LAPORAN PENELITIAN
UJI EFEKTIFITASFORMULA INOKULUM Rhizobium PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine Max
(L) Merr.) YANG DIPERLAKUKAN DENGAN BAHAN ORGANIK
Oleh
Ganag Gaga Prakoso 20130210068
Okky Winda S. 20130210073
Amira Daneswari 20130210075
Wahyu Triatmaja 20130210080
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitian yang berjudul :
UJI EFEKTIFITAS FORMULA INOKULUM RhizobiumPADA TANAMAN KEDELAI (Glycine Max
(L) Merr.) YANG DIPERLAKUKAN DENGAN BAHAN ORGANIK
Yang Disusun Oleh :
Ganag Gaga Prakoso 20130210068
Okky Winda S. 20130210073
Amira Daneswari 20130210075
Wahyu Triatmaja 20130210080
Telah disahkan oleh pengampu mata kuliah Teknik Isolasi dan Formulasi
Biofarming
Pada tanggal Juni 2015
Laporan penelitian tersebut telah diterima sebagai persyaratan tugas mata
kuliah Teknik Isolasi dan Formulasi Biofarming
Yogyakarta, Juni 2015
Asisten
Ir. Agung Astuti, Msi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biofertilisasi bakteri Rhizobium adalah pemberian bakteri simbiotik
Rhizobium penambat nitrogen pada tanaman. Dengan pemberian bakteri
simbiotik penambat nitrogen diharapkan dapat menambah sumber nitrogen
yang murah sehingga membantu mengurangi biaya produksi, mengingat pupuk
kimia urea harganya semakin mahal dan penggunaan terus-menerus pupuk
kimia tersebut dapat mencemari lingkungan (Suwarni dkk., 2002). Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan kelompok bakteri
penambat nitrogen sebagai pupuk hayati menurut Khairul (2001) adalah
tidak mempunyai bahaya atau efek samping, efisiensi penggunaan dapat
ditingkatkan tanpa menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan,
harga yang relatif murah, dan teknologi yang cukup sederhana.
Karakteristik bakteri Rhizobium secara makroskopis adalah warna koloni
putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks,
semitranslusen, diameter 2–4 mm dalam waktu 3–5 hari pada agar khamir-
manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobiumberbentuk
batang, aerobik, gram negatif dengan ukuran 0,5–0,9×1,2–3 µm, bersifat
motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagela polar atau subpolar.
Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25–30° C, pH 6–7 (kecuali
galur galur dari tanah masam).Bakteri Rhizobium bersifat
kemoorganotropik, yaitu dapat mengunakan berbagai karbohidrat dan garam-
garam asam organik sebagai sumber karbonnya (Holl, 1975).Kehadiran
bakteri pada bintil-bintil akar sebagai bentuk pleomorfik di mana secara
normal termasuk dalam fiksasi nitrogen atmosfer ke dalam suatu bentuk
penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang.Semua galur
bakteri bintil akar menunjukkan afinitas terhadap inang (Madigan et al.,
2002).
BakteriRhizobium leguminosarum terdapat pada hampir semua tanaman
kacang-kacangan.Bakteri Rhizobium phaseoli dapat ditemukan pada bintil
akar tanaman buncis dan Rhizobium japonicum pada tanaman kedelai.Tanaman
kacang-kacangan yang memiliki banyak bintil akar dapat menambat nitrogen
dari udara lebih banyak sehingga dapat menyebabkan peningkatan produksi
(Harun dan Ammar, 2001).Moenandir dkk.(1996) dalam Suwarni dkk.(2002)
melaporkan bahwa pemberian inokulan Rhizobium dapat meningkatkan jumlah
bintil akar.Secara umum inokulasi dilakukan dengan memberikan biakan
Rhizobium japonicum ke dalam tanah agar bakteri ini berasosiasi dengan
tanaman kedelai untuk mengikat nitrogen bebas dari udara (Suharjo, 2001).
Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merr.) merupakan salah satu jenis
kacang-kacangan yang dikenal dan banyak ditanam di dunia. Kebutuhan
kedelai di Indonesia terus meningkat mencapai ± 2 juta ton per tahun,
sementara produksi dalam negeri baru mencapai 1,2 juta ton per tahun
(Anonim, 2001). Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor di
antaranya, yaitu petani belum melakukan pemupukan dengan dosis yang
optimum dan petani belum mengenal penggunaan pupuk hayati jenis Rhizobium
terbaik.
B. Rumusan Masalah
Tingginya biaya produksi dalam budidaya tanaman kedelai sangat
memberatkan para petani. Dengan pemberian bakteri simbiotik penambat
nitrogen dan bahan organikyang tepat diharapkan dapat memperbanyak
jumlah efektifitas nodul sehingga sumber nitrogen dan unsur hara lainya
dapat terpenuhi bagi tanaman kedelai.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh macam formula dengan inokulum Rhizobium terhadap
infeksi dan nodulasi.
2. Menentukan formula terbaik yang berpengaruh besar terhadap efektifitas
nodul akar tanaman kedelai.
II. Tinjauan Pustaka
A. Budidaya Kedelai
Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering
(ladang).Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah
panen padi.Pengerjaan tanah biasanya minimal.Biji dimasukkan langsung pada
lubang-lubang yang dibuat.Biasanya berjarak 20-30cm.
1. Persiapan Lahan
Pembersihan Gulma,Tanah diolah dangkal dan gulma dibenamkan. Pengolahan
lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan.Tanah diolah dengan bajak dan
garu/cangkul hingga gembur. Lebar Bedengan : 1 meter . Untuk pengaturan air
hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap dan di sekeliling petakan
sedalam 30 cm dan lebar 50 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila
air tergenang.
2. Pemberian Pupuk Kandang
Pemberian Pupuk Kandang Pemberian Pupuk saat pengolahan tanah sangat
disarankan, karena dapat memperbaiki kondisi tanah selain dapat mengurangi
penggunaan pupuk buatan.Dosis penggunaan Pupuk Kandang untuk tanah yang
kurus sekitar 5 ton/ha.
