BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Obat merupakan zat kimia baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan dan atau mengobati penyakit berikut gejalanya. Pada jaman dahulu pengobatan kebanyakan menggunakan obat yang berasal dari tanaman yang didapat secara turun temurun, lalu disimpan dan dikembangkan sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat. Pada
awal
abad
20,
obat-obat
kimia
sintetis
mulai
tampak
kemajuaannya dengan ditemukannya salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul dengan penemuan dan pengembangan obat-obat lain. Kini dengan semakin berkembangnya IPTEK, penemuan obat semakin banyak dan menambah pustaka bidang farmasi. Obat pun digolongkan menjadi beberapa macam menurut penyakitnya, seperti analgetika, antibiotic, diuretika, sedative hipnotik, obat jantung, dan lain-lain. Obat-obat tersebut juga telah mengalami perkembangan dibidang sintetis. Salah satunya adalah Furosemide yang merupakan derivate asam antranilat yang yang efektif sebagai sebagai diuretik. Mekanisme kerja kerja Furosemide adalah adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemide meningkatkan pengeluaran pengeluaran air, natrium, klorid, kalium dan tidak mempengaruhi mempengaruhi tekanan daray normal. Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabur, pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit. Karena
perkembangan
obat
yang
begitu
cepat
menyebabakan
persaingan antar Negara untuk menghasilkan obat-obat yang bermutu. Upaya nasional dan internasional untuk menghasilkan obat yang bermutu antara lain dengan menerbitkan buku-buku sebagai acuan dalam pembuatan obat, serta diberlakukannya diberlakukannya syarat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada industri farmasi dibanyak Negara termasuk Indonesia. 1
Di Indonesia, standart yang digunakan untuk pemeriksaan obat hingga saat ini adalah Farmakope Indonesia yang telah mencapai edisi keempat yang diterbitkan pada tahun 1995. Sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995, bahwa tablet Furosemide harus mengandung Furosemide tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari sama dengan 6,0%. Dengan demikian bila syarat tersebut telah terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa tablet tersebut telah memenuhi standart dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Karena Furosemida yang terkandung dalam tablet furosemide 40mg, maka untuk mengetahui kadar zat aktifnya dilakukan uji keseragaman kandungn. Uji keseragaman kandungan ini dilakukan jika tablet mengandung kurang dari 50,0mg dan atau kurang dari 50,0% dari berat satuan sediaan. Untuk mengurangi kemungkinkan terjadi kesalahan kadar yang besar pada saat diproduksi, maka dilakukan uji keseragaman kandungan.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : 1.
a. Berapa kadar Furosemida dalam uji keseragaman keseragaman kandungan kandungan Furoseide 40mg yang diproduksi oleh PT. SAMPHARINDO PERDANA Sermarang? b. Apakah hasil tersebut sesuai dengan persyaratan kadar tablet Furosemide pada Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995?
2.
Apakah kadar tersebut memenuhi syarat Uji Keseragaman Kandungan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995?
2
C. Tujuan Penelitian 1.
a.
Untuk
mengetahui
kadar
Furosemida
dalam uji
keseragaman
kandungan Furoseide 40mg yang diproduksi oleh PT. SAMPHARINDO PERDANA Sermarang. b. Untuk mengetahui apakah hasil tersebut sesuai dengan persyaratan kadar tablet Furosemide pada Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. 2.
Untuk
mengetahui
apakah
hasil
tersebut
memenuhi
syarat
uji
keseragaman kandungan yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antra lain: 1.
Bagi penulis Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang keseragaman kandungan Furosemide dalam tablet Furosemide 40mg secara spektrofotometri ultraviolet (UV).
2.
Bagi akademi Dapat menambah pustaka mengenai uji keseragaman kandungan dalam tablet secara spektrofotometri ultraviolet (UV), terutama bagi mahasiswa yang sedang menempuh Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan di AKAFARMA 17 Agustus 1945.
3.
