BAB VI VITAMIN
A. Tujuan
Setelah melakukan eksperimen ini, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Mengidentifikasi vitamin A, D, E, dan C secara kualitatif dengan reaksi warna. 2. Menjelaskan reaksi kimia yang mendasari identifikasi vitamin dalam makanan.
B. Dasar Teori
Vitamin merupakan suatu mikronutrien organik esensial. Istilah mikronutrien digunakan untuk membedakannya dari makronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang dibutuhkan dalam jumlah besar bagi tubuh manusia. Sebaliknya, vitamin diperlukan dalam jumlah sedikit karena vitamin berfungsi sebagi katalisator dalam transformasi kimia makronutrien pada proses metabolisme tubuh . Pada saat ini terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan dalam tubuh manusia. Vitamin dapat disintesis dalam sel hewan, tumbuhan, dan beberapa mikroorganisme (Lehninger, 1982). Vitamin dibedakan atas dua kelas yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air meliputi tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat, asam pantotenat, piridoksin (vitamin B6), biotin, asam folat, vitamin B12, dan asam askorbat (vitamin C). Hampir semua vitamin tersebut berfungsi sebagai koenzim. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K yang merupakan senyawa berminyak dan tidak larut dalam air (Lehninger, 1982).
Vitamin
Bentuk koenzim
Jenis reaksi atau proses yang berlangsung
Larut di dalam air Tiamin
Tiamin pirofosfat
Dekarboksilasi asam αα- keto
Riboflavin
Flavin mononukleotida
Reaksi oksidasi-reduksi
Asam nikotinat
Nikotinamida A-dinukleotida
Reaksi oksidasi-reduksi
Asam pantotenat
Koenzim A
Transfer gugus Asil
Piridoksin
Piridoksal fosfat
Transfer gugus Amino
Biotin
Biositin
Transfer CO2
Asam folat
Asam tetrahidrofolat
Transfer gugus 1-karbon
Vitamin B12
Deoksi adenosil kobalamin
Pemindahan 1,2 hidrogen
Asam Askorbat
Tidak diketahui
Kofaktor pada reaksi hidrolisis
Vitamin A
Retinal
Siklus Penglihatan
Vitamin D
1,25-dihidroksikolekalsiferol
Regulasi metabolisme
Vitamin E
Tokoferol
Perlindungan lipida membran
Vitamik K
Koagulasi
Kofaktor
Larut
di
dalam
lemak
pada
reaksi
karboksilasi Tabel VI.1 Vitamin dan peranannya pada fungsi enzim
1. Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin yang laru dalam lemak (A, D, E, dan K) dibentuk secara biologi dari unit hidrokarbon seperti isoprene (2-metilbutadiena), merupakan unit pembangun sejumlah senyawa alamiah minyak/lemak, atau senyawa karet. Golongan ini dapat disimpan dalam tubuh jumlah besar, sehingga jika kekurangan didalam tubuh tidak terlihat secara fisiologik selama berbulan bulan (Lehninger, 1982). 1982). a. Vitamin A Vitamin A terdiri dari dua bentuk alami, yaitu vitamin A 1 atau retinol , diperoleh dari hati ikan laut dan vitamin A 2 dari hati ikan tawar. Kedua
vitamin terdiri dari alkohol dengan 20 karbon yang terbentuk dari unitunit isoprene. Vitamin A yang mengandung senyawa isoprenoid dikenal sebagai karotenoid. Kekurangan vitamin A menyebabkan kulit kering, mata kering ( seroftalmia), membran mukosa yang mongering, pertumbuhan, dan perkembangan yang terhambat, serta buta malam (Lehninger, 1982). b. Vitamin D Vitamin D dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Peran vitamin D dalam tubuh, diawali oleh pengaktifan vitamin D3 oleh 7-dehidroksikolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Vitamin D3 dapat dijumpai pada minyak hati ikan, vitamin
D3
dihidroksilasi oleh ginjal menjadi 1,25- dihidroksikolekalsiferol yang akan dibawa ke tulang untuk mengatur metabolisme Ca 2+ dan fosfat. Kekurangan vitamin D menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor yang tidak normal, dan terhambatnya pembentukan tulang pada anakanak yang mengakibatkan kaki bengkok dan dada membengkung seperti burung (Lehninger, 1982). c. Vitamin E Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan didalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah, hingga hati. Golongan vitamin E terdiri jenis molekul α, β, dan ϒ -tokoferol. α-tokoferol banyak ditemukan dalam minyak sayuran dan kecambah. Kekurangan tokoferol menyebabkan degenarasi hati, perubahan fungsi membran, dan kemandulan (Lehninger, 1982). 2. Vitamin yang larut dalam air Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air, oleh karena itu pada waktu mengalami proses pengirisan, pencucian, dan perebusan bahan makanan yang mengandung vitamin C akan mengalami penurunan kadarnya. Vitamin C berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang merusak sel atau jaringan (Putri, 2015).