3. Persiapan Benih
Hal yang perlu diperhatikan secara khusus untuk mendapatkan benih bermutu
tinggi adalah sortasi dan penyimpanan benih.Benih yang dipilih adalah benih
yang sehat, utuh/bernas dan memiliki daya tumbuh tinggi. Benih bermutu
tinggi harus memenuhi syarat di bawah ini:
a. Murni dan diketahui nama varietasnya
b. Berdaya kecambah tinggi, yaitu 80 % atau lebih
c. Bersih, tidak tercampur biji rumput, kotoran atau biji tanaman
lain
d. Sehat, tidak menularkan penyakit, serta tidak terinfeksi
cendawan yang menyebabkan busuknya kecambah
e. Bernas, tidak keriput, tidak ada bekas gigitan serangga, serta
bijinya matang dan telah benar-benar kering.
4. Penanaman
a. Jarak Tanam
Jarak Tanam Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah populasi. Jika
ditanam rapat maka populasi akan tinggi dan hasil produksi akan lebih
besar. Jarak tanam yang sempit biasanya dilakukan pada tanah yang
subur.Untuk tanah yang kurang subur jarak tanam harus diperlebar untuk
mengurangi kompetisi hara oleh tanaman. Jarak tanam yang biasa dipakai
(dalam cm)adalah 25×25, 50×12,5, 20×20, 40×10,30×15 dengan mengisi lubang
tugal dengan 2 biji benih kedelai.
b. Pelaksanaan tanam
Tanah ditugal dan biji biasanya diletakkan di bawah tunggul batang
pisang atau diantara rumpun. Dua biji diletakkan pada lubang tugal,
kemudian tutup dengan tanah atau dengan abu sekam maupun abu batang pisang
Setelah tanam, lahan bisa ditutupi mulsa batang pisang atau bisa juga
dibiarkan terbuka tanpa mulsa. Penyulaman biji sebaiknya dilaksanakan 4-7
hari setelah tanam.
5. Pemupukan
Jumlah takaran pupuk dan saat pemberiannya tidak sama untuk setiap
lokasi, tergantung kepada tipologi lahannya. Selain pupuk, kapur juga perlu
diberikan untuk mengurangi kemasaman tanah.Kedelai tidak dapat tumbuh baik
di lahan yang sangat masam.Dosis pemupukan Biasanya untuk kedelai dosis
yang dianjurkan adalah: N :50-100 kg Urea/ha P : 75-150 kg TSP/ha K : 50-
100 kg KCl/ha Ditambah dengan pupuk kandang 5 ton/ha.
B. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis.Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila
cocok bagi tanaman jagung.Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada
jagung.Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab
(Sumarno, 1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan.Sedangkan untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara
100-200 mm/bulan.
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat
panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim
hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan
hasil (Irwan, 2006).
2. Tanah
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak
asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang
akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Danarti, 1995).
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol
dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali
bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Arsyad
dan Syam 1998).
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan
organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah
dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan
membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Adisarwanto, 2005).
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah
pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang
dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium.
Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak
menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik ((Sumarno,
1987).
3. Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok
ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Suprapto, 1997).
C.Rhizobium sp
Bakteri Rhizoma merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas
yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam
amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizoma sendiri memperoleh
karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Prayitno, 2000).
Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu memfiksasi 100-
300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk
tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi
inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman tertentu.Rhizobium mampu mencukupi
80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10-
25%.Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah da
efektivitas populasi asli (Sutanto 2002).
Ada 2 jenis bakteri Rhizobium yaitu bakteri yang menghasilkan senyawa
asam dan ada juga bakteri yang menghasilkan senyawa basa.Jenis ini dapat
dibedakan dengan melakukan isolasi bakteri Rhizobium pada media YMA + BB.
Bakteri yang menghasilkan senyawa asam, warnanya akan berubah menjadi
kuning sedangkan bakteri yang menghasilkan senyawa basa, warnanya akan
semakin biru. Keberadaan bakteri bintil akar dapat diuji daya infeksi
bakteri Rhizobium pada akar serta keefektivan kerja bakteri dalam bintil
akar terhadap tanaman melalui uji infektivitas dan uji efektifitas.Untuk
melakukan uji ini diperlukan koloni bakteri Rhizobium yang besar.Indikator
infektif atau tidaknya suatu bakteri bintil akar dilihat dari jumlah dan
berat bintil.Sedangkan indikator efektivitas bakteri bintil akar
berdasarkan berat tanaman dan warna hijau daunnya (Handayanto, 2007).
Kemampuan Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi
oleh besarnya bintil akar dan jumlah bintil akar.Semakin besar bintil akar
atau semakin banyak bintil akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang
ditambat.Semakin aktif nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi
tanaman, sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.Jumlah N2 yang
dapat difiksasi oleh tanaman legume sangat bervariasi, tergantung pada
jenis tanaman legume, kultivar, jenis bakteri, dan tempat tumbuh bakteri
tersebut terutama pengaruh dari pH tanah dimana tanaman tersebut tumbuh
(Suharjo 2001).
D. Kandungan Daun Bambu Untuk Kesuburan Tanah
Daun bambu mengandung banyak unsur P dan K. Kedua unsur ini
sangat berguna bagi perbaikan struktur tanah dan bagi pertumbuhan
tanaman. Petani diJawa Tengahtelah mencoba di lahannya sendiri.Untuk dosis
penggunaan kompos batang pisang hamper sama dengan penggunaan pupuk kandang
yaitu sekitar 100 ton /h (Kim,2004). Penggunaan daun bambu kering dapat
mengurangi penggunaan pupuk kimia.Menurut penelitian, ternyata dari hasil
percobaannyaterbukti, bahwa kesuburan dan produksi padi yang dipupuk dengan
"P" dan "K" kimia tidak berbeda dengan padi yang hanya diberikan daun bambu
kering (Okti,2013). Bahan organik pada batang pisang dan daun bambu kering
dapat memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aerasi tanah sehingga
pasokan oksigen bagi akar tanaman menjadi lebih baik akibatnya Rhizobium
juga dapat berkembang dengan baik (Okti,2013).