Bagi pembaca Dapat memberikan informasi tentang keseragaman kandungan Furosemide dalam tablet Furosemide 40mg serta dapat mengetahui khasiat dan mekanisme kerja dari Furosemide.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Tablet Tablet adalah sediaan mengandung bahan obat dengan atau atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (Dep. Kes. RI, 1995 : 4). Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur dan dalam hal lainnya, tergantung pada cara pemakaian dan cara pembutannya. Kebanyakan dari tablet digunakan pada pemberian obat secara oral. a. Penggolongan tablet Berdasarkan metode pembuatannya tablet digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1) Tablet kempa Yaitu tablet yang dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
4
2) Tablet cetak Yaitu tablet yang dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang berikan (DepKes RI, 1995 : 4). b. Jenis tablet 1) Kaplet Tablet yang berbentuk seperti kapsul. 2) Bolus Tablet yang berukuran besar dan umumnya digunakan untuk hewan besar. 3) Tablet triturate Tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umummnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. 4) Tablet hipodermik Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air, umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
5
5) Tablet bukal Adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakan tablet diantara pipi dan gusi. 6) Tablet sublingual Adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah. 7) Tablet efervesen Adalah yang dibuat dengan cara kempa yang selain zat aktif juga ditambah campuran asam (asam citrate, asam tatrat) dan natrium
bicarbonate,
yang
jika
dilarutkan
dalam
air
akan
menghasilkan karbon dioksida (Dep.Kes.RI, (Dep.Kes.RI, 1995 : 4). 8) Tablet kunyah Tablet yang dibuat dengan maksud untuk dikunyah, member residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit dan tidak enak (Dep.Kes.RI, 1995 : 4). 9) Tablet lepas lambat Tablet lepas lembat dibuat sedemikian sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan (Dep. Kes RI, 1995 : 6 ).
6
10) Tablet implantasi Berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril untuk dimasukan secara implantasi dalam kulit badan (Moh. Anief, 1994 : 108). 11) Tablet bersalut Tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. c. Metode pembuatan tablet Dalam pembuatan tablet ada 3 metode, yaitu : 1)
Granulasi basah
Metode ini memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi
(http://pinkie http://pinkiepinkiepinkie. pinkiepinkie.blogspot.com/2 blogspot.com/2012/10/me 012/10/metode-granulasitode-granulasibasah.html)). basah.html
7
2)
Granulasi kering Adalah proses pembuatan tablet tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar, lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan (http://ilmu-kefarmasian.blogsp (http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013 ot.com/2013/03/metode-pe /03/metode-pembuatanmbuatantablet.html).
3)
Kempa langsung Adalah proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. metode ini digunakan digunakan apabila sifat alirannya alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi terapi zat tidak sempit, sempit,
zat aktif tidak tidak tahan
pemanasan dan lembab (http://ilmu-kefarmasian.blogsp (http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013 ot.com/2013/03/metode-pe /03/metode-pembuatanmbuatantablet.html). d. Komponen tablet Tersusun atas 2 bahan yaitu, 1) Bahan atau zat berkhasiat Adalah
bahan-bahan bahan-bahan
yang
telah
dan
atau
harus
memenuhi syarat yang ditentukan dalam farmakope Indonesia (Dep.Kes.RI, 1995 : 27).
8
2) Bahan tambahan Adapun bahan tambahan tambahan yang digunakan untuk untuk membuat tablet tediri dari : a) Bahan pengisi (diluents) Penambahan
bahan
ini
dimaksudkan
agar
memperbesar volume tablet sehingga tablet mudah dicetak, bila zat berkhasiat sudah cukup banyak maka zat pengisi tidak perlu lagi. Contoh dari bahan pengisi adalah saccarum lactis, amylum,
calcii
phospas,
calcii
carbonas
(Moh.Anief,1987:211). b) Bahan pengikat (binder) Penambahan
ini
dimaksudkan
untuk
menjaga
kekompakan dan daya tahan dari tablet, agar tablet tidak pecah dan dapat merekat atau untuk menyatukan dan mengikat bahan menjadi tablet. Contoh dari bahan pengikat adalah gom arab, tragakan, gula, jenis pati dan larutan gelatin. c) Bahan penghancur (disintegran) (disintegr an) Merupakan zat yang ditambahkan dengan tujuan membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Sehingga dapat hancur bila terkena air atau cairan lambung. 9
Contoh dari bahan penghancur penghancur adalah amylum kering, gelatin, agar – agar – agar, agar, natrium elginate dan sam alginate. d) Bahan pelicin (lubricant) Dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Contohnya talcum 5%, magnesii stearas, acidum stearicum. e) Glidan Adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan. kemampuan. Mengalir
serbuk,
umumnya
digunakan
dalam
kempa
diijinkan
sering
langsung, tanpa proses granulasi. f)
Bahan pewarna dan lak Bahan
pewarna
dan
lak
yang
ditambahkan pada proses formulasi tablet untuk menambah estetika atau untuk identitas produk. Kebanyakan bahan pewarna peka terhadap cahaya dan warna akan memudar jika terpapar terpapar cahaya (Depkes RI, 1995 : 5). 5). e. Syarat – Syarat – syarat syarat tablet Tablet harus memenuhi memenuhi syarat - syarat sebagai sebagai berikut : 1) Keseregaman ukuran Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari sepertiga tablet.