C. Alat dan Bahan
1.) Alat :
Gambar 1.a Lumpang dan alu porselen
Gambar 1.b Pipet ukur 1 ml
Gambar 1.d Beaker glass 100
Gambar 1.e Ball filler
Gambar 1.c Rak dan tabung reaksi
Gambar 1.f Kompor listrik
ml
Gambar 1.g Penjepit tabung reaksi
Gambar 1.h Spatula
Gambar 1.i Gunting
Gambar 1.j Pipet Tetes Gambar VI.1 Alat yang digunakan
Keterangan : a. Lumpang dan alu porselen
f. Kompor listrik
b. Pipet ukur 1 ml
g. Penjepit tabung reaksi
c. Rak dan tabung reaksi
h. Spatula
d. Beaker glass 100 ml
i. Gunting
e. Ball filler
j. Pipet tetes
2.) Bahan a. Sample minyak ikan
g. Sample vitamin C
b. Reagen Carr Price
h. Kapsul Nature-E
c. Sample vitamin A
i.
Reagen fehling A
d. Aquades
j.
Reagen fehling B
e. Alkohol 95%
k. H2O2
f. Asam nitrat
D. Skema Kerja
1. Pembuatan reagen Carr-Price 5 g SbCl 3
1 mL CHCl 3
dihomogenkan Reagen Carr-Price Gambar VI. 2 Skema Kerja Pembuatan Reagen Carr-Price
2. Uji vitamin A Minyak ikan
Vitamin A
Campuran
10 mL reagen Carr-Price
Hasil pengamatan Gambar VI.3 Skema Kerja Uji Vitamin A
3. Uji vitamin D 5 tetes H2O2
Minyak ikan
Campuran Dipanaskan hingga tidak ada gelembung Campuran Didinginkan dengan air mengalir 1 mL reagen Carr-Price
Campuran
Hasil pengamatan Gambar VI.4 Skema Kerja Uji Vitamin D
4. Uji Vitamin E 0,5 mL alkohol 96%
Vitamin E
1 mL H 2O2
Campuran
Hasil pengamatan Gambar VI.5 Skema Kerja Uji Vitamin E
5. Uji Vitamin C Vitamin C
1 mL aquades
Fehling A
Campuran
Fehling B
Reagen fehling
Campuran Dipanaskan Hasil pengamatan
E. Data Pengamatan
Tabel VI.2 Data Pengamatan Vitamin No. 1. 2.
3.
4.
5.