E. Batang pisang
Batang pisang atau gedebog merupakan biomassa yang secara kimia
merupakan senyawa berlignoselulosa. Menurut Saha (2004) komponen terbesar
penyusun batang pisang adalah selulosa (35-50 %), hemiselulosa (20-35 %)
dan lignin (10-25 %) dan zat lain penyusun batang pisang.Selulosa dan
hemiselulosa merupakan senyawa yang bernilai ekonomis jika dikonversi
menjadi gula-gula sederhana. Gula-gula hasil konversi tersebut selanjutnya
dapat difermentasi untuk menghasilkan produkproduk bioteknologi seperti
bioetanol, asam glutamat, asam sitrat dan lainnya.Komposisi kimia batang
pisang dapat dilihat pada Tabel 1.
"Biomassa "Selulosa "Hemiselulos"Lignin (% "Abu (% "
"Lignoselulo"(%berat) "a (%berat) "berat) "berat) "
"sa " " " " "
"Serat "58,852 "18,03 "20,9 "0,16-1 "
"Batang "28-36 "25-27 "16-17 "15-20 "
"pisang " " " " "
F. Proses Pengomposan
Pengomposan merupakan proses biologi oleh mikroorganisme secara
terpisah atau bersama-sama dalam menguraikan bahan organik menjadi bahan
semacam humus. Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahanbahan
mentah dicampur. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50°-70°C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.Pada saat ini terjadi
dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen (aerobik) akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini
terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat
humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun
biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30–40% dari volume/bobot
awal bahan (Isroi, 2008). Selama proses dekomposisi bahan organik menjadi
kompos akan terjadi berbagai perubahan hayati yang dilakukan oleh
mikroorganisme sebagai aktivator. Adapun perubahannya sebagai berikut: 1.
Penguraian karbohidrat, sellulosa, hemisellulosa, lemak, dan lilin menjadi
CO2 dan H2O. 2. Protein menjadi Ammonia, CO2 dan air. 3. Pembebasan unsur
hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh
tanaman. 4. Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam sel
mikroorganisme, terutama Nitrogen, Phospor dan Kalium.
G. Kandungan Kompos Batang pisang
Hasil analisa kompos batang pisang yang dibuat dengan promi dengan
waktu pengomposan 3 minggu yaitu per ton kompos batang pisang memiliki
kandungan hara setara dengan 41,3kg Urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl atau
total 136,27 kg NPK .
Menurut Kim and Dale (2004) potensi batang pisang kurang lebih adalah
1,4 kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya (GKG) sekitar 6 ton per
ha, batang pisangnya tinggal dikali dengan 1,4 yaitu 8,4 ton batang pisang
per ha. Jika batang pisang ini dibuat kompos dan rendemen komposnya adalah
60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 5,04 ton kompos batang
pisang. Berarti dalam satu ha sawah akan menghasilkan 208,15 kg Urea,
29,23 kg SP36, 449,42 KCl atau total 686,80 NPK dari kompos batang
pisangnya.
Kedelai menjadi salah satu tanaman yang membutuhkan unsur hara N
untuk pertumbuhannya terutama pada perioden pembentukan polong dan
pengisian biji. Pemberian kompos batang pisang pada tanaman kedelai
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman kedelai dan
meningkatkan kesuburuan tanah serta pembentukan bintil akar sehingga
meningkatkan efektivitas inokulasi Rhizobium. Bahan organik dapat
memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aerasi tanah sehingga pasokan
oksigen bagi akar tanaman menjadi lebih baik akibatnya Rhizobium juga dapat
berkembang dengan baik (Okti,2013).
H. Hipotesis
Penggunaan inokulum Rhizobium + kompos batang pisang dapat menambah
jumlah dan efektifitas nodul akar lebih baik dibandingkan perlakuan
Inokulum Rhizobium + pupuk kandang dan InokulumRhizobium + kompos daun
bambu.
III. Tata Cara Penelitiian
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Green House Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan di Laboratorium Bioteknologi,Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2015.
B. Alat dan Bahan
"Alat "Bahan "
"Petri dish "Batang pisang "
"Ose "Daun bambu "
"Erlenmeyer "Air "
"Bunsen "Gula jawa "
"Tabung reaksi "EM-4 "
"Pollybag "Dolomit "
"Pisau "Media NA dan NB "
"Kompor "Glukosa "
"Ember "Nodul akar tanaman kedelai "
"Karung "Benih kedelai "
"Polybag "Tanah "
C. Metode Penelitian
Percobaan ini menggunakan metode ekperimental dengan rancangan
faktor tunggal yaitu kompos bahan organik. Terdiri dari tiga perlakuan
sebagai berikut
1. A =Inokulum Rhizobium0,00582 g+ pupuk kandang 0,20 g
2. B = InokulumRhizobium0,00582 g + kompos batang pisang 0,20 g
3. C= InokulumRhizobium0,00582 g + kompos daun bambu 0,20 g
D. Tata Laksana
1. Pembuatan kompos batang pisang
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos batang pisang adalah
batang pisang1 kg, aktifator EM 4 , dan dolomite secukupnya. Masukkan
satu lapis jermai ke dalam ember plastik.Batang pisang atau seresah
yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu.Masukkan batang
pisang dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan
kompos.Siramkan activator dan taburkan dolomit yang telah disiapkan
merata dipermukaan batang pisang.Kemudian diamkan 1-2 minggu.
2. Penyiapan Media Tanam
Penyiapan media tanam dilakukan dengan menyiapkan media berupa tanah
regosol sebanyak 3 kg/polybag, pupuk dasar dan susulan masing-masing
berupa Urea sebanyak0,11 g/polybag, pupuk SP36 sebanyak0,21 g/polybag , dan
pupuk KCl sebanyak0,0861 g/polybag, Pupuk kandang sebanyak0,20 g/polybag,
kompos batang pisang sebanyak 0,20 g/polybag, dan kompos bambu 0,20
g/polybag.
