Mk. Metodologi Dakwah
Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam
Rahmayani Rahmayanti Nur Inayah Yushar Muchlis Putri Ayu Asmara
Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Tahun Ajaran 2013/2014
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Adapun pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah “Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam”. Penulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui bagaimana penerapan metode-metode dakwah yang telah paparkan oleh pemakalah sebelumnya, serta metode-metode apa saja yang diterapkan oleh subjek dakwah terhadap tujuan dakwah islam. Penulisan makalah ini telah diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Namun, sekiranya masih terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Samata, 13 Mei 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... 1 Kata Pengantar ...................................................................................................... 2 Daftar Isi................................................................................................................ 3 Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 4 A. Latar Belakang .......................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 Bab II Pembahasan ................................................................................................ 6 A. Pengertian Metodologi .............................................................................. 6 B. Pengertian Dakwah ................................................................................... 6 C. Tujuan Dakwah ......................................................................................... 7 D. Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam ........... 10 Bab III Penutup ..................................................................................................... 17 A. Kesimpulan ............................................................................................... 17 B. Saran .......................................................................................................... 17 Daftar Isi................................................................................................................ 18
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam, merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk dilaksanakan oleh segenap umat manusia. Dalam rangka pengaktualisasian konsep-konsep ajarannya itulah Islam mengembangkan strategi dakwah, hal ini secara historis telah diteladankan oleh Rasulullah ketika ajaran Islam pertama kali disyiarkan kepada kaum quraiys saat itu. Dakwah pertama kali dilakukan oleh Rasulullah dalam lingkungan keluarga secara bertahap telah membentuk pola pikir, pola hidup dan keyakinan mereka tentang keesaan Allah swt., yang kemudian berlanjut pada lingkungan sahabat dan masyarakat umum. Demikianlah tahapan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membesarkan ajaran Islam di tengah-tengah kaum yang bobrok akhlaknya serta dangkal aqidahnya. Namun dilandasi oleh semangat juang untuk menegakkan kebenaran dan keesaan sang pencipta, seluruhnya itu dapat berubah hanya dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun. Berangkat dari kenyataan yang ditunjukkan oleh Rasulullah dalam dakwahnya tersebut, jika ditelaah secerna mungkin, maka dakwah merupakan lapangan yang sangat penting dan utama sekali, baik dilihat dari pandangan agama maupun dari segi pertumbuhan bangsa yang sedang membangun saat ini dan masa yang akan datang,.makin banyak masyarakat membicarakan pembangunan makin terasa sekali bagaimana ketergantungannya pada manusia, faktor insan yang amat menentukan apakah akan berhasil ataukah tidak. Dalam hal inilah diperlukan ajaran agama Islam yang dapat memberingan sumbangan berharga, sebagaimana konsep ajarannya yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Sosialisasi ajaran agama Islam
4
ditengah-tengah masyarakat pembangun itu menggunakan strategi dakwah baik yang dilakukan secara lisan, maupun fiil, dan dapat dilakukan oleh setiap muslim. Dengan demikian, maka tujuan dakwah secara umum dapat dikatakan membangun masyarakat yang maslahat dunia dan akhirat melalui pengetahuan mendalam terhadap pokok-pokok syariyahnya.
B. Rumusan Masalah 1.
Apa yang dimaksud dengan metodologi?
2.
Apa yang dimaksud dengan dakwah?
3.
Apa yang dimaksud dengan tujuan dakwah?
4.
Bagaimana penerapan metodologi dakwah terhadap tujuan dakwah islam?
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metodologi 1.
Pengertian secara etimologi. Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara). Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode. Adapun adalam bahasa yunani berasal dari kata methodos yang berarti jalan yang dalam bahasa arab disbut thoriq. Didalam bahasa arab kata metode disebut thoriqot dan manhaj yang juga mengandung arti tata cara, sementara itu dalam kamus besar bahasa Indonesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”.
2.
