Laporan kasus kasus
ULKUS KORNEA PERFORASI
Oleh : Vivin Anggia Putri, S.Ked NIM. 1!"#$##%#
Pe&'i&'ing : dr. (agu) Sidhart*, S+.M
(AIAN ILMU PEN-AKI MAA FAKULAS KE/OKERAN UNIVERSIAS RIAU RSU/ ARIFIN A0MA/ PEKAN(ARU %!12
(A( I PEN/AULUAN
1. 1
Latar 'ela3ang
Ulkus kornea adalah keadaan patologi kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat infiltrat supuratif supuratif disertai disertai diskontinuit diskontinuitas as kornea, kornea, diskontinu diskontinuitas itas jaringan jaringan kornea kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. stroma. Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea yang luas dapat menyebabkan komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. 1 Perfor Perforasi asi kornea kornea merupa merupakan kan hasil hasil dari dari berbag berbagai ai kelain kelainan an yang yang dapat dapat meninggalkan sekuel pada penglihatan. Descematokel dan perforasi merupakan kasus darurat mata yang membutuhkan penanganan segera. Penatalaksanaan yang harus diutamakan adalah pencegahan terhadap terjadinya perforasi kornea, karena sekali terjadinya perforasi, seringkali gangguan penglihatan terjadi. 2 Descematokel adalah sebuah lesi dimana terjadi destruksi dari epitelium dan stroma dengan hanya menyisakan membran descement dan endotelium. Sifat alam alamin iny ya yang ang sang sangat at elas elasti tiss dan dan adan adany ya teka tekana nan n intr intraok aokul ular ar,, membr embran an Descem Descement ent akan akan menonj menonjol ol ke arah arah anterio anterior, r, memben membentuk tuk menyerup menyerupai ai kubah, kubah, bermembran transparan, yang mudah dikenali melalui melalui pemeriksaan slit lamp. Pada stadium stadium ini, ini, kornea kornea menjad menjadii sangat sangat rentan rentan untuk untuk perfor perforasi. asi. Istilah impending perforata memang kurang spesifik, namun seringkali digunakan pada berbagai ulseras ulserasii dengan dengan penipi penipisan san lapisan lapisan stroma stroma yang yang parah parah dan secara secara klinis klinis dapat dapat menjadi menjadi perforasi. Perforasi Perforasi adalah kondisi kondisi dimana terdapat terdapat defek pada seluruh lapisan lapisan kornea kornea dan adanya adanya hubung hubungan an antara antara anterior chamber dan permukaan bola mata. Descematokel dengan keluarnya humour auos secara teknis disebut perforasi. !adi, berdasarkan terminologi tersebut, adanya jaringan non"epitelial, penipisan kornea yang parah, harus mendapatkan penanganan darurat yang membutuhkan inter#ensi khusus. 2,$ (A( II
1
IN4AUAN PUSAKA
%. 1
Anat*&i dan Fi)i*l*gi
%ornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. %ornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. %ornea de&asa rata"rata mempunyai tebal ''( mikrometer di pusatnya, diameter hori)ontalnya sekitar 11,*' mm dan #ertikalnya 1(,+ mm. %ornea adalah struktur #ital pada mata yang bersifat sangat sensitif. %ornea menerima suplai sensoris dari ner#us trigeminal optalmikus. -angsang taktil menyebabkan refle mata tertutup. !ika terdapat injuri atau cedera kornea /erosi, penetrasi benda asing, atau keratokunjungti#itis ultra#iolet0 yang mencederai bagian akhir ner#us sensoris akan menyebabkan nyeri berkelanjutan dengan refle keluarnya air mata dan penutupan mata yang in#olunter. %ornea mempunyai lima lapisan yang berbeda"beda lapisan epitel /yang berbatasan dengan epitel konjungti#a bulbaris0, lapisan o&man, stroma, membran Descement dan lapisan endotel. 1
3ambar 1. 4natomi ola 5ata 2
2
3ambar 2. 6apisan 7 lapisan kornea 2
%ornea terdiri atas ' lapisan, yaitu1 1.