3. Tahap Perbanyakan Inokulum
a. Sterilisasi Alat
1. Alat yang terbuat dari logam dan gelas direbus dengan air + deterjen
selama 10 menit, kemudian dibilas sampai bersih dan dibungkus dengan kertas
kemudian disterilisasi dalam autoklaf dengan temperature 1210C tekanan 1
atm selama 30 menit.
2. Untuk media YMA dan YMC disterilkan dengan autoklaf temperatur 1210C
selama 15 menit. Sedangkan untuk air steril disterilisasi dalam autoklaf
temperature 1210C selama 15 menit.
b. Pembuatan Media
Media yang digunakan berupa Yeast Manitol Agar (YMA) dan Yeast Manitol
Cair (YMC). Pembuatan media dilakukan dengan cara mentakar bahan-bahan yang
dibutuhkan dan mencampurkannya, lalu melarutkannya dalam aquades dan di
panaskan penangas air supaya homogen.Kemudian mengatur pH dan
mensterilisasi media dengan menggunakan autoklaf 121oC dengan tekanan 1 atm
selama 15-20 menit.
c. PemurnianRhizobium
Pemurnian dilakukan dengan cara mengambil isolat Rhizobium yang sudah
tersedia dari Lab Bioteknologi Fakultas Pertanian UMY, lalu menumbuhkannya
pada media YMA 5 ml sebanyak 1 osedan di inkubasikan pada temperatur kamar
yang sesuai selama 24-48 jam.
d. PerbanyakanRhizobium
Perbanyakanbakteri Rhizobiumdilakukan dengan cara memperbanyak bakteri
Rhizobium dari media YMA 5 ml ke media kultur YMC 10 ml sebanyak 1 osedan
di inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama 24-48 jam. Setelah
itu ambil 2 ml pada media YMC 10 ml ke media YMC 20 ml untuk diperbanyak
lagi dan dishaker selama 24-48 jam.
karakterisasi.
e. Penyiapan media carrier
Penyiapan media carrier untuk bakteri Rhizobium yaitu dengan
mencampurkan bahan-bahan seperti gambut 89 % ( 85,5 g), zeloit 9 %(8,5
g), dan kapur 1 % (5,95 g).Kemudian bahan-bahan padatan ini disiramkan
dengan starter bakteri Rhizobium yang sudah diperbanyak dalam media
YMC Dengan perbandingan 15:50 atau 15 ml starter Rhizobium dan 50 g
carrier . Pencampuran antara bahan-bahan ini akan menjadi inokulum
Rhizobium padat. Media carier padat tersebut selanjutnya di plate
countuntuk mengetahui jumlah koloni bakterinya.
f. Formulasi Produk
Pembuatan formulasi produkdilakukan dengan cara mencampurkan inokulum
padatbakteri Rhizobiumsebanyak 0,60 g dengan benih kedelai.
g. Plate Count
Bahan yang digunakan untuk Platting adalah media berupa hasil
formulasi produk dan air steril 99 ml sebanyak 3 botol, 9 ml air
steril sebanyak 2 tabung reaksi, YMA 30 ml yang dibagi menjadi 3
petridish. Kemudian dilakukan pengenceran dengan aquades steril hingga
10-9. Lalu di inkubasikan selama 48 jam dan hitung jumlah spora.
h. Pelaksanaan perlakuan
Tanah yang digunakan adalah tanah regosol yang sudah di homogenkan dan
dikering anginkan selama 2 hari.Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam
polybagdengan kapasitas 3 kg tanah/polybag.Tanah dilubangi ± 5 cm dari
permukaan tanah. Benih kedelai yang sudah dcampur inokulum padat ditanam 2
biji dalam lubang pada setiap polybag kemudian pada faktor perlakuan
kontrol (A) biji-biji tersebut ditanam pada media yang sudah diberi
inokulum bakteri + pupuk kandang0,20 g, faktor perlakuaan kedua (B) biji-
biji tersebut ditanam pada media yang sudah diberi inokulum bakteri +
kompos batang pisang0,20 g. Sedangkan perlakuan ketiga (C) biji-biji
tersebut ditanam pada media yang sudah diberi inokulum bakteri + kompos
daun bambu 0,20 g. Setelah tanaman berumur 2 minggu, dalam satupolybag
dipilih satu tanaman yang pertumbuhannya baik, sedangkan tanaman yang
pertumbuhannya kurang baik dimatikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman dilakukan 1 kali setiap hari.
b. Penyiangan gulma dilakukan setiap ada tanaman lain yang tumbuh di
polybag dengan cara manual.
c. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dengan cara
mengambil hama yang ada pada tanaman kedelai dan menghilangkan bagian
tanaman yang terserang penyakit.
5. Pencabutan dan pengamatan
Tanaman kedelai dicabut pada umur 30 hari. Kemudian diamati sesuai
parameter yang sudah ditentukan.
E. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati, yaitu :
1. Pengamatan Satu Minggu Sekali
a. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris yang
satuannya centimeter (cm).
a. Jumlah daun (helai)
Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan dengan cara
menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-masing tanaman,
dengan satuan helai.
2. Pengamatan Akhir Penelitian
a. Luas daun (cm2)
Pengamatan luas daun menggunakan cara manual dengan
menggambar daun pada kertas, kemudian digunting lalu pola
ditimbang.
b. Berat segar dan kering tajuk (g)
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan menimbang
daun, batang dan akar tanaman kedelai dengan timbangan elektrik
dan dinyatakan dalam gam. Pengamatan berat kering tanaman
dilakukan dengan cara memasukkan daun, batang, dan akar tanaman
kedelai ke dalam oven dengan suhu (80-150)˚C kemudian setelah
konstan ditimbang dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam
gram.
c. Berat nodul akar (gram)
Jumlah berat nodul akar dapat dihitung dengan menimbang
keseluruhan jumlah nodul akar per tanaman.
d. Jumlah nodul akar dan diameter nodul
nodul akar diperoleh denganmengumpulkan bintil akar kemudian dihitung.
e. Persentase efektifitas nodul (%)
Nodul akar yang telah dikumpulkan dibelah satu persatu dengan
menghitung jumlah bintil akar berwarna merah.
