Yang Berjatuhan Dijalan Da’wah by Fathi Yakan Salah satu karakteristik dakwah adalah jalannya panjang dan ujungnya tidak tahu ada dimana.
Karena itu sudah sewajarnya jika dalam keberlangsungan
dakwah
ini ada orang-orang yang tidak dapat bertahan atau berguguran dalam dakwah ini. Panjangnya jalan menuntut kita agar tetap istiqomah meski banyak rintangan yang menghadang, banyak kekecewaan yang muncul kepermukaan, fitnah yang mungkin muncul serta tantangan yang mesti dijawab. Fenomena bergugurannya orang dari jalan dakwah ini tentunya adalah hal yang mesti kita hindari karena hanya akan menimbulkan kerugian bagi kita. Abu Lubabah yang sempat mengkhianati rasul setidaknya sudah hampir menjadi orang yang berjatuhan namun Abu Lubabah langsung menyadari itu dan bertaubat dengan mengikat dirinya di tiang masjid. Seperti itulah, kemunduran kita dijalan dakwah hanya akan menimbulkan ketidaktenangan dan kejauhan dari nur Islam sehingga fenomena ini adalah yang mesti kita hindari. Untuk menghindari itu, kita mesti mengidentifikasi faktor-faktor penyebab seseorang itu berjatuhan di jalan dakwah. Adapun hal yang menyebabkan berjatuhan di jalan dakwah ada 3 hal yaitu hal yang bersumber dari pergerakan, individu dan eksternal.
Sebab yang bersumber dari pergerakan adalah : 1. Lemahnya Aspek Tarbiyah Tarbiyah dalam suatu pergerakan adalah seperti kedudukan air didalam tubuh manusia. Ia berperan sebagai penjaga kestabilan didalam tubuh manusia. Kekurangan air membuat kita tersiksa dan malas dalam beraktifitas serta lemah dalam bergerak. Seperti itulah hakekat tarbiyah dalam pergerakan. Layaknya tubuh, kehilangan konsumsi air dalam waktu lama dapat membuat kita meninggal kehausan begitu pula dengan tiadanya tarbiyah hanya akan membuat aktivitas dalam pergerakan menjadi kering dan beku sehingga hanya akan menimbulkan ketegangan dan perasaan sensitif. Semakin kering ruhiyah maka akan menyebabkan aktifitas yang dilakukan hanyalah seperti rutinitas biasa tanpa ruh sehingga kita akan bosan dan terlempar dari gerbong dakwah ini. 2. Tidak Proporsional Dalam Memposisikan Anggota Pergerakan yang profesional dan matang adalah pergerakan yang mengetahui kemampuan, kecendrungan dan bakat para anggotanya dan mengenal titik kekuatan dan kelemahan mereka. Maka, ketika seorang yang ditempatkan dibidang yang bukan ahlinya, hanyalah akan membuat mereka menjadi futur atau setengah hati dalam menjalankan sehingga pekerjaan juga tidak maksimal. Kejadian berkelanjutan yang seperti ini akan membuat pelakunya berguguran dari jalan dakwah. Tidak sesuai langkah dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, tidak menjadwal berbagai aktivitas berdasarkan skala prioritas, tidak dapat yang membedakan yang penting dan yang tidak penting, hanya akan menimbulakan suatu kerancuan. Bahkan dengan terpaksa pergerakan mengisi pos-pos yang masih kosong dengan orang yang tidak berkualitas dan menyerahkan urusan kepada selain ahlinya. Jika itu yang terjadi, maka tunggulah kehancurannya. 3. Tidak Memberdayakan Semua Anggota Tidak memberdayakan anggota sama dengan mendapatkan emas tapi tidak memanfaatkannya. Kita punya sesuatu yang bisa membuat sesuatu yang lebih baik tapi tidak digunakan. Hal ini hanya akan membuat orang yang ada disana merasa tidak dihargai atau tidak dibutuhkan dan menyebabkan pekerjaan tertumpuk pada kelompok tertentu. Hal ini tentu berakibat fatal karena akan mengakibatkan baik kelompok yang merasa tertumpuk pekerjaannya ataupun yang tidak terberdayakan berjatuhan dijalan dakwah