8pitel 5erupakan tipe sel skuamosa bertingkat yang berlanjut dengan epithelium pada konjungti#a bulbar di limbus. agian ini terdiri dari '"+ lapisan sel. Pada lapisan bagian terdalam /basal0 membentuk sel kolumner, kemudian 2"$ lapisan sel sayap atau sel payung dan 2 lapisan superfisial merupakan sel datar.
2.
5embran o&man 6apisan ini terdiri dari bagian aseluler yang memadatkan fibril kolagen. %etebalannya mencapai 12 mikrometer dan berikatan pada stroma kornea anterior dengan membran basal epithelium. 6apisan ini bukan membran elastis tapi secara singkat merupakan bagian superfisial stroma. agian ini sangat resisten untuk menjadi infeksi. 9api jika bagian ini rusak maka tidak dapat bergenerasi kembali.
$.
Stroma 6apisan ini mempunyai ketebalan (,' mm dan merupakan bagian penting kornea /:(; dari total ketebalan0 terdiri dari fibril kolagen /lamella0 dalam matri hidrasi pada proteoglikan. 6amella disusun oleh banyak lapisan, lapisan ini tidak hanya paralel diantara lapisan yang lain tapi juga
3
berlanjut dengan lamellae sklera pada limbus. Diantara lapisan lamella terdapat keratosit, makrofag, histiosit dan sedikit leukosit. .
5embran Descement 6apisan homogen kuat yang berikatan dengan stroma posterior. 5embrane ini resisten terhadap bahan kimia, trauma dan proses patologik. agaimanapun
'.
8ndotel 9erdiri dari lapisan selapis pada bagian datar sel polygonal /atau heagonal0. %epadatan sel endothelium sekitar $((( sel>mm 2 pada de&asa muda, yang menurun seiring bertambahnya usia. agian ini sangat fungsional
sebagai
cadangan
untuk
endotelium.
?leh
karena itu,
dekompensasi kornea terjadi hanya setelah lebih dari *'; sel telah hilang. Sel endotelial berisi mekanisme
6ima lapisan kornea memiliki sedikit sel dan tidak terstruktur serta a#askular. Seperti lensa, sklera dan badan #itreus, kornea adalah struktur jaringan lunak braditropik. Sumber nutrisi kornea melalui metabolism nutrisi /asam amino dan glukosa0 dari $ sumber yaitu difusi dari tepi kapiler kornea, difusi dari humour auos dan difusi dari tear film. %.% /e5ini)i$,
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Perforasi adalah kondisi dimana terdapat defek pada seluruh lapisan kornea dan adanya hubungan antara anterior chamber dan permukaan bola mata. Perforasi kornea merupakan hasil dari berbagai kelainan yang dapat meninggalkan sekuel pada penglihatan.