10
2) Keseragaman sediaan Keseragaam sediaan dapat ditetapkan salah satu dari dua metode yaitu : a) Keragaman bobot Persyaratan keragaman bobo dapat ditetapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk sediaan padat yng mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. Persyaratan keragaman bobot dapat ditetapkan pada sedian padat (termasuk sediaan steril) dengan atau tanpa zat aktif yang ditambahkan yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuaan dalam wadah akhir dan pada eiket dicantumkan cara penyapan ini (Dep. Kes RI, 1995 : 999). b) Keseragaman kandungan Persaratan
keseragaman
kandungan
dapat
diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg dan atau kurang dari 50,0% dari berat satuan sediaan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan
keseragaman
kandungan
dipenuhi, jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan 11
simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika ada 1 satuan terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan atau jika simpangan baku relative lebih besar dari 6,0% dilakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari dari 1 satuan dari 30 terletak terletak dalam rentang rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Dep. Kes. RI, 1995). a) Prosedur Keseragaman kandungan Diambil 30 satuan sediaan secara acak, dari 30 diambil 10 satuan sediaan untuk diuji, memenuhi syarat jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika ada 1 satuan terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan atau jika simpangan baku relative lebih besar dari 6,0% lakukan uji 20 satuan lagi. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak dalam rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan 12
simpangan baku relative dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%. 3) Keseragaman bobot Digunakan untuk tablet tidak bersalut. 4) Uji disolusi disolusi (uji waktu larut) Uji ini dimaksdkan untuk memnentukan kesesuaian kesesuaian dg persyaratan disolusi yg tertera pada masing” monografi untuk sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket dinyatakn bahwa tablet harus dikunyah (Dep. Kes RI, 1995 : 1084). 5) Uji disintegrasi disintegrasi (uji waktu hancur) Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yg tertera pada m asing” monografi kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunakn sbg tablet hisap atau kunyah. 6) Kekerasan tablet Pengukuran
kekerasan
tablet
digunakan
untuk
mengetahui kekerasannya agar tablet tidak terlalu rapuh atau tidak terlalu keras (Dep. Kes RI, 1995 : 37). 7) Kerapuhan tablet / keregasan tablet Adalah persen bobot yang hilang setelah diguncang (Dep. Kes RI, 1995 : 37).
13
Dalam
penelitian
ini
penulis
hanya
menggunakan
metode
uji
keseragaman kandungan. 2. Furosemide
Furosemide atau furosemid adalah loop diuretik yang digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif dan edema . Seiring dengan beberapa diuretik lain, furosemide juga termasuk pada Anti-Doping Dunia 's obat terlarang daftar karena dugaan penggunaan sebagai agen masking untuk obat lain (http://en. ( http://en.wikipedia.org/wiki/Fu wikipedia.org/wiki/Furosemide). rosemide). Furosemide merupakan turunan sulfonamida ini berdaya deuretik kuat dan bertitik kerja dilengkungan Henley bagian menaik (Tjay dan Rahardja, 2010 : 523). a. Rumus bangun Furosemide
Gambar 1.Rumus Bangun Furosemide
b. Rumus Molekul Molekul = C = C12H11ClN2O5S c. Massa Molekul = 330,745 d. Mekanisme Kerja
⁄
Furosemide bertitik kerja di lengkung Henley bagian menaik dari Henley’s Loop ini k.l. 25% dari semua ion Cl - yang telah difiltrasi direabsorbsi secara secara aktif, disusul dengan dengan reabsorbsi reabsorbsi pasif dari Na + dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrate menjadi hipotonis (Tjay dan Rahardja, 2010 : 520). 14
e. Uji kualitatif Furosemide 1) Pemerian Serbuk hablur berwarna putih sampai hampir kuning dan tidak berbau. 2) Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform. 3) Identifikasi a) Spectrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromide P menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Furosemida BPFI. b) Spectrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 125.000) dalam Natrium Hidroksida 0,02 N menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada Furosemide BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. c) Larutkan kurang k urang lebih 5mg zat dalam 10ml methanol P. Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu, tambahkan 10ml HCl 2,5 N dan refluk di atas tangas uap selama 15 menit. Dinginkan, tambahkan 15 ml NaOH 1 N dan 5 ml NaNO 2 P (1 dalam 1000). Biarkan selama 3 menit, tambahkan5 ml Ammonium Sulfamat P (1
dalam
200),
campur
dan
tambahkan
5
ml
N-1-
naftiletilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000) yang dibuat segar
terjadi
warna
(Dep.Kes.RI,1995 : 401).