Pengertian secara terminologi Adapun metode secara istilah adalah suatu jalan yang ditempuh atau suatu
cara yang dilaluli untuk mencapai tujuan tertentu. Metodologi Dakwah adalah cara yang dilalui seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya, atau cara seorang da’i dalam penerapan pendekatan dakwah.
B. Pengertian Dakwah Dakwah secara etimologi atau bahasa diambil dari bahasa’arab da’a yad’u da’watan yang berarti mengajak atau menyeru1. Sedangkan dakwah secara terminologi atau istilah dipaparkan menurut para ahli sebagai berikut2: 1. Menurut syeikh Ali Mahfudz dakwah adalah mengajak manusia untuk mengajarkan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
1 2
M. Munir, S.Ag, metode dakwah,( Jakarta: Kencana Prenada Media grup, 2009) hlm 7 Drs. Samsul Munir Amin, ilmu dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hlm 2-5
6
2. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. 3. Menurut Dr. M. Quraish Shihab dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 4. Menurut ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dakwah adalah proses mengubah seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan meninggalkan yang buruk denga tujuan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan menggunakan metode dan media tertentu sebagai fasilitas penyampaian pesan. Dengan begitu metode dakwah dapat diartikan cara atau jalan tertentu yang harus ditempuh seseorang untuk mengubah seseorang kepada kebajikan dan meninggalkan keburukan sehingga tercapai tujuan yaitu kebahagiaan didunia dan di akhirat.
C. Tujuan Dakwah Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan dakwah. Tujuan dakwah merupakan salah satu tujuan umum dakwah, sehingga bisa dikatakan apabila unsur ini tidak ada maka penyelenggaraan dakwah tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan atau semua usaha akan sia-sia.
7
Dalam hal tujuan dakwah Asmuni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.
Tujuan Umum (mayor objektif) Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang
mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
2.
Tujuan Khusus (minor objektif) Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari
tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai. Olehnya itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus tersebut adalah :
a) Mengajak umat manusia
yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam al-Qur’an surat al- Maidah (5) ayat 2 ;
ي َ ٓأَُّيه َا ٱ ذ َِّل َين َءا َمنُو ۟ا ََل ُ ُِتلهو ۟ا َش َع ٓ ِ َِئ ٱ ذ َِّلل َو ََل ٱمشذ ه َْر ٱمْ َح َرا َم َو ََل ٱمْهَدْ َى َو ََل ٱمْلَلَ ٓ ِئدَ َو ََل ٓ َءا ٓ ِ ّم َني ٱمْ َبيْ َت ٱمْ َح َرا َم ُون فَضْ اًۭل ِ ّمن ذر ِ ّ ِّب ْم َو ِرضْ َو ًۭنا ۚ َوا َذا َحلَلْ ُ ُْت فَأ ْص َطا ُدو ۟ا ۚ َو ََل َ َْي ِر َمن ذ ُ ُْك َشنَـَ ُان كَ ْو ٍم َٱن َص هدو ُ ُْك َع ِن ٱمْ َم ْسجِ ِد َ يَبْتَغ ِ ُٱمْ َح َرا ِم َٱن ثَ ْع َتدُ و ۟ا ۘ َوثَ َع َاوهُو ۟ا عَ ََل ٱمْ ِ ِّب َوٱمتذ ْل َو ٰى ۖ َو ََل ثَ َع َاوهُو ۟ا عَ ََل ٱ َْل ْ ِْث َوٱمْ ُعدْ َو ِن ۚ َوٱث ذ ُلو ۟ا ٱ ذ ََّلل ۖ ا ذن ٱ ذ ََّلل َش ِديد ِ ِ ٱمْ ِعلَ ِاب 8
Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka lekaslah berburu. Janganlah sekalikali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalanghalangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
b) Membina
mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan
tentang keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. (2) : ayat 286 ;
ََل يُ َ ِكّ ُف ٱ ذ َُّلل ه َ ْف ًسا ا ذَل ُو ْس َعهَا ۚ مَهَا َما نَ َسبَ ْت َوعَلَْيْ َا َما ٱ ْنت َ َسبَ ْت ۗ َربذنَا ََل ثُ َؤا ِخ ْذًۭنَ ٓ ان و ذ ِسينَا ٓ َٱ ْو ِ ِ ْصا َ َمَك َ ََحلْ َتهُۥ عَ ََل ٱ ذ َِّل َين ِمن كَ ْب ِلنَا ۚ َربذنَا َو ََل ُ َُت ِّملْنَا َما ََل َطاكَ َة مَنَا َٱخ َْطأًْۭنَ ۚ َربذنَا َو ََل َ ُْت ِم ْل عَلَ ْينَا ٓ ا ْ ا ِ هُصًۭنَ عَ ََل ٱمْلَ ْو ِم ٱ ْم َك ِف ِر َين َ ِب ِهۦ ۖ َوٱع ُْف َعنذا َوٱ ْغ ِف ْر مَنَا َوٱ ْر َ َْحنَا ٓ ۚ َٱ ْ ُ هت َم ْومَ ٰىنَا فَأ Terjemahnya : Allah
tidak
membebani
seorang
melainkan
sesuai
dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya, (mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dan kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
9
kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
c)
Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini didasarkan pada al-Qur’an surat ar-Ruum (30) ayat 30
فَأَ ِك ْم َو ْ َْج َم ِن ِّل ِين َح ِني افا ۚ ِف ْط َر َت ٱ ذ َِّلل ٱم ذ ِِت فَ َط َر ٱمنذ َاس عَلَْيْ َا ۚ ََل ثَ ْب ِدي َل ِم َخلْ ِق ٱ ذ َِّلل ۚ َذ ِ َِل ون َ ٱ ّ ِل ُين ٱمْلَ ِ ّ ُّي َومَ ِك ذن َٱ ْن َ ََث ٱمنذ ِاس ََل ي َ ْعلَ ُم Terjemahnya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
D. Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam Kegiatan manusia yang berhasil adalah kegiatan yang mempunyai planning (perencanan) yang matang dan kegiatan yang mempunyai tujuan, dengan cara dan metode tersendiri dalam pencapaiannya. Dakwah adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia, harus direncanakan sebelumya serta menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat terorganisir dengan baik dan mencapai sasaran. Seluruh rangkaian dan acuan yang telah diorganisir secara baik dalam pelaksanaan dakwah tersebut haruslah dipenuhi demi mendapatkan hasil yang maksimum dan memuaskan. Di antara unsur yang terpenting dalam dakwah adalah menentukan tujuan sasaran dakwah. Dalam kegiatan dakwah, seorang subjek dakwah harus mampu mencari metode yang sesuai untuk digunakan, sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dalam rangka dakwah islamiyyah agar masyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus, dan ikhlas maka penyampaian dakwah harus melihat
10
situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Disini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah.
1.