4. Lemahnya Kontrol Saat krisis, situasi sulit dan berbagai problema terjadi dalam sebuah bidang suatu pergerakan maka disaat seperti inilah sebenarnya anggota membutuhkan perhatian dari pimpinannya. Ketika pimpinan atau pergerakan turut serta mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut bersama maka pergerakan itu selamat. Namun, jika kontrol yang dilakukan ;emah sehingga seolah pergerakan tidak mempedulikan itu maka yang dirasa adalah kesendirian yang akan mendekati kepada futur berkelarutan. Inilah yang akan menyebabkan banyak orang terlempar dari jalan dakwah 5. Kurang Sigap Dalam Menyelesaikan Persoalan Hal ini tentunya akan menyebabkan semakin rumitnya persoalan dan menghantarkan kepada jalan buntu. Jika begitu maka suasana yang tercipta hanyalah penumpukan pekerjaaan yang mana ketika hal ini tidak cepat terselesaikan yang ada hanyalah semakin mencabangnya masalah, semakin banyak muncul pembahasan sehingga tidak selesai-selesai karena setelah selesai satu, maka akan muncul yang lain. Hal inilah yang tentunya akan menyebabkan kejenuhan sehingga menyebabkan berguguran di jalan dakwah 6. Konflik Internal Sebab ini adalah sebab yang paling gawat dan alat perusak iklim pergerakan karena ia bergerak dari dalam tubuh organisasi yang efeknya bukan hanya kepada si “perusak” tetapi juga dapat melemahkan anggota disekitarnya bahkan dapat menjado bumerang jika orang yang keluar dari dakwah tersebut menyimpan sebuah dendam atau hal lain. 7. Pemimpin Yang Lemah Lemahnya kepemimpinan ini bisa disebabkan karena lemahnya nalar dan intelektual pimpinan sehingga tidak mampu memberikan kepuasan terhadap kehausan pikiran bawahan ataupun lemahnya kemampuan struktural dimana pimpinan tidak memiliki bakat dan kemampuan manjerial yang dapat mengendalikan struktur serta meletakkan prinsip-prinsip dasar keorganisasian Sebab yang bersumber dari individu : 1. Watak yang Indisipliner Beberapa orang yang tertarik pada pergerakan hanya dalam situasi dan kondisi tertentu saja sehingga wajar jika dalam perjalanan, mereka menjadi orang yang kurang dapat beradaptasi terhadap hal-hal yang ditentukan pergerakan. Hal itu dapat disebabkan karena ketidaksiapan
memikul beban-beban tugas struktural ataupun memang karena enggan melebur dalam jama’ah. 2. Takut Mati dan Miskin Pintu inilah yang dijadikan syaitan dalam memasuki jiwa-jiwa aktivis dan orang beriman. Timbulnya ketakutan untuk miskin akan menyebabkan malas bersedekah sedang ketakutan akan mati dapat menyebabkan menurunnya semangat pengorbanan. 3. Sikap Ekstrem dan Berlebihan “Sesungguhnya orang yang memaksakan di luar kemampuannya, tidak ada bumi yang dapat ia lintasi dan tidak ada kendaraan yang dapat ia pertahankan.” (Ha Berlaku berlebihan-lebihan dan membebani diri melebihi kemampuan hanya akan menyebabkan frustasi dikemudian hari dan semakin mendekatkannya kepada tasaquth. 