2. Analisis
Data yang diperoleh pada saat panen kemudian dianalisismenggunakan
Annova taraf 5 % . Untukmencari perbedaan yang nyata antar perlakuan dan
analis Duncan..Jumlah nodul dan efektifitas nodul dapat dianalisis
menggunakan analisis statistika.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perbanyakan inokulum Rhizobium sp
1. Perbanyakan
Pemurnian dilakukan dengan cara mengambil isolat Rhizobium yang sudah
tersedia dari Lab Bioteknologi Fakultas Pertanian UMY, lalu menumbuhkannya
pada media YMA . Tahap perbanyakan bakteri Rhizobium dilakukan dengan cara
memperbanyak bakteri Rhizobium dari media YMA ke media kultur YMC dan di
inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama 24-48 jam. Setelah itu
ambil ke media YMC untuk diperbanyak lagi dan dishaker selama 24-48 jam.
Berdasarkan hasil perbanyakan ditemukan koloni berwana putih susu
pada media YMA dan YMC. Hal tersebut sesuai dengan literature yang sudah
ada, menurut Elkan (1987) Rhizobium sp. Memiliki warna putih susu atau
bening pada medium YMA, tetapi pada kultur ini koloni berwarna merah pada
jenis isolate. Hal ini dikarenakan pada medium YMA ditambahkan indicator
Congo Red sehingga isolate Rhizobium sp. Yang tumbuh pada medium tersebut
berwarna merah susu, selain itu Congo Red berfungsi sebagai indicator
viabilitas koloni.
2. Plating
Perhitungan hasil plating dilakukan menggunakan alat colony counter,
hasil plating yang dihitung harus melalui syarat tidak ada spider, jumlah
koloni 30-300. Setelah diketahui hasil koloni pada setiap pengenceran
dilakukan perhitungan dengan cara seperti berikut :
"10-7 "10-8 "10-9 "
"48 "69 "58 "
= 8,4 > 2
= 69 x 10-8
Gambar 4. Hasil platcount
3. Produk label
Nama Produk : Rhizoma
Formulasi : WP
Bahan Aktif : Rhizobium Sp.
Komposisi : Starter Rhizobium Sp, Zeolit, Gambut, Dolomit.
Cara Aplikasi : Campukan RHIZOMA secukupnya pada benih lalu ratakan,
sebelumnya benih direndam dengan perekat.
Produksi : Mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogykarta.
Manfaat : RHIZOMA merupakan pupuk hayati yang mengandung 62 x 10-8
bakteri Rhizobium Sp yang efektif meningkatkan penyerapan pada
tanaman legum atau kacang-kacangan.
Tanggal Produksi : 04 Mei 2015
Kadaluarsa : 12 September 2015
B. Aktivitas Nodulasi
Nodul akar merupakan organ simbiosis yang mampu melakukan fiksasi N2
secara langsung dari udara sehingga nitrogen yang dihasilkan dapat langsung
dimanfaatkan oleh tanaman kedelai. Aktivitas nodulasi dapat diamati
berdasarkan : Jumlah nodul, berat nodul, dan efektifitas nodul yang dapat
dilihat pada tabel 2. Berdasarkan analisis pada tabel 2. menunjukan bahwa
tidak ada beda nyata dari setiap perlakuan.
Tabel 2.Jumlah nodul, Berat nodul, dan efektifitas nodul.
" "Parameter " "
"Perlakua"Jumlah "Beratt "Efektifit"
"n "Nodul "nodul (g)"as Nodul "
"A "13,000a"0.005733a"32,857a "
"B "21,667a"0,007333a"44,444a "
"C "10,333a"0,005033a"33,969a "
Jumlah total nodul dapat menunjukan fiksasi N2 pada tanaman kedelai
dimana semakin banyak jumlah nodul yang terbentuk maka jumlah N yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisis pada tabel
2. dan hasil sidik ragam (lampiran 4) menunjukan bahwa dari semua
perlakuan tidak ada beda nyata terhadap jumlah nodul pada tiap tanaman.
Jumlah nodul tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 21,66 dan terendah
terdapat pada perlakuan C yaitu 10,33. Banyaknya bintil akar yang
terbentuk menggambarkan hasil aktivitas fiksasi nitrogen yang dilakukan
tanaman.
Grafik1. Jumlah nodul
Jumlah nodul dan berat nodul adalah salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui daya infeksi rhizhobium dalam pembentukan bintil
akar pada tanaman kacang tanah. Hasil analisis parameter berat nodul pada
tabel 2. dan hasil sidik ragam (lampiran 4) menunjukan tidak ada beda
nyata dari semua perlakuan. Masing-masing bahan organik yang berbeda tidak
memberikan beda nyata pada setiap perlakuanya. Berat nodul tertinggi
terdapat pada perlakuan B yaitu 0,0073 g dan terendah pada perlakuan C
yaitu 0,0050 g.
Grafik 2. Berat nodul
Nodul akar yang efektif ditandai dengan warna merah pada saat
membelah nodul. Nodul akar efektif adalah nodul akar yang dapat memfiksasi
N2 dari udara dan dapat diketahui dengan membelah nodul akr, nila terdapat
warna merah muda maka bintil tersebut efektif. Menurut Gardner (1991),
bahwa warna merah pada nodul berasal dari lghemoglobin yang diperlukan
dalam mengirim O2 untuk mendukung respirasi dalam nodul.