15
merah
sampai
merah
ungu
3. Penetapan Kadar Furosemide Furosemid e a. Syarat Penetapan Kadar Furosemide mengandung mengandung tidak kurang k urang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 12H11ClN2O5S, dihitung dari zat yang telah dikeringkan (Dep.Kes.RI,1995 : 400). b. Prosedur Penetapan Kadar Timbang seksama 600 mg serbuk furosemide, larutkan dalam 50 ml dimetilfurmamida P yang telah ditambah 3 tetes biru bromotimol LP, dan sebelumnya telah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV sampai titik akhir berwarna biru (Dep.Kes.RI,1995 : 401). 4. Tablet Furosemide Tablet Furosemide mengandung Furosemida tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari yang tertera pada etiket. a. Pemerian Bentuk
: Tablet
Warna
: Putih
Bau
: Tidak berbau
Rasa
: Pahit
Tanda
: Logo SML dan Breakline
b. Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 40mg furosemide ke dalam labu takar 100ml. Tambahkan 25ml natriun hidroksida 0,1 N, biarkan selama 30 menit dengan sekali-sekali dikocok. Encerkan dengan air sampai tanda. Saring larutan, buang 10ml filtrate pertama, pipet 2,0ml filtrate ke dalam labu takar 100ml kedua. Tambahkan natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda. Larutkan lebih kurang 10mg Furosemide BPFI dalam 6,0ml natrium hidroksida 0,1 N dalamlabu takar 25ml, encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan secara kuantitatif 2,0ml larutan dengan natrium hidroksida 0,02 N untuk 16
memperoleh larutan baku dengan kadar 8µg per ml. Ukur spectrum serapan ultraviolet kedua larutan : spectrum serapan ultraviolet menunjukan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama (Dep.Kes.RI,1995). (Dep.Kes.RI,1995). c. Komposisi Tiap tablet mengandung 40mg Furosemide. d. Indikasi Pengobatan edema yang menyertai payah jantung kongestif, sirosis hati dan gangguan ginjal termasuk sindrom nefrotik. Pengobatan hipertensi,
baik
diberikan
tunggal
atau
kombinasi
dengan
obat
antihipertensi. Furosemida sangat berguna untuk keadaan-keadaan yang membutuhkan diuretik kuat. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan (http://health.detik.com/read/2009/08/06/141642/1178584/769/furosemid e-40-mg). e-40-mg). e. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal (http://ahli-farmasi.blogspo (http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/03 t.com/2012/03/furosemide.ht /furosemide.html). ml). f.
Efek samping Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabr, pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit. Hiperglikemia. Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiforma. Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, trombositopenia (http://ahli-farmasi.blogspo (http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/03 t.com/2012/03/furosemide.h /furosemide.html). tml).
