UJI MUTIARA BORAKS
TUJUAN: -
Mengetahui cara menguji mutiara boraks
-
Mengetahui warna nyala mutiara boraks saat dipanaskan diatas api reduksi dan api oksidasi dalam keadaan panas atau dingin
PRINSIP: pengamatan warna nyala sampel pada manik boraks yang dipanasi diatas nyala api oksidasi dan reduksi baik dalam dingin ataupun panas dapat diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu mengandung kation atau anion. Jika sampel mengandung anion logam maka saat dipanaskan pada nyala api akan mengeluarkan warna nyala mutiara boraks yang spesifik. HASIL PERCOBAAN: Zat
nyala oksidasi
nyalareduksi
Panas dingin
panas dingin
CuSO4.5H2O
hijau
biru
hijau
Co(NH3)2.6H2O
biru
biru
biru tua biru
merah
DISKUSI: Uji mutiara boraks merupakan salah satu dari uji kualitatif cara kering. Seperti halnya yang dilakukan pada uji nyala, maka pertama-tama yang dilakukan adalah mengatur nyala api Bunsen sehingga diperoleh nyala yang kebiruan. Pada dasarnya reaksi mutu boraks hampir sama dengan uji nyala, namun reaksi ini dilakukan dengan cara membuat sebuah maniks boraks dalam lubang cincin pada kawat nikrom. Hal ini dilakukan dengan membersihkan kawat nikrom dengan HCl pekat lalu memanaskannya pada zona peleburan dari nyala api Bunsen. Zona peleburan ini dipilih karena pada bagian ini merupakan zona dengan nyala api terpanas atau temperatur tertinggi dari nyala api Bunsen sehingga diharapkan zat-zat yang masih menempel pada kawat nikrom akan melebur dan kawat nikrom akan menjadi bersih. Dalam hal ini, tanda dari sebuah kawat nikrom yang bersih adalah ketika dipanaskan kawat nikrom tidak akan memberikan warna nyala tertentu yang menunjukkan masih terdapat zat pengganggu atau pengotor. Selanjutnya setelah kawat nikrom menjadi bersih, maka ujung kawat nikrom dibengkokkan sehingga membentuk lubang yang mirip dengan kepala korek api. Kemudian lubang ini dipanaskan dalam nyala api Bunsen sampai memijar dan sesegera mungkin dimasukkan ke dalam serbuk garam natrium boraks ( Na2B4O7. 10 H2O). Zat padat pada kawat nikrom kemudian diapanaskan pada nyala Bunsen yang terpanas ( daerah peleburan). Dari hasil pembakaran, saat garam-garam tersebut dipanaskan maka mula-mula garam tersebut akan mengembang dan berwarna putih. Hal ini terjadi sebagai akibat dari proses pelepasan air kristal dari garam tersebut. Selanjutnya garam ini akan mengkerut sebesar lubang pada kepala korek api tersebut dan membentuk mutu (manik ) yang tidak berwarna, transparan, seperti kaca, den
tembus cahaya. Mutu ini terdiri dari suatu campuran natrium metaborat (NaBO2) dan anhidrida boraks (B2O3). Reaksi itu dapat dituliskan sebagai berikut: Na2B4O7.10 H2O → 2 NaBO2 + B2O3
Kemudian mutu ditempelkan pada serbuk sampel yang akan diamati, dan diusahakan agar zat yang menempel di mutu boraks tersebut tidak terlalu banyak, karena akan dapat mempengaruhi warna mutu, dimana didapatkan mutu akan berwarna gelap dan tidak dapat tembus cahaya atau kabur jika dilakukan pemanasan selanjutnya dengan kata lain tidak akan terbentuk lapisan mirip kaca yang bening. Pada saat pemanasan perlu diperhatikan bahwa kita harus memakai api reduksi atau oksidasi. Gambar bunsen Pemanasan yang pertama pada sampel CuSO4 dilakukan pada daerah reduksi bawah (pada zona ini gas pereduksi bercampur dengan oksigen dari udara sehingga tingkat pereduksinya lebih rendah dengan zona reduksi atas, dan digunakan untuk mereduksi boraks lelehan dan selanjutnya diamati dalam keadaan panas dan dingin. Kemudian mutu dipanaskan kembali pada nyala api oksidasi bawah (digunakan untuk mengoksidasi zat-zat yang terlarut dalam maniks boraks, natrium karbonat, atau garam yang terlarut dalam mutu boraks, dan natrium karbonat) lalu didinginkan dan diamati dalam keadaan panas dan dingin. Pada saat melakukan percobaan, saat pergantian pemanasan sampel dari nyala api reduksi bawah ke nyala api oksidasi bawah. Kami tidak melakukan pergantian sampel dengan sampel yang baru namun masih menggunakan sampel yang sama. Langkah ini kami lakukan pada setiap sampel yang diuji. Hal inilah yang sekiranya membuat kami agak sulit dalam mengamati warna mutu yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan sampel yang sudah tereduksi pada nyala reduksi bawah tidak dapat lagi kembali ke keadaan semula sebelum direduksi dengan kata lain reaksi yang terjadi tidak reversibel. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan di atas, bahwa perbedaan warna dari mutu terjadi dalam nyala api reduksi dan nyala api oksidasi , dimana senyawa borat mengikat logam dalam tahap-tahap oksidasi. Prosedur : Ujung kawat Platinum dibengkokkan menjadi lingkaran kecil dan dipanaskan di atas api bunsen sampai membara kemudian dengan cepat dibenamkan di bubuk Na2 B4O7 10 H2O dan dipanaskan pada bagian nyala yang terpanas, maka garam membengkak ketika melepas air kristalnya dan menyusut sebesar lingkaran membentuk manik mirip kaca tembus cahaya yang tidak berwarna dari natrium tetra borat dan anhidrida borat. Uji manik boraks : Manik dan zat (CuO) yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala reduksi Panas : tak bawah,dan warnanya diamati pada waktu panas dan dingin berwarna, dingin : merah Kemudian manik dan zat (CuO) dipanasi dalam nyala oksidasi bawah, dan warnanya diamati lagi waktu panas dan dingin Panas : hijau, dingin: biru. Logam tersebut : Cu Reaksi Kimia : Na2 B4O7 + 10 H2O Na2 B4O7 10 H2O
2NaBO2 + B2O3 Na2 B4O7 NaCuBO3CuO + NaBO2 Cu(BO2 )2CuO + B2O3 CuBO2 + Na2 B4O7Cu(BO2 )2 +NaBO2 +C +CO 2Cu + 2Na2 B4O7Cu(BO2 )2 +NaBO2 +C +2CO merah SIMPULAN:
DAFTAR PUSTAKA:
Vogel,A.I.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Jakarta:PT Kalman Media Pustaka http://sugiatazone.blogspot.com/2010/03/identifikasi-kation-dengan-uji-nyala.html http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/kimia-analitik.html#axzz1cU9vjj00 http://www.x3-prima.com/2009/08/anion-kation.html