4. Sikap Mempermudah dan Menganggap Enteng Menganggap enteng komitmen terhadap syariat dan mempermudah pelaksanaan hukum Allah hanya akan memotivasi kita untuk bersikap longgar dalam hal-hal yang kecil pada awalnya dan meningkat pada hal-hal besar. Batasan halal dan haram bahkan menjadi terlihat samar jika kita senantiasa mempermudah pelaksanaan hukum Allah ini. Semakin jauh dari sisi Allah dan terlalu banyak memberi kelonggaran hanya akan mengikis kemampuan diri secara perlahan di jalan dakwah 5. Ghurur dan Senang Tampil Ghurur, “Tertipu oleh diri sendiri “ dan senang tampil sesungguhnya hanya berfungsi sebagai alat syaitan untuk memerosokkan para aktivis dakwah dalam jurang kerusakan amal dan kehancuran jiwanya, menghapus pahala serta mencelakakannya di akhirat. Sifat sperti ini sesungguhnya hanyalah benalu dalam dakwah yang sifatnya merugikan dakwah. 6. Cemburu terhadap Orang Lain Kecemburuan kepada orang-orang terdepan, terpandang, sukses dan dikarunia keahlian yang tidak dimilikinya jika telah berubah menjadi cemburu buta hanya akan menimbulkan dampak tidak baik bagi pergerakan. Hal ini dapat menjadikan orang yang mempunyai kemampuan terbatas tidak mau memposisikan diri sesuai dengan keterbatasannya tetapi cenderung memaksakan diri meski tidak membawa manfaat. Hal ini tentu akan menimbulkan sikap ekstrem dan watak indisipliner, dua perkara sekaligus yang bisa menghantarkan kepada keluarnya seseroang dari jalan dakwah/
7. Fitnah Senjata Sikap ekstrem paling berbahaya adalah yang berkaitan dengan kekuatan ini karena dapat menimbulkan petaka yang tidak hanya menimpa personal atau sekitar tapi wadah pergerakan secara keseluruhan. Sebab timbulnya fitnah ini dapat disebabkan karena tidak jelasnya pembentukan kekuatan dan tidak memenuhi syarat penggunaan kekuatan. Sebab yang bersumber dari eksternal : 1. Tekanan Tribulasi Tekanan tribulasi atau penyiksaan dalam kehidupan dakwah merupakan alat pembersih yang paling efektif dalam membersihkan da’i – da’i dari dakwah dan alat pengukur paling akurat dalam mengukur kekuatan keimanan seseorang. Meskipun pada awalnya mereka adalah orang yang bersemangat, mereka mundur secara teratur karena tidak kuat setelah mendapat siksaan . 2. Tekanan Keluarga Sikap keluarga yang mengkhawatirkan kita menderita, terjebak dalam paham atau aliran sesat atau bahkan karena gengsi anaknya tidak sesuai dengan gaya hidup mereka atau lain hal ini yang terkadang sulit diatasi para aktivis dakwah. Tidak menutup kemungkinan adanya keluarga yang bahkan menghalang-halangi dakwahnya. Setidaknya sikap mUshab bin Umair terhadap ibuny dimana mushab menolak kemauan ibunya agar mushab meninggalkan islam dan ibunya mengancam bunuh diri tetapi tetap mushab tidak mau memenuhinya. 3. Tekanan Lingkungan Lingkungan juga dapat menjadi pengaruh yang cukup berarti dalam membinasakan para pejuang dakwah di medan dakwahnya. Ketika seseorang terbiasa hidup dalam lingkungan islami lalu tiba-tiba hidup di tempat yang kanan-kirinya diskotik, secara tidak langsung tentunya orang tersebut akan sulit untuk tetap mempertahankan solatnya sehingga turunlah keimananya atau bahkan terlempar. 4. Tekanan Gerakan Destruktif Pemuda yang terkadang tidak mampu bertahan dalam menghadapi gempuran propaganda yang mendiskreditkan pergerakan islam sedang dia mempunyai kemampuan mumpuni dari segi aktivitas dan priduktivitas mulai menjadi sasaran pengepungan oleh gerakan destruktrif. Hal seperti ini yang menyebabkan bertumpuknya kebingungan sehingga semakin lama akan membuat berjatuhan di jalan dakwah.