Analisis statistika menunjukkan bahwa pada tabel 2. dan hasil sidik
ragam (lampiran 4) menunjukan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata
terhadap efektifitas nodul. Jumlah nodul yang efektff pada setiap tanaman
ditunjukan dengan adanya warna merah pada nodul akar. Efektif nodul
tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 44,44 dan terendah terdapat pada
perlakuan A yaitu 32,85.
Grafik 3. Efektifitas nodul.
C. Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Hasil seluruh analisis data menunjukan bahwa perlakuan berbagai macam
bahan organik memberikan dampak positive bagi pertumbuhan kedelai.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan seluruh parameter menunjukan
adanya interaksi dari setiap perlakuan bahan organik terhadap tanaman
kedelai.Tetapi hasil analisis menunjukan tidak ada beda nyata dari setiap
masing-masing perlakuan.
Tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun merupakan beberapa
parameter pertumbuhan dan perkembangan tajuk tanaman. Sedangkan berat segar
dan berat kering menunjukan komponen hasil tanaman tersebut.
Tinggi tanaman merupakan salah satu variable yang menunjukan
aktivitas pertumbuhan vegetative dari suatu tanaman. Pertumbuhan tinggi
tanaman dan penambahan jumlah daun berdasarkan perlakuan jenis bahan
organiknya pada pengamatan minggu 1 sampai minggu ke-4 dapat dilihat pada
grafik 4a dan 4b.
a) (b)
Grafik 4. (a) Pertumbuhan tinggi tanaman (b) Penambahan jumlah daun
tanaman kedelai pada berbagai bahan organik.
Keterangan :
A =Inokulum Rhizobium 0,00582 g+ pupuk kandang 0,20 g
B = InokulumRhizobium 0,00582 g + kompos batang pisang 0,20 g
C= InokulumRhizobium 0,00582 g + kompos daun bambu 0,20 g
Grafik 1a menunjukan bahwa tinggi tanaman mulai mengalami peningkatan pada
minggu ke 2. Pada minggu ke 4 pada perlakuan B dan C mengalami penurunan,
hal ini disebabkan oleh ulat yang memakan pucuk daun kedelai. Pada
perlakuan B memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan perlakuan A dan
C. Rerata komponen pertumbuhan tanaman hasil pemberian perlakuan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 3.Tinggi tanaman, Jumlah daun, Berat segar, Luas daun, Berat kering
(30 hst)
" "Parameter " " " "
"Perlakua"TT (cm)"JD "Luas "Beratsega"Berat "
"n " "(helai)"Daun "r (g) "kering (g)"
" " " "(Cm2) " " "
"A "12,833a"8,000a "5,000a "1,170a "0.3233a "
"B "15,000a"16,333a"14,333a "3,343a "0.8267a "
"C "14,667a"13,667a"8,667a "2,580a "0.5533a "
Berdasarkanhasilanalisistinggitanaman (cm) pada tabel 1. Dan hasil
sidik ragam tinggi tanaman (lampiran 4) diketahui bahwa tidak ada beda
nyata dari setiap perlakuan. Pada parameter tinggi tanaman menunjukan,
tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 15,00 cm
danterendahpadaperlakuan A yaitu 12,83 cm.
Grafik 5. Tinggi tanaman (cm)
Daun berhubungan dengan aktivitas fotosintesis karena mengandung
klorofil yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses fotosintesis.
Semakin banyak jumlah daun maka hasil fotosintesis akan semakin tinggi
sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Jumlah daun juga merupakan salah
satu data pendukung untuk mengukur tingkat simbiosis Rhizobium sp.
Hasil analisis jumlah daun pada tabel 1. dan hasil sidik ragam
(lampiran 4) menunjukan tidak ada beda nyata dari setiap perlakuan. Daun
merupakan organ vegetative tanaman yang di perlukan untuk penyerapan dan
pengubahan energi matahari dalam proses asimilasi sehingga menjadi bahan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada parameter jumlah daun
menunjukan, jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan B yaitu 16
helaidan yang paling sedikitpadaperlakuan A yaitu 8 helai.
Grafik 6. Jumlah daun (helai)
Luas daun adalah penting bagi penangkapan cahanya matahari oleh
tanaman. Oleh karena itu pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi
oleh luas daun. Luas daun berhubungan dengan fotosintesis tanaman, semakin
luas permukaan maka jumlah sinar matahari yang ditangkap juga akan semakin
banyak dan pertumbuhan pun meningkat. Berdasarkan hasil indeks luas daun
pada tabel 1. dan hasil sidik ragam (lampiran 4) menunjukan tidak ada beda
nyata dari setiap perlakuan.Pada parameter luas daun menunjukan bahwa luas
daun tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 14,3 cm2 dan terdendah
terdapat pada perlakuan A yaitu 5,00 cm2. Meningkatnya luas daun akan
berhubungan erat dengan peningkatan tinggi tanaman dan berat kering.
A1 A2 A3
Gambar 1. Inokulum Rhizobium0,00582 g+ pupuk kandang 0,20 g (A) pada minggu
ke empat
B1 B2
Gambar 2. Inokulum Rhizobium 0,00582 g + kompos batang pisang 0,20 g (B)
pada minggu ke empat.
C1 C2 C3
Gambar 3. Kondisi Tanaman perlakuan Inokulum Rhizobium 0,00582 g + kompos
daun bambu 0,20 g (C) pada minggu keempat
Grafik 3. Luas daun
Hasil berat segar berat segar yang ditunjukan pada tabel 1. dan
hasil sidik ragam (lampiran 4) menunjukan tidak ada beda nyata dari setiap
perlakuan. Berat segar tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 3,34 g
dan terendah pada perlakuan A yaitu 1,17 g. Pada umumnya berat segar dapat
menggambarkan hasil produksi mana yang secara ekonomi menguntungkan dan
merugikan. Bila mana berat segar tanaman tinggi dapat mencerminkan hasil
produksi yang tinggi pula.
