LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS OBAT DAN MAKANAN “
Identifikasi Boraks
Disusun oleh: Novia Putriasi Rahayu Tiya Yuliana Tri Agung Rizky
”
12.71.13692 12.71.13708 12.71.13954 12.71.13970
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,oleh karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik.akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung bahan berbahaya,mikroorganisme maupun cemaran lainnya yang dapat menyebabkan keracunan penyakit.Perusahaan makanan dan minuman di Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat.Ditemukan makanan dan minuman kemasan yang hanya diproduksi hanya mementingkan aspek dan selera konsumen tanpa memperdulikan aspek kesehatan (Yuliarti,2007) Pempek merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang berasal dari Sumatera Selatan yang berasal dari ikan dan sagu.Tanpa bisa dipungkiri bahwa pempek terkenal hingga ke beberapa pulau sebut saja pulau jawa dan pulau kalimantan.Pempek merupakan salah satu makanan alternatif yang dapat di konsumsi kapan saja.Makanan ini juga dapat dikonsumsi oleh semua jenis kalangan masyarakat baik tengah,atas maupun rendah. Selain karena harganya yang murah dan juga rasa yang menjanjikan.Tetapi di balik itu semua ada beberapa oknum yang ingin meraup keuntungan k euntungan lebih dengan cara menambahkan bahan pengenyal pada produksi pempeknya sehingga empek-empek itu sendiri menjadi tahan lama dan kenyal. Di samping itu juga terdapat bahaya karena bahan tambhan yang digunakan untuk memproduksi empek-empek agar tahan lama dan kenyal adalah boraks. Sehingga makanan yang awalnya tidak menimbulkan dampak apa-apa yang berarti bagi tubuh dapat menjadi berbahaya Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain yang dibuat dan diciptakan untuk membuat makanan lebih efektif dan efesien. Tetapi disamping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Dimana bahan kimia tersebut tidak boleh digunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal. Hal ini sangatb penting dan juga
memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Hal ini tentu saja akan merugikan terutama dari sisi kesehatan masyarakat.Bahan berbahaya yang umumnya sering digunakan untuk membuat makanan menjadi kenyal dan tahan lama adalah boraks. Mengkonsumsi boraks dalam jumlah sedikit dan berlangsung dalam cukup lama dapat menyebabkan timbulnya rasa mual,muntah,diare dan kejang perut. Sedangkan dalam pemakaian cukup lama dapat menyebabkan demam,anuria,kerusakan ginjal bahkan sampai dengan kematian.Mengingat bahaya yang ditimbulkan,maka melalu PERMENKES RI No.722/MENKES/PER/1988 Pemerintah melarang penggunaan boraks dan senyawanya sebagai bahan tambhan pada makanan. B. Rumusan Masalah
Apakah bakso yang dijual di Jalan Murai SDN 10 Palangka Kota Palangkaraya mengandung zat tambahan boraks ? C. Tujuan Praktikum
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengidentifikasi bahan kimia zat tambahan boraks yang terdapat di dalam bakso yang dijual di Jalan Murai SDN 10 Palangka Palangkaraya D. Manfaat Praktikum
Memberikan informasi pada masyarakat dan instansi terkait adanya penggunaan zat kimia Boraks yang digunakan sebagai tambahan bahan maknan pada empekempek yang dijual di sepanjang jalan rajawali kota Palangkara ya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuma (Saparinto dan Hidayati, 2006). B.
Kualitas Pangan
Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa dan tekstur) dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah tidak selalu bebas dari senyawa yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat mengandung senyawa yang merugikan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Senyawa-senyawa yang dapat merugikan kesehatan dan tidak seharusnya terdapat di dalam suatu bahan pangan dapat dihasilkan melalui reaksi kimia dan biokimia yang terjadi selama pengolahan maupun penyimpanan, baik karena kontaminasi ataupun terdapat secara alamiah. Selain itu sering dengan sengaja ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP) atau bahan untuk memperbaiki tekstur, warna dan komponen mutu lainnya ke dalam proses pengolahan pangan. Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi.
C. Pengertian Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan (Cahyadi, 2008). Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat. Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Depkes RI, 1988). Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap
dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi, 2008). Karekteristik boraks antara lain: a)
Warna adalah jelas bersih
b)
Kilau seperti kaca
c)
Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
d)
Sistem hablur adalah monoklin
e)
Perpecahan sempurna di satu arah
f)
Warna lapisan putih
g)
Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite dan
garam asam bor yang lain h)
Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat alkali.
D. Efek Samping Penggunaan Boraks
Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 1988).