17
g. Kontra Indikasi Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerolunefritis akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida. Anuria, Ibu menyusui. h. Interaksi obat Furosemide memiliki potensi interaksi dengan obat berikut: 1) Analgesik:
peningkatan peningkatan
risiko
nefrotoksisitas nefrotoksisitas
dengan
NSAID,
antagonisme efek diuretik dengan NSAID 2) Antiaritmia:
risiko
toksisitas
jantung
dengan
antiaritmia
jika
hipokalemia terjadi, efek lidokain dan mexiletine antagonized peningkatan risiko ototoxicity dengan aminoglikosida, 3) Antibakteri: peningkatan dan vankomisin polymyxins, hindari penggunaan bersama dengan lymecycline Antidepresan: peningkatan peningkatan risiko hipokalemia dengan reboxetine; 4) Antidepresan: meningkatkan efek hipotensi dengan MAOIs, peningkatan risiko hipotensi postural dengan trisiklik 5) Anti-epilepsi:
peningkatan peningkatan
risiko
hiponatremia
dengan
carbamazepine peningkatan risiko risiko hipokalemia dengan amfoterisin amfoterisin 6) Antijamur: peningkatan Antihipertensi: efek hipotensi ditingkatkan, peningkatan peningkatan risiko dosis 7) Antihipertensi: pertama efek hipotensi dengan alpha-blocker; peningkatan risiko aritmia ventrikel dengan sotalol jika hipokalemia terjadi peningkatan risiko aritmia ventrikel dengan dengan amisulpiride, 8) Antipsikotik: peningkatan sertindole atau pimozide (hindari dengan pimozide) jika hipokalemia terjadi, efek hipotensi ditingkatkan dengan fenotiazin hipokalemia meningkatkan meningkatkan risiko aritmia ventrikel ventrikel 9) Atomoxetine: hipokalemia 10) Glikosida jantung: meningkatkan toksisitas jika hipokalemia terjadi 11) Siklosporin: Laporan variabel meningkat nefrotoksisitas, ototoxicity
dan hepatotoksisitas (http://en.wikipedia.org/wiki/Furosemide). 12) Lithium: risiko toksisitas (http://en.wikipedia.org/wiki/Furosemide).
18
i.
Dosis Pada udema oral 40 – – 80mg pagi p.c., jika perlu atau pada insufisiensi ginjal sampai 250 – – 2000mg sehari dalam 2 – 3 – 3 dosis (Tjay dan Rahardja, 2010 : 523). Dewasa : sehari 1 – 1 – 2 2 kali, 1 – 1 – 2 2 tablet. Dosis maksimum adalah 5 tablet sehari. Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet selang 1 hari. Anak – Anak – anak: anak: Sehari 1 – 1 – 3 3 mg per kg bb/hari, maksimum 40 mg/hari.
j.
Syarat uji keseragaman keseragaman kandungan kandungan Dikatakan memenuhi syarat jika jumlah zat aktif dalam masingmasing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0%.
5. Penetapan Kadar Kadar Tablet Furosemide Furosemide secara secara Kromatografi Kromatografi Cair Kinerja Kinerja Tinggi (KCKT) a. Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P-asam asetat glacial P (70:30:1), saring dan awaudarakan. b. Larutan pengencer Larutkan 1,2 g natrium 1-penta-nasulfonat P dalam 22ml asam asetat glacial P dalam labu takar 1000ml. Encerkan encerkan dengan campuran asetonitril P-air (50:50) sampai tanda. c. Larutan resolusi Larutkan sejumlah Furosemide BPFI dalam larutan pengencer sehingga diperoleh lautan yang mengandung 20µg per liter. 19
d. Larutan baku Timbang seksama sejumlah Furosemida BPFI, larutkan dalam larutan pengencer hingga kadar 1,0mg per ml. e. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang seksama sejumlah serbuk tablet yang setara dengan lebih kurang 50mg Furosemida, masukkan ke dalam labu takar 50ml, tambahkan 30ml larutan
pengencer,
sonikasi
selama
10
menit.
Tambah
larutan
pengencer sampai tanda. Saring, buang 10ml filtrate pertama. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume yang sama (lebih kurang 20µl) larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur luas puncak. Larutan yang diperoleh dari larutan uji tidak lebih besar dari luas puncak yang diperoleh dari larutan baku masing-masing pada 254nm (Dep.Kes. RI, 1995).
6. Spektrofotometer UV – Vis a. Definisi spektrofotometer spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Dep. Kes. RI, 1995 : 1061). b. Komponen – Komponen – k komponen omponen spektrofotmeter spektrofotmeter 1) Sumber cahaya Pada spektrofotometer Ultraviolet (UV) sumber cahaya yang digunakan adalah lampu deuterium dengan panjang gelombang 200-380 nm, sedangkan pada spektrofotometer visible (sinar tampak) cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten atau sering disebut lampu wolfram dengan panjang gelombang 380 – 750 – 750 nm.
20
2) Monokromator Monokromator
berfungsi
sebagai
penyeleksi
panjang
gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. monaokromatis. 3) Sel sampel Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel, pada Spektrofotometer UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer
sinar
tampak
(VIS).