Perlakuan Pengamatan Larutan Carr-Price ( 5 ml CHCl3 + Larutan bening 2,5 g SbCl 3 ) Uji Vitamin A a. Minyak Ikan + vitamin A Larutan berwarna kuning bening b. Ditambah Carr-Price 5 ml Larutan berwarna hijau kebiruan dan endapan putih Uji Vitamin D a. Minyak ikan + 5 tetes H 2O2 Larutan berwarna kuning bening b. Dipanaskan Tidak terjadi perubahan c. Didinginkan dengan air mengalir Larutan kuning bening dengan gelembung bening di dasar tabung reaksi d. Ditambah Carr-Price 1 ml Larutan berwarna hijau kehitaman dan endapan putih Uji Vitamin E a. Sample vitamin E + 1 ml alkohol Larutan berwarna kuning bening 95 % Larutan berwarna orange dan b. Ditambah asam nitrat 1 ml endapan merah melayang ( tidak homogen ) Uji Vitamin C a. Vitamin C + aquades 1 ml Larutan berwarna kuning pekat b. Ditambah reagen fehling 3 ml Larutan atas berwarna hijau lumut dan bagian bawah
c. Dipanaskan
berwarna kuning kebiruan Larutan berwarna merah bata dan endapan merah bata
F. Kesimpulan dan Saran
1.) Kesimpulan: a. Pada uji vitamin A terbentuk campuran berwarna biru, yang menandakan positif mengandung vitamin A. Pada uji vitamin D terbentuk campuran berwarna jingga sampai kuning, yang menandakan positif mengandung vitamin D. Pada uji vitamin C terbentuk campuran berwarna hijau kekuningan, kuning, atau merah bata, yang menandakan positif mengandung vitamin C. Pada uji vitamin E terbentuk camburan berwarna jingga sampai kemerahan, yang menandakan positif mengandung vitamin E. b. Reaksi kimia yang menandakan identifikasi vitamin:
Pada uji vitamin A
Pada uji vitamin D
Pada uji vitamin C
Pada uji vitamin E
2.) Saran: a. Pastikan alat-alat dari pemakaian reagen Carr-Price tidak terkena air, karena jika terkena air akan mengendap atau mengeras. b. Pada uji vitamin D, pastikan ketika campuran minyak ikan dan H 2O2, dipanaskan tidak timbul gelembung, tapi belum mendidih.
Nama :Noniek Yunita Alma Nabuasa NIM
:5213416001
Pembahasan 1.
Uji Vitamin A Dalam pengujian vitamin A bahan uji yang digunakan adalah sampel minyak ikan, reagen carr price dan sampel tablet vitamin A. Minyak ikan digunakan karena mengandung retinol sebagai sumber vitamin A (Lehninger, 1982). Pada awal percobaan tablet vitamin A akan digerus ditempat gelap, sebab vitamin A bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap panas, cahaya, asam, oksidasi, dan suhu tinggi (Bahiyatun, 2009). Kemudian vitamin A dilarutkan dalam minyak ikan dan ditetesi reagen carr price, menghasilkan endapan putih dan filtrate berwarna hijaukebiruan. Reagen carr price terdiri atas SbCl3 dan CHCl 3. CHCl3 berfungsi untuk melarutkan vitamin A, karena bersifat non polar (Utami, 2010). Sedangkan, SbCl 3 akan bereaksi dengan provitamin A pada tablet vitamin A, menghasilkan warna hijau-kebiruan (Octaviani, 2014). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini minyak ikan positif mengandung vitamin A. Struktur vitamin A dapat ditulis sebagai berikut:
(Sumbono,2016) 2.
Uji vitamin D Dalam pengujian vitamin D bahan uji yang digunakan adalah sampel minyak ikan, reagen carr price, dan H 2O2. Minyak ikan digunakan karena memiliki gugus 7-dehidroksikolesterol yang akan diaktifkan menjadi vitamin D3 (Lehninger, 1982). Pada awal percobaan minyak ikan akan direaksikan dengan reagen carr-price (terdiri atas SbCl3 dan CHCl 3). CHCl3 berfungsi untuk melarutkan vitamin D Sedangkan, SbCl 3 untuk menunjukan ada-tidaknya vitamin D pada sampel (Utami, 2010). Selanjutnya, campuran akan ditetesi dengan H 2O2. Penambahan H2O2 berfungsi untuk merusak struktur vitamin A pada minyak ikan, karena H2O2 merupakan reduktor pengoksidasi yang kuat, adanya kerja H 2O2 ditandai dengan hilangnya gelembung secara perlahan pada saat penambahan H2O2 (Suhernadi, 2014).
Campuran ini dipanaskan hingga tidak ada gelembung lagi. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi pemecahan vitamin A. Kemudian ditambahkan reagen carr-price menghasilkan campuran berwarna hijau kehitaman dan endapan putih. Fenomena ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin D yang diuji dengan carr price akan menghasilkan campuran berwarna jingga hingga kuning (Simanjuntak, 2014). Ketidaksesuain tersebut diakibatkan karena vitamin A belum rusak sepenuhnya oleh H 2O2.
(Simanjuntak, 2014) 3.