Grafik 4. Berat segar
Berat kering tanaman menggambarkan penimbunan hasil bersih asimilasi
CO2 sepanjang pertumbuhan tanaman.Oleh karena itu berat kering tanaman
dapat menggambarkan kemampuan tanaman dalam memamfaatkan cahaya matahari
untuk melangsungkan fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis berat kering
pada tabel 1. dan hasil sidik ragam (lampiran 4) menunjukan tidak ada
bedanyata pada setiap perlakuan. Berat kering tertinggi terdapat pada
perlakuan B yaitu 0,82 g dan terendah perlakuan A yaitu 0,32 g.
Grafik 5. Berat kering
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hasil seluruh analisis data menunjukan bahwa
perlakuan berbagai macam bahan organik
memberikan dampak positiv bagi pertumbuhan
kedelai. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan seluruh parameter menunjukan adanya
interaksi dari setiap perlakuan bahan organik
terhadap tanaman kedelai.Tetapi hasil analisis
menunjukan tidak ada beda nyata dari setiap
masing-masing perlakuan.
2. Analisis statistika menunjukkan bahwa dan hasil
sidik ragam menunjukan tidak memperlihatkan
perbedaan yang nyata terhadap efektifitas
nodul. Efektif nodul tertinggi terdapat pada
perlakuan A yaitu InokulumRhizobium 0,00582 g
+ kompos
batang pisang 0,20 g.
B. Saran
1. Meskipun pemberian inokulum
memberikan respon yang baik
tetapi untuk setiap perlakuan
ulanganya perlu dikaji lagi
tentang dosisnya.
2. Penanggulangan hama alangkah
baiknya ditangani secara
serius, karena hama salah satu
masalah yang serius dalam
penelitian ini dan menyebabkan
daun kedelai rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah
Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya.
Anonim, 2001.Indikator Ekonomi. BPS. Jakarta.
Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan
Teknik Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan.30 hlm.
Handayanto, E. dan Hairiah.K., 2007. Biologi Tanah. Yogyakarta : Pustaka
Adipura
.
Harun UM dan Ammar M, 2001.Respon Kedelai (Glycine max L. Merr) terhadap
Bradyrhizobium japonicum Strain Hup+pada Tanah Masam.Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian Indonesia.3(2).
Irwan, W.A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).
Universitas Padjajaran: Jatinangor.
Iskandar, 2002.Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Pertumbuhan dan Adapsi Tanaman
Di Lahan Marginal.Surya press. Malang.
Isroi.2010. Pemanfaatan Pupuk Batang pisanghttp ://
isroi.wordpress.com/2010/02/12/4905/.
Kim, K.H. and J. Hong. 2001. Supercritical CO2 Pretreatment of
Lignocellulose enhances enzymatic cellulose hydrolysis. Bioresource
Technol. Vol 77(2), 139-144.
Khairul U, 2001. Pemanfaatan Bioteknologi untuk Meningkatkan Produksi
Pertanian.Makalah Falsafah Sains.ProgramPasca Sarjana / S3.Institut
Pertanian Bogor.
Madigan TM, Martinko MJ, dan Parker J, 2002. Brock Biology of
Microorganisms, 10th Edition. Pearson Education Inc.USA.
Okti.20013. Pengaruh Jenis Bahan Organik pada Pertumbuhan Kedelai. Denpasar
Bali
Prayitno, 2000. Analisis Mikroorganisme di Laboratorium. Erlangga. Jakarta.
Rahayu M, 2000. Pengaruh Pemberian Rhizoplus dan Takaran Urea terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. BalaiPengkaji Teknologi Pertanian Nusa
Tenggara Barat.
Rizqiani NF, Ambarwati E dan Yuwono NW, 2007.Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis
(Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan 7(1): 43–53.
Romero EM, 2003. Diversity of Rhizobium-Phaseolus vulgaris Symbiosis:
Overview and Perspectives. Plant and Soil 252: 11–23.
Saha, B.C. 2004. Lignocellulose Biodegradation and Application in
Biotechnology. US Government Work. American Chemical Society.2-14.
Sitompul SM dan Bambang G, 1995.Analisis Pertumbuhan Tanaman. Cetakan
pertama.Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.
Somatmadja, 2004. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Sumarno, 1987. Kedelai dan Cara Budidaya. Yasaguna Bogor
Sutanto, R 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta.
Suwarni, Guritno B dan Moenandir J, 2002.Pengaruh Herbisida Glisofat dan
Legin terhadap Perilaku Nodulasi Tanaman Kacang Tanah.Agrosains
2(2).
Suharjo UKJ,2001. Efektifitas Nodulasi Rhizobium japonicum pada Kedelai
yang Tumbuh di Tanah Sisa Inokulasi danTanah dengan Inokulasi
Tambahan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 3(1).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Layout Rancangan Acak Lengkap (RAL)
20 cm 20 cm
Cadangan
Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan pupuk NPK dan kompos per polybag.
Kebutuhan pupuk tanaman kedelai
N = 100 kg/ha, digunakan pupuk Urea (46% CO(NH2)2)
P = 150 kg/ha, digunakan pupuk SP-36 (36%P2O5)
K = 100 kg/ha, digunakan pupuk KCl (60% K20)
Pupuk kandang = 20 ton/h
Kompos batang pisang = 20 ton/h
Kompos bambu = 20 ton/h
Polybag yang digunakan ukuran 25 cm x 25 cm dengan kapasitas 3 kg.
Luas lahan 1 ha = 10.000 m2= 100.000.000 cm2
Kedalaman olah = 20 cm.