Cuvet
biasanya
berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. 4) Detektor Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor : a) Kepekaan yang tinggi b) Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi c) Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. d) Waktu respon cepat dan dan signal minimum tanpa radiasi. e) Signal listrik yang dihasilkan dihasilkan harus sebanding dengan dengan tenaga radiasi (http://wan http://wanibesak.wordpress ibesak.wordpress.com/2011/0 .com/2011/07/04/penge 7/04/pengertianrtiandasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/)). dasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/
21
5) Read Out (Pembaca) Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
Gambar 2.Skema Kerja Spektrofotometer Spektrofotometer
22
B. Kerangka teori
Tablet terdiri te rdiri dari
Zat Aktif
Zat Tambahan Tambahan
Syarat Tablet Syarat Uji
Keseragaman Sediaan
Keseragaman Kandungan
Syarat kadar : 85,0% - 115,0% RSD ≤ 6,0%
23
Keragaman Bobot
C. Kerangka konsep
Tablet Furosemide 40mg
Uji Keseragaman Sediaan
Uji Keseragaman Kandungan
Dari 1 batch diambil 30 satuan sediaan
Dari 30 diambil 10 satuan sediaan (Tahap I)
Hasil analisa (Jika tidak memenuhi syarat dilakukan uji tahap II)
20 satuan sediaan lagi (Tahap II)
Hasil Analisa
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan, diolah, disajikan serta dianalisis yang merupakan campur tangan penulis dan studi pustaka.
B. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 – 28 – 28 Maret 2014
2. Tempat penelitian Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium
Quality
Control
PT.
Sampharindo Perdana Semarang.
C. Objek penelitian Objek penelitian adalah keseragaman kandungan Furosemide dalam tablet Furosemide 40mg produksi PT. Sampharindo Perdana Semarang.
D. Populasi dan sampel 1. Populasi penelitian Populasi yang diambil adalah tablet Furosemide 40 mg yang diproduksi PT.Sampharindo Perdana Semarang. 2. Sampel penelitian Sampel penelitian adalah tablet Furosemide 40 yang diproduksi oleh PT. Sampharindo Perdana Semarang dengan nomor batch CB 033 1, CB 034 1, CB 035 1. Tiap batch diambil 30 tablet secara acak, 10 tablet pertama untuk uji tahap I dan 20 tablet lagi untuk uji tahap II jika tahap I tidak memenuhi syarat Uji Keseragaman Kandungan. 25
E.
Definisi oprasional Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Tablet adalah sediaan padat yang berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa zat tambahan. Furosemida adalah diuretik derivat asam antranilat, aktivitas diuretik furosemida terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (200-400nm) dan sinar tampak (400-800nm) ( 400-800nm) dengan memakai instrument spektrofotometer. Pada prinsipnya analisa ini didasarkan pada interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik yang menimbulkan pristiwa absorbs yang kemudian diamati. Uji Keseragaman Kandungan dilakukan pada sediaan obat yang mengandung mengandung zat aktif kurang k urang dari 50 mg dan atau bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan.
F.
Teknik pengumpulan pengumpul an data 1. Uji Farmasetik Dilakukan penetapan keseragaman sediaan yaitu keseragaman kandungan, dengan cara ditimbang 10 sediaan satu per satu dan dihitung rata-ratanya, kemudian dihitung kadar zat aktifnya dari masing-masing sediaan.
Kecuali
dikatakan
lain 26
dalam
masing-masing
monografi,
persyaratan keseragaman kandungan dipenuhi jika kadar zat aktif antara 85,0% - 115,0% (FI IV tahun 1995) dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari atau sama dengan 6,0%.
2. Prinsip Penetapan Kadar Kadar Furosemide ditetapkan dengan metode spektrofotometri ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 271 nm. Pada analisa kuantitatif, pengukuran dilakukan dengan membandingkan larutan cuplikan dengan larutan standart. Suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan dan intensitas sinar yang diteruskan diukur besarnya.
G. Instrument pengumpulan data Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Observasi Mengamati langsung kegiatan yang dilakukan staff analisis dibagian Laboratorium Quality Control PT.Sampharindo Perdana Semarang.
2. Wawancara (Interview) Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada staff analisis dibagian Laboratorium Quality Control PT.Sampharindo Perdana Semarang mengenai segala hal yang berhubungan dengan pengendalian dan pemastian mutu produk.
3. Studi Kepustakaan Metode
ini
dilakukan
dengan
mencari
keterangan
atau
mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku atau literature yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan dibagian Laboratorium Quality Control PT.Sampharindo Perdana Semarang.