Uji vitamin E Dalam pengujian vitamin E, bahan uji yang digunakan adalah sampel vitamin E, alkohol, dan asam nitrat. Penggunaan asam nitrat bertujuan agar α-tokoferol (salah satu bentuk dari vitamin E) dapat menghasilkan α-kuinon/turunan vitamin E yang paling sederhana, sehingga memudahkan dalam pengujian vitamin E (Marks, 2000). Pada awal percobaan sampel vitamin E akan direaksikan dengan alkohol 95% dan asam nitrat yang akan menghasilkan endapan merah melayang. Fenomena ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin E yang direaksikan dengan alcohol dan HNO 3 akan menghasilkan campuran berwarna jingga sampai kemerahan (Marks, 2000).
(Marks, 2000) 4.
Uji Vitamin C Pada pengujian vitamin C, bahan uji yang digunakan adalah sampel vitamin C, aquades, dan reagen fehling.
(Sumbono, 2016) Pada awal percobaan sampel vitamin C dilarutkan dalam aquades. Tujuannya untuk melindungi/melarutkan vitamin C, karena vitamin C bersifat higroskopis yang rentan terhadap udara, cahaya, dan panas (Aina, 2013). Campuran ditambahkan fehling kemudian dipanaskan, menghasilkan campuran berwarna merah bata dan endapan merah bata. Pemanasan bertujuan untuk menghasilkan terjadinya tumbukan antar molekul, sehingga laju reaksi berjalan cepat (Supriyatna, 2015). Fenomena ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin C yang bereaksi dengan reagen fehling akan menghasilkan campuran hijau kekuningan sampai merah bata. Hal ini karena vitamin C mengandung enediol yang bereaksi dengan fehling A membentuk ion Cu +2 dan campuran asam-asam. Selanjutnya, ion Cu+2 akan mengendap menjadi endapan Cu 2O yang berwarna merah (Sumbono, 2016)
NAMA
: Moh Arik Ardianta
NIM
: 5213416021
PEMBAHASAN 1.
Uji Vitamin A Pada uji ini bahan bahan yang digunakan adalah minyak ikan carr price. Pada reagen carr price ini campuran yang digunakan yaitu SbCl 3 CHCl3. Tujuan digunakannya minyak ikan adalah unyuk penghasil minyak sebagai sumber vitamin A baik dari minyak hati, minyak ikan (Bahiyatun, 2009). Tujuan digunakannya carr-price adalah unutuk menguji ada tidaknya kandungan vitamin A dan karena vitamin A, D, E, K bisa larut pada CHCl3 (Utami, 2010). Struktur dari vitamin A:
Pada uji ini, sampel vitamin A digerus ditempat gelap. Alasan vitamin A digerus ditempat gelap karena vitamin A tidak tahan terhadap panas, cahaya, asam, oksidasi, dan suhu yang tinggi (Bahiyatun, 2009). Selanjutnya ditambahkan minyak ikan dan carr-price yang menghasilkan campuran berwarna hijau kebiruan dan endapan putih. Hal ini menandakan hal yang positif mengandung vitamin A , sesuai dengan teori (Sumbono, 2016). 2.
Uji Vitamin C Pada uji vitamin ini bahan yang digunakan adalah sampel vitamin C, aquades dan reagen fehling. Langkah pertama dilarutkannya sampel vitamin C dengan aquades. Tujuan diberi aquades untuk melindungi (melarutkan) vitamin C, karena vitamin C rentan terhadap udara, cahaya,
dan panas (Ama, 2013). Selanjutnya ditambahkan campuran fehling yang menghasilkan campuran berwarna merah dan endapan merah bata. Tujuan dipanaskannya untuk mempercepat laju reaksi
(Supriyanto, 2015).
Dimana vitamin C merupakan reduktor kuat sehingga gas ion cu 2+ tereduksi dari reaksi fehling menjadi ion cu+ dengan membentuk endapan CU2O berwarna hijau kekuningan atau merah bata, hal ini sesuai dengan teori (Sumbono, 2013). Struktur vitamin C:
3.