4
%.$ Eti*l*gi
Penyebab ulkus kornea sering diakibatkan oleh infeksi #irus herpes simpleks, infeksi bakteri, jamur atau trauma.+ Penyebab bakteri yang paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. akteri yang juga dapat menyebabkan ulkus kornea adalah Mycobacterium leprae.* Sedangkan jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans. 9erdapat beberapa kondisi yang dapat sebagai predisposisi terjadinya inflamasi pada kornea seperti blefaritis, perubahan pada barrier epitel kornea /dry eyes0, penggunaan lensa kontak, lagopthalmos, gangguan paralitik, trauma dan penggunaan preparat imunosupresif topical maupun sistemik.@ Penyebab tersering terjadinya perforasi kornea adalah infeksi, baik infeksi bakteri, jamur, atau #irus. Dari semua kejadian perforasi kornea 2 7 '' ; penyebab yang tersering adalah infeksi bakteri. Penyebab utamanya antara lain, infeksi /bakteri, jamur, #irus seperti herpes simple dan herpes )oster0, inflamasi /penyakit #askular"kolagen, rosacea, penyakit atopik, AepenerBs granulomatosa, ulkus 5ooren0 dan trauma /)at kimia, panas, dan penetrasi0. Disamping itu, penyebab lainnya seperti akibat paparan matahari dan keratopati neuropati, erosis /idiopatik, Shogren’s syndrome, SS!, defisiensi #itamin 40, penggunaan kortikosteroid topical dan ?4ICS dapat mengeksaserbasi dan menga&ali terjadinya
penipisan
stroma
dan
perforasi
spontan,
degenerasi
kornea
/keratokonus, keratoglobus0 dan pembedahan /ekstraksi katarak, 64SI%, eksisi pterygium dengan mitomycin", operasi glaukoma0 juga dapat menyebabkan ulkus dan perforasi.:
%.# Pat*gene)i) %etika terjadi kerusakan pada epitel kornea yang terjadi oleh karena
adanya suatu agent dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan menjadi patologi dimana proses terjadinya perforasi kornea dibagi dalam empat fase, yaitu infiltrasi, ulserasi aktif, regresi dan pembentukan sikatrik. %ornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh lingkungan, oleh sebab itu untuk
5
melindunginya kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanan. 5ekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi antimikroba film air mata /lisosim0, epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk beregenerasi secara cepat dan lengkap. $ 8pitel merupakan barrier yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Pada saat epitel mengalami trauma, struma yang a#askuler dan lapisan bo&man menjadi mudah untuk mengalami infeksi dengan organisme yang ber#ariasi, termasuk bakteri, amoeba dan jamur. $,@ %etika patogen telah mengin#asi jaringan melalui lesi kornea superfisial, beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi, yaitu+,: 6esi pada kornea Patogen akan mengin#asi dan mengkolonisasi struma kornea 4ntibodi akan menginfiltrasi lokasi in#asi patogen Easilnya akan tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik in#asi •
•
•
•
patogen akan membuka lebih luas dan memberikan gambaran infiltrasi •
•
•
kornea Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion /umumnya berupa pus yang akan berakumulasi pada lantai dari bilik mata depan0 Patogen akan mengin#asi seluruh kornea Easilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat pada membaran descement yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematokel yang dimana hanya membran descement yang intak. Di sekitar sisa jaringan stroma bersifat abnormal dan opak yang menyebabkan terbentuknya cincin
•
putih /white ring 0 di perifer defek %etika penyakit semakin progresif, perforasi dari membran descement terjadi dan humour auos akan keluar. Eal ini disebut ulkus kornea perforasi dan merupakan indikasi bagi inter#ensi bedah secepatnya. Pasien akan menunjukkan gejala penurunan #isus progresif dan bola mata akan menjadi lunak.
4
6
D
8
F
3ambar $. Stadium pembentukan descematokel yang dia&ali oleh ulkus kornea. /40 Stadium infiltrasi progresif, /0 Stadium ulserasi aktif, /0 S tadium regresi, /D0 Stadium Sikatrik, /80 Ulkus kornea telah mengerosi stroma sepenuhnya sehingga hanya membran descemet tersisa. ahkan &alaupun tekanan intraokular yang normal akan menyebabkan membran descemet melekuk ke depan, membentuk sebuah des cemetokel '
3ambar .Desmatokel2
%.