27
4. Pemeriksaan Melakukan percobaan dan pemeriksaan langsung di Laboratorium Quality Control PT.Sampharindo Perdana Semarang.
H. Pengolahan data 1. Alat dan bahan penelitian a. Alat penelitian 1)
Labu takar 50 ml dan 100 ml
2)
Pipet volume 1 ml
3)
Pipet tetes
4)
Beaker glass
5)
Corong
6)
Kertas saring
7)
Botol timbang
8)
Sendok tanduk
9)
Timbangan analitik
10)
Palleus ball
11)
Bransond
12)
Spektrofotometer Spektrofotometer UV-Vis
13)
Cuvet
14)
Tissue
b. Bahan penelitian 1)
Sampel : Tablet Furosemide 40 mg
2)
Baku Furosemide
3)
Pereaksi : NaOH 0,1 N
28
2. Prosedur penelitian a. Larutan Standart 1)
Ditimbang Ditimban g seksama 50,0 mg baku Furosemide, masukan dalam labu takar 50 ml.
2)
Ditambah 25 ml NaOH 0,1 N.
3)
Dibrandson 15 menit hingga larut sempurna.
4)
Ditambah NaOH 0,1 N sampai tanda batas. Dihomogenkan. Dihomogenka n.
5)
Dipipet 1 ml dimasukkan dalam labu takar 100 100 ml.
6)
Ditambah NaOH 0,1 N sampai tanda batas. Dihomogenkan. Dihomogenka n.
b. Larutan Sampel 1)
Ditimbang 10 tablet tablet satu satu per per satu, satu, masing-masing masing-masing dimasukkan dimasukkan dalam labu takar 50 ml.
2)
Ditambah 25 ml NaOH 0,1 N.
3)
Dibrandson 15 menit hingga larut sempurna.
4)
Ditambah NaOH 0,1 N sampai tanda batas. Dihomogenkan.
5)
Disaring dengan kertas saring.
6)
Dipipet 1 ml dimasukkan dalam labu takar 100 ml.
7)
Ditambah NaOH 0,1 N sampai tanda batas. Dihomogenkan. Dihomogenka n.
c. Blangko Larutan NaOH 0,1 N digunakan sebagai larutan blangko.
d. Cara penetapan Diukur serapan dari larutan standart dan larutan sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 271 nm yang sebelumnya telah diblangko menggunakan NaOH 0,1 N.
29
I.
Perhitungan
() () () ⁄ ⁄ √ ∑( ∑( ̅ ) ( () ̅ ()
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil 1. Deskripsi produk Pada penelitian ini menggunakan sampel uji sebanyak 3 batch, adapun pemeriksaan secara visual terhadap sampel yang dianalisis adalah sebagai berikut : a. Nama produk
: Tablet Furosemide
b. No. Batch
: CB 033 1, CB 034 1, CB 035 1
c. Organoleptis 4) Bentuk
: Tablet
5) Warna
: Putih
6) Bau
: Tidak berbau
7) Rasa
: Pahit
8) Tanda
: Logo SML dan Breakline
d. Komposisi
: Tiap tablet mengandung mengandung 40mg Furosemide
e. Indikasi
: Pengobatan edema yang menyertai payah jantung
kongestif, sirosis hati dan gangguan ginjal termasuk sindrom nefrotik. Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau kombinasi dengan obat antihipertensi. Furosemida sangat berguna untuk keadaankeadaan yang membutuhkan diuretik kuat. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan. f.
Kemasan
: Box isi 10 strip @ 10 tablet
2. Analisa kualitatif a. Spectrum serapan inframerah zat yang didispersikan didispersikan dalam kalium bromide P menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Furosemida BPFI. b. Spectrum serapan serapan ultraviolet ultraviolet larutan (1 dalam 125.000) 125.000) dalam Natrium Natrium Hidroksida 0,02 N menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada Furosemide BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, pada 31
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. c. Larutkan kurang kurang lebih 5mg 5mg zat dalam 10ml methanol methanol P. Masukkan Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu, tambahkan 10ml HCl 2,5 N dan refluk di atas tangas uap selama 15 menit. Dinginkan, tambahkan 15 ml NaOH 1 N dan 5 ml NaNO 2 P (1 dalam 1000). Biarkan selama 3 menit, tambahkan5 ml Ammonium Sulfamat P (1 dalam 200), campur dan tambahkan 5 ml N-1-naftiletilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000) yang dibuat segar
terjadi warna merah sampai merah ungu.
