3.1 UJI WIDAL
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengal mengalami ami pengen pengencer ceran an berbed berbeda-b a-beda eda terhad terhadap ap antige antigen n somat somatik ik (O) dan flagel flagelaa (H) yang yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan. Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%. Interpretas Interpretasii dari uji Widal Widal ini harus harus memperhati memperhatikan kan beberapa beberapa faktor faktor antara antara lain sensitivitas, sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan. Kelema Kelemahan han uji Widal Widal yaitu yaitu rendah rendahny nyaa sensit sensitivi ivitas tas dan spesi spesifis fisita itass serta serta sulit sulitnya nya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat. Penelitian oleh Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.
Beberapa hal yang sering disalahartikan : 1. Pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman dalam tubuh, hal ini pengertian yang salah. salah. Uji widal widal hanya hanya menunj menunjukka ukkan n adanya adanya antibo antibodi di terhad terhadap ap kuman kuman Salmon Salmonell ella. a. 2. Pemeriksaan widal yang diulang setelah pengobatan dan menunjukkan hasil positif dianggap masih menderita tifus, ini juga pengertian yang salah. Setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil uji widal tetap positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan. Hasil ulang pemeriksaan widal positif setelah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bilamana tidak lagi didapatkan gejala yang sesuai. Hasil uji negatif dianggap tidak menderita tifus : Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari, sering kali hasilnya masih negatif dan baru baru akan akan positi positiff bilama bilamana na pemeri pemeriksa ksaan an diulan diulang. g. Dengan Dengan demiki demikian, an,has hasil il uji widal widal negatif negatif,te ,terut rutama ama pada pada beberap beberapaa hari hari pertam pertamaa demam demam belum belum dapat dapat menyin menyingki gkirka rkan n kemungkinan tifus. Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid : 1. Teta Tetap p haru haruss dida didasa sark rkan an adan adanya ya geja gejala la yang yang sesu sesuai ai deng dengan an peny penyak akit it tifu tifus. s. 2. Uji widal hanya sebagai pemeriksaan yang menunjang diagnosis. Seorang tanpa gejala,dgn uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus. Memang terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di daerah endemik,yang mana sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi, sehingga menunjukkan hasil uji widal positif. Hasil survei pada orang sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan menunjukkan hasil uji widal positif positif pada 78% populasi orang dewasa. Untuk itu perlu kecermatan dan kehatihatian dalam interpretasi hasil pemeriksaan widal. PENILAIAN
Tite Titerr widal widal bias biasan anya ya angka angka kelip kelipat atan an : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640 . - Peni eningkat katan titer uji uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu ggu) : dinya nyatakan (+). - Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+). - Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas. Uji Widal didasarkan pada : - Antigen O ( somatic / badan ) - Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak ) Jika masuk ke dalam tubuh kita, maka timbul reaksi antigen-antibodi.
ANTI ANTIBO BODI DI terh terhad adap ap Anti Antige gen n O : sete setela lah h 6 samp sampai ai 8 hari hari dari dari awal awal peny penyak akit it.. Antigen H : 10-12 hari dari awal penyakit. Uji Uji ini memiliki tingk ngkat sensitivitas dan dan spesifitas sedan dang (moderate). Pada Pada kultur kultur yang yang terbukt terbuktii positi positif, f, uji Widal Widal yang yang menunj menunjukk ukkan an nilai nilai negatif negatif bisa bisa mencapai 30 persen. Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah: 1. Negatif Palsu Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negara kita kita,, demam demam –> kasi kasih h anti antibi bioti otika ka –> ngga nggak k semb sembuh uh dala dalam m 5 hari hari –> tes tes Wida Widal) l) menghalangi respon antibodi. Padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah. 2. Positif Palsu - Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C) memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid). - Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll. Pada daerah yang endemik seperti Indonesia (apalagi Jakarta, bagi yang hobi makan gado gado-g -gad ado, o, keto ketopr prak ak ) dite ditent ntuk ukan an nila nilaii bata batass mini minima mall pada pada popu popula lasi si norm normal al.. Sehing Sehingga ga kemung kemungkin kinan an seseor seseorang ang mender menderita ita demam demam tifoid tifoid sangat sangat besar besar pada nilai nilai minimal titer tertentu. Diagnosa Pasti : GAL CULTURE ( waktu yg dibutuhkan : +/- 1 minggu ).
CARIER Sulit Sulit untuk untuk menghi menghilan langkan gkan sifat sifat ‘carri ‘carrier’ er’ (titer (titer antibo antibodi di dalam dalam darah darah kita kita menjad menjadii negatif), mengingat Indonesia endemik tifoid. Tapi ini tidak masalah. Yang penting tidak jatuh sakit. Labels: Pemeriksaan Laboratorium