/iagn*)i) Diagnosis ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan fisik,
pemeriksaan klinis dengan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis, nyeri merupakan keluhan yang paling sering pada penyakit kornea. %eluhan ini diakibatkan iner#asi sensori yang diakibatkan oleh ulkus. %ornea
7
memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea baik superfisial maupun dalam, akan menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Fotofobia pada ulkus kornea adalah akibat adanya kontraksi iris yang meradang. %eluhan yang lainnya adalah penurunan tajam penglihatan. 4danya ri&ayat trauma, benda asing, penggunaan kontak lensa, adanya ri&ayat penyakit pada kornea sebelumnya, ri&ayat pemakaian obat topikal oleh pasien, ri&ayat penyakit sistemik seperti diabetes, 4IDS dan keganasan harus diperhatikan untuk membantu menentukan etiologi perforasi.1,2,: Dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan air mata yang berlebih akibat refleks lakrimasi atau sekret yang mukopurulen pada ulkus akibat bakteri. Fluoroscens harus dilakukan atau ulkus mungkin tidak terdeteksi. 3angguan #isus tergantung pada lokasi dan luasnya ulkus dan #isus yang normal bukan berarti tidak terjadi ulkus.: Untuk memilih terapi yang tepat untuk penyakit kornea, terutama ulkus supuratif, sangat memerlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pe&arnaan 3ram dan %?E dapat mengidentifikasi organisme, khususnya bakteri dan jamur. Polymerase Chain Reaction /P-0 memungkinkan dilakukannya identifikasi #irus"#irus herpes, acanthamoeba dan jamur dengan cepat.1
%.2 Penatala3)anaan A. Medi3a&ent*)a
Ulkus kornea perforasi adalah keadaan darurat yang harus segera di tangani agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut pada kornea. 9erapi pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti#irus, anti jamur, siklopegik dan mengurangi reaksi peradangan. Camun terapi tidak boleh ditunda hanya karena organisme tidak teridentifikasi pada pemeriksaan mikroskopis kerokan kornea. 1 Infeksi pada mata harus diberikan@ 4ntibiotik
•
4nti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas
diberikan
sebagai
salep,
tetes
atau
injeksi
8
subkonjungti#a. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali. 4nti jamur
•
9erapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi 1.
!enis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya topikal amphotericin 1, 2, ' mg>ml, 9hiomerosal 1( mg>ml, Catamycin G 1( mg>ml, golongan Imida)ole
2.
!amur berfilamen topikal amphotericin , 9hiomerosal, Catamicin, Imida)ol
$.
-agi /yeast0 4mphotericin , Catamicin, Imida)ol
.
4ctinomyces yang bukan jamur sejati golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik
•
4nti #irus Untuk herpes )oster pengobatan bersifat simtomatik diberikan steroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi. Eerpes simple diberikan pengobatan IDU, 4-4"4, P44, interferon inducer. Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
•
Sulfas atropin sebagai salep atau larutan, %ebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1"2 minggu. 8fek kerja sulfas atropine
Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
Dekongestif, menurunkan tanda"tanda radang.
5enyebabkan paralysis 5. siliaris dan 5. konstriktor pupil.
9
Dengan lumpuhnya 5. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya 5. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru. •
Skopolamin sebagai midriatika.
•
4nalgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain atau tetrakain tetapi tidak boleh digunakan jangka panjang.
(. Pe&'edahan*,@,1(
1. Flap %onjungti#a Penutupan ulkus dengan flap konjungti#a, dengan melepaskan konjungti#a dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus. 9ujuan tindakan ini memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. !ika sudah sembuh flap konjungti#a dapat dilepaskan kembali. 2. 9ransplantasi 5embran 4mnion a. Indikasi 9ransplantasi membran amnion digunakan pada defek epitel persisten yang tidak respon terhadap pengobatan medikamentosa dan sebagai alternatif lain dari tindakan flap konjungti#a dan tarsorafi. 9ransplantasi membran amnion merupakan metode efektif untuk penatalaksanaan perforasi kornea nontraumatik dan descemetokel. 5etoda ini juga bermanfaat sebagai terapi permanen atau sebagai tindakan sementara sampai inflamasi berkurang dan prosedur rekonstruksi tetap dapat dilakukan. Disamping itu, teknik ini juga bermanfaat pada negara"negara yang persediaan jaringan korneanya terbatas. b. %ontra indikasi
10
%ontra indikasi transplantasi membran amnion meliputi dry eye berat dengan lagoftalmus , atau nekrosis hebat yang mengiringi iskemik. $. %eratoplasti 9ransplantasi kornea /keratoplasti0 diindikasikan bagi banyak kornea yang serius, misalnya jaringan parut, edema, penipisan dan distorsi. Istilah keratoplasti penetrans berarti penggantikan kornea seutuhnya dan keratoplasti lamelar berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Donor yang lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans dan terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. %arena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya segera diambil segera setelah donor meninggal dan segera dibekukan. 5ata utuh harus dimanfaatkan dalam @ jam, dan sebaiknya dalam @ jam. Untuk keratoplasti lamelar, kornea tersebut dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu, sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.