Uji vitamin D Pada uji ini, bahan yang digunakan adalah minyak ikan , carr -price, dan H2O2. Tujuan dihunakanny minyak ikan adalah karena vitamin D banyak ditemukan pada minyak ikan (Vero, 2015). Tujuan digunakannya carr-price unyuk menguji ada tidaknya sampel vitamin D dan sebagai pelarutnya (Utami, 2010). Sedangkan tujuan digunakannya H 2O2 untuk merusak vitamin A pada minyak ikan, sehingga vitamin D dapat terdeteksi. H2O2 akan bertindak sebagai reduktor pengoksidasi yang ditandai dengan hilangnya gelmebung secara perlahan ( Suhernadi, 2014). Pada uji ini H2O2 dicampurkan kedalam minyak ikan, lalu dipanaskan sampai tidak muncul gelembung tapi tidak mendidih. Selanjutnya dirtambahkan carr-price menghasilkan campuran berwarna hijau kehitaman dan endapan putih. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa vitamin D diuji dengan carr price dan menghasilkan campuran berwarna jingga sampai kuning
(Simanjuntak, 2014). Ketidaksesuaian
tersebut diakibatkan karena vitamin A belum terusak secara sempurna oleh H2O2. Stuktur vitamin D:
4.
Uji Vitamin E Pada uji ini bahan digunakan adalah sampel nature-e, alkohol 95° co dan asam nitrat. Tujuan digunakannya asam nitrat agar α – fokoferol atay salah satu bentuk dari vitamin e dapat menghasilkan α – kuinon atau turunan dari vitamin E yang paling sederhana , sehingga memudahkan dalam pengujian vitamin E (Mark, 2000). Pada uji ini langkah pertama tambahkan asam nitrat ke dalam alkohol 95°Co dan sampel vitamin E menghasilkan campuran berwarna oranye dan endapan merah melayang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa vitamin E direaksikan dengan alkohol dan HNO 3 menghasilkan campuran berwarna jingga sampai kemerahan (Marks, 2000).
NAMA NIM Pembahasan
: SRI YULIANA NUR AZIZAH : 5213416007
1. Uji vitamin A Pada uji vitamin A, bahan yang digunakan yaitu : minyak ikan dan reagen Carr-Price. Reagen Carr-Price merupakan campuran antara SbCl 3 dan CHCl3. Alasan menggunakan minyak ikan karena sumber vitamin A berasal dari minyak hati, minyak ikan, sayuran hijau dan kuning serta buah berwarna kuning (Bahiyatun, 2009). Alasan menggunakan SbCl 3 untuk menguji ada tidaknya kandungan vitamin A pada sample. Alasan menggunakan CHCl 3, karena vitamin A, D, E, dan K tidak dapat dilarutkan dalam air atau senyawa polar. Sehingga hanya bisa dilarutkan dalan senyawa non polar, seperti CHCl 3 (Utami, 2010). Struktur vitamin A:
(Sumbono, 2016). Pada percobaan ini, sample vitamin A digerus di tempat gelap, karena vitamin A tidak tahan terhadap panas, cahaya, asam, oksidasi, dan suhu tinggi (Bahiyatun, 2009). Kemudian tambahkan minyak ikan dan reagen Carr-Price menghasilkan campuran berwarna hjau kebiruan dan endapan putih. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin A direaksikan dengan pereaksi Carr-Price akan terbentuk campuran berwarna biru, menandakan positif mengandung vitamin A (Sumbono, 2016). 2. Uji vitamin C Pada uji vitamin C, bahan yang digunakan yaitu : sample vitamin C, aquades, dan reagen fehling (fehling A+fehling B). Struktur vitamin C:
(Sumbono, 2016).