5. Tekanan dari Figuritas Tekanan dari figuritas ini adalah yang berkaitan dengan ghurur, ujub, tertipu, terlalu mencintai diri sendiri sehingga inilah lumbung syaithan untuk menguji amal kita sehingga mengakibatkan kita akan bertempur dengan syirik kecil. Figuritas ini yang hanya akan menimbulkan benalu dalam dakwah jika pelakunya hanya ingin mendapatkan popularitas dan menjadi ujian untuk yang istiqomah.
Motivasi Untuk Menjadi Kader Dakwah Yang Bersungguh-Sungguh Filed under: Jalan Keberhasilan — 2 Komentar April 19, 2012
2 Votes
Oleh: Alm. Ust. Rahmat Abdullah * Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad. Ba’da tahmid wa shalawat
Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat 19 Ayat 12 : ….. Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah …” (QS. Maryam (19):12) Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan. Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad. Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”. Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da’i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit. Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut. Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq”.(QS. Al-A’raaf (7):145) Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 : “Hudzil kitaab bi quwwah” (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat). Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka. Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian”. Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya. Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah
berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: “Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi”. Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikutpengikutnya. Ayyuhal ikhwah rahimakumullah, Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta. Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya. Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras. Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir’aun. Berkat do’a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir’aun beserta bala tentaranya. Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir’aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha
mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguhsungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan. Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya. Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”. “Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”. “Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya”. “Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. “Mereka berkata: “Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. “Berkata Musa: “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”. “Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi
(padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu”. Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra’du (13):11, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri”. Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir’aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do’a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu’ara (26):61-62, “Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku”. Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah “qaumun jabbarun” yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir’aun yang dikaramkan Allah di laut Merah. Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat.
Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, “In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam” (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu). Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada NabiNya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. “Pergilah engkau dengan Tuhanmu”. Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu. Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum. Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan. Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: “Ud’uulanaa robbaka” (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: “Pimpinlah kami untuk berdo’a pada Tuhan kita”. Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja. Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: “Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa”. Sahabat bertanya: “Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi?”. Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak
tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin. Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia. Mentalitas Bal’am, ulama di zaman Fir’aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur’an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal’am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir’aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal’am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikantarikan duniawi yang rendah. Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati. Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian. Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas. Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris
jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. “Demi Allah, ini pasti bukan manusia”. Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris. Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan. Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da’i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpanganpenyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin. Wallahu a’lam bis shawab *Judul Sebenarnya:Membangun dan Membina Militansi Kita
Tarian Keyboard Media untuk perbaikan diri dan umat. Berbagi kisah dan pemikiran. Berusaha menghasilkan suatu kebaikan yang berguna untuk kebaikan lainnya, dan begitu seterusnya
Menu
Skip to content
Home
Dedi Setiawan
Judul Tulisan
Motivasi Tiada Henti
Motivasi Tiada Henti Sengaja ada halaman seperti ini, supaya kita bisa saling berbagi inspirasi. Juga agar apa yang telah lewat, tetap bisa diambil hikmahnya. Halaman ini berisi kata-kata motivasi yang pernah ditulis di sidebar “=Motivasi Tiada Henti=” pada blog ini dan status-status di Facebook saya.
Jika kematian adalah suatu kepastian, maka perjuangan adalah suatu keharusan!
Jika kesibukan dapat menimbulkan kelelahan, maka waktu luang dapat menimbulkan kerusakan (Filsuf Persia, Barzanjamhari)
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar. =Sayyid Quthb=
Jadilah kalian orang-orang yang : )I( Paling kokoh sikapnya )I( Paling lapang dadanya )I( Paling dalam pemikirannya )I( Paling luas cara pandangnya )I( Paling rajin amal-amalnya )I( Paling solid penataan organisasinya )I( Paling banyak manfaatnya - Syaikhut Tarbiyah, KH. Rahmat Abdullah –
Barangsiapa tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, niscaya ia akan disibukkan oleh keburukan
Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika ia berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika ia berdiri sama tinggi dengan orang lain dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka guna mencapai sukses.