Misal :Berat volume tanah = 1,45 g/ml = 1,45 g/cm3
Volume tanah 1 ha sedalam 20 cm= Luas lahan × kedalaman tanah= 1000.000.000
cm2 × 20 cm= 2.000.000.000 cm3
Berat tanah regosol 1 ha
= Volume tanah × berat volume tanah= 2.000.000.000 cm3× 1,45 g/cm3
= 2.900.000.000 g = 2.900.000 kg
1. Kebutuhan pupuk Urea (46%)
a. Pemupukan awal
Pupuk N = =
== 0,0000517 kg = 0,0517 g
Dosis urea = x 0,0517g = 0,11 g
Jadi kebutuhan pupuk Urea per poliybag pada pemupukan awal = 0,11 g
b. Pemupukan susulan
Pupuk N = =
== 0,0000517 kg = 0,0517 g
Dosis urea = x 0,0517 g = 0,11 g
Jadi kebutuhan pupuk Urea per poliybag pada pemupukan susulan = 0,11 g
2. Kebutuhan pupuk SP-36 (36%)
a. Pemupukan awal
Pupuk P = =
== 0,000077kg = 0,077 g
Dosis urea = x 0,077 g = 0,21 g
Jadi kebutuhan pupuk SP-36 per poliybag pada pemupukan awal =0,21 g
b. Pemupukan susulan
Pupuk P = =
== 0,000077 kg = 0,077 g
Dosis urea = x 0,077 g = 0,21 g
Jadi kebutuhan pupuk SP-36 per poliybag pada pemupukan susulan = 0,21 g
3. Kebutuhan pupuk KCl (60%)
a. Pemupukan awal
Pupuk K = =
== 0,0000517 kg = 0,0517g
Dosis urea = x 0,0517g = 0,0861 g
Jadi kebutuhan pupuk KCl per poliybag pada pemupukan awal = 0,0861 g
b. Pemupukan susulan
Pupuk K = =
== 0,0000517 kg = 0,0517g
Dosis urea = x 0,0517 g = 0,0861 g
Jadi kebutuhan pupuk KCl per poliybag pada pemupukan susulan = 0,0861g
4. Pupuk kandang
Pupuk kandang = x kebutuhan per polybag
= x 3 kg = 0,000020 kg = 0,20 g
Jadi kebutuhan pupuk kandangl per poliybag =0,20 g
5. Kompos batang pisang
Kompos batang pisang = x kebutuhan per polybag
= x 3 kg = 0,000020 kg = 0,20 g
Jadi kebutuhan kompos batang pisang per poliybag =0,20 g
6. Kompos bambu
Kompos bambu = x kebutuhan per polybag
= x 3 kg = 0,000020 kg = 0,20 g
Jadi kebutuhan kompos bambu per poliybag =0,20 g
Pemupukan NPK dilakukan sebanyak 2 kali.
- Pertama, setengah dosis diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu bersamaan
dengan penanaman
- Kedua sisanya diberikan pada hari ke 15
Lampiran 3. Kebutuhan Inokulum Padat
Kebutuhan jumlah kedelai per polybag = 2 benih kedelai
Jumlah polybag = 12 polybag ( 9 perlakuan dan 3 cadangan)
Kebutuhan benih 12 polybag = 24 butir benih
Asumsi berat 1000 butir benih kedelai = 48,85 g / 1000 butir
Kebutuhan benih per polybag = = 0,097 g (Berat 2 benih)
Berat 24 benih = 0,097 x 12 = 1,164 g
Kebutuhan inokulum padat / polybag
Inokulum padat/ 1000 butir = 6 g / 1000 butir
= 0,097 x = 0,000582 g / 2 benih
Kebutuhan inokulum padat untuk 12 polybag
= 1,164 x = 0,0078 g
Asumsi dibulatkan menjadi 0,60 g/ 24 butir benih
Lampiran 4.Hasil Analisis Sidik Ragam
a. Tinggi Tanaman
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "8.167 "4.083 "0.180ns "0.842 "
"Galat "6 "138.333 "23.056 " " "
"Total "8 "146.500 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.055745"34 "4.802 "14 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
b. Jumlah daun
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "108.667 "54.333 "0.620ns "0.568 "
"Galat "6 "523.333 "87.222 " " "
"Total "8 "632.000 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.171941"74 "9.339 "13 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
" " " " " " "
c. Luas Daun
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "132.667 "66.333 "2.270ns "0.185 "
"Galat "6 "175.333 "29.222 " " "
"Total "8 "308.000 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.430736"58 "5.406 "9 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
"Berat Segar " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "5.963 "2.981 "1.290ns "0.341 "
"Galat "5 "13.835 "2.306 " " "
"Total "8 "19.798 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.301191"64 "1.518 "2 " "
"Keterangan: "ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
" " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
d. Berat Kering
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "0.381 "0.190 "1.420ns "0.314 "
"Galat "6 "0.808 "0.135 " " "
"Total "8 "1.189 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.32052 "65 "0.367 "1 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
e. Berat Nodul
"BN " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "0.00000914 "0.00000457 "1.400ns "0.318 "
"Galat "6 "0.00001962 "0.00000327 " " "
"Total "8 "0.00002876 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.317803"30 "0.002 "0.006067 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
f. Jumlah Nodul
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "210.6666667 "105.333 "1.610ns "0.276 "
"Galat "6 "393.333 "65.556 " " "
"Total "8 "604.000 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.348786"54 "8.097 "15 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
g. Efektifitas Nodul
" " " " " " "
"Sumber "db "Jumlah kuadrat "Kuadrat "F hitung "Pr>f "
" " " "tengah " " "
"Model "2 "245.251 "122.625 "1.390ns "0.319 "
"Galat "6 "528.647 "88.108 " " "
"Total "8 "773.898 " " " "
" "R-2 "CV "akar KTG "Rerata " "
" "0.316903"25 "9.387 "37 " "
"Keteranga"ns "=tidak ada beda " " ">0.05 "
"n: " "nyta " " " "
" "* "=beda nyata " " "<0.05 "
-----------------------
B1
A3
A1
C1
B3
C3
B2
A2
C2
"hÎ hYWoCJOJQJaJmH!sH!3jhÎ h=-
û5?CJOJQJUaJmHnHu"hÎ hYWo5?CJOJQJ\?aJ"hÎ h`)5?CJOJQJ\?aJ"hÎ hˆ!E5?
CJOJQJ\?aJ%hÎ h"Q/5?CJOJQJ\?]?