3ambar '. %eratoplasti. /40 Penetrating, /0 6amellar 2
. %eratoprosthesis %eratoprosthesis atau pemasangan kornea buatan bisa dilakukan pada kerusakan kornea yang sangat berat, dikarenakan hasil dari flap konjungti#a dan transplantasi membran amnion sangat buruk. Selain itu, tindakan dapat 11
dilakukan jika tidak adanya pendonor kornea atau dengan pasien yang tidak menyetujui tindakan transplantasi kornea.
'. 8#iserasi dan 8nukleasi 8#iserasi adalah membuang semua isi bola mata dengan tetap mempertahankan sclera, kapsula tenon, konjungti#a dan ner#us optikus. 8nukleasi adalah mengangkat seluruh bola mata dan sebagian ner#us optikus. %onjungti#a bulbi dan kapsula tenon dipertahankan. %euntungan e#iserasi diantaranya a. Cer#us optikus dan meningen tidak terganggu b. 6ebih cepat dan mudah untuk drainase abses okuler c. 5enghindari perdarahan yang berlebihan dari jaringan lunak yang inflamasi d. Sklera tetap intak, sebagai barier terhadap proses supuratif e. Struktur jaringan lunak orbita tidak terganggu f. Fisiologi normal dan gerakan orbita dapat dipertahankan g. ola mata tetap terfiksasi oleh kapsula tenon, otot"otot ekstraokular dan septum intermuskular h. Secara kosmetik hasilnya lebih baik dan kelainan lebih lambat terjadinya. 4da berbagai pertimbangan kenapa operator lebih memilih tindakan e#iserasi dibandingkan dengan enukleasi. Pada e#iserasi hilangnya #olume orbita serta perubahan anatomi dan fisiologi dapat juga terjadi, namun dengan dipertahankannya lapisan sklera dan jaringan periorbita dapat menambah #olume orbita (,' cc. Struktur anatomi periorbita pada e#iserasi tidak dirusak dan hubungan antar jaringankelopak mata dan otot ekstra okuler ke dinding sklera dan forniks tidak diganggu, sehingga perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi tidak seberat pasca enukleasi. Secara kosmetik tentu hasilnya lebih baik dan kelainan lebih lambat terjadinya. %.6
K*&+li3a)i
%omplikasi ulkus kornea antara lain
$,*
12
a. Sikatrik Penyembuhan ulkus kornea selalu akan meninggalkan sikatrik yaitu jaringan parut pada kornea. eberapa bentuk sikatrik yaitu •
Cebula, kabut halus pada kornea yang hanya dapat terlihat dengan slit lamp.
•
5akula, kekeruhan kornea yang berbatas tegas.
•
6eukoma, kekeruhan kornea ber&arna putih padat.
