan. Kelompok Kerja Pengelolaan Lingkungan Laut Berkelanjutan Kabupaten Bintan 2007.
Kelompok
Kerja
Pengelolaan
Lingkungan
Laut
Berkelanjutan Kabupaten Bintan Johni Purba 2007. Pengelolaan Lingkungan sosial
8
Makalah
STUDY PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA PT. NUSA HALMAHERA MINERAL (PT. NHM) HALMAHERA UTARA MALUKU UTARA
OLEH: NURANY, ST NIDN : 1226087901
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA 2010
9
10