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Ponco, 2002). Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006). Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria (Agus, 2009). Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Agus, 2009). Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dankulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa (Saparinto dan Hidayati, 2006). Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut: a.Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret b.Sakit kepala, gelisah c.Penyakit kulit berat d.Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan e.Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah f.Hilangnya cairan dalam tubuh g.Degenerasi lemak hati dan ginjal h.Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang i.Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning j.Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala k.Kematian (Saparinto dan Hidayati, 2006)
E. Metode Identifikasi Boraks
Salah satu metode pengujian boraks secara kualitatif adalah uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar. warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks dalam sampel (Ponco, 2002).Analisis Kualitatif Boraks lain selain uji nyala adalah uji kertas kurkuma dan uji kertas tumerik
BAB III PROSEDUR KERJA A.Alat dan Bahan
Alat 1)
Timbangan digital
2)
Glass Beker 50 ml / 100 ml
3)
Cawan Porselen
4)
Bunsen dan spritus
5)
Pipet volume 1 ml dan 5 ml
6)
Cawan penguap
7)
Spatula
8)
Korek api
9)
Asbes
10) Kaki tiga 11) Penjepit tabung 12) Tanur 13) Oven Bahan 1)
Sampel pentol x
2)
Asam sulfat pekat
3)
Methanol absolute
4)
CaCO3 10 %
5)
Kertas pH
B. Prosedur kerja
1. Pembuatan kertas kurkumin Timbang 2 g serbuk rimpang kunyit
Larutkan dalam etanol 70 % ad 100 ml
Tuangkan ke dalam nampan stainless steel
Celupkan kerta whatman yang telah di potong dengan ukuran yang sesuai secara merata hingga tidak ada bercak
Angkat dan keringkan dalam ruangan tertutup yang Tidak terkena sinar matahari
2. Pembuatan CaCO 3 10 % Timbang 25 g CaCO 3
Masukan dalam gelas beaker
Tambahkan larutan HCl 3 N dan aduk dengan batang pengaduk
Masukan dalam labu ukur 250 ml
3. Pembuatan HCl 10 % Pipet sebanyak 100 ml larutan HCl
Masukan dalam labu ukur 250 ml
Tambahkan air sampai tanda batas
4. Pembuatan HCl 3 N Pipet sebanyak 97,8 ml larutan
Masukan dalam labu ukur 250 ml
Tambahkan air sampai tanda batas 5. Uji nyala api Sampel ditimbang 10 g
Di oven pada suhu 120 oC selama 6 jam
Sampel lalu diarangkan diatas bunsen
Sampel yang telah menjadi arang ditambahkan 1 ml H 2SO4 P Dan 5 ml metanol dalam cawan porselen
Dinyalakan dengan api
Hasil positif menunjukkan nyala api warna hijau
6. Uji Kertas Kurkumin Sampel ditimbang 50 g dan dioven pada suhu 120 oC selama 6 jam
Setelah kering ditambahkan 10 ml CaCO 3 10 %
Masukan tanur selama 6 jam
Abu dari sampel kemudia ditambahkan 3 ml HCl 10 % cek Keasaman dengan kertas pH
Celupkan kertas kurkumin
Hasil Positif menunjukkan warna merah kecoklatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan pembuatan HCl 3 N
Diketahui : Konsentrasi HCl = 25 % Ditanya
M =
: Konsentrasi HCl 3 N ?