|||||||||||||||||||||||
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar (QS. Ali – Imran, 146)
Bahkan dalam letihpun seorang da’i tetap tersenyum. Karena apa yang dia tunaikan menjadi jaminan bermaknanya usia dan bermanfaatnya kehidupan. (Majalah Al Izzah)
Kita kan tetap di sini, walau panas di tapak, berat di pundak, kering dihembus, perih di
pandangan. Kita kan tetap berjalan, hingga kelak kan terjawab mengapa perjuangan itu pahit. Karena cinta Allah itu mahal.. (saudariku)
Apabila empuknya kasur dan hangatnya selimut masih lebih engkau sukai daripada meletakkan kening di atas sejadah di keheningan malam, niscaya engkaupun akan merasa berat bila suatu saat diminta untuk mengorbankan harta dan jiwamu di jalan Allah. Sebab, apabila qiyamullail yang merupakan ibadah yang tidak mengandung resiko saja belum mampu engkau laksanakan, mana mungkin engkau bisa merasa ringan apalagi ikhlas melakukan ibadah yang menuntut adanya pengorbanan harta, jiwa, dan raga darimu. =Madrasah Jiwa Perindu Surga, Mas Udik Abdullah=
Ajal adalah kepastian, namun tak tau kapan kita akan mendapatkannya, segera atau tertunda nanti. Tak ada yang tau kita akan syahid di bumi bagian mana. Bertemanlah dengan waktu sehingga dia tidak memberikan kita space berbuat maksiat, tapi ia memberikan dorongan untuk
senantiasa berkarya. Hanya kepada Allah berharap dan hanya dengan kerja keras kita bisa menyumbangkan kontribusi untuk kejayaan islam. -08180964xxxx
menjadi orang penting itu baik, tapi jauh lebih penting untuk menjadi orang baik
|||||||||||||||||||||||
logika iman mewajibkan untuk tidak berputus asa menghadapi hambatan dan rintangan apapun jua. Supaya, orang-orang beriman memandang masa depan mereka dengan jiwa lapang dan terang benderang. Mengayunkan langkah kehidupan bersama harapan, keberanian, dan memperbanyak amal =musuh cita-cita pengemban dakwah, Irfan S. Awwas, hal 148=
Tidak ada lagi waktu bagi kita untuk beristirahat. Tugas dakwah kita terlalu banyak. Jika engkau ingin beristirahat wahai pemuda, nanti . . . ketika engkau langkahkan kakimu ke surga = salah satu tausiyah KH. Rahmat Abdullah, di masjid kampus UGM=
Segala kebaikan terletak di dalam keridhoan. Maka jika kau mampu, jadilah orang yang ridho. Jika tak mampu, jadilah orang yang sabar. =BM STT Telkom=
Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap Yang mengangkat diri tinggi di langit Padahal dirinya rendah-hina (KH Rahmat Abdullah)
jangan bersedih karena kekurangan kita. Yakinlah, bahwa di balik kekukarang, tersimpan energi besar yang siap menerjang. Mungkin energi itu belum pernah kita undang, sehingga tidak datang prestasi yang gemilang
Setiap perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan rohani maupun ragawi. Mari kita jalani dengan hati dan niat yang suci. Awali langkah kita dengan niat hanya untuk mendapat ridho Illahi. Yakinlah bahwa Allah akan selalu membalas kebaikan2 kita yang hakiki. May Allah bless and strengthen us. =085292333***=
|||||||||||||||||||||||
Jika kau lelah, basuh lelahmu dengan kesabaran Ceritakan dukamu pada ketabahan Usap air mata dengan harapan
Jika terluka, tetaplah tersenyum untuk semua orang di sekitarmu, karena itu tanda syukur pada Rabb-mu =081322101***=
Perhatikanlah karakter lebih daripada reputasimu, karena karakter adalah siapa dirimu sebenarnya, sementara reputasimu hanyalah pendapat orang lain tentang siapa dirimu = John Wooden =
Ya Allah,
kami mohon dimasukkan ke dalam golongan hamba-Mu yang mudah bergetar hatinya dan menetes airmatanya ketika disebut nama-Mu. Disebabkan kami yang begitu merindukan-Mu. Izinkanlah kami menatap wajah-Mu, walau kami sering mengecewakan. = 085720098***=
Tidaklah hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunah hingga Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul, Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri.
Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia =HR Bukhari=
Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT. = M. Lili Nur Aulia, Beginilah Jalan Dakwah Mengajari Kami @ Kesejukan yang meringankan Langkah =
Allah akan menjagamu saudaraku.
Hingga kepenatan menjadi senyuman, kelelahan menjadi kenikmatan, dan kesusahan menjadi kekuatan. Allah bersamamu. Semangat!!! =08132210****, saudara seperjuangan di UPI=
|||||||||||||||||||||||
Kemunduran kita adalah keputusasaan. Kemajuan kita adalah ketangguhan. Keberanian kita adalah keyakinan akan pertolongan Allah. Bertakbirlah mengagungkan-Nya! =08132210****=
Anda bisa memutar mundur jam yang Anda miliki, tapi bukan memutar mundur waktu!
Tidak semua kata cinta lahir dari cinta, sebab tidak semua yang terkata selalu datang dari jiwa =Serial Cinta Anis Matta di Majalah Tarbawi=
Walaupun ada seribu alasan untuk kalah, jangan ambil satu pun. Walaupun tidak ada peluang untuk menang, ciptakan satu peluang! =Paul Smith, seorang komandan militer AS=
Awalnya, cita-cita besar itu dipandang tidak mungkin terjadi (impossible) lalu mungkin (probable), dan kemudian seringkali terjadi. =Christopher Reeve=
Hal yang kita punya adalah tangan kurus yang tak biasa menggenggam kekalahan. Hal yang kita miliki adalah dada yang ceking; tempat yang –sebenarnya- terlampau sempit untuk sebuah tanggung jawab. Hal yang ada pada kita adalah kaki yang pecah-pecah, yang tidak biasa diam di tengah hiruk pikuk ketidakadilan yang sombong. Terdengar dua suara; erangan untuk melawan atau rayuan untuk mundur. = Eko Novianto @ sudahkah kita tarbiyah=
|||||||||||||||||||||||
Ada yang mengeluh, merasa jenuh, ingin gugur dan jatuh. Ia berkata “LELAH” Ada yang lelah, tubuhnya penat, tapi semangatnya kuat. Ia berkata “LILLAH” Karena Allah, semoga keikhlasan selalu mengiringi amal-amal ibadah kita =0852242223***=
SUKSES ADALAH HAK SAYA
Sukses bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik anda, milik saya, dan milik siapa saja yang menyadari, menginginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati. =Andrie Wongso=
Tidak ada yang salah dengan impian yang visioner. Jika orang lain mengejek dan mencela,
jangan pernah menyerah! Kita hanya sedang menunjukkan sikap optimis pada orang yang tidak tepat =Dedi Setiawan=
Jangan pernah putus asa! karena yang mudah putus asa tidak pernah sukses dan orang sukses tidak pernah putus asa
Tidak setiap suara jiwa harus terkata saat ini juga. Kadang butuh waktu lama, juga dibarengi kerja, supaya ketika sampai pada waktunya, ia akan terdengar jelas dan bertenaga! =Dedi Setiawan=
Diam saat saudaranya salah, itu bodoh akut =Reza Dynasti Pramana=
|||||||||||||||||||||||
Ada kemampuan untuk mengingat, ada kemampuan untuk melupakan. Keduanya harus digunakan; pada saat yang tepat. =Dedi Setiawan=
Sedikit tapi cukup, itu lebih bermanfaat daripada banyak tapi sia-sia.
