LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN
Analisis kualitatif Boraks Pada Kerupuk Dengan Kertas Kurkumin
Oleh :
Farmasi 4b
Ilvan Vania 31112086
Maya Ismayani 31112092
Rinrin Iriani 31112105
Sista Rosana Wulandari 31112108
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2014
A. Tujuan
Menetapkan Kadar Boraks Dalam Sampel Berbagai Jenis Kerupuk yang beredar
dipasaran dengan metode spektrofotometri UV-Vis Menggunakan Pereaksi
Kurkumin
B. Prinsip Percobaan
Oleh asam kuat, boraks terurai dari ikatan-ikatannya menjadi asam borat dan
diikat oleh kurkumin membentuk kompleks warna rosa yang sering disebut
kelat rosasianin atau senyawa Boron cyano kurkumin kompleks yang dapat
dianalis dengan spektrofotometri UV-Vis.
C. Dasar Teori
1. Pengertian Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat,
berbentuk kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai
menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat
memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles
mulut dan obat pencuci mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng'
(berbentuk larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai
pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
(Saparinto,dkk. 2011)
Borak atau Bleng (bahasa Jawa) adalah campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan
tradisional, seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks,
sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan
nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak
tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan
dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan,
namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram
pangan, bila lebih itu ilegal.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet
makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks
juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme
toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di
dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat
dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam
hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh
menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan
menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram
perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram
atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan
terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.
(Saparinto,dkk.2011)
2. Karakteristik Boraks
Boraks berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal
lunak yang mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam air.
Boraks merupakan kristal lunak dengan nama kimia Natrium Tetrabonat (
Na2.B4O7.10H2O). Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam
industri non pangan. Ciri Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau,
larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah
larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks
biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang
kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Karakteristik Boraks, antara lain:
- berbentuk kristal putih
- tidak berbau
- larut dalam air
- stabil pada suhu serta tekanan normal
- Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan
air kl.
3. Fungsi Boraks
Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya
industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi
kecoak, dan mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan
jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3)
atau yang lazim kita kenal dengan nama Bleng. Asam borat (H3BO3) merupakan
asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat
dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada
boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai
obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat
dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep
luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka
luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Boraks seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan
makanan, seperti digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso,
nuget, tahu, cenil, kecap, ketupat/lontong serta kerupuk. (Putri, 2011)
4. Metode Pengujian Boraks
Metode pengujian boraks pada bahan pangan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantatif.
1. Uji Kualitatif
Analisis Kualitatif boraks diantaranya adalah uji nyala, uji warna
dengan kertas turmerik, dan uji warna dengan kertas kurkuma.
a. Uji Nyala
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah
dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel
yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna
nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api
berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka
sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan
melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian
dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks (Roth, 1988).
b. Uji Warna dengan Kertas Turmerik
Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam larutan
turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi asam borat. Uji
warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan cara membuat kertas
tumerik dahulu yaitu:
1. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang
2. Kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit
berwarna kuning
3. Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut
dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk
larutan boraks. Teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. Amati
perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan
dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri
sedikit air. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut
pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik
kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Dan bila
diberi uap ammonia berubah menjadi hijau-biru yang gelap maka sampel
tersebut positif mengandung boraks (Roth, 1988).
c. Uji Warna dengan Kertas Kurkuma
Uji warna kertas kurkuma pada pengujian boraks yaitu sampel ditimbang
sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu 1200 C, setelah itu di tambahkan
dengan 10 gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke dalam furnance
hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml
asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin. Bila di dalam sampel terdapat
boraks, kertas kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah
kecoklatan (Rohman, 2007).