=
= 7,67 N = M x Valensi = 7,67 x 1 = 7,67
V1.N1
=
V2.N2
V1.7,67
=
3 N.250 ml
V1
= =
97,8 ml ad 250 ml
B. Pembuatan HCl 10 %
V1.N1
=
V2.N2
V1.25 %
=
10 %.250 ml
V1
= =
100 ml ad 250 ml
C. Penimbangan Sampel uji nyala
No
Sampel
Berat Sampel
1
I
10,0014 g
2
II
10,0032 g
3
Kontrol Positif
0,5112 g
D. Penimbangan Sampel uji kertas kurkumin
No
Sampel
Berat Sampel
1
I
50,0265 g
2
II
50,0105 g
3
Kontrol Positif
0,5124 g
E.Tabel hasil uji nyala
No
Kelompok
Sampel
Tempat
Pereaksi
Hasil
Ket
Pembelian
1
Kontrol Positif
1 ml H2SO4 + Nyala api warna 5 ml Metanol
hijau 1.Nyala Api
2
7
Bakso
Jalan Murai
1 ml H2SO4 +
SDN 10 Palangka
5 ml Metanol
(+)
1.(-)
warna merah
2. Nyala Api
2. (-)
warna merah 1.Nyala Api 3
8
Tempura
Jalan Anggrek
1 ml H2SO4 +
Kampus UMP
5 ml Metanol
1.(-)
warna merah
2. Nyala Api warna merah
2. (-)
1.Nyala Api 4
9
Pentol bakar
Jalan T. Tilung 11
1 ml H 2SO4 +
1.(-)
warna merah
5 ml Metanol 2. Nyala Api
2. (-)
warna merah 1.Nyala Api 5
10
Siomay
Jalan Nyai Balau
1 ml H2SO4 +
SDN 3 Langkai
5 ml Metanol
1.(-)
warna merah
2. Nyala Api
2. (-)
warna merah 1.Nyala Api 6`
11
Pentol
Jalan Kinibalu
1 ml H2SO4 +
SDN 17 Palangka
5 ml Metanol
1.(-)
warna merah
2. Nyala Api
2. (-)
warna merah 1.Nyala Api 7
12
Pentol
Jalan Langsat
1 ml H2SO4 +
SDN 3 Palangka
5 ml Metanol
1.(-)
warna merah
2. Nyala Api
2. (-)
warna merah
F.Tabel Hasil uji kertas kurkumin
No
Kelompok
Sampel
Tempat
Hasil
Ket
Merah Kecoklatan
(+)
1.Kuning
1.(-)
Pembelian
1
2
Kontrol Positif
7
Bakso
Jalan Murai
3
8
Tempura
SDN 10 Palangka
2. Kuning
2. (-)
Jalan Anggrek
1.Kuning
1.(-)
Kampus UMP
2. Kuning
2. (-)
1.Kuning
1.(-)
4
9
Pentol bakar
Jalan T. Tilung 11
2. Kuning
2. (-)
5
10
Siomay
Jalan Nyai Balau
1.Kuning
1.(-)
SDN 3 Langkai
2. Kuning
2. (-)
Jalan Kinibalu
1.Kuning
1.(-)
SDN 17 Palangka
2. Kuning
2. (-)
Jalan Langsat
1.Merah Kecoklatan
1.(+)
SDN 3 Palangka
2. Merah Kecoklatan
2. (+)
6`
7
11
12
Pentol
Pentol
G.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang akan dilakukan adalah mengidenifikasi kandungan boraks pada makanan yang dijual di lingkungan masyarakat. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks yang terdapat pada makanan tersebut. Boraks sendiri merupakan garam natrium atau natrium tetraborat yang banyak digunakan di berbagai indsutri non pangan,khususnya indsutri gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air tetapi boraks tidak larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptik kayu. Boraks akan berguna dengan positif apabila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi bahan itu tidak boleh dijadikan pengawet makanan
karena
akan
menimbulkan
dampak
bagi
orang
yang
mengonsumsinya.Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak banyaknya banyak produsen yang dengan sengaja menambahkan boraks ke dalam produk makanannya hal ini tentunya sangat merugikan khusunya bagi mas yarakat yang mengkonsumsinya. Pada umumnya alasan produsen menggunakan boraks adalah karena bahan ini mudah didapat dan harganya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Uji yang pertama yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa boraks pada makanan adalah dengan uji nyala. Uji ini dilakukan dengan hasil postif menunjukkan warna hijau pada saat sampel di nyalakan dengan api. Hal pertama yang dilakukan pada uji ini yang menghilangkan kandungan air pada sampel dengan cara memasukannya ke dalam oven pada suhu 120 oC selama 6 jam agar nanti pada proses pengarangan sampel lebih cepat kering karena kandungan air dalam sampel sudah hilang. Setelah keluar dari oven sampel lalu diarangkan diatas bunsen dan setelah menjadi arang sampel lalu ditambahkan dengan 1 ml H2SO4 dan 5 ml metahnol fungsi H 2SO4 P adalah untuk memberikan suasana asam dan methanol sendiri karena mudah terbakar berfungsi sebagai bahan yang dapat mempermudah sampel hingga dapat memberikan nyala api. Dari uji yang dilakukan ini terdapat 6 sampel yang mana 4 sampel terdiri atas pentol dan
sisanya adalah siomay dan tempura. Setelah diberi perlakuan yang sama didapatkan hasil yakni dari keenam sampel yang diambil tersebut tidak ada yang mengandung boraks artinya bahan yang digunakan oleh para peda gang merupakan bahan yang aman. Percobaan yang kedua dilakukan dengan uji kertas kurkumin. Uji ini dilakukan sebagai uji penegasan apakah benar sampel yang digunakan oleh para pedagang memang bersih dari boraks. Hal yang pertama dilakukan pada uji ini adalah mengoven sampel pada suhu 120 oC selama 6 jam tujuan dari proses pemanasan ini yaitu untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada sampel. Setelah 6 jam dioven sampel dikeluarkan dan dimasukan dalam desikator. Lalu sampel di preparasi sebelum dimasukan ke dalam tanur yakni ditambahkan dengan CaCO3 10 % yang mana fungsinya sendiri adalah untuk membantu mempercepat proses pengabuan sampel yang akan digunakan.Proses ini memakan waktu selama 3 jam. Setelah melewati proses pengabuan sampel lalu ditambahkan dengan HCl 10 % yang mana fungsinya adalah sebagai pemberi suasana asam pada sampel yang akan di uji. Setelah semua sampel diberi perlakuan yang sama didapatkan hasil yakni untuk kelompok tujuh sampai dengan sebelas dipastikan bahwa sampel yang diuji tidak mengandung boraks karena setelah diuji dengan kertas kurkumin semua sampel menunjukkan hasil negatif dengan warna kuning pada kertas kurkumin. Tetapi pada kelompok 12 hasilnya menunjukkan warna merah kecoklatan artinya sampel ini mengindikasikan menggunakan boraks pada pembuatannya. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan besar pedagang ini tidak selalu menggunakan boraks pada pengolahannya di saat tertentu dia tidak menggunakan boraks tetapi di lain waktu lagi dia menggunakan boraks. Untuk lebih lengkapnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hasil ini. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi bakso yang menggunakan boraks yaitu:
a.