3. Analisa kuantitatif Persyaratan
kadar
Furosemide
dalam
tablet
Furosemide
berpedoman padaa Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 bahwa kadar Furosemide tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari atau sama dengan 6,0%. Setelah dilakukan penelitian terhadap sampel tablet Furosemide secara spektrofotometri di Laboratorium Quality Control PT.Sampharindo Perdana, diperoleh data sebagai berikut : TABEL 1 Hasil Penetapan Kadar dan Simpangan Baku Relatif Furosemide
No.
Nomor Batch
Rata-rata
Simpangan Baku
Kadar Zat Aktif
Relatif (RSD)
(%)
(%)
1.
CB 033 1
102,96
1,95
2.
CB 034 1
103,73
1,10
3.
CB 035 1
103,91
1,29
32
B.
Pembahasan Dari hasil uji kuantitatif dapat dilihat bahwa perolehan kadar Furosemide dalam tablet Furosemide adalah 102,96% ; 103,73% ; 103,91% telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Sampharindo Perdana yang berpedoman pada Farmakope Indonesia Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari atau sama dengan 6,0%, sehingga sediaan tablet Furosemide yang diproduksi oleh PT. Sampharindo Perdana Semarang tersebut memenuhi syarat uji keseragaman kandungan dan layak serta aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan kadar Furosemide dalam tablet Furosemide yang diproduksi dalam satu batch. Hal tersebut disebabkan oleh proses homogenitas yang kurang sempurna antara zat aktif dan bahan tambahannya. Dan jika terdapat perbedaan kadar Furosemide dalam tablet Furosemide
yang
diproduksi
berbeda
batch
dapat
disebabkan
karena
penambahan dari bahan-bahan tambahan. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 minimal penimbangan bahan adalah 50 mg, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat penyimpangan dari kadar yang telah ditetapkan karena semakin kecil penimbangan maka penyimpangannya akan semakin besar. Oleh karena itu, untuk menentukan kadar Furosemide dalam tablet Furosemide 40mg dilakukan uji keseragaman kandungan. Dalam metode spektrofotometri Ultra Violet (UV) mempunyai beberapa kelebihan antara lain : lebih praktis, efisien, lebih mudah, dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam penelitian serta hasilnya lebih tepat dan akurat.
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil uji keseragaman kandungan Furoemide dalam tablet Furosemide 40mg, maka dapat disimpulkan bahwa tablet Furosemide 40 mg yang diproduksi oleh PT. Sampharindo Perdana Semarang diperoleh kadar rata-rata zat aktif masing-masing no. batch sebagai berikut : 1.
a. Dengan no. batch CB 033 1 kadar rata-rata rata-ra ta zat aktif 102,96%; CB 034 1 kadar rata-rata zat aktif 103,73%; CB 035 1 kadar rata-rata zat aktif 103,91%. b. Dengan melihat dari hasil penelitian diatas maka dapat disipulkan bahwa tablet Furoseide 40mg memenuhi syarat kadar tablet Furosemide pada Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.
2.
Dengan melihat hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan disimpulk an bahwa tablet Furosemide 40mg memenuhi syarat kadar uji keseragaman kandungan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995, yaitu setiap tablet harus mengandung Furosemide tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari sama dengan 6,0%.
B.
Saran 1.
Bagi pihak peneliti Disarankan
dapat
melakukan
penelitian
lainnya
selain
uji
keseragaman kandungan, misalnya uji disintegritas untuk mengetahui waktu hancur tablet, uji disolusi untuk mengetahui waktu larut tablet, uji kekerasan tablet, uji ketebalan tablet.
34
2.
Bagi pihak industri Diharapkan agar selalu menjaga kualitas dan kuantitas dari produkproduk obat yang dihasilkan serta mematuhi aturan-aturan yang berlaku sehingga semua produk obat yang beredar dapat dipercaya oleh masyarakat.
3.
Bagi masyarakat Sebagai konsumen harus selalu waspada dalam memilih obat yang akan dikonsumsi, serta harus memperhatikan indikasi, aturan pemakaian, efek samping, kontra indikasi dn jangan lupa melihat kondisi luar seperti wadah atau bungkus obat dan tanggal kadarluarsa.
35