Pada percobaan ini, sample vitamin C dilarutkan ke dalam aquades. Hal tersebut bertujuan untuk melarutkan (melindungi) vitamin C, karena vitamin C rentan terhadap udara, cahaya, dan panas (Aina, 2013). Kemudian tambahkan reagen fehling dan dipanaskan menghasilkan campuran berwarna merah bata dan endapan merah bata. Tujuan dipanaskan untuk memungkinkan terjadinya tumbukan antar molekul tanpa denaturasi, sehingga laju reaksinya berjalan lebih cepat (Supriyatna, 2015). Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin C direaksikan dengan fehling, akan menghasilkan endapan hijau kekuningan sampai merah bata. Di mana vitamin C merupakan reduktor kuat karena adanya enadiol, sehingga ion Cu 2+ tereduksi dari pereaksi fehling menjadi ion Cu + dengan membentuk endapan Cu2O berwarna hijau kekuningan, kuning, atau merah bata (Sumbono, 2016). 3. Uji vitamin D Pada uji vitamin D, bahan yang digunakan yaitu : minyak ikan, reagen Carr-Price, dan larutan H 2O2. Alasan menggunakan minyak ikan karena vitamin D banyak ditemukan pada minyak ikan (Vera, 2015). Alasan menggunakan SbCl3 untuk menguji ada tidaknya vitamin D pada sample. Alasan menggunakan CHCl 3, karena vitamin A, D, E, dan K tidak dapat dilarutkan dalam air atau senyawa polar. Sehingga vitamin A,D,E, dan K hanya bisa dilarutkan dalan senyawa non polar, seperti CHCl3 (Utami, 2010). Alasan menggunakan larutan H 2O2 untuk merusak vitamin A yang terdapat pada minyak ikan, sehingga vitamin D akan terdeteksi dengan jelas. H 2O2 akan bertindak sebagai reduktor pengoksidasi yang ditandai dengan hilangnya gelembung secara perlahan (Suhernadi, 2014). Struktur vitamin D:
(Simanjuntak, 2014). Pada percobaan ini, campurkan larutan H 2O2 ke dalam minyak ikan, lalu panaskan sampai tidak timbul gelembung tetapi belum mendidih. Tujuan dipanaskan untuk merusak vitamin A yang terdapat pada minyak ikan. Lalu
dinginkan pada air mengalir. Setelah itu tambahkan reagen Carr-Price, menghasilkan campuran berwarna hijau kehitaman dan endapan putih. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin D diuji dengan Carr-Price akan menghasilkan campuran dengan warna jingga sampai kuning (Simanjuntak, 2014). Ketidak sesuaian tersebut diakibatkan karena vitamin A belum terusak sempurna oleh H 2O2. 4. Uji vitamin E Pada uji vitamin E, bahan yang digunakan yaitu : sample Nature E, alkohol 95%, dan asam nitrat. Alasan menggunakan asam nitrat agar αtokoferol atau salah satu bentuk dari vitamin E dapat menghasilkan α-kuinon atau turunan dari vitamin E yang paling, sederhana sehingga memudahkan dalam pengujian vitamin E (Marks, 2000). Struktur vitamin E:
(Marks, 2000). Pada percobaan ini, tambahkan asam nitrat ke dalam campuran alkohol 95% dan sample vitamin E menghasilkan campuran berwarna orange dan endapan merah melayang. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa vitamin E reaksikan dengan alkohol dan HNO 3 akan menghasilkan campuran berwarna jingga sampai kemerahan (Marks, 2000).
DAFTAR PUSTAKA Aina, dkk. 2013. Uji Kualitatif Vitamin C pada Berbagai Makanan dan Pengaruhnya terhadap Pemanasan. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Lehninger, A. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Terjemah: Maggy, T. Jakarta: Erlangga. Marks, D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. Putri, M. 2015. Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Nanas Segar (Ananas comosus (L). Merr) dan Buah Nanas Kaleng dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Wiyata II.1: 34-38. Salirawati, D. 2007. Belajar Kimia Secara Menarik SMA/MA XI. Jakarta: Grasindo. Simanjuntak, T. 2014. Komponen Gizi dan Terapi Pangan ala Papua. Yogyakarta: Deepublish. Suhernadi, A. 2014. Studi Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H 2O2 ) terhadap Degradasi Methylene Blue Menggunakan Fotokatalis TiO2−Bentonit. Universitas Brawijaya Malang. Sumbono, A. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Deepublish. Supriyatna, A. 2015. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, dan Protease dari Larva. Forum Penelitian IX.2:18-32. Utami, P. 2010. Jus untuk Kecerdasan, Kesehatan, Daya Than Tubuh Anak. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Vera. 2015. Determinan Diagnostik Klinis Defisiensi Vitamin D pada Wanita Berusia Lebih dari 50 Tahun. Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.