Metode Dakwah Qur’ani
Dalam kegiatan dakwah, seorang subjek dakwah harus mampu mencari metode yang sesuai untuk digunakan, sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Metode umum dari dakwah qur’ani adalah memahami dan menguasai tafsir secara etimologi, sehingga dengan metode kajian pelaku dakwah dapat mengetahui keistimewaan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi pedoman dakwah,3seperti yang digambarkan dalam Q.S. Al-Nahl (16) : 125:
ِ ِيل َرب ّ َِم بِأمْ ِح ْْكَ ِة َوٱمْ َم ْو ِع َظ ِة ٱمْ َح َس نَ ِة ۖ َو َج ِدمْهُم بِأم ذ ِِت ِه ٱَ ْح َس ُن ۚ ا ذن َرب ذ َم ه َُو َٱ ْع َ َُل ِ ٱ ْد ُع ا َ َٰل َسب َ ِ ِ ِ ِ ِب َمن ضَ ذل َعن َسب ِيِلۦ ۖ َوه َُو َٱ ْع َ َُل بِأمْ ُمهْتَ ِد َين Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pada ayat di atas, terdapat tiga thariq (metode) dakwah yang secara tegas yang diberikan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. dan pelaku dakwah lainnya, yaitu: bi al-hikmah, maw‘izah al hasanah dan mujādalah4. a)
Bi al-hikmah Dakwah bi al-hikmah
adalah pendapat atau uraian yang benar dan
memuat alasan-alasan atau dalil-dalil yang dapat menampakan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Konseptualisasi hikmah merupakan perpaduan
3
Muhammad Husain Fatahullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Lentera, 1997), h. 39. 4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2004), h. 157
11
antara ilmu dan amal yang melahirkan pola kebijakan dalam menyikapi orang lain dengan menghilangkan segala bentuk yang mengganggu. Dakwah dengan hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, adil, penuh kesabaran dan ketabahan. Hal ini dimaksudkan agar pelaku dakwah memperhatikan situasi dengan menggunakan pola relevan dan realistis sesuai tantangan dan kebutuhan. b) Maw’izah al-hasanah Dakwah maw’izah al-hasanah adalah metode dialog-dialog/pidato yang digunakan oleh komunikator, dimana objek dakwah dapat memahami dan menganggap bahwa pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya. Konsep maw’izat sering diartikan sebagai tutur-kata yang baik dan nasihat yang baik, sehingga dakwah yang ditempuh dengan menggunakan metode maw’izat al-hasanah orientasinya lebih pada menjawab kebutuhan objek dakwah yang mendesak. Dengan demikian dakwah al-maw’izat al-hasanah jauh dari sikap egois, agitasi emosional dan atau apologi. Cara dakwah ini lebih spesifik ditujukan kepada kelompok mad’u yang kurang mampu menganalisa maksud materi. c)
Mujādalah billati hiya ahsan Dakwah mujādalah adalah cara berdiskusi dan berdebat dengan lemah lembut dan halus serta menggunakan berbagai upaya yang mudah, sehingga dapat membendung hal-hal yang negatif dari objek dakwah. Konsep tersebut merupakan kerangka upaya kreatif dan adaptif dari pelaku dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya. Antara moral etik keagamaan dan etik sosialhistoris yang berjalan ditengah-tengah masyarakat dalam arti bingkai keagamaan tidak dapat begitu saja terlepas dari doktrin tradisi dan kebiasaan masyarakat dalam pola pelaksanaannya.
12
2.
Metode Dakwah Rasulullah Ada beberapa fase yang dilalui oleh Rasulullah dalam menjalankan
risalahnya. Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi/peran Rasulullah SAW.: Pertama beliau sebagai peneliti masyarakat. Posisi dan peran tersebut dilakukan ketika menjadi seorang pedagang sehingga beliau dapat mengetahui karakter masyarakat dari berbagai bangsa-bangsa. Kedua, Rasul sebagai pendidik umat (social educator). Adapun sistem pembinaan dan pendidikan rasul adalah sistem kaderisasi, dimana pendidikan yang dilakukan adalah pembinaan mental sahabat dan keluarganya dengan penanaman aqidah yang benar.
Ketiga,
Rasulullah sebagai negarawan dan pembangun masyarakat, hal ini tercermin dengan keberhasilan Rasul membangun Madinah. Pada masa awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternatif, karakter paling terpenting yang ditampilkan oleh umat Islam saat itu adalah kedamaian dan kasih sayang. Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan beberapa prinsip dan metode yang dilakukan oleh Rasul: Pertama, Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan analisis. Kedua, melalui perencanaan pembinaan, pendidikan, pembangunan dan pengembangan masyarakat. Ketiga bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah) kemudian cara terbuka (marhalah alaniyah) diawali dari shahabat, keluarga dan teman dekat kemudian masyarakat secara umum. Keempat melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindarkan situasi yang negatif meraih suasana yang positif. Kelima, melalui syariat ajaran dan pranata Islam. Keenam, melakukan kerjasama dengan komponen yang dapat mendukung dan membantu mensukseskan kegiatan dakwah. Ketujuh, melalui cara akomodatif, toleran dan saling menghargai. Kedelapan, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan dan demokrasi. Kesembilan, melalui pendekatan misi, maksudnya adalah mengirim personil untuk menyampaikan risalah. Kesepuluh adalah
menggunakan
bahasa
kaumnya,
sesuai
kemampuan
pemikiran
13
masyarakatnya (‘ala qadri uqulihim) dan kesebelas adalah kolaborasi petunjuk Surat Al-Nahl ayat 125 seperti yang dijelaskan di atas. 3.