Percaya itu baik. Tapi mengecek kembali, itu jauh lebih baik =BJ. Habibie=
Bergeraklah, bergeraklah menjadi lebih baik. Bukan sekedar berpindah tanpa arah
Singkirkan, singkirkan yang tidak perlu!
Tujuan adalah sesuatu yang ditentukan di awal, diwujudkan di akhir. Tempat memulai pemikiran dan akhir dari sebuah perjalanan =Ibnul Qayyim=
|||||||||||||||||||||||
Kritik, itu cara lain untuk menunjukkan cinta.
Selalu ada hikmah di balik hilangnya suatu nikmat
Tentang berbuat baik: penerimaan mungkin akan memperkuat mental kita, tapi penolakan jangan sampai memperlemah jiwa kita.
Santai saja; kita tak perlu merasa paling benar ketika orang lain salah, dan merasa paling salah ketika orang lain benar
|||||||||||||||||||||||
Tenang, semua ada dalam kendali-Nya. Pantai masih membentang di sepanjang Teluk Lampung, Gede Pangrango masih diselimuti hutan hujan tropis, langit masih menggantung di atas sana, dan masih banyak lagi. Kalau hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak saja beres, apalagi untuk “hal kecil” yang menyangkut satu dua orang. Dulu, sekarang, dan masa depan, semua berada dalam genggaman-Nya.
Hidup adalah amal kebaikan yang kita lakukan, bukan sekadar umur yang kita habiskan.
Tidak perlu ada dendam di hati, baik di antara kita maupun antara kita dengan orang lain. Yang perlu ada hanyalah keikhlasan yang tertanam di sanubari =Ust. Arifin Sobari, Mei 2010 @Puntang yang berkabut=
Tidak ada cara yang paling baik untuk belajar, kecuali terjun langsung menyelesaikan persoalan =B.J. Habibie=
Kita tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tapi perlu memulai untuk menjadi hebat.
Tersenyumlah selalu walau pada hakekatnya hatimu terluka. Jangan lakukan itu untuk dirimu sendiri, lakukanlah untuk orang lain. Karena tanpa kamu sadari, ada seseorang yang bahagia melihatmu tersenyum =sms seorang teman=
|||||||||||||||||||||||
Kita bernafas saat tidur, tapi tidak sedang hidup. Karena hidup itu harus punya makna, bukan sekadar bernafas dan berebut oksigen.
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak / hanya berbunyi ketika terhempas di pantai / tapi jadilah kamu air bah / mengubah dunia dengan amalmu =Muhammad Iqbal=
Mau ramah atau marah, sedih atau bahagia, itu pilihan kita. Masalah pasti ada, tapi kita harus tetap tenang. Ini jiwa, jiwa kita. Suasananya kita yang rasa. Jangan biarkan orang lain merusaknya =Dedi Setiawan=
Tips percaya diri hari ini: aku datang, menyapa, dan berdialog dengan niat baik. Jadi, tak perlu merasa malu
Kalau kamu berenang, maka kamu akan basah. Itu memang resiko yang harus dihadapi. Tentang setelah sampai di tepi kamu mau ngapain, itu soal lain. Tugasmu sekarang adalah fokus agar selamat sampai ke tepi =Ibu saya=
Tak ada yang tahu berapa lama lagi bisa bersama orang yang kita anggap penting. Jadi, nikmatilah kebersamaan itu =Film “Sorcerer’s Aprentice=
|||||||||||||||||||||||
Perkembangan hidup kita seperti naik tangga. Ada satu saat ketika salah satu kaki kita sudah meninggalkan anak tangga yang bawah, kaki melayang-layang sejenak di udara. Boleh jadi juga terpeleset dan jatuh. Itu resiko. Tapi kalau takut menghadapi resiko, kita tidak pernah beranjak dari anak tangga terbawah =Buya Hamka=