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda
dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. b.
Mie basah yang terdapat pada bakso biasanya lebih awet sampai 2 hari pada
suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap. c.
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius).
Teksturnya juga sangat kenyal. Berikut beberapa tips aman memilih makanan: Amati warnanya, mencolok atau tidak. Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. 2.
Cicipi rasa.
Biasanya lidah cukup jeli untuk membedakan mana makanan yang aman atau tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misal sangat gurih, membuat lidah bergetar dan tenggorakan gatal. 3.
Baui aromanya.
Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme. 4.
Amati komposisi.
Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang bahaya dan bisa merusak kesehatan. 5.
Perhatikan kualitas.
Perhatikan kualitas makanan, apakah masih segar atau sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses tidak berjalan dengan baik atau sudah kedaluwarsa. 6.
Terdaftar di BPOM.
Bila hendak membeli makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Boraks
merupakan
bahan
tambahan
berbahaya
yang
dilarang
penggunaannya dalam proses produksi makanan 2. Boraks memiliki dampak mulai dari kanker hingga menyebabkan kematian bagi orang yang mengonsumsinya secara terus menerus 3. Dari hasil uji nyala didapatkan hasil dari enam sampel yang diuji menunjukkan nyala api warna merah yang artinya negatif boraks 4. Dari hasil uji kertas kurkumin didapatkan hasil dari enam sampel yang diuji sampel kelompok 12 menunjukkan hasil merah kecoklatan yang artinya positif boraks. B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini bagi praktikan yaitu pada praktikum selanjutnya agar dapat lebih serius khususnya pada proses pengerjaan agar hasil yang didapat sesuai dan meminimalisir kesalahan. Untuk masyarakat agar lebih bijak serta dapat memilih makanan yang aman untuk di konsumsi dan terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh boraks
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Keseh atan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara Djamhuri, Agus. 2009. Racun dalam Makanan. Surabaya: Airlangga Univer sity Press http://www.remajagaptek.com/2011/10/bahaya-borax.html. Diakses tanggal 10 Desember 2014 http://matoa.org/bahaya-boraks-dan-bleng/. Diakses tanggal 12 Desember 2014 http://yunisiklil.blogspot.com/2010/10/boraks-dan-formalin.html. Diakses tanggal 12 Desember 2014 Winarno, F.G. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Saparinto dan Hidayati, 2006.Boraks dan MSG dalam baksa No 10 Juni 1990. YLKI.Jakarta. Depkes RI.1988.Peratura Mentri Kesehatan Repulik Indonesia No.722/Menkes/IX/1988. Tentang Badan Tambahan Makanan. Jakarta Ponco D.2002.Pemeriksaan Boraks pada Bakso di Pasar Perumnas Bekasi. Karya Tulis Ilmiah.Jakarta : AKK Depkes.Jakarta
Lampiran a.Hasil uji nyala
N
Sebelum perlakuan
Sesudah perlakuan
o 1
Sampel 1
Sampel 1
2
Sampel 2
Sampel 2
3
Kontrol Positif
Kontrol Positif
b. Hasil uji kertas kurkumin
N
Sebelum Perlakuan
Sesudah perlakuan
o 1
Kontrol Positif
Kontrol Positif
Sampel 1
Sampel 1
2
3
Sampel 2
Sampel 2