Metode dakwah menurut para ahli Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat
dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. metode-metode tersebut adalah sebagi berikut:5 a. Metode ceramah Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh cirri-ciri karakteristik bicara oleh seorang da’I pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan factor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan ceramahnya. Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bil lisan, dapat berkembang menjad metode Tanya jawab dan diskusi. b. Metode Tanya jawab Metode Tanya jawaba adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah. Metode Tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode Tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
5[5] Drs. Samsul Munir Amin, ilmu dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hlm 101-105
14
c. Metode diskusi6 Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat memberikan peluang peserta diskusi untuk ikut member sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah dalam materi dakwah. Melalui metode diskusi da’I dapat mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat menjadikan peserta terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar tentang materi dakwah yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara kreatif dan logis (analisis) dan objektif. d. Metode keteladanan Dakwah
dengan
menggunakan
metode
keteladanan
atau
demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memerikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya. Metode dengan cara ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri dalam perikehidupannya merupakan teladan bagi setiap manusia.7 e. Metode silaturrahim (home visit) Dakwah
dengan
menggunakan
metode
home
visit
atau
silaturrahim, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan
6[7] Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran. 7[9] Dari segi dakwah metode keteladanan ini memberikan kesan yang tebal karena panca indra (indra lahir), perasaan, dan pikiran (indra batin) dapat dipekerjakan sekaligus.
15
kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Dakwah dengan menggunakan metode silaturrahim dapat dilakukan melalui silaturrahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Dengan cara seperti ini, manfaatnya cukup besar dalam rangka mencapai tujuan dakwah Metode home visit dimaksudkan agar da’i dapat memahami dan membantu meringankan beban moral yang menekan jiwa mad’u dengan metode ini, da’i akan mengetahui secara dekat kondisi mad’unya dan dapat pula membantu mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi mad’u. metode ini banyak manfaatnya, disamping untuk mempererat persahabatan dan persaudaraan juga dapat dipergunakan oleh da’i itu sendiri untuk mengetahui kondisi masyarakat disuatu daerah yang dia kunjungi.
16
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan
dakwah ditentukan karena metode yang dipakai cukup menarik dan memikat hati para mad’u. diantara metode tersebut adalah bilhikmah, mauidzoh hasanah dan mujadalah. Ada juga metode dakwah menurut para ahli yaitu metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, keteladanan, dan silaturrahim. Metode yang paling efektif digunakan yaitu uswatun hasanah (teladan yang baik). Karena dengan menggunakan teladan yang baik para mad’u dapat langsung melihat dengan jelas contoh-contoh yang diterapkan oleh para da’I agar ditiru para mad’unya. Bukan hanya sekedar nasihat saja yang dibutuhkan oleh masarakat tetapi harus ada contoh konkret yang menjadi bukti kesungguh-sungguhan dalam menyebarkan agama islam.
2.
Saran Dalam penyampaian makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan
kekuangan karena terbatasnya pengetahuan penulis, dan minimnya referensi yang digunakan penulis untuk menyusun makalah ini. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini dan menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya. Terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya terlebih bagi penulis.
17
Daftar Isi
Arifin, Psikologi. Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Prima Duta, 1983. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan Penafsir al-Qur’an. 1990. Habib, M. Syafaat. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Wijaya. 1982 Luth, Thahir, Muhammad Natsir. Dakwah dan Pemikirannya, Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Cet. III; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993 Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, Jakarta, t. Th
BERBAGAI SUMBER LAIN
18