•
6eukoma adheren kekeruhan kornea atau sikatriks kornea dengan menempelnya iris di dataran belakang, merupakan komplikasi yang terjadi pada kasus ulkus kornea perforasi.
b. 3laukoma sekunder timbul karena adanya blok dari eksudat yang fibrinous pada sudut segmen anterior /inflamatori glaukoma0. c. Sekuel dari ulkus kornea perforasi, termasuk 1. Prolaps iris muncul segera mengikuti perforasi. 2. Subluksasi atau dislokasi anterior dari lensa dapat muncul karena adanya peregangan dan ruptur )onula secara tiba"tiba. $. 4nterior
capsular
katarak
9erbentuk
saat
terjadi
kontak antara lensa dan ulkus pada saat perforasi pada area pupil. . U#eitis purulen, endoftalmitis, bahkan panoftalmitis yang berkembang karena penyebaran infeksi secara intraokular. '. Fistula kornea 9erbentuk saat perforasi pada area pupillary tidak diikuti oleh iris dan dibatasi oleh epithelium yang membuat jalan secara cepat. 9erjadinya kebocoran auos secara terus menerus melalui fistula ini. +. 8ndoftalmitis 9erjadi akibat agen infeksi kornea yang dapat menembus melalui descematokel yang berlubang.
%." Pr*gn*)i)
13
Prognosis ulkus kornea perforasi ini buruk. Seharusnya ulkus kornea perforasi bisa dicegah sebelum terjadinya perforasi, misalnya pada keadaan dimana kornea masih mengalami infeksi yang tidak terlalu luas seperti pada keadaan terjadinya keratitis atau ulkus kornea. Ulkus kornea tergantung pada tingkat
keparahan
dan
cepat
lambatnya
mendapat
pertolongan,
jenis
mikroorganisme penyebabnya dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan &aktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat a#askular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotik maka dapat menimbulkan resistensi. 1,*
( A ( III
14
LAPORAN KASUS RAASIA SAUS (AIAN ILMU PEN-AKI MAA FAKULAS KE/OKERAN UNIVERSIAS RIAU PEKAN(ARU I/ENIAS PASIEN
Cama
9n. 8 S
Pekerjaan
Airas&asta
Umur
'( tahun
Pendidikan
S54
!enis %elamin 6aki"laki 4lamat
9anggal Pemeriksaan $(>(:>2(1+
!l. Utama -9 (' -A ($, antar, %ec. -angsang arat, %ep.
5eranti
Keluhan Uta&a
:
5ata kiri kabur sejak 1 bulan yang lalu.
Ri7a8at Pen8a3it Se3arang
5ata kiri kabur disertai dengan keluhan nyeri pada mata, mata merah dan sakit kepala. 5ata kabur ini sangat mengganggu pekerjaan. -i&ayat terkena pasir di mata kiri saat memotong rumput 1 bulan yang lalu, pasien diba&a ke -SUD 5eranti dan dilakukan irigasi pada mata kiri. Camun 1 hari setelah tindakan, mata kiri menjadi semakin kabur.
Ri7a8at Pen8a3it /ahulu 9 -i&ayat keluhan yang sama sebelumnya /"0 9 -i&ayat trauma mata sebelumnya /"0 9 -i&ayat penggunaan kontak lensa /"0 9 -i&ayat operasi mata /"0 9 -i&ayat D5 dan keganasan /"0 Ri7a8at Peng*'atan
-i&ayat pemakaian obat mata sebelum muncul gejala /"0 Ri7a8at Pen8a3it Keluarga
15
9idak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama Pe&eri3)aan Fi)i3
%eadaan Umum
aik
%esadaran
%omposmentis kooperatif
Hital Sign
9D
12(>*( mmEg
Cadi
@( >i
Suhu
$+,
Statu) O+thal&*l*gi O/
2(>2( 9idak di koreksi
aik kesegala arah 12 mmEg
OS Vi)u) an+a K*re3)i Vi)u) /engan K*re3)i P*)i)i (*la Mata ?rtoforia era3an (*la Mata e3anan (*la Mata
1> J 9idak ada kemajuan
aik kesegala arah 9idak diperiksa
9enang
Pal+e'ra
9enang
K*nungtiva
!ernih
K*rnea
9enang Dalam ulat, sentral, reguler, L $mm, refleks cahaya/K>K0 !ernih
S3lera 0OA
8dema /"0, hematom /"0, spasme /"0, nyeritekan /"0 Eiperemis /K0 Ulkus /K0, kornea melting /K0, hipopion /"0 Eiperemis /K0 Sulit dinilai
Iri);Pu+il
Sulit dinilai
Len)a Fundu) -efleks 5edia
Sulit dinilai
Papil
Sulit dinilai
K !ernih Papilbulat, batastegas, D- (,$, 4H- 2 $ -efleks /K0, edema /"0 Cormal
5akula -etina
16
a&'ar $.%. Mata 3iri
a&'ar $.1. Mata 3anan
Gambar
ULKUS KORNEA
Ke)i&+ulan;re)u&e :
9n. 8 S usia '( tahun dating dengan keluhan mata kiri kabur sejak 1 bulanyang lalu, keluhan disertai nyeri pada mata, mata merah dan sakit kepala. -i&ayat trauma /K0. Pada pemeriksaan ophtalmologi mata kiri, didapatkan #isus mata kiri 1>J, konjungti#a hiperemis /K0, sklera hiperemis /K0 dan pada kornea melting /K0.
/iagn*)i) 3era
:
Ulkus kornea perforasi ?S
/iagn*)i) 'anding
:
8ndoftalmitis ?S
17
era+i
:
?floasin ed +1 ?S Catamisin ed +1 ?S iprofloasin tab 2'(( mg -encana e#iserasi Anuran +e&eri3)aan:
Pemeriksaan gram, %?E, kultur dan sensiti#itas dari s&ab ulkus kornea US3 mata Pr*gn*)i)
Muo ad #itam
dubia ad bonam
Muo ad functionam
dubia ad malam
Muo ad kosmetikum dubia ad bonam
18
(A( IV /AFAR PUSAKA
1. is&ell -. %ornea. Dalam Haughan D, 4sbury 9, 8#a P-. ?ftalmologi Umum. 8disi 1+. !akarta 83 2((:. Eal. 12:"1: 2. -apuano, . 5arc 4. Management of Corneal Perforation. In orneal Surgery.4#ailablefromhttp://www.us.elseierhealth.com/media/us/sample chapters/!"#$%&%$&%'(%/Chapter)&$%". pdf diakses pada tanggal $ ?ktober 2(1+ $. Ilyas S. Ilmu Penyakit 5ata. 8disi $. !akarta alai penerbit F%UI. 2((:. Eal. 1':"1+*
. 6ang, 3%. ornea. In *phthalmology e-tboo .Ce&Nork9hieme Stuttgart. 2(((. p. 11@"11:
+
Short
'. 5ills 9!. Corneal ulceration and ulceratie eratitis in emergency. !ournal Oserial on the Internet. 2(11 4#ailable from http>>emedicine.medscape.com>article>*:@1(("o#er#ie&Qsho&alldiakses pada tanggal ?ktober 2(1+ +. 5ing 46S, onstable I!. onjuncti#a, sclera and cornea. Color +tlas of *phtalmology. $ ed Aorld Science. 2(((. p. $@"'(
*. Suharjo SU, Eartono. Ilmu kesehatan mata. 8disi 2. Nogyakarta. agian Ilmu Penyakit 5ata F% U35. 2(12. Eal. 2@"$+
@. Farida N. orneal Ulcers 9reatment. 5ajority !ournal. Hol. Co. 1. 6ampung Fakultas %edokteran Uni#ersitas 6ampung. 2(1'. Eal. 11:" 12*. :. asic and linical Science ourse. 8ternal Disease and ornea, part 1, Section @. US4 +merican +cademy of *phtalmology. 2((:. p. 1*:"1:2 1(. asic and linical Science ourse. Surgery of the ?cular Surface, part 1(, Section @. US4 +merican +cademy of *phtalmology. 2((:. p.21"$
19